Anda di halaman 1dari 18

Nama : Ameylia Indah W

NIM : 1513206022
Prodi :S1 Farmasi
KIMIA LINGKUNGAN

1. Penyebab pemanasan global : Efek rumah kaca, efek balik, variasi matahari.
2. Proses pemanasan global oleh adanya gas rumah kaca:
Dalam rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di Negara yang
mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan pertanian,
energi matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca sebagian dipantulkan keluar
atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan
suhu di dalamnya. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah kaca
(Gealson,2007).

3. Proses kerusakan ozon oleh klorin:


a. sinar UVB memasuki ozon
b. Energy uv memecah atm klorin dari molekul cfc
c. Klorin ladikal memecah molekul ozon
d. Membentuk klorin monoksida dan dua atom oksigen
e. Oksigen terlepas ke atmosfir
f. Atom oksigen di atmosfir memecah molekul klorin monoksida
g. Menghasilkan oksegen ( tidak dapat menyaring sinar UV yg akan masuk ke bumi) dan
klorin radikal bebas
h. Lalu reaksi siklus memulai lagi.
4. Dampak dari pemanasan global :
- Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan
- Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim.
- Punahnya berbagai jenis fauna.
- Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan
produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan
habitat baru yang sesuai.
- Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu
menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
- Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada puncaknya.
Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan terjadinya
perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi
dampak pada hasil perikanan tangkap.
- Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang ada
di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini,
Timor Leste, dan Philipina.
5. Proses terjadinya siklus air/hidrologi :
 Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
 Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
 Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-
sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air
permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

6. Siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang pada air


a. Siklus Pendek

Siklus pendek adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai
berikut :

1. Penguapan air laut karena pemanasan matahari di permukaan laut


2. Air laut mengalami perubahan bentuk menjadi gas
3. Terjadi kondensasi
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan
6. Hujan jatuh di permukaan air laut.

Siklus pendek menghasilkan hujan di atas permukaan air laut.


b. Siklus Sedang

Siklus sedang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :

1. Penguapan air laut


2. Kondensasi
3. Angin menggerakkan uap air menuju daratan
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di daerah daratan
6. Air hujan akan mengalir kembali ke laut melalui sungai

Siklus sedang menghasilkan hujan yang turun di daratan.

c. Siklus Panjang
Siklus panjang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut:
1. Penguapan
2. Sublimasi
3. Terbentuk awan yang mengandung kristal es
4. Angin menggerakan kristal es ke daratan
5. Turun hujan es ( hujan salju)
6. Pembentukan gletser
7. Gletser yang mencair membentuk aliran sungai
8. Air sungai mengalir menuju daratan.
Siklus panjan (besar) menghasilkan hujan es atau hujan salju.

7. Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi


- Evaporasi : Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di
permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut,
sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.
Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan
semacam ini disebut dengan istilah evaporasi. Evaporasi mengubah air berwujud cair
menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer
bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang
menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar (Tongasa, 2016).
- Transpirasi : Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan
tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan
dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi. Sama seperti
evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk
hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi,
jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
- Evapotranspirasi: Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di
seluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada
jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan
transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi
jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer.
- Sublimasi: proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa
melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi
terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi
panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan
berjalan sangat lambat.

8. Kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, infiltrasi


- Kondensasi: ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian
tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat
kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi
karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.
- Adveksi: awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami
adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu
horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan
awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.
Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek.
- Presipitasi: awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses
presipitasi. Proses prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara
yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi
permukaan bumi. Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0
derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang
mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti
yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.
- Run Off: setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses
run off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya
terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga
samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju
lapisan hidrosfer.
- Infiltrasi: tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan
mengalir di permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan
bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah.
Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi
akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut. Setelah melalui proses run off
dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali
berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur-angsur akan kembali mengalami
siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses evaporasi.

9. Korelasi antara pencemaran air dan pemanasan global :


Penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan
tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan
tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek
pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang
disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus
menanggulangi pencemaran tersebut. Akibat kualitas air yang jelek akan menyebabkan
kesulitan air bersih.
Sejalan dengan itu dengan adanya pemanasan global cuaca berubah menjadi lebih hangat,
proses penguapan dari darat dan laut akan meningkat. Hal ini menyebabkan kekeringan di
daerah dimana proses penguapan meningkat tidak dikompensasikan dengan kenaikan
curah hujan (Venkataramanan dan Smitha, 2011).

10. Penanggulangan pencemaran air dengan reduce, reuse, recycle :


- Reduce (mengurangi): kegiatan mengurangi sampah, tidak akan mungkinmenghilangkan
sampah secara keseluruhan tetapi secara teoritis aktivitas ini akan mengurangi sampah
dalam jumlah yang nyata.
- Reuse (Memakai kembali): Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali, hindari pemakaian barang yang sekali pakai, hal ini dapat memperpanjang waktu
pemakaian barang sebelum menjadi sampah.
- Recycle (Mendaur ulang): Sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang, tidak semua barang bisa didaur ulang namun saat ini sudah banyak
industri formal yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

11. Pengendalian pencemaran air dari segi industri


- Limbah industri yang mengandung unsur logam dapat diatasi dengan menanam tumbuhan
sejenis alang-alang disekitar tempat pembuangan limbah. Dan lain sebagainya. Yang
mana diatur dalam penanggulangan non-teknis.
- Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari badan air dan pemukiman Setiap
industri atau pabrik harus mempunyai fasilitas Instalasi Penjernihan Air Limbah (IPAL)
atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) sehingga limbah yang dibuang tidak mengurangi
kualitas perairan.
- Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran air dan sanksi hukum bagi perusahaan yang
sengaja membuang limbah tanpa diolah dahulu.
- Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari badan air.
- Pengawasan terhadap pengelola limbah industry.

12. Pengendalian pencemaran air dari segi non industri


- Membuang limbah detergen jauh dari saluran air
- Menggunakan pupuk secukupnya agar tidak terlalu banyak yang terbuang

13. Indikator air tercemar: sisi fisik, kimia, dan biokimia


a. Sisi Fisik: Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari partikel dan
suspensi, berwarna suram, sedikit berbau
b. Kimia: mengandung campuran zat kimia organik dari penguraian tinja, urin, dan
sampah lain dan anorganik yang berasal dari air bersih, bersifat basa sewaktu masih
baru dan lama-kelamaan akan berubah menjadi berbau asam saat mulai membusuk
c. Biokimia: pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada
dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

14. Dampak dari pencemaran air :


Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004) :
- dampak terhadap kehidupan biota air
- dampak terhadap kualitas air tanah
- dampak terhadap kesehatan
- dampak terhadap estetika lingkungan

15. Penyebab pencemaran air :


Banyak penyebab pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua)
yaitu sumber kontaminan langsung dan dan tidak langsung:
- Sumber langsung meliputi efluen yang keluar industri, TPA sampah, rumah tangga dan
sebagainya.
- Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah
atau atmosfir berupa hujan.
Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman)
dan pertanian. Tanah dan air mengandung sisa dari aktifitas pertanian seperti pupuk dan
pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam.

16. Siklus air merupakan pergerakan air dari bumi ke atmosfer kemudian kembali ke bumi, akan
tetapi kenapa ada daerah yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih? Jelaskan
penyebabnya!
Akibat adanya pemanasan global menyebabkan meningkatnya suhu di permukaan
bumi, peningkatan suhu ini cenderung akan meningkatkan curah hujan karena uap air berlebih
yang hadir di atmosfer jatuh lagi seperti hujan yang menyebabkan banjir di berbagai wilayah
di dunia. Bila cuaca berubah lebih hangat, proses penguapan dari darat dan laut akan
meningkat. Hal ini menyebabkan kekeringan di daerah dimana proses penguapan meningkat
tidak dikompensasikan dengan kenaikan curah hujan (Venkataramanan dan Smitha, 2011).

17. Bagaimana proses oksigen dalam air dapat berkurang akibat adanya pencemaran air oleh
limbah organik/anorganik?
- Berkurangnya jumlah oksigen yang terlarut didalam air karena sebagian besar oksigen
digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan sampah.
- Sampah anorganik yang masuk kesungai dapat berakibat menghalangi cahaya matahari
sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga yang menghasilkan
olsigen.
- Penggunaan detergen secara besar – besaran akan meningkatkan senyawa fosfat pada air
sungai atau danau. Banyaknya limbah pabrik yang dibuang ke sungai juga dapat
meningkatkan senyawa fosfat yang ada pada sungai. Akibat peningkatan senyawa fosfat
ini dapat merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai
tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya dan mengakibatkan terhambatnya
fotosintesis.
- Tumbuhan air yang mati membawa akibat proses pembusukan tumbuhan. Pembusukan ini
akan menghabiskan persediaan oksigen

18. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran tanah :


- Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan
ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan
gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan
pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat.
- Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan
pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari
rantai makanan tersebut.

19. Contoh sampah radioaktif yang dapat mencemari tanah: nitrogen, uranium, thorium.

20. Cara penanggulangan pencemaran tanah oleh limbah domestik, industri dan pertanian
(sebutkan satu saja untuk masing-masing jenis limbah)
- Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain dapat
dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka,
kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.
- Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat
terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu
tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman.
Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel
kecil, kemudian dikubur.
- Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan mencemari
tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses
pemurnian.
- Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai dengan
aturan dan tidak sampai berlebihan.

21. Mekanisme kapur dalam mengurangi pencemaran tanah:


Dengan cara di taburkan langsung pada tanah atau di campur air dengan perbandingan tertentu
lalu disemprotkan atau disiramkan pada tanah.

22. Cara penambahan zat kapur pada tanah untuk mengurangi pencemaran tanah:
Dengan cara di taburkan langsung pada tanah atau di campur air dengan perbandingan tertentu
lalu disemprotkan atau disiramkan pada tanah.

23. Jelaskan penanggulangan pencemaran tanah dengan metode remediasi in situ dan contohnya!
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.
Pembersihan in-situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

24. Jelaskan penanggulangan pencemaran tanah dengan metode remediasi ex situ dan contohnya!
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak
yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.

25. Jelaskan penanggulangan pencemaran tanah dengan metode remediasi bioremediasi dan
contohnya!
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan
ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan
rumit.
Sedangkan Bioremidiasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air).

26. Ciri detergen yang mampu diuraikan oleh mikroorganisme sehingga tidak mencemari
lingkungan!
- mengandung LAS atau LABS ( Linear Alkyl Benzene Sulfonate) bukan ABS yang sulit
terurai.
- tidak mengandung fosfat atau yang kadar fosfatnya sangat rendah.
- detergen yang mengandung sedikit busa.

27. Dalam penanggulangan pencemaran tanah, salah satunya adalah dengan mengubur bekas
bahan bangunan secara berlapis, bagaimana caranya? Apakah tidak mengakibatkan
pencemaran air? Jelaskan!
Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal) yang
dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-
lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan
banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut
bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.

28. Cara membedakan antara tanah kering karena musim kemarau dengan tanah kering karena
tercemar!
- Tanah yang tercemar
a. Tanah tidak subur
b. pH dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8 (tanah basa)
c. Berbau busuk
d. Kering
e. Mengandung logam berat
f. Mengandung sampah anorganik
- Tanah yang tidak tercemar
a. Tanahnya subur
b. Trayek pH minimal 6, maksimal 8
c. Tidak berbau busuk
d. tidak kering, memiliki tingkat kegemburan yang normal
e. Tidak Mengandung logam berat
f. Tidak mengandung sampah anorganik

29. Metode pengolahan tanah yang tercemar logam berat yang bisa merusak kesuburan tanah
Cara kimia yang bisa digunakan adalah dengan metode pengapuran. Sebagian dari
unsure logam berat terutama Pb dapat larut ditanah atau tersedia bagi tanaman dalam keadaan
tanah masam, sehingga dapat menyebabkan tanaman menyerap Pb secara berlebihan dan
bersifat racun bagi tanaman itu sendiri. Dengan pengapuran tanah tidak akan terlalu masam
sehingga logam berat seperti Pb tidak akan berada ditanah dalam bentuk tersedia bagi tanaman
(Tan, 1991). Dalam keadaan basa terjadi penambahan muatan negatif jadi, peningkatan pH
tanah umumnya akan meningkatkan muatan negatif sehingga kemapuan koloid tanah dalam
menjerap kation akan meningkat (Priyono, 2005).
Metode Fitoremediasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan yang dapat
menyerap logam berat di tanah. Salah satu tumbuhan yang dapat menyerap logam berat adalah
Eceng Gondok (Eichormia crassipes). Walaupun dalam petanian Eceng Gondok dikenal
sebagi gulma namun tumbuhan ini dapat menyerap logam berat dan resisten terhadap
toksisitas logam berat tersebut. Tumbuhan eceng gondok yang hidup di atas air dapat
menyerap logam berat Pb sebanyak 5,167 ppm atau 96,4 % dan logam berat Fe turun
sebanyak 3,177 ppm atau 65,45 % dalam kurun waktu tujuh hari (Hasim, 2005).
Metode terakhir yang dapat digunakan dalam menaggulangi pencemaran logam berat
di tanah adalah dengan metode Bioremediasi. Metode Bioremediasi memanfaatkan mikrobia
sebagai perantara reaksi kimia dan proses fisika yang berlangsung secara metabolic. Proses
ini mengubahn bahan kimia yang mengandung logam berat dalam danah menjadi tidak
berbahaya (Sklandany dan Metting, 1993).

30. Ciri-ciri tanah yang mengandung logam berat dan metode analisa untuk mengetahui
kandungan logam berat dalam tanah:
- Minimnya kandungan mineral. Kandungan mineral yang terdiri dari C-Organik, Nitrogen,
Kalium, Fosfor, Kalsium, Magnesium, dan Oksigen akan berkurang dari struktur tanah
apabila sejumlah polutan yang melakukan penetrasi kedalam tanah melebihi ambang batas
normal sehingga polutan tersebut akan mengambil alih atau merusak kandungan mineral
dalam tanah.
- Hilangnya unsur hara dari tanah. Unsur hara merupakan bagian terpenting dari tanah karena
unsur hara ini memungkinkan adanya pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan
mikroorganisme dan mikroba dalam tanah. Penyebabnya dapat berasal dari kontaminasi
pestisida, limbah cair dari rumah tangga dan industri, dan adanya logam berat dalam tanah;
- Tidak adanya tanda-tanda pertumbuhan jamur atau mikroorganisme lain. Tanah yang
tercemar tentunya tidak dapat lagi memberikan pendukung kehidupan bagi mahkluk hidup
yang tinggal di dalamnya atau di atas permukaan tanah.
- Tingginya derajat keasaman atau pH tanah. Hal ini menyebabkan tanah tidak dapat menjadi
media tanam sejumlah tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya;

31. Siklus udara (Nitrogen, oksigen dan karbondioksida), pilih salah satu!
Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur
nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat
terjadi secara biologis maupun non-biologis. Adapun siklusnya sebagai berikut :
1. Fiksasi Nitrogen
Nitrogen di udara menjadi bagian dari materi biologis sebagian besar melalui satu tindakan
bakteri dan ganggang dalam proses yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen. Tanaman legum
membentuk nodul pada akar di mana bakteri memperbaiki nitrogen mengambil nitrogen
dari udara dan mengubahnya menjadi amonia (NH3). Amonia ini lebih dikonversi oleh
bakteri lain pertama menjadi ion nitrit, NO2–, dan kemudian menjadi ion nitrat, NO3–.
2. Pembusukan
Protein dibuat oleh tanaman masuk dan melewati jaring makanan. Pada setiap tingkat,
metabolisme mereka menghasilkan senyawa nitrogen organik yang kembali ke lingkungan,
terutama di ekskresi. Penerima manfaat akhir dari bahan-bahan ini adalah mikroorganisme
pembusukan yang memecah molekul dalam kotoran dan organisme mati menjadi amonia.
3. Nitrifikasi
Tanah yang hidup dan bakteri nitrifikasi mengubah amonia menjadi nitrat. Bakteri dari
genus Nitrosomonas mengoksidasi NH3 untuk nitrit (NO2–) maka bakteri dari genus
Nitrobacter mengoksidasi nitrit menjadi nitrat (NO3–). Dengan cara ini, nitrogen dibuat
tersedia bagi akar tanaman. Mikroba Archael hadir dalam tanah dan laut mengkonversi
amonia menjadi nitrit. Banyak kacang-kacangan, selain memperbaiki nitrogen atmosfer,
juga melakukan nitrifikasi (konversi nitrogen organik untuk nitrit dan nitrat). Ini mencapai
tanah ketika mereka merontokkan daunnya.
4. Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah pengurangan nitrat kembali menjadi gas nitrogen (N2). Bakteri yang
hidup jauh di tanah dan di sedimen perairan di mana kondisi anaerob. Mereka
menggunakan nitrat sebagai alternatif oksigen untuk akseptor elektron terakhir dalam
respirasi mereka.
32. Contoh pencemaran udara dan sumber pencemarnya :
klorin (Cl2), hidrogen klorida (HCl), hidrogen fluorida (HF), dan asam sulfat (H2SO4) yang
di hasilkan oleh industri

33. Proses penanggulangan pencemaran udara (sebutkan 2)


- Upaya pengelolaan lingkungan udara untuk mengantisipasi kondisi pencemaran tersebut
yang disebabkan oleh partikel mokuler yakni dengan penerapan teknologi penyaringan,
seperti pada cerobong asap industri dengan memasang filter yang saringan lebih dari ukuran
partikel mokuler yang dihasilkan pabrik tersebut sehingga dapat menangkap partikel yang
halus. Salah satu cara untuk mengantisipasi pencemaran udara oleh partikel Mokuler adalah
dengan menampung partikel dalam bejana terbuka atau lempeng kaca yang diberi perekat,
sehingga partikel yang jatuh dapat ditimbang dan dianalisis sehingga dapat ditentukan
bentuk antisipasinya.
- Untuk mengantisipasi polusi udara akibat menipisnya lapisan ozon maka langkah-langkah
yang dapat dilakukan dengan mengurangi atau meniadakan penggunaan Chlorofluorocarbon
(CFC) pada produksi industri-industri, misalnya pada kemasan aerosol dan mesin pendingin
sehingga diperlukan modifikasi mesin pengguna CFC dari alat-alat tersebut.

34. Jelaskan sistem penggunaan pestisida secara TEPAT!


Penggunaan pestisida harus memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu:
a. Tepat Sasaran. Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, misal
ulat grayak pada daun kedelai, hama wereng pada padi.
b. Tepat Jenis. Tentukan jenis pestisida apa yang harus digunakan, umumnya pestisida
memiliki kekhususan terhadap jenis OPT yang dapat dikendalikan misalnya: bakterisida
(pengendali penyakit yang disebabkan bakteri), fungisida (pengendali jamur), insektisida
(pengendali serangga), akarisida (pengendali tungau), moluskisida (pengendali moluska
seperti keongmas), rodentisida (pengendali tikus), dsb.
c. Tepat Waktu. Waktu pengendalian ditentukan berdasarkan: a) tahap rentan dari hama
yang menyerang, misalnya ulat yang masih kecil, b) banyaknya hama yang paling tepat
untuk dikendalikan sesuai ambang ekonominya, misal jumlah ulat grayak 8
ekor/tanaman, c) kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada
saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik, d) lakukan pengulangan sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan. Waktu aplikasi merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan efektifitas pestisida yang diaplikasikan. Jika dikaitkan dengan tahap
perkembangan hama, maka dikenal waktu aplikasi pestisida yakni 1) Aplikasi Preventif,
dilakukan sebelum ada serangan hama dengan tujuan untuk melindungi tanaman, 2)
Aplikasi dengan Sistem Kalender (aplikasi berjadwal, tetap banyak dilakukan oleh petani,
misalnya seminggu sekali atau bahkan seminggu dua kali), 3) Aplikasi Kuratif, aplikasi
ini dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud untuk menghentikan serangan
atau menurunkan populasi OPT, dan 4) aplikasi berdasarkan ambang pengendalian atau
ambang ekonomi hama.
d. Tepat Dosis/Konsentrasi. Supaya pestisida yang diaplikasikan efektif membasmi OPT
sasaran, maka dosis/konsentrasi pestisida harus ditetapkan secara tepat. Dosis merupakan
banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk setiap satuan luas, misalnya dosis pestisida
A sebanyak 2 L/ha, pestisida B sebanyak 250 mL/pohon. Sedangkan konsentrasi adalah
banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk setiap satuan aplikasi, misalnya 2 mL/L, 0,5
ml/L. Kurangnya perhatian petani terhadap dosis/konsentrasi pestisida ini sering
menyebabkan aplikasi pestisida yang salah.
e. Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi
pestisida dan anjuran yang ditetapkan. Cara penggunaan pestisida di antaranya cara
penaburan, cara penyemprotan, cara penghembusan, cara pengumpanan, cara fumigasi,
dan cara pengasapan.

35. Penggunaan pestisida sudah jelas dapat mencemari lingkungan. Bagaimana cara
menanggulangi pencemaran tersebut, selain dari penggunaannya harus TEPAT?
- Agar residu pestisida di dalam tanah tersebut tidak terbawa aliran air maka residu tersebut
perlu ditahan dengan suatu bahan yang dapat menyerap (imobilisasi). Bahan tersebut
adalah arang aktif yang memiliki kemampuan menyerap polutan. Arang aktif dapat dibuat
dari limbah pertanian yang melimpah yaitu sekam padi atau tempurung kelapa atau limbah
pertanian lainnya melalui proses pemanasan 500°C selama 5 jam dan aktivasi pada tungku
listrik dengan suhu 900°C selama 60 menit.
- Berdasarkan hasil penelitian (Asep, 2008), menunjukkan bahwa arang aktif yang berasal
dari sekam padi dan tempurung kelapa memiliki daya serap yang tinggi (yang
diekspresikan dengan angka Iod) terhadap residu pestisida masing-masing sebesar. 460,4
dan 1191,8 mg/g.
- Teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian ini bias
mengurangi kandungan residu pestisi hingga 50 persen. Melalui serangkaian kegiatan
penelitian yang telahdilakukan di Lab. Residu Bahan Agrokimia (Lab RBA), Balai
Penelitian Lingkungan Pertanian di Bogor padaperiode 2007-2009 telah didapatkan suatu
bahan ameliorant arangaktif yang terbuat dari limbah pertanian yang diketahui memiliki
daya serap tinggi dan mampu menyerap/mengikat pencemar residu pestisida.

36. Bagaimana proses pencemaran pestisida pada bahan pangan yang berada dalam tanah, seperti
pada kacang tanah dan kentang?
Residu pestisida dapat terjadi akibat proses fotodegradasi, hidrolisis, akumulasi pada tanah.
Penyebaran residu pestisida menurut prosesnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung berasal dari pestisida yang langsung
diaplikasikan pada tanaman, sedangkan tidak langsung bisa berasal dari kontaminasi melalui
hembusan angin, debu dari daerah lain dan budidaya tanaman pada tanah yang sudah banyak
mengandung pestisida.

37. Mayoritas petani sudah terbiasa menggunakan pestisida yang mana justru sering membuat
hama pada tanaman semakin kebal/resisten. Jelaskan cara untuk mengatasi resistensi tersebut
dengan tetap berprinsip TEPAT!
Strategi Pengelolaan Resistensi Pestisida
Untuk memperlambat timbul dan berkembangnya populasi resisten menurut Georghiou
dapat dilakukan dengan 3 strategi yaitu dengan 1) sikap sedang (moderation), 2) penjenuhan
( saturation ) dan 3) serangan ganda ( multiple attack). Pengelolaan dengan moderasi
bertujuan mengurangi tekanan seleksi terhadap hama antara lain dengan pengurangan dosis,
dan frekuensi penyemprotan yang lebih jarang. Pengelolaan dengan saturasi bertujuan
memanipulasi atau mempengaruhi sifat pertahanan serangga terhadap insektisida baik yang
bersifat biokimiawi maupun genetik. Pengelolaan dengan serangan ganda antara lain
dilakukan dengan cara mengadakan rotasi atau pergiliran kelompok dan jenis insektisida yang
mempunyai cara kerja atau mode of action yang berbeda. Adanya refugia merupakan
mekanisme untuk menghambat pengembangan sifat resistensi pada populasi karena di refugia
merupakan sumber individu imigran yang masih memiliki sifat peka terhadap pestisida
(Georgiou dan Taylor, 1986).
Pengelolaan resistensi pestisida bertujuan melakukan kegiatan yang dapat menghalangi,
menghambat, menunda atau membalikkan pengembangan resistensi. Untuk membuat
keputusan pengelolaan resistensi sangat diperlukan pengetahuan dasar tentang faktor-faktor
yang mendorong timbul dan berkembangnya resistensi, dan pendugaan frekuensi genotipe
resisten. Program pengelolaan resistensi menjadi sangat sulit dilaksanakan tanpa pengetahuan
komprehensif tentang mekanisme suatu jenis serangga atau organisme lain menjadi resisten
terhadap pestisida.

38. Bagaimana efek yang ditimbulkan bagi kesehatan jika seseorang terpapar B3, baik dalam
jangka pendek dan jangka panjang?
- Jangka pendek: dapat menimbulkan akibat berupa
kerusakan susunan syaraf, kerusakan sistem pencernaan, kerusakan sistem kardio
vasculer, kerusakan sistem pernafasan, kerusakan pada kulit, dan kematian.
- Jangka panjang: dapat menimbulkan efek karsinogenik (pendorong terjadinya kanker),
efek mutagenik (pendorong mutasi sel tubuh), efek teratogenik (pendorong terjadinya
cacat bawaan), dan kerusakan sistem reproduksi. Bagian organ tubuh yang terkena
pengaruh adalah: Ginjal (umumnya disebabkan zat toksik Cadmium); tulang (umumnya
disebabkan zat toksik Benzene); otak (umumnya disebabkan zat toksik Methyl Mercury);
liver (umumnya disebabkan zat toksik Carbon – Tetrachlorida); paru-paru (umumnya
disebabkan zat toksik Paraquat); mata (umumnya disebabkan zat toksik Khloroquin).

39. Ketentuan atau ambang batas penggunaan pestisida :


Daftar Pustaka
Gealson, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007). Climate Classroom; What’s up with
global warming?, National Wildlife Federation. URL diakses 22-01-2008
Georgiou, G.P dan C.E. Taylor (1986). Factors Influencing the Evolution of Resistance. Hal 157-
169. Committee on Strategies for the Management of Pesticide Resistant Pest Populations.
National Academy Press, Washington, D.C.
www.whalonlab.msu.edu/Newsletter/pdf/19.2.pdf -
Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
Tongasa, H. 2016. Manfaat Ilmu Ukur Tanah dan Perpetaan Dalam Dunia Kehutanan. Fakultas
Pertanian, Universitas Halu Oleo. Sulawesi Tenggara
Venkataramanan, M. dan Smitha. (2011). Causes and effects of global warming. Indian Journal
of Science and Technology, 4 (3), hlm. 226-229.

Anda mungkin juga menyukai