Anda di halaman 1dari 12

Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

BAB II
SIFAT INDEKS DAN KLASIFIKASI TANAH

2.1. ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH

Sifat-sifat tanah sangat tergantung pada ukuran butirannya. Besarnya butiran dijadikan
sebagai dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah, sehingga analisis ukuran butir tanah
ini merupakan pengujian yang paling sering dilakukan.
Analisis ini merupakan penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan,
dengan ukuran diameter lubang tertentu.

2.1.1. Tanah Berbutir Kasar


CARA ANALISIS : dengan ”menyaring”
 Tanah uji disaring lewat satu unit saringan standar.
 Berat tanah yang tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang.
 Persentase terhadap berat kumulatif dihitung

Tabel 2.1. Contoh Nomor saringan Standar Amerika


Diameter lubang Diameter lubang
No. Saringan (mm)
No. Saringan (mm)
3 6.35 40 0.42
4 4.75 50 0.30
6 3.35 60 0.25
8 2.36 70 0.21
10 2.00 100 0.15
16 1.18 140 0.106
20 0.85 200 0.075
30 0.60 270 0.053
Keterangan : Nomor saringan merupakan jumlah lubang tiap 1” atau misalkan No. 40  pada ayakan 1” terdapat
40 lubang.

Saringan standar untuk tanah :


 Saringan kasar : diameter lubang 3”, 2”, 1½’, 1”, ¾”, dan 3/8” --- KERIKIL
 Saringan halus : ( Tabel 2.1.)

2.1.2. Tanah Berbutir Halus


CARA ANALISIS : cara ”sedimentasi”  berdasarkan hukum Stokes yang berkenaan
dengan kecepatan mengendap butiran pada larutan suspensi. Butiran
yang lebih besat akan mengendap lebih cepat dan sebaliknya.
Menggunakan alat uji hidrometer.

s w 2
v D
18
dengan : v  kecepa tan
γ w =berat volume air (gr/cm3 )
γs =berat volume padat (gr/cm3 )
μ=kekentalan air absolut (g.det/cm 2 )
D=diameter butiran tanah (mm)

Untuk tanah yang terdiri dari campuran butir kasar dan halus dapa digunakan cara
gabungan dari kedua analisis di atas. Umumnya tanah bergradasi baik jika distribusi ukuran
butirannya tersebar meluas (pada ukuran butirnya), demikian pula sebaliknya.

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

Notasi D10 didefinisikan sebagai 10% dari berat butiran total berdiameter < dari ukuran
butir tertentu. Sebagai contoh: D10 = 0,45mm, artinya 10% dari berat butiran total berdiameter
kurang dari 0,45mm. D10 merupakan ukuran efektif.
Kemiringan dan bentuk umum dari kurva distribusi butiran digambarkan oleh ”koefisien
keseragaman” / coefficient of uniformity, Cu, dan ”koefisien gradasi” / coefficient of gradation,
Cc, dengan persamaan :

D ( D30 )2
Cu  60 Cc 
D10 D60 .D10

Tanah bergradasi baik jika 1  Cc  3 dengan Cu  4 untuk kerikil dan Cu  6 untuk


pasir, dan tanah bergradasi sangat baik bila Cu  15 .

Contoh kasus 1:

Hasil uji analisis saringan Hasil uji hidrometer


Berat butiran yang Diameter lubang
Diameter (mm) Berat butiran (gr)
tinggal (gr) (mm)
4.75 0 0.02 2
2.36 8 0.006 1
1.18 7 0.002 0
0.60 11 < 0.002 0
0.30 21
0.21 63
0.15 48
0.075 14

Gambarkan kurva distribusi butiran. Berapa D10 dan Cu. Bagaimana dengan gradasinya?
Penyelesaian:
 Dengan menggunakan bantuan MS Excel dilakukan perhitungan data pada tabel
tersebut :

Diameter berat % % lebih


saringan tertinggal % tertinggal tertinggal kecil
(mm) (gr) kumulatif kumulatif
1 2 3 4 5
4.75 0 0.0 0 100
2.36 8 4.6 4.6 95.4
1.18 7 4.0 8.6 91.4
0.6 11 6.3 14.9 85.1
0.3 21 12.0 26.9 73.1
0.21 63 36.0 62.9 37.1
0.15 48 27.4 90.3 9.7
0.075 14 8.0 98.3 1.7
0.02 2 1.1 99.4 0.6
0.006 1 0.6 100.0 0.0
0.002 0 0.0 100.0 0.0
< 0.002 0 0.0 100.0 0.0
 = 172  = 100%

Kolom 2 8
 Kolom 3  x 100%; cth :4, 7  .100%
172 172

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

 Kolom 4  Kolom 4atas  Kolom 3bawah ; cth :8, 7  4, 7  4,1


 Kolom5  Kolom5atas  Kolom 4bawah ; cth :95,3  100  4, 7
 Data pada Kolom 1 dan 5 diplotkan pada grafik dengan skala logaritma
menggunakan bantuan MS Excel dengan :
Absis  skala logaritma – ukuran butir (data kolom 1)
Ordinat  skala biasa – % lolos (data kolom 5)
 Pada sumbu tegak tarik garis bantu ke kanan dari 10% hingga memotong kurva,
kemudian tarik garis vertikal ke bawah memotong sumbu mendatar, disitulah
letak harga D10.

Diagram Distribusi Butiran

100
90
80
70
60
% lolos

50
40
30
20
10
0
10 1 0.1 0.01 0.001 0.0001
ukuran butir (mm)

D10  0,15 mm
D30  0,18 mm
D60  0, 26 mm

D60 0, 26 
Cu    1, 73  6 
D10 0,15 
 2 2  Maka tanah bergradasi BURUK
( D30 ) 0,18
Cc    0,86  1
D60 .D10 0, 25 x0,15 

2.2. BATAS-BATAS ATTERGERG

Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya. Plastisitas
disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Plastisitas menggambarkan

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

kemampuan adaptasi tanah terhadap perubahan bentuk pada volume tetap tanpa retak atau
remuk.

Batas susut Batas plastis Batas cair

padat semi padat plastis cair

Penambahan
kadar air
Gambar 2.1. Batas-batas Atterberg
Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi.
Atterberg (1911) memberikan cara menggambarkan batas-batas konsistensi yaitu batas cair,
batas plastis, dan batas susut.

2.2.1. Batas Cair (Liquid Limit) = LL


 Ditentukan dengan uji Casagrande (1948) untuk menentukan kadar air pada 25 kali
pukulan dengan menggunakan grafik hubungan kadar air w terhadap jumlah pukulan.
Secara singkat proses penentuan LL tanah di laboratorium adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Alat Uji Casagrande


a. Contoh tanah diaduk rata dengan air hingga kental-padat lalu dimasukkan dalam cawan; tinggi
contoh tanah dalam cawan ± 8 mm.
b. Alat pembuat alur (grooving tool) dikerukkan tepat ditengah-tengah cawan hingga menyentuh
dasarnya dengan lebar alur 2 mm.
c. Lalu dengan alat penggetar atau engkol diputar, cawan diketuk-ketukan pada landasan dengan
tinggi jatuh 1 cm. Pemutaran engkol atau pengetukan dilakukan berkali-kali hingga kedua bagian
tanah dalam mangkuk bertautan. Makin kurang cair tanah akan memerlukan makin banyak jumlah
pukulan.
d. Setelah pertautan itu, jumlah ketukan dicatat dan diperiksa kadar airnya.
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

e. Persentase kadar air yang dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar cawan,
sesudah 25 kali pukulan didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut.
f. Untuk mengurangi tingkat error akibat sulitnya mengatur kadar air pada waktu celah menutup
pada 25 kali pukulan, biasanya percobaan dilakukan beberapa kali yaitu dengan kadar air yang
berbeda dan jumlah pukulan berkisar antara 15 sampai 35 kali.
g. Hubungan kadar air dan jumlah pukulan digambarkan dalam grafik semi logaritmik untuk
menentukan kadar air 25 kali pukulan.

2.2.2. Batas Plastis (Plastic Limit) = PL


 Kadar air pada kedudukan antara plastis dan semi padat. Tanah dengan diameter 3,2 mm
mulai retak-retak ketika digulung.
 Proses penentuan LL tanah di laboratorium
adalah sebagai berikut :
a. Bahan seperti uji Casagrande.
b. Bahan tersebut diaduk dan dibentuk bola kecil
dan diletakkan pada plat kaca dan dibuat dalam
bentuk gilingan dengan jari tangan.
c. Diusahakan pada berdiameter ± 3mm mulai
menunjukkan adanya retak-retak, kemudian diperiksa kadar airnya.

2.2.3. Batas Susut (Shrinkage Limit) = SL


 Kadar air pada kedudukan antara semi padat dan padat, dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah.
 Percobaan di laboratorium :
a. Menggunakan alat berupa cawan porselin berdiameter 44,4 mm dengan tinggi 12,7 mm.
b. Bagian dalam cawan dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan tanah jenuh sempurna.
c. Kemudian dikeringkan dalam oven sehingga tanah menyusut.
d. Diukur volumenya ( Vo ) dengan mencelupkannya dengan air raksa, dan beratnya ditimbang
( Wo ).
Wo
e. Dilakukan perhitungan  0  , dan bila G diketahui, dapat dicari e :
Vo
G. w G. w
0  atau e  1 .....(1)
1 e 0
Kadar air yang menyebabkan kenyang air dapat dicari :
G.w  e.S  S  1 jenuh sempurna  wsat  e / G .....(2)

w 1
Dari (1) dan (2) diperoleh wsat   wsat = batas susut = SL
0 G

2.2.4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) = PI


 PI  LL  PL
 Menunjukkan sifat keplastisan tanah.
 Kategori plastisitas tanah :
- Plastisitas rendah LL < 35%
- Plastisitas sedang LL = 35% - 50%
- Plastisitas tinggi LL > 50%
 PI tinggi  tanah mengandung banyak butiran lempung.
 PI rendah  lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering.

Tabel 2.2. Nilai indeks platisitas dan macam tanah


PI Sifat Macam tanah Kohesi
0 Non plastis Pasir Non kohesif
≤7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7 – 17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
>7 Plastisitas tinggi lempung kohesif

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

2.2.5. Indeks Cair (Liquidity Index) = LI


w  PL wN  PL
 LI  N  wN  kadar air di lapangan
LL  PL PI

Contoh kasus 2:
Beberapa hasil percobaan untuk menentukan batas-batas konsistensi, ditunjukkan dalam
tabel berikut, tentukan LL, PI, LI tanah tersebut jika PL = 20%, wN = 38%!

Benda Uji 1 2 3 4
Jumlah pukulan 12 17 23 28
Berat tanah basah + cawan (g) 28,15 23,22 23,20 23,18
Berat tanah kering + cawan (g) 24,20 20,80 20,89 20,90
Berat cawan (g) 15,30 15,10 15,20 15,00

Penyelesaian:
 Kadar air :
28,15  24, 20
1: w1  x 100%  44,38% , dengan cara yang sama untuk benda uji
24, 20  15,30
2, 3, dan 4, maka diperoleh w2  42, 46%, w3  40, 60%, w4  38, 64%
 Digambarkan grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah pukulan:

 Dari gambar tersebut, pada 25 kali pukulan diperoleh kadar air 39%. Jadi LL =
39%
PI  LL  PL  39%  20%  19%
w  PL 38  20
LI  N   0,95
PI 19
Hubungan kadar air dan jumlah pukulan

60
kadar air w (%)

40

20
10 15 20 25
jum lah pukulan

Catatan tentang Skala Logaritmis :


Apabila dihadapi kesulitan mementukan sebuah angka perpotongan pada skala logaritmis maka dapat
dilakukan dengan perbandingan panjang sebagai berikut (misalkan Contoh kasus 1, setelah garis vertikal
memotong sumbu mendatar, kesulitan yang dihadapi adalah menentukan berapa angka perpotongan tersebut:
 Ukur panjang dari 0,1 ke 1 dengan penggaris, misalkan diperoleh A cm.
 Ukur panjang dari 0,1 ke titik potong, misalkan diperoleh B cm.
B log ( X 0,1) B log(1 0,1) 
  log ( X 0,1)   C
A log(1 0,1) A 
  X inilah ukuran butir yang dicari.
X 
 10  X  0,1.10
C C

0,1 
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

Contoh riil kasus tersebut :


 Jarak dari 0,1 ke 1 = 1,02 cm
 Jarak dari 0,1 ke titik potong = 0,19 cm
0,19 log ( X 0,1) 10%
  log ( X 0,1)
1, 02 log(1 0,1)
0,19 log(1 0,1)
   0,1863
1, 02 1 X 0,1 Skala log
X
 10  X  0,1536 mm
0,1863

0,1 B
A

2.2.6. Hubungan Batas-batas Konsistensi dengan Sifat Tanah


Batas-batas Atterberg dan Indeks Plastisitas berguna untuk memperkirakan sifat dan
mengetahui jenis tanah berbutir halus ( diameter butir ≤ 0,075 mm  no.200)
a. Tanah dengan SL makin kecil  sifat kembang susut makin besar
b. Jenis dan sifat tanah ditentukan dari LL dan PI dengan menggunakan Diagram Plastisitas
Casagrande:
 Diagram dibagi 4 daerah dengan garis A dan B
 Data LL dan IP yang diketahui diplotkan pada diagram sehingga diketahui nama
tanah dan sifatnya. Misalkan : LL = 60% dan IP = 40%  CH (clay high
plasticity).
 Sebelah kiri garis B untuk tanah plastisitas rendah dan sebelah kanannya untuk
tanah dengan plastisitas tinggi.
 Sebelah atas garis A untuk tanah lempung (clay) dan bawah garis A untuk tanah
lanau/tanah organik.

Gambar 2.3. Diagram Plastisitas Casagrande

Contoh kasus 3:
Tanah butir halus diperiksa di laboratorium diperoleh batas-batas konsistensinya LL =
40% dan PL = 10%. Tentukan jenis tanah tersebut!
Penyelesaian :
 PI  LL  PL  40  30  10%
 Dari data LL dan PI tersebut diplotkan pada diagram plastisitas Casagrande  di
atas garis A dan di kiri garis B  CL = lempung berplastisitas rendah
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

 Tanpa diagram Casagrande :


-untuk LL = 40%  PI batas = 0,73(40 – 20) = 14,6%  di atas garis A  clay.
-LL = 40% < 50%  di kiri B  low plastisity

2.2.7. Perkiraan Batas Susut SL dari bagan plastisitas Casagrande

 Data LL dan PI diplotkan misalkan pada titik


Q.
 Perpanjangan garis U dan garis A bertemu di
titik P yang mempunyai koordinat LL = -
43,5% dan IP = - 46,4%
Q  Hubungkan titik P dan Q yang akan
memotong sumbu horisontal (batas cair).
Titik perpotongan itulah diperkirakan
sebagai batas susut SL tanah tersebut.

P Gambar 2.4. Perkiraan Batas Susut

2.3. KLASIFIKASI TANAH


Klasifikasi tanah sangat membantu perancang dalam memberikan pengarahan melalui
cara empiris yang tersedia dari hasil pengalaman yang telah lalu. Namun, perancang juga harus
hati-hati dalam menerapkannya karena penyelesaian masalah stabilitas, kompresi (penurunan),
aliran air yang didasarkan pada klasifikasi tanah sering menimbulkan kesalahan yang berarti.
Umumnya klasifikasi tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis
saringan (dan uji sedimentasi) dan plastisitas. Ada 2 sistem klasifikasi tanah :
 Unified Soil Classification System ( Sistem Unified )
 AASHTO ( American Association of State Highway and Transportation Officials)

2.3.1. Sistem Klasifikasi UNIFIED


Ketentuan :
 Jika < 50% tanah hasil uji saringan lolos saringan no.200  TANAH BERBUTIR
KASAR (pasir dan kerikil)
 ≥ 50% lolos saringan no.200  TANAH BERBUTIR HALUS (lanau/lempung).
 Tanah diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 2.3. Simbol-simbol yang digunakan pada tabel tersebut adalah :
G = kerikil (gravel)
S = pasir (sand)
C = lempung (clay)
M = lanau (silt)
O = lanau atau lempung organik (organic silt or clay)
Pt = tanah gambut dan tanah organik tinggi (peat and highly organic soil)
W = gradasi baik (well-graded)
P = gradasi buruk (poorly-graded)
H = plastisitas tinggi (high-plasticity)
L = plastisitas rendah (low-plasticity).

Contoh cara menggunakan Tabel 2.3.


Misalnya dari hasil uji lab diperoleh data PL = 16%, LL = 42%, sedangkan dari analisis diperoleh :

Nomor saringan % lolos


4 (4,75mm) 100
10 (2mm) 93,2
40 (0,42mm) 81
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

200 (0,075mm) 61,5

a. Karena % lolos saringan no.200 = 61,5% > 50% maka dalam Tabel 2.3. harus digunakan
kolom bawah yaitu BUTIRAN HALUS.
b. Karena LL = 42% < 50% maka termasuk CL atau ML
c. PI = LL-PL = 42 – 16 = 26%.
d. Nilai PI dan LL diplotkan pada Diagram Plastisitas Casagrande sehingga ditemukan titik
di atas garis A yang menempati zone CL  jadi tanah tersebut diklasifikasikan sebagai
CL (lempung organik plastisitas rendah)

Prosedur penentuan klasifikasi tanah Sistem Unified adalah sebagai berikut :


1. Tentukan tanah berbutir kasar atau halus dengan menyaringnya menggunakan saringan
no.200.
2. Jika TANAH BERBUTIR KASAR :
 Saring tanah tersebut dan gambarkan grafik distribusi butiran
 Tentukan persen lolos saringan no.4; jika % lolos < 50%  kerikil, dan ≥ 50%
pasir.
 Tentukan jumlah butira yang lolos saringan no.200; jika % butiran yang lolos ≤
5%, pertimbangkan bentuk grafik distribusi butiran dengan menghitung Cu dan
Cc. Jika bergradasi baik  GW (bila kerikil) dan SW (bila pasir), jika bergradasi
buruk  GP (bila kerikil) dan SP (bila pasir).
 Jika % lolos saringan no.200 di antara 5% sampai 12%, tanah akan mempunyai
simbol ganda dan mempunyai sifat keplastisan (GW-GM, SW-SM, dsb).
 Jika % lolos sarngan no.200 di antara > 12% harus dilakukan uji Batas-batas
Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang tinggal dalam saringan
no.40.
 Lalu dengan diagram plastisitas tentukan klasifikasinya (GM, GC, SM, SC, GM-
GC, dan SM-SC).
3. Jika TANAH BERBUTIR HALUS :
 Lakukan uji Batas-batas Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang
tinggal dalam saringan no.40. Jika LL > 50%  H (plastisitas tinggi) dan
sebaliknya –-> L (plastisitas rendah).
 Untuk H, jika plot batas-batas Atterberg pada diagram plastisitas di bawah garis
A, tentukan apakah tanah organik (OH) atau anorganik (MH). Jika plotnya di atas
garis A, klasifikasikan sebagai CH.
 Untuk L, jika plot di bawah garis A dan area yang diarsir klasifikasikan sebagai
organik (OL) atau anorganik (ML) berdasarkan warna, bau, atau perubahan LL
dan PL-nya dengan mengeringkannya di dalam oven.
 Jika plot jatuh pada area arsir, dekat dengan Garis A atau nilai LL sekitar 50%,
gunakan simbol dobel.
Penentuan klasifikasi sistem Unified dapat menggunakan diagram alir pada Gambar 2.5.

2.3.2. Sistem Klasifikasi AASHTO


 Berguna untuk menentukan kualitas tanah dalam perencanaan penimbunan jalan, subbase
dan subgrade. Sistem klasifikasi AASHTO dapat dilihat pada Tabel 2.4.
 Membagi tanah dalam 8 kelompok A-1 sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok.
 Tanah dalam tiap kelompok dievaluasi Indeks Kelompok/Group Index (GI) dengan
menggunakan rumus-rumus empiris.
 Pengujian yang dilakukan adalah analisis saringan dan batas-batas Attergerg.
 GI  ( F  35) 0, 2  0,005( LL  40)  0,01( F 15)( PI 10)
Dengan : GI = indeks kelompok
F = % butiran lolos #200 (0,075)
LL = batas cair
Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere
Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi UNIFIED
Simbol
Divisi Utama Nama Jenis Nama Jenis
Kelompok
Kerikil bersih Kerikil gradasi baik dan campuran pasir-kerikul,
GW Cu > 4 , Cc antara 1 dan 3
(sedikit atau sedikit atau tidak mengandung butiran halus
tidak ada Kerikil gradasi buruk dan campuran pasir-kerikil
butiran halus) GP Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW
atau tidak mengandung butiran halus
PI

Batas-batas Atterberg di bawah Bila batas Atterberg berada di


Kerikil banyak GM Kerikil berlanau, campuran kerikil pasir-lempung
garis A atau PI < 4 daerah arsir diagram
kandungan

dari fraksi kasar


Batas-batas Atterberg di atas plastisitas maka dipakai
butiran halus

tertahan #4 (4,75mm)
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil pasir-lempung

Kerikil 50% atau lebih


garis A atau PI > 7 simbol dobel
Kerikil bersih Pasir gradasi baik, pasir berkerikil, sedikit atau
SW Cu > 6 , Cc antara 1 dan 3

(0,075mm)
(sedikit atau tidak mengandung butiran halus
tidak ada Pasir gradasi buruk, pasir kerikil, sedikit atau tidak
SP Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW
butiran halus) mengandung butiran halus.
= indeks plastisitas

yang mempunyai simbol dobel


Batas-batas Atterberg di bawah Bila batas Atterberg berada di

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Kerikil banyak SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau.

(4,75mm)
garis A atau PI < 4 daerah arsir diagram

Pasir lebih dari


kandungan
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

Batas-batas Atterberg di atas plastisitas maka dipakai

SM, SC. 5% - 12% lolos #200:batasan klasifikasi


butiran halus SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung

Tanah berbutir kasar 50% butiran tertahan #200


#200: GW, GP, SW, SP. > 12% lolos #200 :GM, GC,
Klasifikasi berdasarkan % butiran halus, < 5% lolos
garis A atau PI > 7 simbol dobel

50%fraksi kasar lolos #4


Lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk
ML 60
batuan atau pasir halus berlanau atau berlempung
Lempung tak organik dengan plastisitas rendah 50
Lanau dan lempung LL ≤ CH
sampai sedang, lempung berkerikil, lempung 40
50% CL
berpasir, lempung berlanau, lempung kurus (lean
clays ) 30
CL
Lanau organik dan lempung berlanau organik 20
OL CL-ML MH atau OH
dengan plastisitas rendah.
10 ML
Indeks Plastisitas PI (%)

Lanau tak organik atau pasir halus diatomae, lanau

#200 (0,075mm)
MH atau
elastis 0
Lanau dan lempung LL > lempung tak organik dengan plastisitas tinggi, 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
CH
50% lempung gemuk (fat clays )
Batas Cair LL (%)
Lempung organik dengan plastisitas sedang

Tanah berbutir halus 50% butiran lolos


OH Garis A : PI = 0,73(LL-20)
sampai tinggi
Tanah dengan kadar organik Gambut (peat ) dan tanah lain dengan kandungan Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-
Pt
tinggi organik tinggi 2488
Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

Contoh cara penggunaan sistem klasifikasi AASHTO :


Misalkan hasil analisis distribusi butiran dari suatu tanah tak organik ditunjukkan pada tabel berikut dengan
LL = 54% dan PI = 23%.

Diameter butiran (mm) % lolos


2,0 (#10) 100
0,075 (#200) 75
0,05 65
0,005 33
0,002 18
Solusi :
 F = 75%  > 35% lolos #200  Jenis lanau atau lempung
 LL = 54%, kemungkinan dapat dikelompokkan A-5 (41% min), A-7-5 atau A-7-6 (41%min).
 PI = 23%  Untuk A-5 PI maksimum 10% jadi kemungkinan tinggal A-7-5 atau A-7-6.
 Untuk membedakan keduanya, hitung PL = LL – PI = 54 – 23 = 31 > 30%.
GI  (75  35)[0, 2  0,005(54  40)]  0,01(75  15)(23 10)
 Jika dihitung
 19 (dibulatkan)
 Mengingat PL>30% maka tanah diklasifikasikan A-7-5(19)
Aturan penggunaan nilai GI :
- Bila GI < 0, maka dianggap GI = 0
- Nilai GI yang dihitung dari persamaan dasar dibulatkan pada angka terdekat
- Nilai GI untuk kelompok A-1a, A-1b, A-2-4, A-2-5, dan A-3 selalu nol.
- Untuk kelompok A-2-6 dan A-2-7, GI  0,01( F  15)( PI  10)

Tabel 2.5. Penentuan Nama Tanah berdasarkan Ukuran Butir


saringan #3” #4” #10” #40” #200”
mm 76,2 19,10 4,76 2,0 0,42 0,074 0,005

Gravel/Kerikil Sand/Pasir Silt or Clay/Lanau atau


USCS Cobbles
Lempung
coarse fine coarse medium fine

Sand/Pasir
ASTM Gravel/Kerikil Silt/Lanau Clay/Lempung
coarse medium fine

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Tabel 2.4. Sistem Klasifikasi AASHTO
Klasifikasi Umum Material granuler ( < 35% lolos #200 )
Tanah-tanah lanau-lempung ( > 35% lolos #200 )
A-1 A-2 A-7
Klasifikasi kelompok A-3 A-4 A-5 A-6
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 A-7-5 A-7-6
Analisis saringan (%lolos)
#10 (2mm) 50 maks - - - - - - - - - - -
#40 (0,425mm) 30 maks 50 maks 51 min - - - - - - - - -
#200 (0,075mm) 15 maks 25 maks 10 maks 35 maks 35 maks 35 maks 35 maks 36 min 36 min 36 min 36 min 36 min
Sifat Fraksi Lolos saringan #40
Batas Cair LL - - - 40 maks 41 min 40 maks 41 min 40 maks 41 min 40 maks 41 min
Indeks Plastis PI 6 maks Np 10 maks 10 maks 11 min 11 min 10 maks 10 maks 11 min 11 min
Indeks Kelompok GI 0 0 0 4 maks 8 maks 12 maks 16 maks 20 maks
Pecahan batu, kerikil Pasir
Tipe materian yang pokok pada umumnya kerikil berlanau atau berlempung dan pasir Tanah berlanau Tanah berlempung
dan pasir halus
Penilaian umum sebagai tanah dasar Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk

Teknik Sipil - Universitas Nusa Nipa - Maumere


Mekanika Tanah I – Sandy Immanuel Yansiku, ST, MT.

Catatan :
Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 tergantung PL
Untuk PL > 30 klasifikasinya A-7-5
Untuk PL < 30 klasifikasinya A-7-6
Np = non plastis

Anda mungkin juga menyukai