FARMAKOTERAPI 5
INFEKSI SALURAN KEMIH
OLEH : LUK LUIL MAKNUN (1513206003)
AREA
Saluran atas :ginjal sampai pintu masu
k kantong kemih
Saluran bawah :kantong kemih sampai
pintu keluar uretra
1. PENGERTIAN ISK
Wanita lebih rentan terkena ISK daripada pria (Tjay dan Rahardja,
2007). Separuh dari semua wanita dapat mengalami 1 kali infeksi
saluran kemih selama hidupnya (Foxman, 2002).
Pada anak remaja usia 5-18 tahun, ISK dapat terjadi pada pe
rempuan sebesar (3%) sedangkan pada laki-laki sebesar (1,1
%).
ISK uncomplicated
ISK (rumit)
(sederhana)
a. Infeksi saluran kemih berdasarkan anatomi
1. Infeksi saluran kemih bawah 2.Infeksi saluran kemih atas
1. Sistitis
dikenal dengan pielonefritis
2. Prostatitis
3. Epidimidis
4. urethritis
Sistitis
b. ISK berdasarkan
waktu 1. Pielonefritis akut (PNA) 2. Pielonefritis kronis (PNK)
c. ISK berdasarkan
a. ISK berkomplikasi b. ISK tanpa berkomplikasi
klinis
4. EPIDEMIOLOGI
mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk
pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes RI, 2016).
penggunaan
kebersihan organ kontrasepsi
Faktor pencetus intim atau gel sper
aktivitas sex
misida
5. ETIOLOGI
Route of infection :
Secara umum organisme masuk kedalam
saluran kemih melalui 3 cara : ascending
(uretra), descending (hematogen), dan j
alur limfatik. Sebagian besar mikroorgan
isme masuk melalui ascending.
7. TANDA DAN GEJALA
Prinsip penggunaan Penggunaan antibiotic bijak yaitu penggunaan antibiotic pada indikasi yang
Antibiotik
ketat, dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat
Indikasi yang ketat penggunaan antibiotic dimulai dengan menegakkan diag
nosispenyakit infeksi, menggunakana informasi klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebab
kan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri.
1. Kotrimoksazol (Trimetropim-Sulfametoksazol)
“Merupakan golongan antagonis folat”
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat enzim essensial dalam metabolism folat. Yang ermasuk golon
gan antagonis folat adalah sulfonamide dan Trimetoprim.
FARMAKOKINETIK
FARMAKOKINETIK
Sefaleksin, sefrain, sefadroksil (G.1) dan sefaklor (G.2)
dapat diberikan peroral karena diabsorbsi melalui s
aluran cerna
Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan scr parent
eral.
Sefalotin & sefapirin umumnya diberikan scr i.v krn m
enimbulkan iritasi pada pemberian i.m
Kadar dlm empedu umumnya tinggi, terutama sefope
razon (G.3).
Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utu
h ke urinOleh karena itu dosisnya harus disesuaikan p
ada pasien gangguan fungsi
5. Tetrasiklin
“Merupakan golongan penghambat sintesis protein”
Tetrasiklin adalah bakterostatik yang bekerja menghambat sintesis protein dengan
berikatan pada ribosomal subunit 30S sehingga menghambat ikatan aminoasil-tRN
A ke sisi A pada kompleks ribosomal.
Farmakokinetik : Sekitar 30 – 80% tetrasiklin di serap dalam saluran cerna. Absorbsi sebagian besar berlangsung
di lambung dan usus halus dan adanya makanan dalam lambung akan menghambat penyerapan kecuali doksisikl
in. Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam cairan yang bervariasi. Dalam cairan
cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10 – 20% kadar dalam serum. Golongan tetrasiklin diekskre
sikan melalui urin dengan filtrasi glomerulus dan melalui empedu. Golongan tetrasiklin yang diekskresikan oleh
hati kedalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum.
6. Nitrofurantion
Nitrofurantion diberikan per oral dan diabsorbsi secara cepat dan
lengkap di saluran cerna. Bentuk makrokristalin diabsorbsi dan di
ekskresikan lebih lambat dibandigkan bentuk mikrokristalin. Wak
-tu paruh plasma 0,3 – 1 jam, dan lebih kurang 40% diekskresika
n dalam bentuk utuh di dalam urine. Nitrofurantion memberikan
warna coklat pada urine.
7. Aminoglikosida
“Merupakan golongan penghambat sintesis protein”
Aminoglikosida bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom 30 S dan menghamb-
at sintesis protein. Semua Aminoglikosida bersifat bakterisidal dn terutama aktif terh
-adap kuman bakteri basil gram negative yang aerob.
Aminoglikosida tidak diinaktivasi di saluran cerna dan langsung diekskresi di feses dalam bentuk tidak
berubah. Jika diberikan IM, akan diabsorbsi baik dan konsentrasi puncak di plasma 30 – 90 menit setelah pemb
erian dan jika diberikan infus IV, konsentrasi puncak 30 – 60 menit. Aminoglikosida hanya sedikit berikatan den
gan protein (10%), tidak berpenetrasi ke SSp atau mata dan dapat melewati plasenta. Aminoglikosida 90% diele
minasi melalui filtrasi glomerulus di ginjal sehingga pada pasie gagal ginjal perlu penyesuaian dosis (dosis ditur
unkan atau peningkatan interval) dan monitoring efek terapetik.
B. Terapi non-
Farmakologi
ISK Atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan teapi antibioti
ka parenteral paling sedikit 48 jam.
ISK Berulang
Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain trimetroprimsulfametoksazol dosis
rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam, Flurokuinolon dosis rendah, nitrofur
antoin makrokristal 100 mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat di
perpanjang 1-2 tahun lagi
10. FARMAKOEKONOMI
Judul Penelitian :
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA (COST EFFECTIVENESS ANALYSIS) PENGOBATAN INFEKSI SALURAN KEMIH ME
NGGUNAKAN ANTIBIOTIK SEFTRIAKSON DAN SIPROFLOKSASIN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrosp
ektif. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 44 sampel pasien yaitu 22 sampel pasien menggunaka
n Seftriakson dan 22 sampel pasien menggunakan Siprofloksasin.
KESIMPULAN : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi yang lebih cost-effective antara penggunaan ant
ibiotik Seftriakson dan Siprofloksasin pada pengobatan Infeksi Saluran Kemih di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yaitu te
rapi dengan pemberian antibiotik Seftriakson.