Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LEUKIMIA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi V

Dosen Pengampu: Arif Santoso, S. Farm.,Apt

Disusun oleh:

Amelia Indah Widuri (1513206022)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes KARYA PUTRA BANGSA TULUNGAGUNG

September 2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “LEUKIMIA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Arif Santoso selaku
Dosen mata kuliah Farmakoterapi V Stikes Karya Putra Bangsa yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit leukemia berupa pengertian,
etiologi, epidemiologi, pengobatan, monitoring dan evaluasi, management,
farmakoekonomi.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah
pengetahuan dan pengalaman serta wawasan bagi para pembaca. Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 20 September 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
JUDUL.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi Leukimia..............................................................................3
2.2 Etiologi Leukimia.......................................................................................4
2.3 Patofisiologi Leukimia................................................................................5
2.4 Tanda dan Gejala Leukimia........................................................................10
2.5 Terapi Leukimia..........................................................................................11
2.6 Management Leukimia...............................................................................12
2.7 Farmakokinetik Obat..................................................................................17
2.8 Monitoring dan Evaluasi.............................................................................17
2.9 Farmakoekonomi........................................................................................17

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN………………………............……………………............24

DAFTAR PUSTAKA……………………………...........………..................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan


nasional. Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan telah dilakukan oleh
pemerintah secara berkesinambungan, menyeluruh, terarah, dan terpadu guna
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Derajat kesehatan yang
optimal merupakan tujuan dari pembangunan kesehatan. Perkembangan pesat di
bidang industri, perubahan gaya hidup, dan lingkungan hidup menyebabkan
morbiditas dan mortalitas mengalami pergeseran dari berkurangnya penyakit
menular dan bertambahnya penyakit tidak menular seperti jantung, kanker,
diabetes melitus, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan
pola penyakit penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi,
yaitu bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit
non-infeksi (degeneratif) (Depkes RI, 2002).
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker
merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat
kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015. Pada tahun 2000 terdapat 10 juta
orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita kanker di seluruh dunia
dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia (WHO, 2003).
Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan bahwa kanker merupakan
penyebab utama kematian keenam di Indonesia dan diperkirakan terdapat insiden
kanker 100 per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Dibandingkan dengan
penyakit kanker lain, leukemia (kanker darah) termasuk jenis kanker yang jarang
terjadi. Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling sering ditemukan pada
anak di bawah umur 15 tahun (Wong, 2009). Leukemia lebih banyak terjadi pada
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan yang berusia di atas satu tahun dan
awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6 tahun. Leukemia adalah kanker pada
jaringan pembentuk sel darah dimana tidak terkendalinya proliferasi sel darah
putih yang immatur dalam pembentukan sel darah putih oleh tubuh (Hockenberry
& Wilson, 2009). Leukemia limfositik akut (LLA) terjadi ketika sel limfoid
berubah menjadi ganas dan terjadi proliferasi sel yang tidak terkontrol. Sel-sel ini
terakumulasi dan mendesak sel-sel normal dalam sumsum tulang, mengalir ke
dalam perifer, dan menginvansi organ dan jaringan tubuh. Penggantian elemen
hematopoietik normal oleh sel-sel leukemia mengakibatkan supresi sumsum
tulang. Hal ini mengakibatkan terjadinya anemia karena penurunan produksi sel
darah merah dan kecenderungan terjadi perdarahan akibat trombositopenia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah Pengertian dari Leukimia ?
1.2.2 Bagaimana Epidemiologi Leukimia ?
1.2.3 Bagaimana Etiologi Leukimia ?
1.2.4 Bagaimana Patofisiologi Leukimia ?
1.2.5 Bagaimana Tanda dan Gejala Leukimia ?
1.2.6 Bagaimana Terapi Leukimia ?
1.2.7 Bagaimana Management Leukimia ?
1.2.8 Bagaimana Farmakokinetik Obat ?
1.2.9 Bagaimana Monitoring dan Evaluasi ?
1.2.10 Bagaimana Farmakoekonomi ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukemia
Leukemia adalah keganasan hematologi akibat proses neoplastic yang
disertai gangguan diferensiasi ( maturation arrest ) pada berbagai tingkatan sel
induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok ( clone ) sel
ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian leukemia beredar secara sistemik
( Bakta, 2006 ).
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan
dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian
( Soeparman dan Sarwono, 2001 ).
Leukemia, mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “
darah putih“, adalah penyakit neoplastic yang ditandai oleh proliferasi abnormal
dari sel – sel hematopoietic. Klasifikasi akut atau kronik adalah sesuai dengan
jenis sel yang terlibat dan kematangan sel tersebut. Klasifikasi yang cermat adalah
vital karena modalitas pengobatan dan prognosisnya sangat berbeda.
Leukemia, asal kata dari Bahasa Yunani yaitu, Leukos yang berarti putih
dan Haima yang berarti darah. Leukemia ( kanker darah ) adalah jenis kanker
yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Semua kanker bermula di sel, darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-
sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang
dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel
baru akan menggantikannya.
Terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang. Sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti
seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, dimana sumsum tulang
mengasilkan sel – sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel – sel lain.
Leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol
dan mengganggu pembelahan sel darah normal.
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi ( Reeves, 2001 ). Sifat khas leukemia
adalah proliferasi teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,
limpa, dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meningen,
traktus gastrointestinal, ginjal dan kulit.

2.2 Epidemiologi Leukemia


Berdasarkan karakteristik sosiodemografi, leukemia pada umumnya
terjadi pada usia di bawah 15 tahun puncaknya terjadi pada umur 2 – 5 tahun,
kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Dari penelitian
yang dilakukan di Amerika ditemukan bahwa leukemia lebih banyak terjadi pada
anak dengan ras kaukasoit ( kulit putih ) dibandingkan dengan ras lain ( Gurney
al, 1995; Belson et al, 2007 ).
Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru
leukemia pada laki-laki. 10 Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology
And End Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar
pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 57,22%:42,77%.38
Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan, proporsi
penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada lakilaki
dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).17

2.3 Etiologi Leukemia


Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat factor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
1. Faktor genetic : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen ( T cell leukemia lymphoma virus/ HTLV
2. Radiasi ionisasi, lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker
sebelumnya.
3. Obat – obat imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome
6. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzene, arsen, kloramfenikol, agen anti
neoplastic.
Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui. Pengaruh genetic
maupun factor – factor lingkungan tetap ada, tetapi kelihatannya terdapat
insidens leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak – anak yang
terserang pada kembar monozigot ( identic ). Individu dengan kelainan
kromosom seperti: sindrom down, kelihatannya mempunyai insidens leukemia
akut dua puluh kali lipat ( Soeparman & Waspandji, 2001 ). Pennyebab dari
penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Bagaimanapun, penelitian telah
menunjukkan bahwa orang – orang dengan factor – factor risiko tertentu lebih
mungkin daripada yang lain – lain mengembangkan leukemia.
Faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia yaitu:
1.Radiasi, berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
- Para pegawai radiologi lebih beresiko untuk terkena leukemia
- Pasien yang menerima radioterapi beresiko terkena leukemia
- Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan
Nagasaki, jepang
2. Faktor leukogenik, terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasikan
dapat mempengaruhi frekuensi leukemia:
- Racun lingkungan seperti benzene paparan pada tingkat – tingkat yang tinggi
dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia
- Bahan kimia industry seperti insektisida dan formaldehyde
- Obat untuk kemoterapi : pasien – pasien kanker yang dirawat dengan obat-obat
melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari mengembangkan leukemia.
Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai agen-agen alkylating dihubungkan
dengan pengembangan leukemia bertahun-tahun kemudian.
3. Herediter
Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom-
kromosom abnormal mungkin meningkatkan resiko leukemia. Ia memiliki
insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
4. Virus, virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa.
2.4 Klasifikasi Leukemia
Leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan kronik. Dengan kemajuan
pengobatan akhir-akhir ini, penderita leukemia limfoblastik akut dapat hidup lebih
lama daripada penderita leukemia granulositik kronik. Jadi pembagian atas akut
dan kronik tidak lagi mencerminkan lamanya harapan hidup. Pembagian ini
masih menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi.
Leukemia di bagi menurut jenisnya kedalam limfoid dan myeloid. Masing-masing
ada yang akut dan kronik. Pada garis besarnya pembagian leukemia adalah
sebagai berikut :
1.Leukemia Mieloid
a. Leukemia Granulositik kronik ( LGK ) ( leukemia myeloid/
mielositik/mielogenus kronik )
LGK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan seri granulosit yang relative matang. Gejala LGK Antara
lain : rasa lelah, penurunan berat badan, berasa penuh di perut. Kadang-
kadang rasa sakit diperut dan mudah berdarah. Pada meriksaan fisik selalu
ditemukan splenomegaly, yaitu pada 90% kasus. Juga sering didapatkan nyeri
pada tulang dada dan hepatomegaly. Kadang-kadang ada purpura, perdarahan
retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening.
Pada pemerikasaan laboratorium ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3 pergeseran ke kiri pada hitung jenis, trombositemia, kromosom
Philadelphia, kadar fosfatase alkali leukosit rendah atau sama sekali tidak ada,
kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah. Pada pemeriksaan sumsum tulang
di dapatkan keadaan hiperseluler dengan peningkatan jumlah megakariosit dan
aktifitas granulopoesis. Sebagian besar penderita LGK meninggal setelah
memasuki fase akhir yang disebut krisis blastik. Gambaran krisis blastik mirip
sekali dengan leukemia akut, yaitu produksi berlebihan sel leukosit, biasanya
berupa mieloblas dan atau promielosit, disertai produksi neutrophil, trombosit
dan sel darah merah yang amat kurang.
b. Leukemia mieloblastik akut ( LMA ) ( Leukemia myeloid/ mielositik/
granulositik/ mielogenus akut ).
LMA lebih sering ditemukan pada umur dewasa ( 85% ) dari pada anak
( 15% ). Ditemukan lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Gejala
penderita LMA, adalah rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekia,
perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa
hati, dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertropi
gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
Pada tahun 1976 tujuh ahli hematologi dari Amerika, Prancis dan Inggris
melakukan kerja sama dan mereka mengusulkan klasifikasi baru untuk
leukemia akut. Klasifikasi ini kemudian diterima dan dipakai oleh banyak ahli
hematologi dan dikenal sebagai klasifikasi FAB ( French Amerika British ).
Mereka membagi LMA menjadi 6 jenis:
M1 : leukemia mieloblastik tanpa pematangan
M2 : l eukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan
M3 : leukemia promielositik hipergranular
M4 : leukemia mielomonositik
M5 : leukemia monoblastik
M6 : eritroleukemia
Prognosis paling buruk pada golongan M5 dan M6, semua penderita
meninggal sebelum 2 tahun, sedangkan M3 mempunyai harapan hidup paling
lama.
2. Leukemia Limfoid
a. Leukemia limfositik kronik ( LLK )
LLK merupakan 25% dari seluruh Leukemia di Negara barat, tetapi amat
jarang ditemukan di Jepang, Cina dan Indonesia.. Penderita laki-laki dua kali
lebih sering ditemukan dari pada wanita. Jarang sekali ditemukan pada umur
kurang dari 40 tahun. Pada usia di atas 60 tahun insidensi meningkat tinggi, 20
diantara 100.000 penduduk di Negara barat, dan merupakan leukemia yang
paling sering ditemukan disana ( Ray, 1975 ).
Gejala LLK berupa limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi alat
tubuh lain ( paru, pleura, tulang, kulit ), anemia hemolitik, trombositopenia,
gamopati monoclonal sehingga penderita mudah terserang infeksi.
Pemeriksaan darah tepi menunjukkan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
pada sumsum tulang didapatkan infiltrasi merata oleh limfosit kecil, yaitu
lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Sel leukemia penderita LLK secara
morfologis tidak dapat dibedakan dari limfosit normal.
Pengobatan sebaiknya tidak diberikan kepada penderita-penderita tanpa
gejala, karena tidak memperpanjang hidup. Yang perlu diobati adalah
penderita yang menunjukkan progresivitas limfadenopati atau splenomegali,
anemia, trombositopenia atau gejala akibat desakan tumor.
Sebaiknya diberikan Chlorambucil ( leukeran ) 0,1 – 0,3 mg/kg berat badan
sehari.Perlu pemeriksaan rutin mengenai leukosit dan trombosit selama
pemberian leukeran. Dengan pengobatan ini diharapkan limfositosis
diturunkan dan pembesaran kelenjar dan limpa dihilangkan.
Kortikosteroid sebaiknya baru diberikan bila ada trombositopenia atau
demam, tanpa sebab infeksi. Pengobatan dengan sinar X ( radioterapi )
kadang-kadang menguntungkan bila ada keluhan pendesakan karena
pembengkakan kelenjar dan limpa dihilangkan.
b. Leukemia Limfoblastik akut ( LLA )
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak ( 82% ) daripada umur dewasa
( 18% ). Lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita.
2.5 Patofisiologi Leukemia
2.6 Tanda dan Gejala Leukemia
Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia berjalan ke seluruh tubuh, tergantung
pada jumlah sel-sel abnormal dan dimana sel-sel ini berkumpul, pasien-pasien
dengan leukemia mungkin mempunyai sejumlah gejala-gejala:
- Demam-demam atau keringat-keringat waktu malam
- Infeksi-infeksi yang sering kali
- Perasaan lemah atau lelah
- Sakit kepala
- Perdarahan dan mudah memar ( gusi – gusi yang berdarah, tanda-tanda
keunguan pada kulit, atau titik-titik merah yang kecil di bawah kulit ).
- Nyeri pada tulang-tulang atau persendian
- Pembengkakan atau ketidakenakan pada perut
- Pembengkakan nodus-nodus getah bening, terutama pada leher atau ketiak
- Kehilangan berat badan
Leukemia kronis berjalan secara pelan dengan perasaan kelelahan yang bertahap.
Limpa ( suatu organ yang berada di dalam perut sebelah kiri atas yang merupakan
bagian dari system kekebalan ) tumbuh sampai menjadi besar, yang menyebabkan
beban dan luka di sisi kiri atas bagian perut. Kadang-kadang tahap awal pada
leukemia kronis tidak terdapat gejala dan kondisi hanya ditemukan pada saat tes
darah yang dilakukan secara rutin. Gejala-gejala lain meliputi :
- Kehilangan BB secara bertahap
- Nyeri pada tulang
- Pendarahan hidung
- Ereksi yang lama dan tak diinginkan pada pria
- Kelenjar getah bening yang membengkak terutama pada leher, kunci paha dan
ketiak
- Demam, mengucur keringat
- Demam. Keringat deras dan keringat pada malam hari
- Nafas tertahan
- Kekurangan energi, mudah memar
Pada leukemia akut, gejala-gejala nampak dan memburuk secara cepat. Orang-
orang dengan penyakit ini pergi berobat karena mereka merasa sakit. Gejala-
gejala lain dari leukemia akut adalah muntah, bingung, kehilangan kontrol otot
dan serangan-serangan ( epilepsy ). Sel-sel leukemia juga dapat berkumpul pada
buah-buah pelir dan menyebabkan pembengkakan. Kadangkala luka-luka pada
mata atau pada kulit. Leukemia juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan,
ginjal, paru-paru atau bagian lain dari tubuh.
Leukemia akut berjalan secara tiba-tiba dan bisa menyebabkan seseorang
merasakan sakit yang sangat hanya dalam beberapa hari atau minggu. Gejala-
gejalanya antara lain :
- Kulit pucat ( karena anemia )
- Infeksi yang berulang-ulang, seperti sakit tenggorokan
- Pendarahan abnormal yang keluar dari gusi dan kulit
- Kehilangan nafsu makan dan BB
- Gejala – gejala seperti flu, Antara lain kecapekan dan tidak enak badan
- Luka di tulang sendi
- Perdarahan hidung
- Lebih mudah mendapat memar dari biasanya tanpa sebab yang jelas

2.7 Terapi Leukemia

2.8 Management Leukemia


2.9 Farmakokinetik Obat
2.10 Monitoring dan Evaluasi
2.11 Farmakoekonomi

DAFTAR PUSTAKA
Wong, D.L., Eaton – Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., &
Schwartz. (2009). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (Ed. 6).Alih
bahasa; Andri Hartono, Sari Kurnianingsih, & Setiawan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai