Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEMARITIMAN

PENGOLAHAN PERIKANAN DI KEPULAUAN RIAU


DOSEN PEMBIMBING
TRI YULIANTO,S.Pi MPSDA

YOGA OKTALIANDI SAPUTRA 150254242029


RAJA WIRA PRADANA 150254242025
ASMADI HASAN 150254242002
PENDI PRADANA 150254242006
GUSTI RANDA 150254242021
RUSDI NUR 150254242042
ZULFIKAR 150254242035
PAJRIN 150254242024
SUNARTI AGUNG 150254242046

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Provinsi Kepulauan Riau memiliki luas wilayah 251.810,71 km2 yang terdiri
dari 96% lautan dan hanya 4% daratan, sehingga potensi kelautan dan perikanan
sangat besar untuk dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan. Setelah
berlaku UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan Pemerintah
Provinsi dalam pemanfaatan dan pengelolaan potensi kelautan dan perikanan
menjadi sangat luas. Selain itu juga, berdasarkan Kepmen KP Nomor
Kep.63/MEN/SJ/2012 menunjuk Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kepulauan Riau menjadi penanggung jawab Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W) untuk mengkoordinasikan penyusunan
laporan keuangan dan barang milik negara (BMN) Satuan Kerja Unit Pelaksana
Teknis, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kab/Kota penerima dana APBN (Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan) di Wilayah
Provinsi Kepulauan Riau.

Kabupaten Bintan secara administratif terdiri dari 10 kecamatan dan


memiliki 51 desa/kelurahan. Berdasarkan jumlah tersebut industri pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan terkonsentrasi pada 7 desa/kelurahan. Namun
aktivitas pengolahan terbesar terpusat pada daerah Kijang, Sei Kawal-Gunung
Kijang, dan Tambelan. Adapun Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kelautan dan
Perikanan meliputi UPTD Kijang, UPTD Kawal, UPTD Bintan Pesisir.

Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Provinsi Kepulauan


Riau Tahun 2010 mendeskripsikan bahwa Kabupaten Bintan merupakan lokasi
terbanyak dari unit pengolahan ikan di Provinsi Kepulauan Riau, dimana jumlah
unit pengolahan hasil perikanan terdapat sebanyak 210 unit dan jumlah unit
pemasaran hasil perikanan sebanyak 290 unit. Namun berdasarkan status badan
hukum yang dimiliki, semua unit pengolahan ikan memiliki badan hukum lain atau
tidak berbadan hukum. Adapun perizinan yang diperoleh, untuk unit pengolahan
ikan semua berasal dari instansi lain, seperti desa/kelurahan.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah:
1. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh pihak pengajar.
2. Ingin mengetahui apa saja jenis-jenis olahan perikanan di kepulauan riau.
3. Untuk mengetahui perkembangan jenis olahan di kepulaian riau.
4. Sebagai media belajar untuk modul presentasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 JENIS-JENIS OLAHAN PERIKANAN DI KEPULAUAN RIAU

Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten


Lingga Potensi dan Pemanfaatan
Ditulis oleh Administrator Selasa, 21 May 2013 07:19

Potensi Dan Pemanfaatan Kabupaten Lingga


Kabupaten Lingga secara administratif memiliki terdiri dari 5 kecamatan dengan rincian sebanyak
57 desa/kelurahan dan 6 diantaranya adalah berstatus kelurahan dengan jumlah penduduk
sebanyak 92.538 jiwa. Dari jumlah tersebut industri pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
terkonsentrasi pada 2 desa/kelurahan dengan jumlah unit pengolahan hasil perikanan sebanyak
53 unit dan jumlah unit pemasaran hasil perikanan sebanyak 202 unit. Kecamatan yang termasuk
wilayah Kabupaten Lingga adalah Singkep Barat, Singkep, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

Berdasarkan status badan hukum yang dimiliki, semua unit pengolahan hasil perikanan yang ada
memiliki badan hukum lain atau tidak berbadan hukum, sedangkan untuk unit pemasaran hasil
perikanan terdapat 1 berbadan hukum PT dan 201memiliki badan hukum lain atau tak berbadan
hukum. Adapun berdasarkan perizinan yang dikeluarkan, untuk pengolahan hasil perikanan 1 dari
Dinas Perikanan Kab/Kota, dan 52dan instansi lain. Usaha-usaha tersebut adalah penggaraman
sebanyak 4 unit, pemindangan 4 unit, pengolahan tepung ikan (pereduksian) 3 unit, produk segar
3 unit dan dalam bentuk usaha lainnya 39 unit. Jika melihat kondisi yang ada hanya 5 yang masih
aktif. Secara teknologi pengolahan ikan yang digunakan sebagian besar masih manual, sedangkan
untuk kepemilikan sertifikasi pengolahan ikan semuanya belum bersertifikat. Profil keragaan
industri pengolahan hasil perikanan berdasarkan status dan kondisi kelayakan pengolahan di
Kabupaten Karimun.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada untuk unit pengolahan ikan adalah berjumlah 98
orang, dengan tenaga kerja laki-laki sebanyak 22 orang dan perempuan sebanyak 76 orang.
Adapun unit pengolahan semua memiliki asset kurang dari 100 juta. Sedangkan berdasarkan
omset pertahun yang dihasilkan sebanyak 29 memiliki omset kurang dari 100 juta, sebanyak 20
unit memiliki omset antara 100 juta-1 milyar, dan sebanyak 1 unit memiliki omset 1-3 milyar.
Berdasarkan jenis dan jumlah unit pengolahan ikan, sebagian besar Kabupaten Lingga memiliki
klasifikasi usaha pengolahan mikro dan hanya 1 yang diklasifikasikan besar.

Adapun untuk jenis dan jumlah unit pemasaran hasil perikanan yang ada, sebanyak 82 unit
merupakan pedagang besar, pengecer sebanyak 96 unit, restoran 23 unit, catering 1 unit.Perizinan
unit pemasaran hasil perikanan sebanyak 1 berasaldari Dinas Perikanan Provinsi dan 201 instansi
lain. Kondisi unit pemasaran ini tidak diketahui keaktifannya. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang
ada sebanyak 584 orang dengan tenaga kerja laki-laki 340 orang dan tenaga kerja perempuan
sebanyak 244 orang. Adapun berdasarkan asset yang dimiliki, sebanyak 48 unit memiliki asset
kurang dari 100 juta, sedangkan untuk omset pertahun yang diperoleh, sebanyak 29 unit
memperoleh omset kurang dari 100 juta dan 20 unit memperoleh omset 100 juta-1 milyar. Profil
keragaan industri pemasaran hasil perikanan Kabupaten Lingga.

Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga, jumlah unit pengolahan ikan
tahun 2009 sebanyak 84 unit dengan jumlah produksi ikan olahan sebesar 280,416 ton.
Sedangkan jumlah pengolah dan pemasaran ikan sebanyak 118 dan 112 orang, dengan jumlah
tenaga kerja perikanan (nelayan) 10.658 orang dan peluang kesempatan kerja 24.411 orang.

Produksi perikanan Kabupaten Lingga pada 2009 mencapai 19.425,2 ton atau sekitar 12,3% dari
produksi total Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) (Tabel 4.3.4). Produksi perikanan tersebut sebagian
besar, yakni sebanyak 19.2456,0 ton (99,1%), berasal dari perikanan tangkap, dan sebagian kecil
saja (179,3 ton atau 0,9%) berasal dari perikanan budidaya. Perikanan tangkap mendominasi
kegiatan perekonomian sektor perikanan di Kabupatane Lingga, dan alat tangkap yang digunakan
umumnya masih sederhana berupa pancing dan jaring insang.

Tabel 1 Produksi Perikanan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010.

Kabupaten/Kota Tangkap Budidaya Jumlah


No.
1 Karimun 17.637,1 1.066,7 18.703,8
2 Bintan 19.749,0 334,0 20.083,0
3 Natuna 38.558,0 23.178,0 61.736,0
4 Lingga 19.2456,0 179,3 19.425,2
5 Batam 33.770,7 451,2 34.222,0
6 Tanjungpinang 2.713,3 267,1 2.980,4
7 Anambas 278,1 20,0 298,1
Jumlah 131.952,2 25.496,3 157.448,5

Jenis ikan yang tertangkap di Kabupaten Lingga cukup beragam mencakup golongan ikan ( fin
fish), udang (kustasea), berdaging lunak dan alga. Jenis biota tersebut antara lain ikan manyung,
sebelah, ekor kuning (pisang-pisang), selar, kuwe (bubara), layang tetengkek. bawal hitam, bawal
putih, daun bambu (talang-talang), kakap putih, golok-golok, tembang, lemuru teri, julung-julung,
gerot-gerot, nomei (lomei), peperek, lencam, kakap merah (bambangan), belanak, biji nangka,
kurisi, kurau, kuro (senangin), swangi (mata besar), gulamah, tongkol, krai, kembung, tenggiri,
kerapu berbagai jenis, beronang, cucut, lanyam, pari, kembang (pari macan), udang putih
(jerbung), udang windu, kepiting, cumi-cumi, sotong, rumput laut, dan sebagainya.

Jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh para nelayan di daerah perairan Lingga cukup beragam, ada
sebanyak 25 jenis yang memiliki nilai ekonomis penting, seperti antara lain ikan Kerapu, Tenggiri,
ikan merah, selar dan udang. Perkembangan produksi selama 4 tahun terakhir (2006-2009)
mengalami peningkatan. Volume produksi perikanan menurut jenis ikan sebagaimana data Dinas
Perikanan dan Perikanan Kabupaten Lingga tahun 2009 sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2 Volume produksi perikanan menurut jenis ikan di Kabupaten Lingga tahun 2009.

Produksi (Ton) Nilai (Rp. 000.-)


Jenis Ikan
01. Ikan Merah 1.681,793 36.999.446
02. Ekor Kuning 611,472 7.337.664
03. Bawal 701,708 14.034.160
04. Tenggiri 1.744,512 31.401.216
05. Belanak 389,950 4.679.400
06. Parang 1.649,034 24.735.510
07. Kerisi 314,101 2.198.707
08. Selar 722,305 13.001.490
09. Cumi-Cumi 647,835 9.717.525
10. Tamban 205,237 1.231.422
11. Kerapu 1.662,419 99.745.140
12. Kurau 430,998 10.774.950
13. Udang 923,566 32.324.810
14. Teri 759,377 11.390.655
15. Sagai 753,780 15.829.380
16. Puput 157,051 942.306
17. Sengarat 1.354,564 27.091.280
18. Sebelah 408,203 4.898.436
19. Selangat 274,839 1.374.195
20. Jahan 392,627 2.355.762
21. Ketam/Kepiting 1.251,945 15.023.340
22. Pari 667,466 4.004.796
23. Hiu 235,576 1.177.880
24. Baronang 255,207 2.041.656
25. Lainnya 1.157,260 5.786.300
2009 19.352,825 380.097.426
2008 17.183,880 335.071.178
2007 16.305,085 199.173.413
2006 15.894,27 111.216.747
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga Tahun 2009

Hampir semua jenis tersebut merupakan komoditas perdagangan yang laku di pasar lokal dan
ekspor terutama Singapura dan Malaysia, bahkan pada saat dan musim tertentu pemintaan sangat
besar sementara pasokan sangat sedikit, sehingga harga meningkat tajam. Permintaan ikan yang
sangat besar terjadi terutama pada saat perayaan lebaran, tahun baru Masehi dan tahun baru Cina
(Imlek).

Melihat aliran proses bisnis, maka secara umum profil industri pengolahan dan pemsaran hasil
perikanan di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau adalah :

1. Berdasarkan penggolongan unit pengolahan hasil perikanan yang dikeluarkan oleh


Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Unit Pengolahan Ikan
(UPI) yang ada, meliputi :
a. Unit transportasi ikan hidup
b. Unit penanganan ikan segar
c. Unit pengolahan tradisional, seperti ikan kering/asin dan pengolahan aneka kerupuk
ikan
d. Unit pengolahan seperti, baso ikan dan otak-otak ikan.
e. Belum ada unit pembekuan hasil perikanan
f. Belum ada unit pengalengan hasil perikanan

2. Penanganan ikan hidup dan ikan segar merupakan aspek yang sangat penting dan besar
dalam aliran proses bisnis hasil perikanan ini.

3. a. Pemasaran ikan hidup dan ikan segar yang dilakukan telah mengarah pada
perdagangan ekspor ke negara Singapura, Malaysia, serta perdagangan antar
daerah/pulau, yang meliputi Batam, Provinsi Riau dan Jambi
b. Arah pemasaran yang ada sangat berkorelasi dengan akses yang dimiliki dari pemilik
rantai pemasaran tersebut.

4. a. Unit pengolahan hasil perikanan lain masih didominasi oleh hasil olahan perikanan
tradisional yang didominasi oleh ikan kering/asin dan kerupuk ikan.
b. Klasifikasi unit pengolahan dan pemasaran hasil perikanan merupakan industri skala
mikro dankecil (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) adalah usaha yang memiliki aset Rp 50 juta-Rp 10 miliar dan
omzet dari Rp 300 juta sampai Rp 50 miliar per tahun).
c. Sebagian besar belum memiliki izin usaha.
d. Unit pengolahan ikan masih menggunakan teknologi pengolahan manual (dikerjakan
oleh manusia) dan belum memenuhi kelayakan sebagai suatu unit pengolahan hasil
perikanan yang baik.
e. Pemasaran olahan masih mengarah pada pasar lokal, walaupun sudah mulai mengarah
ke pasar ekspor.
f. Bahan baku produksi perikanan yang digunakan pengolahan hasil perikanan sebagian
besar didominasi ikan pelagis kecil dengan mutu yang rendah.

5. Terdapat produk perikanan, terutama perikanan budidaya seperti ikan hidup air laut
(kerapu, kakap) dan rumput laut yang belum menjadi mata rantai industri dan memiliki
kaitan kuat dengan industri pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

6. Belum adanya pendataan kebutuhan produksi ikan dan besarnya jumlah produk akhir yang
dihasilkan dari masing-masing industri pengolahan hasil perikanan yang ada.
A. POTENSI HASIL PERIKANAN DI KEPULAUAN RIAU

Potensi Kelautan dan Perikanan Kepri


Didominasi Perikanan Tangkap
Kamis, 14 November 2013 23:22 WIB

Kapal nelayan/Evy R. Syamsir


Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, DR. Eddiwan mengungkapkan wilayah provinsi kepulauan
ini memiliki potensi kelautan dan perikanan yang tidak sebanding dengan daerahlain.
Luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau mencapai 425.214,6679 km2, terdiri dari perairan
417,005,0594 km2 (98,0%) dan daratan 8.209,6 08 km2 (2,0 %) dan panjang garis pantai
diperkirakan 2.367,6 km.
Sebagai wilayah provinsi kepulauan dan berada dilaluan internasional, daerah ini
memiliki potensi kelautan dan perikanan yang dapat diandalkan. Potensi perikanan tangkap
di Provinsi Kepulauan Riau termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan Laut Cina Selatan
dan Natuna melalui garis batas terakhir Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Khusus
Provinsi Kepulauan Riau memiliki luas zona perairan sekitar 417.005,0594 km2 termasuk ZEE
379.000 km2.
Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang terdapat di provinsi ini terdiri dari
berbagai hasil perikanan laut, wisata bahari dan pantai, ekosistem mangrove, terumbu karang
dan rumput laut serta beragam jenis biota laut lainnya. Selain sumberdaya hayati juga
memiliki sumberdaya alam non hayati yaitu minyak bumi, gas alam, pasir laut, bahan tambang
mineral dengan cadangan yang sangat besar dan terdapat pula barang-barang kuno bekas
muatan kapal yang tenggelam.
"Pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Riau hingga kini
masih didominasi oleh perikanan tangkap dilaut," ujar Eddiwan.
Pada tahun 2006, produksi perikanan tercatat sebesar 220.570,61 ton. Sejumlah
217.094,91 ton (99,5%) berasal dari perikanan tangkap dilaut. Diikuti oleh produksi
perikanan budidaya laut sebesar 3.279,05 ton (0,4 %), produksi budidaya air tawar 174,66 ton
dan produksi budidaya air payau (tambak) sebesar 21,99 ton ( 0,1%).
Potensi Sumberdaya Pesisir dan pulau-pulau kecil tersebar di wilayah provinsi Kepulauan
Riau. Sumberdaya pesisir tersebut meliputi ekosistem terumbu karang, kawasan hutan
mangrove, padang lamun dan ekosistem rumput laut dengan potensi yang cukup besar.
Eddiwan mencontohkan potensi terumbu karang yang tersebar dihampir seluruh
kabupaten/kota di Kepri dengan luas sekitar 50.718,3 hektare, hutan bakau 57,849,2
hektare, padang lamun 11.489,6 hektare dan rumput laut 37.634 ,8 hektare.
"Luasan ini merepresentasikan bahwa di Provinsi Kepulauan Riau khususnya sangat kaya
akan potensi sumberdaya pesisir. Sumberdaya ini dapat dimanfaatkan sebagai basis kegiatan
perikanan, industri dan pariwisata," ujar Eddiwan.
Berdasarkan hasil kajian potensi yang pernah dilakukan, estimasi luas terumbu karang di
Provinsi Kepulauan Riau saat ini mencapai lebih kurang 32.000 ha. Luasan terumbu karang
tersebut meliputi karang tepi, karang gosong dan karang shoal. Dari jumlah luasan tersebut 28
% dalam kondisi sedang, 17 % kondisi baik dan hanya 10 % dengan kondisi baik sekali.
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang yang tumbuh di perairan ini merupakan
jenis hard coral yang terdiri dari jenis acropora (branching, tabulate dan encrusting) dan Hard
coral non acropora (branching, massive dan encrusting). Selain itu juga terdapat jenis
terumbu karang soft coral.
Pada lokasi pertumbuhan ikan karang juga berasosiasi dengan beberapa jenis ikan
karang yang bernilai ekonomis tinggi seperti: Chaetodon ostofasciatus, Archamia fucata,
Lutjanus decussates, pomacentrus moluccensis dan jenis ikan karang lainnya.
Sedangkan, di sepanjang pesisir pulau dan pulau-pulau kecil di Provinsi Kepulauan Riau
juga ditumbuhi oleh vegetasi mangrove seluas 57.849,2 ha. Beberapa jenis mangrove yang
dominan adalah Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa, Rhizopora Apiculata, Avicennia alba,
Soneratia alba, bruguiera gymnorrhiza, xylocarpus granatum, nypa fruticans dan lain
sebagainya. Sebagian masih dalam kondisi yang baik namun di beberapa lokasi telah
mengalami kerusakan akibat adanya konversi lahan untuk kegiatan pembangunan.
Sumberdaya lain yang terdapat di wilayah provinsi ini adalah ekosistem padang lamun
dan rumput laut. Luas padang lamun mencapai ± 11,849,6 ha. Habitat padang lamun
tersebut sering berasosiasi dengan hutan mangrove dan terumbu karang. Sedangkan luas
rumput laut diperkirakan seluas 37.634,8 ha meliputi jenis kelompok alga merah, alga hijau
dan alga coklat.
Kawasan dengan hamparan ribuan pulau sehingga dijuluk sebagai "negeri segantang
lada" juga menyimpan potensi wisata yang menjadi andalan. Pulau-pulau yang berserak dari
Selat Melaka hingga Laut Cina Selatan memiliki panorama alam yang indah baik di kawasan
pulau maupun di kawasan pantai dan lautnya.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata untuk menggalakkan kegiatan
ekonomi, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, serta penerimaan devisa melalui
upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan.
"Beberapa jenis kegiatan wisata bahari yang sudah berkembang diantaranya wisata
selam, berenang dan pemancingan," katanya.
Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi minyak bumi dan gas yang sebarannya cukup
luas yang terdapat pada cekungan Natuna. Berdasarkan data dari hasil survey bahwa jumlah
cadangan minyak bumi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 291.81 MMBO dan produksi rata-
rata pertahun 16,121 MMBO, sedangkan jumlah cadangan gas sebesar 55,3 TSCF.
Sedangkan sumberdaya mineral penting yang potensial yang terdapat di kawasan pulau-
pulau kecil di Kepulauan Riau dapat digolongkan ke dalam mineral vital diantaranya emas,
timah, nikel, bauksit dan bijih besi.
Laut dalam yang dimiliki Kepulauan Riau juga banyak menyimpan rahasia masa lalu.
Sebagai perairan lintasan dunia, laut Kepulauan Riau banyak terdapat barang-barang kuno
bekas muatan kapal yang tenggelam. Perairan Riau secara geografis merupakan jalur
pelayaran laut yang penting sejak masa lalu. Menurut data dari Departemen Kelautan dan
Perikanan terdapat sekitar 17 titik yang diduga mengandung potensi BMKT di Perairan Provinsi
Kepulauan Riau dan Provinsi Riau.
Sebagai gambaran pada tahun 1752 di Karang Heliputan, Riau. Kapal VOC bernama De
Geldermalsen, yang tenggelam mengangkat 140.000 buah keramik Cina dan 225 potong emas
batangan. Benda-benda tersebut kemudian dilelang di Balai Lelang Christie's-Amsterdam
dengan nama "The Nanking Cargo" dan dapat meraup uang lebih dari US $15 juta. Pada tahun
1989, PT Muara Wisesa mengangkat 31.000 buah keramik dari perairan P. Buaya dekat P.
Bintan.
Perairan Provinsi Kepulauan Riau berpotensi sebagai media transportasi internasional
dan transportasi domestik/antar pulau. Perkembangan transportasi laut berimplikasi pada
potensi industri maritim antara lain, industri pembuatan dan perawatan kapal, industri
penunjang kegiatan maritim dan penyerapan tenaga kerja.
Daik, LINGGA POS – Potensi kelautan wilayah Lingga dan Kepri umumnya cukup besar dan
menjanjikan jika dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal itu dipaparkan oleh Nurfitri Sadia, dari
Dirjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Provinsi Kepri dalam gelar konsultasi dengan pihak Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Lingga terkait penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
(RZWP3K) Provinsi Kepri yang berlangsung di ruang rapat lantai II Kantor Bappeda, Senin
(5/10). “Potensi kelautan Kabupaten Lingga dan Kepri umumnya cukup besar utamanya
disektor perikanan yang perlu digerakkan dengan semaksimal mungkin,” papar Nurfitri. Kata
dia, dari data pihaknya, zonasi pulau-pulau kecil di Lingga tersebut dibagi dalam enam zonasi
yang mencangkup zonasi perairan tangkap, perikana budi daya, maritim, pelabuhan dan
pertambangan. Meski pun harus diakui zona pertambangan seperti non logan, mineral hingga
gas dan minyak bumi di daerah Kepri memang menguasai dibanding dengan zonasi lainnya.
Sebagai wilayah yang 96 persen adalah laut dan merupakan daerah pesisir dimana terdapat
sekitar 604 pulau-pulau kecil yang tersebar di berbagai kawasan, tentu masalah
peruntukannya harus disusun dan ditata dengan sedemikian rupa. Kepala Bappeda Lingga M.
Ishak meminta agar pihak KKP dapat segera memberikan penetapan batas wilayah alias zonasi
yang jelas antara Lingga – Kepri – dan atau Provinsi Jambi dan Provinsi Bangka Belitung
(Babel). “Wilayah Lingga yang luas hingga ke Pulau Pekajang yang berbatasan langsung
dengan Babel. Ini mengingat pula perairan sekitar Pekajang memiliki sumber hasil laut yang
sangat potensial bagi Lingga,” ujar Ishak. Begitu pula misalnya dengan Pulau Berhala yang
berbatasan langsung dengan Jambi dan pernah menjadi daerah status quo antara Kepri dan
Jambi. Sementara jarak tempuh Pulau Pekajang dengan Lingga (Kepri) dan Babel, lebih dekat
ke wilayah tetangga tersebut sehingga aktivitas masyarakat daerah ini banyak berinteraksi
dengan Babel. Dalam kegiatan konsultasi tersebut turut hadir Kepala Dinas (DKP) Lingga,
Kabid Laut dan Udara Dishubkominfo Lingga, perwakilan dari Dinas Pertambangan, para
Camat se-Lingga, tokoh-tokoh masyarakat dan undangan lainnya. (syk,aff)
Berdasarkan riset dengan mewawancarai nelayan, peneliti Suspol mendapat informasi
setiap satu kapal motor nelayan bisa mengangkut 50 kilogram ikan sekali melaut. Dari 10
kecamatan atau daerah tangkapan ikan di Natuna, ada REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi
perikanan di perairan Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau mencapai triliunan rupiah
dengan jumlah ikan budidaya dan hasil tangkapan yang melimpah, kata Direktur Pusat Studi
Sosial Politik (Suspol) Indonesia Ubedilah Badrun.
"Berdasarkan hasil riset lapangan kami, hasil tangkapan ikan oleh nelayan tradisional
dengan alat yang sangat sederhana di perairan Natuna bisa mencapai Rp9 triliun per
tahunnya," kata Ubedilah di Jakarta, Jumat (12/12).
kapal motor nelayan yang melaut setiap harinya.
Peneliti Suspol berasumsi nelayan melaut sebanyak 240 kali dalam setahun dengan
asumsi harga ikan Rp 50 ribu per kilogram. Dengan hitungan tersebut, tangkapan ikan oleh
nelayan tradisional Kabupaten Natuna bisa mencapai Rp 9 triliun lebih per tahun.
Sedangkan hasil tangkapan dari praktik pencurian ikan, papar Ubedilah, jauh lebih
banyak dari hasil tangkapan kapal nelayan. "Kapal dengan kapasitas 50 gross ton bisa
mengangkut 40 kilogram per hari," kata dia.
Selain itu, hasil penelitian Suspol juga memaparkan bahwa perairan Natuna menyumbang
21,10 persen hasil tangkapan ikan dari seluruh potensi perikanan tangkap di seluruh
Indonesia.
Potensi hasil tangkapan dan potensi pencurian ikan di Natuna diperkirakan mencapai
1.261.980 ton per tahun, dari hasil tangkapan ikan Indonesia sebanyak 5.950.000 ton per
tahun. Hasil penelitian juga memaparkan data hasil budidaya ikan di Natuna dengan beragam
jenis ikan bernilai tinggi.
"Ikan budidaya paling mahal itu namanya ikan napoleon, harganya bisa Rp 900 ribu per
kilogram, dan itu melimpah ruah," terang Ubedilah. Selain Napoleon, ikan budidaya yang juga
bernilai tinggi adalah ikan kerapu dan ikan kakap dengan harga jual mulai dari Rp140 ribu
hingga Rp380 ribu per kilogram.

B. POTENSI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN DI KEPULAUAN RIAU


Dalam upaya memaksimalkan hasil perikanan dan memberikan nilai ekonomis yang lebih
tinggi maka diperlukan pengolahan hasil perikanan untuk memperoleh produk berkualitas
sehingga memberikan kemudahan dalam pemasaran hasil produk perikanan.
Hasil produk pengolahan yang saat ini diminati di Kabupaten Luwu Timur dan cukup
dikenal daerah lain adalah Terasi Khas Malili, Ikan Kering Pangkilan, Abon Ikan, Ikan Kering
Istimewa, Ikan Kering Bandeng,dan lain-lain.
Saat ini aktivitas pengolahan dan pemasaran perikanan digeluti oleh 7 (tujuh) kelompok
atau unit usaha kecil antara lain Balacan Amanah dengan produk utama Terasi Udang, dan
Sari Raos dengan produk Utama Keripik Ikan. Ikan Kering Pangkilan yang hanya terdapat di
Luwu Timur juga menjadi ikan kering khas yang memiliki prospek pasar yang cukup baik.
Umumnya usaha pengolahan ikan bersifat musiman berdasarkan kelimpahan bahan baku dari
jenis usaha yang dikembangkan.
Data Unit Usaha Pengolahan dapat terlihat pada tabel berikut ini :

JENIS JUMLAH UNIT JUMLAH PRODUKSI INTENSITAS


PENGOLAHAN/ PENGOLAHAN IKAN TENAGA (Ton) PRODUKSI
PEMASARAN KERJA

Penggaraman 33 76 237,6 Musiman

Pemindangan 1 4 3,2 Musiman

Pengasapan 6 20 3,6 Musiman

Peragian 9 47 43,2 Musiman

Pengumpul 49 49 - Aktif

Pengecer 149 149 - Aktif

http://www.luwutimurkab.go.id/lutim3/index.php?option=com_content&view=article&id=1541:pote
nsi-pengolahan-dan-pemasaran-hasil-perikanan&catid=91:profil-kelautan-dan-perikanan&Itemid=387
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bahwa, kita sebagai penduduk yang ada di kepulauan harus bisa memanfaatkan sumber perairan kita
sebaik mungkin, jangan menangkap secara berlebihan dan harus menangkap nya dengan menggunakan
alat yang baik pula. Jangan menjual ikan yang telah busuk dengan menggunakan formalin atau bahan
pengawet lainnya dan hasil penangkapan atau ingin menangkap ikan, harus sesuai dengan hukum yang
telah di tetapkan dan termasuk dalam data penangkapan.

3.2 SARAN

Dalam olahan makanan atau produk makanan harus di tingkatkan lagi atau di kembangkan lagi, jangan itu-
itu saja, harus berkembang. Juga bahan yang di gunakan harus yang segar dan bersih juga higenis bagi
konsumen, juga dalam pemasaran harus di kembangkan sampai ke luar daerah atau bisa saja ke luar
negeri.
DAFTAR PUSTAKA

-http://www.luwutimurkab.go.id/lutim3/index.php?option=com_content&view=article&id=1541:potensi-
pengolahan-dan-pemasaran-hasil-perikanan&catid=91:profil-kelautan-dan-perikanan&Itemid=387

-Batam pos

-Lingga pos

-Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010

- Sumber: Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.Kepri 2011-2015

- http://www.luwutimurkab.go.id/lutim3/index.php?option=com_content&view=article&id=1541:potensi-
pengolahan-dan-pemasaran-hasil-perikanan&catid=91:profil-kelautan-dan-perikanan&Itemid=387

Anda mungkin juga menyukai