Anda di halaman 1dari 9

SORGUM VILLAGE: STRATEGI BRANDING DESA BERBASIS

AGROEDUTOURSIM MELALUI IMPLEMENTASI MODEL


QUADRUPLE HELIX DI DESA KEYONGAN, BABAT,
LAMONGAN, JAWA TIMUR

SELEKSI PAPER LOMBA DEBAT NASIONAL


4th CONNECTION 2018

Diusulkan Oleh:
1. Ilham Maulidin F34150006 / 2015
2. Randi Firman Syah I34160013 / 2016
3. Alief Restu Budiman H54150086 / 2015

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2018
Saat ini, pengembangan kawasan pedesaan di Indonesia khususnya sektor
agrowisata telah banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pedesaan karena
memiliki prospek bisnis strategis dan menjanjikan. Berdasarkan data Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, telah menargetkan sebanyak
2000 desa untuk dapat dikembangkan menjadi desa wisata pada tahun 2014 (Rahadi
2014). Hal ini ditujukan untuk membentuk masyarakat sadar wisata, yang
memahami potensi wisata yang ada di desanya sehingga dapat dikembangkan
sekreatif mungkin untuk menjadi objek wisata.

Pengembangan kawasan pedesaan melalui sektor agrowisata cukup memberikan


kontribusi positif terhadap pengangkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan
khususnya dalam peningkatan perekonomian masyarakat sekitar. Sektor agrowisata
merupakan salah satu sektor yang paling dominan diterapkan di daerahdaerah
pedesaan di Indonesia dengan melihat kondisi geografis desa yang sebagian besar
lekat dengan unsur pertanian. Indonesia sebagai negara agraris sudah seharusnya
menjadikan pertanian sebagai roda penggerak perekonomian nasional dengan cara
melalukan pengembangan kawasan tersebut melalui berbagai pendekatan-
pendekatan yang mampu mengembangkan potensi-potensinya sehingga dapat
menjadikan suatu daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas.

Program pengembangan kawasan pedesaan berbasis agrowisata pada dasarnya


juga sangat relevan dengan pembangunan pedesaan karena pada umumnya sektor
pertanian dan pengolahan sumberdaya alam memang merupakan mata pencaharian
utama dari sebagian besar masyarakat pedesaan. Pengembangan agrowisata saat ini
sudah banyak dilakukan pada kawasan pertanian dan perkebunan di setiap pedesaan
dan sudah banyak berkembang sebagai lahan pariwisata yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat sekitarnya. Menilik dari pembangunan pariwisata yang
berbasis alam tersebut dengan segala potensinya. Desa Kenyongan, Kabupaten
Lamongan memiliki potensi khusus dan prospektif bidang agrowisata yang dapat
dikembangkan.

Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah penghasil sorgum yang


cukup potensial, khususnya di Desa Keyongan, Kecamatan Babat dengan luas lahan
600 ha telah ditanami sorgum. Rata-rata hasil panen setiap 1 hektar sekitar 7 sampai
8 ton sorgum. Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan jenis tanaman serealia
penting dengan kandungan zat besi tertinggi, dimana posisinya berada pada
peringkat ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan kedelai. Sorgum merupakan
makanan pokok penting di daerah tropis setengah kering di Asia, Afrika dan
Amerika.

Menurut Luna dan Sri Widowati (2015) sesuai dengan Dirjen Tanaman Pangan
(2010), menyatakan bahwa areal yang berpotensi untuk pengembangan sorgum di
Indonesia sangat luas, meliputi iklim kering atau musim hujan yang pendek dan
tanah yang kurang subur. Oleh karena itu, tanaman sorgum toleran terhadap

1
kekeringan dan genangan air. Produktivitas sorgum cukup tinggi berkisar antara
4,241 – 6,172 ton/ha serta sorgum dapat dibudidayakan di segala jenis tanah,
termasuk tanah marginal. Menurut Subagio dan Aqil (2013), Berdasarkan data
Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun
20112013, wilayah penghasil sorgum di pulau Jawa telah bergeser dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur.

Salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas tanam sorgum tinggi
yaitu Kabupaten Lamongan sebesar 665 hektar. Menurut Laporan Tahunan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur pada Tahun 2011, Khusus Kecamatan
Babat, Lamongan luas sorgum pada tahun 2012 mencapai 634 hektar. Desa
Keyongan Kecamatan Babat memiliki luas lahan sebesar 600 hektar yang telah
ditanami sorgum. Hasil panen yang diperoleh dari luas lahan 1 hektar dapat
menghasilan sorgum sekitar 7-8 ton.
Namun, kendalanya adalah program-program pemerintah dalam pengembangan
sorgum cenderung berjalan lambat dan stagnan. Akibatnya perluasan tanaman dan
peningkatan produksi belum ditindak lanjuti dengan baik, sehingga banyak hasil
panen sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Oleh karena itu,
potensi sorgum di Desa Keyongan belum dapat dimanfaatkan secara optimal.
Mengingat harga sorgum yang sangat murah, maka perlunya diversifikasi produk
dengan cara memanfaatkan seluruh bagian tanaman sorgum, sehingga mampu
meningkatkan harga jual sorgum dan dapat meningkatkan penghasilan para petani
sorgum, khususnya di Desa Keyongan, Babat, Lamongan Jawa Timur.

Melihat potensi sorgum di Kabupaten Lamongan, Khususnya di Desa


Keyongan, Babat, maka penulis memiliki inovasi untuk membuat sebuah branding
desa “Sorgum Viilage” dengan melihat kelebihan potensi yang ada di Desa
Keyongan. Istilah branding merupakan aktivitas menentukan citra yang ingin
dibentuk, sehingga terciptanya sebuah merek atau nama yang khas bagi suatu
produk. Perlu kita ketahui bahwa jenis branding yang sekarang sedang banyak
dibicarakan adalah branding daerah wisata. Mengingat di Desa Keyongan sektor
pertanian yang sangat berpotensi, maka branding desa yang penulis tawarkan
adalah berbasis agroeduwisata. Agroeduwisata merupakan bagian dari objek wisata
yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya untuk
memperluas pengetahuan di bidang pertanian, pengalaman, rekreasi dan hubungan
usaha di bidang pertanian, khususnya sorgum.
Pelaksanaan dalam mewujudukan branding desa berbasis agroeduwisata
dengan adanya potensi sorgum tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak seperti
Pemerintah, Industri atau Bisnis, Akademik (Pihak Perguruan Tinggi) dan
Masyarakat. Tujuan kerjasama tersebut agar dapat meningkatkan kreativitas
sumberdaya manusia serta kapabilitas inovasi dalam pengembangan sorgum.
Bentuk kerjasama tersebut dapat dikenal dengan model Quadruple Helix. Menurut
Mulyana (2014), Quadruple Helix merupakan kolaborasi antar `empat sektor yaitu

2
pemerintah (goverment), Industri (Business), Akademik (Academia) dan
Masyarakat (Civil Society) yang berperan mendorong tumbuhnya inovasi dan
keunggulan daya saing produk. Harapan penulis model tersebut dapat diterapkan di
Desa Keyongan, Babat, Lamongan Jawa Timur untuk menciptakan branding desa
berbasis agroeduwisata dengan mengoptimalkan potensi desa yang dimiliki yaitu
sorgum. Selain itu, juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat di
Desa Keyongan, Babat, Lamongan Jawa Timur.

Tahapan Branding Desa “Sorgum Village” Berbasis Agroeduwisata di Desa


Keyongan

Desa Keyongan merupakan desa yang memiliki potensi untuk


pengembangan pengolahan sorgum di Kabupaten Lamongan. Desa Keyongan
memiliki keunikan dan ciri khas yang harus dikembangkan sehingga menciptakan
kemandirian pada desa. Konsep branding diadopsi dengan harapan dapat
meningkatkan daya saing Desa Keyongan baik di level mikro maupun makro
dengan memasarkan produk unggulan yaitu sorgum. Membangun citra Desa
Keyongan sangat diperlukan mengingat potensi besar yang dimiliki.

Sorgum sebagai komoditi utama Desa Keyongan harus dimanfaatkan dengan


maksimal, dengan membentuk brand Sorgum Village di Desa Keyongan
diharapkan mampu mengembangkan sorgum sebagai produk multifungsi. Upaya
dalam menciptakan branding Desa Keyongan tersebut mengusung konsep
agroeduwisata. Agroeduwisata merupakan gabungan dari dua konsep yaitu
agrowisata dan edukasi. Agrowisata merupakan istilah dari wisata pertanian dengan
serangkaian aktivitas dalam memanfaatkan lokasi atau sektor pertanian.

Sedangkan edukasi merupakan aktivitas pengembangan pengetahuan,


pemahaman dan pengalaman. Adanya sebuah branding desa dengan konsep
agroeduwisata diharapkan dapat member manfaat yang banyak, tidak hanya bagi
masyarakat pedesaan, melainkan juga masyarakat perkotaan dengan tujuan untuk
memahami dan memberikan apresiasi pada bidang pertanian, khususnya tanaman
sorgum yang sangat berpotensi di desa tersebut serta dapat menjadi sarana edukasi.

Adanya konsep agroeduwisata secara langsung maupun tidak langsung akan


meningkatkan persepsi positif bagi petani sorgum dan masyarakat akan arti
pentingnya pelestarian sumberdaya lahan pertanian tanam sorgum. Selain itu, juga
dapat melestarikan kearifan lokal, teknologi lokal dan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi petani dan masyarakat desa setempat. Pengembangan
kawasan pertanian sorgum menjadi area agroeduwisata akan meningkatkan
kunjungan wisatawan. Tidak hanya pengalaman rekreasi yang didapat, tetapi akan
menambah ilmu pengetahuan di bidang pertanian sorgum, mulai dari penyiapan
varietas unggul, budidaya, pemeliharaan tanaman, penanganan pasca panen dan
lain-lain. Berikut Program Agroeduwisata yang perlu disiapkan dalam menciptakan

3
sebuah branding Desa Keyongan, Babat, Lamongan, Jawa Timur sebagai Sorgum
Village diantaranya:
1. Melakukan penataan dan penyiapan obyek wisata. Potensi obyek wisata
pertanian di Desa Keyongan yaitu budidaya tanaman sorgum, potensi tersebut
dikembangkan dengan berbasis agroeduwisata.
2. Potensi tanaman sorgum di Desa Keyongan diintegrasikan mulai dari tahap
pemilihan varietas, budidaya, pengolahan pasca panen serta pemasaran produk
dengan nuansa edukasi.
3. Penataan lokasi tempat di Desa Keyongan sebagai tempat Agroeduwisata.
4. Peningkatan kretaifitas SDM yang ada melalui pelatihan dan sinergi
kelembagaan di Desa untuk mengembangkan potensi sorgum berbasis
agroeduwisata, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
pengunjung. Baik pengunjung yang hanya berekreasi atau pengunjung yang
melakukan kegiatan study tour.
5. Adanya perbaikan akses jalan untuk kemudahan akses pengunjung ke daerah
Sorgum Village yang berbasis agroeduwisata.
6. Perbaikan konservasi sumberdaya lahan (lahan, vegetasi dan satwa) untuk
keberlanjutan sistem pertanian sorgum untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
7. Peningkatan usaha pengolahan produk tanaman sorgum melalui pelatihan dan
pembinaan dinas terkait (Misalnya Dinas Perindustrian/UKM/Koperasi).
8. Pemanfaatan potensi sorgum melalui konsep agroeduwisata dengan peran aktif
masyarakat dan pengembangan obyek wisata alam di Desa Keyongan.

Sedangkan untuk membangun citra atau branding Desa Keyongan sebagai


Sorgum Village diperlukan beberapa proses, yaitu:

1. Mapping survey
Sebelum memulai merumuskan konsep branding Desa Keyongan, langkah
awal yang perlu disiapkan adalah melakukan survei mengenai perilaku
masyarakat sekitar dengan adanya branding Desa Keyongan sebagai desa
pengembang tanaman sorgum. Tujuan hal ini untuk menciptakan respon positif
dari masyarakat dan menimbulkan ketertarikan untuk ikut serta
mengembangkan produk sorgum di Desa Keyongan. Melihat ketertarikan
masyarakat tersebut diharapkan timbul pengakuan dari masyarakat bahwa Desa
Keyongan berpotensi sebagai desa sorgum (Sorgum Village). Selain itu pihak
perangkat desa setempat memiliki peran penting dalam hal perizinan dan
penyedia lahan yang mana nanti akan digunakan untuk lokasi pengembangan
sorgum.
2. Competitive Analysis
Kunci untuk meningkatkan daya saing produk sorgum adalah dengan
menciptakan branding yang lebih baik untuk meningkatkan kepercayaan pasar

4
terhadap produk tersebut dan melakukan pengembangan kualitas produk juga
harus dibarengi dengan upaya pemerintah baik pusat maupun pemerintah
Kabupaten Lamongan serta ahli di bidangnya agar lebih memfokuskan diri
terhadap pembinaan dan pengembangan produk sorgum dan memotivasi
munculnya inovasi dan pengembangan produk baru yang dilakukan secara terus
menerus.
3. Blueprint
Konsep yang ditawarkan dalam Sorgum Village yaitu Agroeduwisata.
Gabungan dari kedua konsep tersebut akan menimbulkan efek positif kepada
petani sorgum maupun masyarakat Desa Keyongan secara umum, karena
adanya wisata dengan konsep pertanian yang mampu meningkatkan
perekonomian sekaligus mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman
dan pengalaman para wisatawan mengenai sorgum. Desain logo digunakan
sebagai salah satu brand identifier dari Sorgum Village. Kemudian untuk
mengenalkan Sorgum Village baik di tingkat lokal maupun nasional
dipergunakan berbagai media, yaitu: a. Surat kabar
Surat kabar merupakan media cetak yang digunakan untuk menyampaikan
informasi dan paling sering dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari. Surat
kabar yang akan dipilih sebagai media perkenalan Sorgum Village adalah Jawa
Pos, karena Jawa Pos memiliki cakupan yang luas terutama di Pulau Jawa.

b. Billboard
Papan yang berisi iklan yang berukuran beesar dengan tujuan untuk dilihat
oleh pengendara di jalanan. Seringnya masyarakat yang melewati daerah yang
terdapat billboard dapat meningkatkan awareness produk ke dalam benak
mereka. Iklan Sorgum Village melalui billboard akan dilakukan di jalan-jalan
raya di Kabupaten Lamongan agar siapapun yang berkunjung ke daerah
Lamongan dapat mengetahui dan tertarik untuk mengunjungi Desa
Agroeduwisata Keyongan yang telah dikenal sebagai Desa Sorgum Village.
c. Website
Media yang berada dalam jaringan internet memiliki penyebaran yang luas
dan biaya yang relatif murah. Pembuatan website mengenai desa Sorgum
Village di Desa Keyongan dapat membantu masyarakat mengakses dengan
mudah produk maupun fasilitas-fasilitas wisata yang diberikan ketika
berkunjung.

d. Source of Authority
Pencanangan Sorgum Village sebagai desa agroeduwisata dapat juga
melalui dinas terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Lamongan, hal ini dilakukan guna mendapatkan legalitas lokasi wisata.
4. Implementation

5
Upaya Desa Keyongan agar dikenal dengan nama Desa Sorgum Village
dibuat sedemikian rupa sebagai kawasan agroeduwisata yang meliputi berbagai
aktivitas di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut aktivitas-aktivitas yang dilakukan
diantaranya pengenalan tanaman dan varietas sorgum dengan membuka stand.
Selanjutnya diperlihatkan pula lokasi budidaya sorgum dan proses pengolahan
pasca panen yang meliputi sorgum sebagai bahan pangan, pakan ternak, bahan
bioetanol, obat herbal, serta bahan kerajinan. Selain pengolahan juga ada proses
packing sampai pemasaran produk yang semuanya dilakukan di Sorgum Village
dan wisatawan dapat ikut serta di dalamnya. Kegiatan lain untuk menunjang
eksistensi dari Sorgum Village adalah mengadakan pameran produk di event-event
besar Kabupaten Lamongan, selain itu juga akan sering diadakan workshop guna
meningkatkan kualitas produk dan sistem yang dimiliki Sorgum Village.
Implementasi Model Quadruple Helix

Model Quadruple Helix merupakan kolaborasi empat sektor yang saling


berkejasama, sehingga mampu terwujudnya branding Sorgum Village. Empat
sektor tersebut diantaranya:

1. Pemerintah (Government)
Pemerintah yang terlibat meliputi pemerintah tingkat Kecamatan Babat,
tingkat Kabupaten Lamongan meliputi Dinas Pertanian, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Perindustrian, tingkat Provinsi Jawa Timur maupun tingkat
Kementrian. Pemerintah diharapkan dapat melaukan pembinaan dan
pendampingan untuk terus mendorong tumbuhnya kreativitas dan inovasi
masyarakat dalam pengembangan sorum, serta berperan sebagai regulator dan
fasilitator dalam mewujudkan branding desa. Selain itu, dalam mewujudkan
sebuah branding Desa Keyongan melalui potensi sorgum, maka pemerintah
memiliki kewenangan atas pembuatan kebijakan pemasaran, kebijakan harga,
kebijakan dalam pengembangan teknologi pengolahan sorgum dan mampu
merevitalisasi kebijakan dengan memprioritaskan penggunaan produk-produk
dari tanaman sorgum.
2. Bisnis atau Industri (Business),
Melalui branding desa agroeduwisata peran bisnis atau industri adalah
sebagai pelaku usaha, dan creator produk dari tanaman sorgum, sehingga dapat
menghasilkan pasar baru yang dapat menyerap produk yang dihasilkan oleh
Desa Keyongan. Segi bisnis atau industri tersebut dapat membangun masyarakat
berwirausaha dengan menggali potensi tempat tinggal mereka. Menurut Halim
(2011), pelaku usaha dalam suatu bisnis diharapkan mampu mengubah budaya
hidup mereka yang berorientasi pad keuntungan menjadi berorientasi pelanggan
agar terbentuk kerjasama yang menguntungkan dalam jangka panjang. Oleh
karena itu, sistem bisnis tersebut jika diterapkan di Desa Keyongan dalam upaya
branding desa agroeduwisata dapat berjalan dengan baik.
3. Akademisi atau Perguruan Tinggi (Academica),

6
Para akademisi dan civitas perguruan tinggi, memiliki kontribusi dalam
menerapkan tri dharma penguruan tinggi yaitu pengembangan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat. Peran akademik dalam upaya branding
Desa Keyongan memberikan sumbangan hasil penelitian tentang tanaman atau
produk sorgum dengan adanya fasilitas Laboratorium dari pemerintah di Desa
Keyongan, diaharpakn hasil penelitian dapat diaplikasikan oleh pelaku usaha dan
melakukan pendampingan atau istilah lain program pemberdayaan kepada
masyarakat Desa Keyongan untuk mendorong tumbuhnya inovasi dan
kreativitas masyarakatnya dan kapabilitas inovasi, sehingga akademisi dijadikan
sebagai agen yang menyebarkan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi yang
mengembangkan potensi tanaman sorgum di Desa Keyongan. Menurut
Pujiasmanto (2013), peranan para civitas akademik di bidang pertanian ada 3
yaitu: (1) Berperan serta dalam mengembangkan aspek kesiapan manusia dalam
pendidikan formal. (2) Mengembangkan IPTEK dan konsep alternatif kebijakan
pembangunan melalui aktivitas penelitian. (3) Menhembangkan pemberdayaan
masyarakat melalui diseminasi inovasi, pendidikan nonformal dan bentuk
pengabdian kepada masyarakat.
4. Masyarakat (Civil Society)
Masyarakat sebagai pihak pemakai barang yang dihasilkan dari pelaku
usaha. Masyarakat dalam upaya branding desa agroeduwisata ini termasukm
pengunjug yang akan berwisata dia Sorgum Village Desa Keyongan. Empat
sektor dalam model Quadruple Helix harus dapat bekerjasama dengan baik
sesuai dengan peran masing-masing. Tujuan dari peran tersebut untuk
meningkatkan kreatifitas inovasi dalam mengembangkan potensi tanaman
sorgum sebagai branding Desa Keyongan. Adanya inovasi tersebut akan
memacu pelaku usaha agroeduwisata di Desa Keyongan untuk terus
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil, sehingga terciptanya suatu
produk yang lebih baik dan mampu bersaing di pasar Selain itu, melakukan
kreatifitas, inovasi terhadap suatu produk harus memenuhi harapan masyarakat
sebagai pemakai produk. Oleh karena itu, kreatifitas memiliki pengaruh terhadap
kapabilitas inovasi dan keunggulan daya saing produk, sehingga terciptanya
branding Desa Keyongan dikenal sebagai Sorgum Village berbasis
agroeduwisata.

DAFTAR PUSTAKA

7
Luna, prima, Heti H., Sri W., dan Aditya B. Prianto. 2015. Pengaruh Kandungan
Amilosa terhadap karakteristik Fisik dan organoleptik Nasi Instan. Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian. Vol 12 (1): ISSN. 0216-1192.

Pujiasmanto, Bambang. 2013. Perkuat Ketahanan Pangan Nasional Kita. Naskah


Ketahanan Pangan. Semarang (ID): Universitas Sebelas Maret.

Rahadi, Fernan. 2014. Program Kemenparekraf untuk Pengembangan Desa Wisata.


[Online].www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/-
8-februari-2014. [diakses 21 Agustus 2018]

Subagio, Herman dan Aqil M. 2013. Wilayah Penghasil dan Ragam Penggunaan
Sorgum di Indonesia. Seminar Nasional Teknologi Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Serealia.

Anda mungkin juga menyukai