BAB II
SIFAT INDEKS DAN KLASIFIKASI TANAH
Sifat-sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirannya. Besarnya butiran dijadikan
sebagai dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah, sehingga analisis ukuran butir tanah
ini merupakan pengujian yang paling sering dilakukan.
Analisis ini merupakan penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan,
dengan ukuran diameter lubang tertentu.
s w 2
v D
18
dengan : v kecepa tan
γ w =berat volume air (gr/cm3 )
γs =berat volume padat (gr/cm3 )
μ=kekentalan air absolut (g.det/cm 2 )
D=diameter butiran tanah (mm)
Untuk tanah yang terdiri dari campuran butir kasar dan halus dapa digunakan cara
gabungan dari kedua analisis di atas. Umumnya tanah bergradasi baik jika distribusi ukuran
butirannya tersebar meluas (pada ukuran butirnya), demikian pula sebaliknya.
Notasi D10 didefinisikan sebagai 10% dari berat butiran total berdiameter < dari ukuran
butir tertentu. Sebagai contoh: D10 = 0,45mm, artinya 10% dari berat butiran total berdiameter
kurang dari 0,45mm. D10 merupakan ukuran efektif.
Kemiringan dan bentuk umum dari kurva distribusi butiran digambarkan oleh ”koefisien
keseragaman” / coefficient of uniformity, Cu, dan ”koefisien gradasi” / coefficient of gradation,
Cc, dengan persamaan :
D ( D30 )2
Cu 60 Cc
D10 D60 .D10
Contoh kasus 1:
Gambarkan kurva distribusi butiran. Berapa D10 dan Cu. Bagaimana dengan gradasinya?
Penyelesaian:
Dengan menggunakan bantuan MS Excel dilakukan perhitungan data pada tabel
tersebut :
Kolom 2 8
Kolom 3 x 100%; cth :4, 7 .100%
172 172
100
90
80
70
60
% lolos
50
40
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01 0.001 0.0001
ukuran butir (mm)
D10 0,15 mm
D30 0,18 mm
D60 0, 26 mm
D60 0, 26
Cu 1, 73 6
D10 0,15
2 2 Maka tanah bergradasi BURUK
( D30 ) 0,18
Cc 0,86 1
D60 .D10 0, 25 x0,15
Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya. Plastisitas
disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Plastisitas menggambarkan
kemampuan adaptasi tanah terhadap perubahan bentuk pada volume tetap tanpa retak atau
remuk.
Penambahan
kadar air
Gambar 2.1. Batas-batas Atterberg
Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi.
Atterberg (1911) memberikan cara menggambarkan batas-batas konsistensi yaitu batas cair,
batas plastis, dan batas susut.
e. Persentase kadar air yang dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar cawan,
sesudah 25 kali pukulan didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut.
f. Untuk mengurangi tingkat error akibat sulitnya mengatur kadar air pada waktu celah menutup
pada 25 kali pukulan, biasanya percobaan dilakukan beberapa kali yaitu dengan kadar air yang
berbeda dan jumlah pukulan berkisar antara 15 sampai 35 kali.
g. Hubungan kadar air dan jumlah pukulan digambarkan dalam grafik semi logaritmik untuk
menentukan kadar air 25 kali pukulan.
w 1
Dari (1) dan (2) diperoleh wsat wsat = batas susut = SL
0 G
Contoh kasus 2:
Beberapa hasil percobaan untuk menentukan batas-batas konsistensi, ditunjukkan dalam
tabel berikut, tentukan LL, PI, LI tanah tersebut jika PL = 20%, wN = 38%!
Benda Uji 1 2 3 4
Jumlah pukulan 12 17 23 28
Berat tanah basah + cawan (g) 28,15 23,22 23,20 23,18
Berat tanah kering + cawan (g) 24,20 20,80 20,89 20,90
Berat cawan (g) 15,30 15,10 15,20 15,00
Penyelesaian:
Kadar air :
28,15 24, 20
1: w1 x 100% 44,38% , dengan cara yang sama untuk benda uji
24, 20 15,30
2, 3, dan 4, maka diperoleh w2 42, 46%, w3 40, 60%, w4 38, 64%
Digambarkan grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah pukulan:
Dari gambar tersebut, pada 25 kali pukulan diperoleh kadar air 39%. Jadi LL =
39%
PI LL PL 39% 20% 19%
w PL 38 20
LI N 0,95
PI 19
Hubungan kadar air dan jumlah pukulan
60
kadar air w (%)
40
20
10 15 20 25
jum lah pukulan
0,1
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.
0,1 B
A
Contoh kasus 3:
Tanah butir halus diperiksa di laboratorium diperoleh batas-batas konsistensinya LL =
40% dan PL = 10%. Tentukan jenis tanah tersebut!
Penyelesaian :
PI LL PL 40 30 10%
Dari data LL dan PI tersebut diplotkan pada diagram plastisitas Casagrande di
atas garis A dan di kiri garis B CL = lempung berplastisitas rendah
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.
a. Karena % lolos saringan no.200 = 61,5% > 50% maka dalam Tabel 2.3. harus digunakan
kolom bawah yaitu BUTIRAN HALUS.
b. Karena LL = 42% < 50% maka termasuk CL atau ML
c. PI = LL-PL = 42 – 16 = 26%.
d. Nilai PI dan LL diplotkan pada Diagram Plastisitas Casagrande sehingga ditemukan titik
di atas garis A yang menempati zone CL jadi tanah tersebut diklasifikasikan sebagai
CL (lempung organik plastisitas rendah)
tertahan #4 (4,75mm)
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil pasir-lempung
(0,075mm)
(sedikit atau tidak mengandung butiran halus
tidak ada Pasir gradasi buruk, pasir kerikil, sedikit atau tidak
SP Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
butiran halus) mengandung butiran halus.
= indeks plastisitas
(4,75mm)
garis A atau PI < 4 daerah arsir diagram
#200 (0,075mm)
MH atau
elastis 0
Lanau dan lempung LL > lempung tak organik dengan plastisitas tinggi, 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
CH
50% lempung gemuk (fat clays )
Batas Cair LL (%)
Lempung organik dengan plastisitas sedang
Sand/Pasir
ASTM Gravel/Kerikil Silt/Lanau Clay/Lempung
coarse medium fine
Catatan :
Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 tergantung PL
Untuk PL > 30 klasifikasinya A-7-5
Untuk PL < 30 klasifikasinya A-7-6
Np = non plastis