Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GLAUKOMA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB 1

Dosen Pengampu :Jamaludin.,A.Kep.,M.Kes

Disusun oleh :

1. Alissa Fahra Melfani 20171315

2. Ika Liling Tristiarum 20171319

3. Kholishotun Ni’mah 20171320

4. Miftahkul Nur Fauzia 20171326

5. Mustakikul Jannah 20171331

6. Nindi Lathifatul Mar’ah 20171336

7. Septia Endah Yuliana 20171344

8. Vivin Yuliana 20171354

9. Wachid Kurniawan 20171355

AKADEMI KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lingkar Raya Kudus – Pati KM. 5 Jepang Mejobo Kudus

Telp (0291)4248655

Tahun Ajaran 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA”.

Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah 1. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah

memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-

rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu

mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan

makalah ini.

Kudus,27 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 5

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. GLAUKOMA

1. Pengertian ............................................................................................... 7

2. Klasifikasi ............................................................................................... 8

3. Etiologi .................................................................................................... 9

4. Anatomi Fisiologi ................................................................................... 9

5. Patofisiologi .......................................................................................... 11

6. Manifestasi klinik .................................................................................. 14

7. Komplikasi ............................................................................................ 14

8. Pemeriksaan diagnostik ......................................................................... 15

9. Penatalaksanaan .................................................................................... 17

10. Pencegahan ............................................................................................ 19

11. Pathway ................................................................................................. 21

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA

1. Pengkajian Fokus .................................................................................. 22

2. Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 22

3
3. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................ 23

4. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 24

5. Intervensi NIC NOC ............................................................................. 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 28

B. Saran ...................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik – bintik peka

sinar primitif pada permukaan golongan intervertebrata. Dalam bungkus

pelindungnya mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan

cahaya ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan impuls dari

reseptor ke otak.

Glaukoma adalah salah satu penyakit yang menyerang mata yang menjadi

penyebab utama kebutaan dimasyarakat berat. Meskipun tak ada penanganan

untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat.. kadang diperlukan

pembedahan laser atau konvensional (insisional).Tujuan penanganan adalah

untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan agar dapat

mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan

dengan menurunkan TIO.(Suzanne C. Smeltzer, 2001 : 2004-2005)

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa pengertian Glaukoma?

2) Sebutkan klasifikasi Glaukoma !

3) Apa etiologi/penyebab Glaukoma?

4) Bagaimana anatomi glaukoma ?

5) Bagaimana perjalanan penyakit Glaukoma/patofisiologinya?

6) Apa saja manifestasi klinis glaukoma?

7) Apa saja komplikasi dari glaaukoma ?

5
8) Apa pemeriksaan penunjang dan diagnostik penyakit Glaukoma?

9) Bagaimana penatalaksanaan medis Glaukoma?

10) Apa saja pencegahan glaukoma ?

11) Bagaimana patway glaukoma ?

12) Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien dengan Glaukoma?

C. TUJUAN

Tujuan umum :

Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma

adalah supaya perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan

keperawatan dengan pasien glaukoma.

Tujuan khusus :

a. Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.

b. Mahasiswa memahami klasifikasi glaukoma.

c. Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.

d. Mahasiswa mengetahui anatomi glaukoma

e. Mahasiswa memahami patofisiologi glaukoma.

f. Mahasiswa mengetahui menifestasi glaukoma.

g. Mahasiswa memahami komplikasi glaukoma.

h. Mahasiswa memahami pemeriksaan penunjang glaukoma.

i. Mahasiswa memahami penatalaksanaan glaukoma.

j. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan glaukoma.

k. Mahasiswa mengetahui pathway glaukoma

l. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

glaucoma

6
BAB II

KONSEP TEORI

A. GLAUKOMA

1. Pengertian

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf

optik(neoropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan

tekanan okular pada papil saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang

pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral

terkena. (Bruce James. et al , 2006 : 95)

Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh

peningkatan abnormal tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg).

(Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)

Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya

peningkatan TIO, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek

lapang pandang yang khas. ( Anas Tamsuri, 2010 : 72 )

Jadi, Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan

gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan

penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang

sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena

saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata

akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di

belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran

darah sehingga saraf mata akan mati.

7
2. Klasifikasi

a. Glaukoma Primer

Pada Glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan

bentuk :

1) Glaukoma sudut tertutup , (closed angle glaucoma, acute

congestive glaukoma).

2) Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic simple

glaucoma).

b. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola

mata, disebabkan :

1) Kelainan lensa(Luksasi,Pembengkakan/intumesen,Fakoltik)

2) Kelainan uvea(Uveitis,Tumor)

3) Trauma(Perdarahan dalam bilik mata depan /hifema,Perforasi

kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma adheren)

4) Pembedahan(Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk

setelah pembedahan katarak)

5) Penyebab glaukoma sekunder lainnya

a) Rubeosis iridis (akibat trombosis vena retina sentral)

b) Penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan

c. Glaukoma Kongenital

Glaukoma konginetal primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,

hidroftalmos).Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital

lain.

8
d. Glaukoma Absolut

Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan

bola mata nyeri.(Sidarta Ilyas, 2002 : 240-241)

3. Etiologi

Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi

pada umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang

bisa meningkatkan tekanan intra okuler.

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif,2009).

a. Umur

b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma

c. Tekanan bola mata /kelainan lensa

d. Obat-obatan

4. Anatomi Glaukoma

a. Glaukoma Sudut Tetutup

Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya

memang sudah sempit dari pembawaannya.

1) Faktor Pre-Disposisi

Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris

maka akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata

belakang ke bilik mata depan, yang dinamakan hambatan pupil

(pupillary block) hambatan ini dapat menyebabkan meningkatnya

tekanan di bilik mata belakang.

2) Faktor pencetus

9
Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata

belakang akan mendorong iris ke depan,hingga sudut bilik mata

depan yang memang sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak

diketahui dengan jelas apa yang menyebabkan hal tersebut.

3) Dilatasi pupil

Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal ; sudut bilik

mata depan yang asalnya sudah sempit, akan mudah

tertutup. (Sidarta Ilyas, 2002 :249-250)

b. Glaukoma Kongesif Akut

Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata

bengkak,konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongesif), injeksi

siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat

dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil

tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yangg

hampir total.

Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun

sampai hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah

anamnesis yang teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis

persangkaan yang baik.

c. Glaukoma Sudut Terbuka

Hambatan pada glaukoma sudut terbuka terletak di dalam jaringan

trabekulum sendiri, akuos humor dengan leluasa mencapai lubang-

lubang trabekulum,tetapi sampai di dalam terbentur celah-celah

10
trabekulum yang sempit, hingga akuos humor tidk dapat keluar dari

bola mata dengan bebas. ( Sidarta Ilyas, 2002 : 257 )

d. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai

penyulit penyakit intraokular.

1) Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata

2) Glaukoma Sekunder Karena kelainan Uvea

3) Glaukoma Sekunder Karena Trauma Atau Pembedahan

4) Glaukoma Karena Rubeosis Iris

5) Galukoma Karena Kortikosteroid

6) Glaukoma Kongesif

7) Glaukoma Absolut( Sidarta Ilyas, 2002: 259-261 )

5. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi

humor aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya

aliran keluar humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga

bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera.

Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada

pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan

tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.

Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan

terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.

Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila

11
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan

degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi

berkas serabut saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf

optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada

bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada

bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih

belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan

serabut saraf optik.( Anas Tamsuri, 2010 : 72-73 )

Terdapat tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu :

a. Jumlah produksi akuos oleh badan siliar

b. Tahanan aliran akuos humor yang melalui sistem trabekular

meshwork-kanalis Schlem.

c. Level dari tekanan vena episklera.

Umumnya peningkatan TIO disebabkan peningkatan tahanan aliran

akuos humor. Akuos humor dibentuk oleh prosesus siliaris, dimana

masingmasing prosesus ini disusun oleh lapisan epitel ganda, dihasilkan

2-2,5 ul/menit mengalir dari kamera okuli posterior, lalu melalui pupil

mengalir ke kamera okuli anterior. Sebagian besar akan melalui sistem

vena, yang terdiri dari jaringan trabekulum, justakanalikuler, kanal

Schlem dan selanjutnya melalui saluran pengumpul (collector channel).

12
Aliran akuos humor akan melewati jaringan trabekulum sekitar 90%.

Sebagian kecil akan melalui struktur lain pada segmen anterior hingga

mencapai ruangan supra koroid, untuk selanjutnya akan keluar melalui

sklera yang intak atau serabut saraf maupun pembuluh darah yang

memasukinya. Jalur ini disebut juga jalur uvoesklera (10-15%) (Svern P,

et.al., 2008). Tekanan bola mata yang umum dianggap normal adalah 10-

21 mmHg.

Beberapa faktor risiko dapat menyertai perkembangan suatu

glaukoma termasuk riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik,

variasi diurnal, olahraga, obat-obatan. (Svern P, et.al., 2008) (Freeman

EE, et.al, 2008). Proses kerusakan papil saraf optik (cupping) akibat

tekanan intra okuli yang tinggi atau gangguan vaskular ini akan

bertambah luas seiring dengan terus berlangsungnya kerusakan jaringan

sehingga skotoma pada lapangan pandang makin bertambah luas. Pada

akhirnya terjadi penyempitan lapangan pandang dari ringan sampai berat.

(Svern P, et.al., 2008) (Nutheti R, et.al, 2006).

Glaucomatous optic neuropathy adalah tanda dari semua bentuk

glaukoma. cupping glaucomatous awal terdiri dari hilangnya akson-

akson, pembuluh darah dan sel glia. Perkembangan glaucomatous optic

neuropathy merupakan hasil dari berbagai variasi faktor, baik instriksi

maupun ekstrinsik. (Svern P, et.al., 2008) Terdapat dua hipotesis yang

menjelaskan perkembangan glaucomatous optic neuropathy, teori

mekanik dan iskemik. Teori mekanik menekankan pentingnya kompresi

langsung serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus

13
anterior, dengan distorsi lempeng lamina kribrosa dan interupsi aliran

aksoplasmik, yang berakibat pada kematian sel ganglion retina (RGCs).

Teori iskemik fokus pada perkembangan potensial iskemik intraneural

akibat penurunan perfusi nervus atau proses instrinsik pada nervus

optikus. Gangguan autoregulasi pembuluh darah mungkin menurunkan

perfusi dan mengakibatkan gangguan saraf. Pembuluh darah optik secara

normal meningkat atau menurunkan tekanannya memelihara aliran darah

konstan, tidak tergantung TIO dan variasi tekanan darah. (Svern P, et.al.,

2008)

6. Manifestasi Klinis

a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

c. Mual, muntah, berkeringat.

d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

e. Visus menurun.

f. Edema kornea.

g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut

terbuka).

h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

i. TIO meningkat.( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

7. Komplikasi

Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma, glaukoma

penutupan sudut akut adalah suatu kedaruratan medis. agens topikal yang

digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang

14
merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi

jantung, pernapsan atau neurologis. ( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

8. Pemeriksaan Penunjang

a. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN

Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus

untuk glaukoma.

1) Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal

empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

a) Palpasi atau digital dengan jari telunjuk

b) Indentasi dengan tonometer schiotz

c) Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

d) Non kontak pneumotonometri

e) Tonomerti Palpasi atau Digital

2) GONIOSKOPI

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata

depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal

glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya

sudut bilik mata depan.

3) OFTALMOSKOPI

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan

keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan

glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna

papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan

15
berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap

atau terus melebar.

b. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG

1) Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma

sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang

pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke

tengah.

2) Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir

Bjerrum, yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan –

kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang

dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)

Pada penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan

sebagai berikut:

a) Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata,

dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya

merupakan glaukoma primer atau sekunder.

b) Gonioskopi, menggunakan lensa gonioskop. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk melihat sudut pembuangan humor akuos sehingga

dapat ditentukan jenis glaukomanya sudut terbuka atau tertutup.

c) Oftalmoskopi, yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya

kerusakan saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik

menggunakan alat oftalmoskop direk.

d) OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk

mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf optik sehingga

16
jika terdapat kerusakan dapat segera dideteksi sebelum terjadi

kerusakan lapang pandangan, sehingga glaukoma dapat ditemukan

dalam stadium dini

e) Perimetri, alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang

pandangan yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik.

f) Tonometri, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur besarnya

tekanan bola mata/tekanan intraokuler/TIO. (Sidarta Ilyas, 2002 :

242-248)

9. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan

Penatalaksanaan Pembedahan

a. Iridektomi perifer.

Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan

depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor

akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang

tertutup sebanyak 50%.

b. Trabekulotomi (Bedah drainase)

Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan

iridektomi.(Sidarta Ilyas, 2002 : 242-248)

c. Terapi farmakologi (Barbara C. Long, 2000 : 267)

Obat Efek Terhadap Glaukoma

Agen Kolinergik (Miotik) : Merangsang reseptor kolinergik,

Pilocarpine mengkontraksikan otot-otot iris

Carbachol ( Carbacel ) untuk mengecilkan pupil dan

menurunkan tahanan terhadap

17
aliran humor aqueous, juga

mengkontraksikan otot-otot ciliary

untuk meningkatkan akomodasi.

Kolinesterase Inhibitors Menghambat pepenghancuran

(Miotik) : Asetylchloline yang berefek

Physostigmine (Eserine) sebagai kolinergik.

Demecarlum bromide “Jangan menggunakan obat

(Humorsol) kolinesterase pada glaukoma sudut

Isoflurophate (Floropryl) tertutup” (Meningkatkan tahanan

Echotiophate Iodide pupil)

(Phospoline Iodide)

Edrenergic Beta Bloker : Memblok – impuls adrenergik

Timolol meleate (Timoptic) (Sympathetik) yang secara normal

Betaxolol hydrochloride menyebabkan mydriasis,

(Betaoptic) mekanisme yang bisa menurunkan

Levobunolol hydrochloride IOP, tidak jelas

(Betagan)

Agen adrenergik : Menurunkan produksi humor

Epinephryl borate (Eppy) aqueous dan meningkatkan aliran

Epinephrine hydrochloride aqueous.

(glaucom, Epifrin) “Jangan menggunakan untuk

Epinephrine bitatrate glaukoma sudut tertutup”

(Epitrate, Mucocoll)

Dipivefrin (Propine)

18
Carbonic anhydrase Menghambat produksi humor

inhibitors : aqueous

Acetazolamide (Diamox)

Ethoxzolamide (Cardrase)

Dichlorhenamide

(Daramide)

Methazolamide (Neptazane)

Agen Osmotik : Meningkatkan osmolaritas plasma

Glycerine (Glycerol, darah, meningkatkan aliran cairan

Osmoglyn) dari humor aqueous ke plasma

Mannitol (Osmitrol)

Urea (Ureaphil, Urevert)

10. Pencegahan

a. Deteksi dini

Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi

sedinimungkin. Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya

glaukoma sudutterbuka. Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka

hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan

pengobatan. Orang-orang yangmemiliki resiko menderita glaukoma

sudut tertutup sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan

jika resikonya tinggi sebaiknya menjalaniiridotomi untuk mencegah

serangan akut.

19
b. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta

Karoten)

Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah

seperti diabetesmellitus dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita

diabetes mellitus dianjurkan untuk mengurangi mengkonsumsi gula

agar tidak terjadi komplikasiglaukoma, sedangkan untuk penderita

hipertensi dianjurkan untuk diet rendahgaram karena jika tekanan

darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.

c. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan

olahragateratur. Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata

sedikit.

d. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak

bertambah parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :

1) Mengurangi stress

2) Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga

glaucomaakan memblok pupil

3) Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan

melebar (dilatasi)

4) Diet rendah natrium

5) Pembatasan kafein

6) Mencegah konstipasi

7) Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan

karena akan meningkatkan TIO

20
8) Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu

pasien merasanyaman dan mengurangi tekanan intra okular.

Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa jatuh menjauh

dari iris yang mengurangi blok pupil. (Sidarta Ilyas, 2002 : 242-

248)

11. Pathway

21
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA

1. Pengkajian Fokus

a. Anamnesis

Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :

1) Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.

2) Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling

sedikit 5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).

3) Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.

Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau

pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi

pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),

riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang

sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).

Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai

dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan

sensitif, dan berduka karena kehilangan penglihatan. (Indriana N.

Istiqomah, 2004).

2. Pemeriksaan Fisik

a. Neurosensori

1) Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat

menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan

perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang

gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar,

22
kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan

kaca mata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

2) Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea

berwarna, peningkatan air mata.

3) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop

untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus

optikus menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer,

karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah

menjalar keluar dari iris.

4) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang

pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan

menurun secara bertahap.

5) Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi

mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang

gagal bereaksi terhadap cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004).

b. Nyeri/ kenyamanan

1) Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis0

2) Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata,

sakit kepala (glaukoma akut).

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu snellen / mesin telebinoklear

b. Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan

c. Lapang penglihatan

23
d. Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis /

otak, karotis / patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.

e. Pengukuran tonografi

f. Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 – 25 mmHg)

g. Pengukuran gonoskopi

h. Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup

i. Tes provokatif

j. Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal / hanya

meningkat ringan.

k. Pemeriksaan aftalmoskop

l. Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,

papiledema, perdarahan retina dan mikroaneurisma.

m. Darah lengkap, LED

n. Menunjukkan anemia sistemik / infeksi

o. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid

p. Memastikan arterosklerosis, PAK

q. Tes toleransi glukosa

r. Menentukan adanya DM

4. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler

b. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan

perifer

c. Ansietas b.d faktor fisiologis

24
d. Kurang pengetahuan b.d kurang mengingat, salah interpretasi

informasi

5. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler

Tujuan : nyeri terkontrol / tulang

Kriteria hasil :

1) Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang

2) Ekspresi wajah rileks

3) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian

pengontrolan nyeri.

Intervensi :

1) Observasi derajat nyeri mata

Rasional : mengidentifikasi kemajuan / penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

2) Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang

Rasional : stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO

a) Ajarkan pasien teknik distraks

Rasional : membantu dalam penurunan persepsi / respon

nyeri

b) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program

c) Rasional : untuk mengurangi nyeri

b. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan

perifer

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal

25
Kriteria hasil :

1) Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan

2) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih

lanjut.

Intervensi :

1) Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan

Rasional : mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan

intervensi.

2) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /

kemungkinan kehilangan penglihatan.

Rasional : intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien

menghadapi kemungkinan / mengalami kehilangan penglihatan

sebagian atau total.

3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan,

mengikuti jadwal, tidak salah dosis.

Rasional : Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan

lebih lanjut

4) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik

sistemik.

Rasional : untuk mengurangi TIO

c. Ansietas b.d faktor fisiologis

Intervensi:

1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri atau timbulnya

gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini

26
2) Berikab informasi yang akurat dan jujur

3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan

perasaan

4) Identifikasi sumber atau orang yang menolong

d. Kurang pengetahuan b.d kurang mengingat, salah interpretasi

informasi

Intervensi:

1) Tunjukkan tekhnik yang benar untuk pemberian tetes mata.

2) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat dan diskusikan obat

yang harus dihindari.

3) Identifikasi efek samping dari pengobatan.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak

langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan

pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya

mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar

dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata

akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya

saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.

B. Saran

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang

penyakit serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir

pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan

bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi

hanya mempertahankan fungsi penglihatan yang masih ada.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Arsculapiks.

Corwin, Elizabeth J. , Buku saku Patofisiologi, Ed. 3, 2009, Jakarta : EGC.

Darling, Vera H, 1996, Perawatan Mata, Yogyakarta : Yayasan Esentia Medika.

Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding

Penyakit Mata, 1991, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.

Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.

James, Bruce, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi, Jakarta : Erlangga.

Long, Barbara C. , 2000, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Oka, P.N, 1993, Buku Penuntun – Ilmu Perawatan Mata, Surabaya : Airlangga

University Press.

Smeltzer, Suzzane C. , 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, Ed. 8, Jakarta : EGC.

Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai