Anda di halaman 1dari 23

Redoks

Dosen Pengampu : Arif Santoso, S.Farm.,A


L/O/G/O

Anggota kelompok 4 :
Anggitya
Firdhayani
Damara Gaya
Kirana

Ameylia Indah W

Yang akan kita bahas :


Teori Reaksi
Redoks

Jenis-jenis
Reaksinya

Redoks
Aplikasi dalam analisis
Obat beserta contoh

Indikator

Prinsip reaksi
redoks

Teori Reaksi Redoks


Reaksi oksidasi
- Reaksi pengikatan oksigen/
- Pelepasan hydrogen/
- Pelepasan elektron.

Reaksi reduksi
Reaksi reduksi
- Reaksi pelepasan oksigen/
- Reaksi
pelepasan oksigen/
- Pengikatan hydrogen/
- Pengikatan
hydrogen/
- Pengikatan elektron
- Pengikatan
elektron

- Kedua reaksi ini selalu terjadi secara bersamaan, serentak,


artinya ada spesies yang teroksidasi dan spesies lainnya tereduksi.
- Oleh karena itu, lebih tepat dinyatakan sebagai reaksi reduksi-oksidasi
atau disingkat reaksi redoks.

Jenis-jenis Reaksinya
Serimetri
Serimetri

Kalium Iodat

Titrasi Iodin
Titrasi Iodin

Permanganometri

Titrasi Redoks
Titrasi dengan Kalium Bromat

Titrasi yang Melibatkan Brom (Br)

IODOMETRI
IODOMETRI

Titrasi Iodin
IODIMETRI
IODIMETRI

Titrasi Iodin
Iodometri

Iodometri merupakan titrasi tidak langsung


Dalam iodometri digunakan larutan natrium tiosulfat untuk mentitrasi iodium
yang dibebaskan

dalam iodometri ion iodida


digunakan sebagai reduktor
Dalam titrasi ini digunakan
indikator amilosa, amilopektin,
indikator carbon tetraklorida
juga digunakan, yang
berwarna ungu jika
mengandung iodine.
Contohnya adalah penentuan
kandungan klorin (Cl) dalam
agen pemutih

Iodimetri
Iodimetri merupakan
metode titrasi redoks
yang melibatkan iodin
yang bereaksi secara
langsung
Dalam iodimetri iodin
digunakan sebagai
oksidator

Indikator yang digunakan yaitu kanji dengan titik akhir titrasi memberikan
warna ungu atau violet.
dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin C (asam askorbat).

2. Permanganometri
Permanganometri
merupakan titrasi redoks
menggunakan larutan
standar Kalium
permanganate
Reaksi redoks ini dapat
berlangsung dalam
suasana asam maupun
dalam suasana basa
Beberapa indikator yang
dapat dipergunakan
seperti feroin, asam N-fenil
antranilat.

Beberapa indikator yang


dapat dipergunakan
seperti feroin, asam Nfenil antranilat.
Satu tetes 0.1 N
permanganate
memberikan warna
merah muda yang jelas
pada volume akhir dari
larutan yang digunakan
dalam sebuah titrasi.

3. Serimetri
3. Serimetri
Larutan serium(IV) sulfat dalam asam sulfat encer
merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil
daripada larutan kalium permanganat
Ion Ce(IV) digunakan dalam larutan larutan dengan
keasaman tinggi karena hidrolisa akan menghasilkan
pengendapan pada larutan-larutan dengan konsentrasi
ion hydrogen yang rendah

4. Kalium Iodat
Kalium iodat dapat
diperoleh dalam
keadaan murni dan
bersifat stabil
sehingga larutan ini
tidak perlu
dibakukan kembali.
Dengan reaksi:
IO + 6H I +
3HO (I)

Maka 1 Mol kalium iodat


Setara dengan 6 elektron,
akibatnya valensinya
adalah 6 sehingga 0,05 M
sama dengan 0,3N.

5. Titrasi dengan Kalium Bromat


Bromo-Bromatometri
merupakan salah satu metode
penetapan kadar suatu zat
dengan prinsip reaksi reduksioksidasi.

Bromometri merupakan
penentuan kadar
senyawa berdasarkan
Reaksi reduksi-oksidasi
dimana proses
Titrasi ( reaksi Antara reduktor
dan bromine
berjalan lambat )
sehingga dilakukan
Titrasi secara tidak langsung
dengan Menambahkan
bromine berlebih.

bromatometri dilakukan dengan titrasi secara


langsung karena proses titrasi berjalan cepat
Bromatometri merupakan salah satu metode
oksidimetri dengan dasar reaksi oksidasi dari ion
bromat ( BrO3 ).

6. Ttrasi yang melibatkan Brom (Br)


Brom akan direduksi
oleh zat-zat organik
dengan terbentuknya
senyawa hasil
substitusi yang tidak
larut dalam air misalnya
tribromofenol,
tribromoanilin

Prinsip dari Reaksi Redoks

- Dalam setiap reaksi redoks, jumlah


elektron yang dilepaskan oleh
reduktor harus sama dengan jumlah
elektron yang ditangkap oleh
oksidator.

Indikator
1. Indikator Redoks Reversibel
- Indikator ini dapat dioksidasi dan direduksi secara
reversibel (bolak-balik).
- Beberapa contoh indikator yang sering digunakan
antara lain:
a. Kompleks Fe(II) ortofenentrolin
Suatu golongan senyawa organik yang dikenal dengan
nama 1.10 fenantrolin (Ortofenantrolin) yang membentuk
kompleks yang stabil dengan Fe(II)

b. Difenilamin dan
Turunannya
Reaksi pertama
membentuk
difenilbenzidine yang tidak
berwarna, reaksi ini tidak
reversibel. Yang kedua
membentuk
difenilbenzidine, reversibel
dan merupakan reaksi
induktor yang sebenarnya

Kekurangan difenilbenzidine adalah indikator ini harus dilarutkan dalam


asam sulfat pekat karena sulit larut dalam air.

Derivat difenilamin yaitu Asam


Difenilamin Sulfat.
Perubahan warna sedikit lebih tajam, dari
tidak berwarna melalui warna hijau
menjadi warna violet.

Indikator Redoks Irreversibel


Indikator yang berubah warnanya karena oksidasi
dari oksidator dan sifatnya tidak dapat berubah
kembali seperti semula.
Indikator ini digunakan pada titrasi Bromatometri.
Contoh yang sering digunakan adalah Methyl Red
(MR) dan Methyl Orange (MO).

Indikator Redoks Khusus (Tidak Terpengaruh


Potensial Redoks)
Indikator khusus adalah
indiator yang bereaksi
dengan salah satu
komponen yang
bereaksi
Contoh indikatornya yaitu
amylum yang
membentuk kompleks
biru tua dengan ion
triIodida

Indikator yang biasa digunakan adalah Amylum dan Chloroform.


Indikator ini dipakai pada Iodometri dan Iodimetri.

Amylum
Penggunaan indikator ini
berdasarkan
pembentukan kompleks
Iod-Amylum yang larut
dengan Iodium (I) yang
berwarna biru cerah

Chloroform
Penggunaan indikator ini untuk titrasi Iodometri. Chloroform berfungsi sebagai
pelarut organik yang melarutkan iodium dalam fase organik (fase nonpolar).

Auto Indikator (Warna Dari Pereaksinya


Sendiri)
Suatu indikator dikatakan auto indikator apabila
pereaksinya sudah mempunyai warna yang
kuat, kemudian warna tersebut hilang atau
berubah bila direaksikan dengan zat lain maka
pereaksi tersebut dapat bertindak sebagai
indikator.

Aplikasi analisis reaksi redoks dalam analisis obat dan bahan obat
beserta beberapa contohnya

titrasi permanganometri
dapat digunakan untuk
penentuan kadar besi (II)
dalam obat. Contohnya :
Sangobion, Etabion
Penggunaan titrasi iodimetri
adalah untuk penentuan
kadar asam askorbat dalam
obat viatmin C dan untuk
penentuan kadar arsen (III)

Penggunaan titrasi iodometri adalah untuk penentuan kadar bromat, klorin,


tembaga (II), dikromat, hydrogen peroksida

Anda mungkin juga menyukai