Anda di halaman 1dari 7

JURNAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA


TENTANG BAHAYA MEROKOK DI SMAN 1 BANJARBARU TAHUN 2016

Oleh :

Raja Anju Pratama Pardede


NPM : 11700259

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016
ABSTRAK

Raja Anju Pratama Pardede, 2016, Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Tentang Bahaya Merokok pada
Siswa-siswi SMAN 1 Banjarbaru Tahun 2016, Tugas Akhir, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Pembimbing Andiani, dr.M.Kes.

Merokok merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya berbagai penyakit. Di Indonesia prevalensi tertinggi
pertama kali merokok ditemukan pada kelompok remaja (15-19 tahun) sebanyak 43,3%. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan remaja tentang bahaya merokok sehingga menimbulkan sikap negatif tentang bahaya merokok. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang bahaya merokok pada siswa-siswi
SMAN 1 Banjarbaru. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian seluruh siswa-siswi kelas XI usia 15-19 tahun di SMA Negeri 1 Banjarbaru dengan sampel sejumlah 96
responden yang diambil secara systematic random sampling. Variabel independen adalah pengetahuan, sedangkan
variabel dependen adalah sikap. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan kurang hampir seluruhnya memiliki sikap negatif.
Sedangkan responden dengan pengetahuan baik hampir seluruhnya memiliki sikap positif. Hasil uji chi square,
didapatkan P=0,000<α=0,05 sehingga H0 ditolak artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang
bahaya merokok pada siswa-siswi SMAN 1 Banjarbaru. Dapat disimpulkan responden berpengetahuan kurang baik
beresiko memiliki sikap negatif tentang bahaya merokok. Diharapkan tenaga kesehatan bekerjasama instansi pendidikan
memberikan promosi kesehatan tentang bahaya merokok kepada remaja agar dapat meningkatkan pengetahuannya
sehingga memilki sikap positif tentang bahaya merokok dan menghindari perilaku merokok.

Kata kunci : pengetahuan, sikap dan bahaya merokok.

PENDAHULUAN
Merokok adalah kebiasaan jelek yang antaranya merupakan perokok, sedangkan 8 persen lain
mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya bukan perokok. Perbandingan tersebut meningkat pada
kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah- 2014, dari 1.905 pasien PPOK, 94,4 persen adalah
olah sudah membudaya, meskipun banyak perokok perokok dan 5,6 persen lain bukan perokok." Rokok
yang sebenarnya menyadari dan mengakui bahwa juga meningkatkan kasus bronkitis kronis. Sebanyak 42
rokok akan menimbulkan kanker dalam tubuh mereka. persen penderita bronkitis adalah perokok dan 26
(Notoatmodjo, 2010). Konsumsi rokok merupakan persen adalah bekas perokok. Hanya 24 persen
salah satu faktor resiko utama terjadinya berbagai penderita bronkitis yang bukan perokok. Rokok juga
penyakit tidak menular seperti kardiovasikuler, stroke, meningkatkan serangan asma dan menurunkan fungsi
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru, paru (Agus, 2015).
kanker mulut, dan kelainan kehamilan. Penyakit- Kebiasaan merokok bukan hanya merugikan si
penyakit tidak menular tersebut saat ini merupakan perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap
penyebab kematian utama di dunia, termasuk di negara rokok yang dihirup perokok mengandung komponen
Indonesia. Berdasarkan data terbaru hasil Riset yang gas dan partikel yang terdiri dari karbon monoksida,
dipublikasikan dalam Journal of the American Medical karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksigen
Association menyebutkan, jumlah perokok di seluruh dari nitrogen dan senyawa hidrolarbon (Ratri, 2009)
dunia meningkat hampir 250 juta orang antara 1980 WHO (World Health Organization) pada tahun
hingga 2012 (Anonim, 2014). 2008 mengestimasikan 1,35 miliar orang di dunia
Peningkatan prevalensi perokok diikuti dengan adalah perokok. WHO pun mengingatkan bahwa rokok
peningkatan kasus saluran pernapasan, salah satunya merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di
adalah PPOK. Penyakit Paru Obstruktif Kronik dunia. Pada tahun 2008, lebih dari 5 juta orang mati
merupakan penyakit penyempitan saluran napas karena penyakit yang disebabkan rokok (Anonim
kronik. Penyakit tersebut umumnya diawali dengan 2009).
beberapa gejala, seperti napas sesak atau berat, batuk Jumlah perokok di Indonesia pada tahun 2008
kronik, batuk berdahak. Pada tahun 2011, jumlah mencapai 65 juta penduduk atau 28% dari jumlah
kunjungan pasien PPOK di RS Persahabatan mencapai penduduk yang ada, yang mana prevalensi kelompok
1.274 orang. Jumlah tersebut terus meningkat, hingga umur 45-54 tahun sebesar 32,2% dan pada penduduk
tahun 2014 mencapai 1.905 pasien. Data tahun 2013 laki-laki 15 tahun ke atas sebanyak 54,1%. Prevalensi
mencatat, dari 1.702 pasien PPOK, 92 persen di tertinggi pertana kali merokok ditemukan di kelompok
umur 15-19 tahun (43,3%) dan 1,7% perilaku merokok Mengingat di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
ditemukan di kelompok umur 5-9 tahun (Depkes RI, (SMANSA) Banjarbaru memiliki prevalensi merokok
2009). pada umur 15-19 tahun yang tinggi, oleh karena itu
Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2007 penulis tertarik mengetahui hubungan antara
termasuk dalam urutan ke-33 prevalensi merokok yaitu pengetahuan dengan sikap remaja tentang bahaya
984 ribu jiwa. Pada tahun 1995, 42,1% laki-laki di merokok di SMA Negeri 1 Banjarbaru 2015.
Kalimantan Selatan adalah perokok dan setiap tahun Adapun tujuan penelitian ini yaitu menganalisis
mengalami kenaikan pada tahun 2001 dan 2007 yaitu hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja
51,8% dan 54,5% dari jumlah populasi di Kalimantan tentang bahaya merokok di SMA Negeri 1 Banjarbaru
Selatan. Sedangkan pada wanita pada tahun 1995, 2015
2001, dan 2007 adalah 1,9%, !,2% dan 2,1% (Depkes
RI 2008).
Penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun METODE PENELITIAN
1998 dalam Journal of the American Medical Penelitian ini bersifat observasional analitik
Association menyatakan bahwa lebih dari 4 miliar dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
remaja adalah perokok, dimana konsumsi rokok paling seluruh siswa-siswi kelas XI usia 15-19 tahun di SMA
banyak adalah murid SMA. Meningkatnya prevalensi Negeri 1 Banjarbaru dengan sampel sejumlah 96
perokok di negara-negara berkembang termasuk responden yang diambil secara systematic random
Indonesia terutama di kalangan remaja menyebabkan sampling. Variabel independen adalah pengetahuan,
masalah merokok menjadi semakin serius. (Anonim, sedangkan variabel dependen adalah sikap. Analisis
2014) data menggunakan uji chi-square dengan tingkat
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di kemaknaan (α = 0,05). Apabila P < α maka H1 diterima
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMANSA) berarti ada hubungan pengetahuan dengan sikap.
Banjarbaru pada waktu pulang sekolah siswa banyak
yang merokok di warung sekitar sekolah. Hasil
wawancara terhadap 10 siswa didapatkan 6 siswa HASIL PENELITIAN
mengaku merokok, 1 siswa pernah mencoba merokok
dan 3 siswa tidak pernah merokok. Dari 10 siswa Karakteristik Responden
didapatkan 5 siswa yang tidak mengetahui tentang
bahaya merokok 4 siswa diantaranya merupakan Tabel V.1 Distribusi umur siswa-siswi kelas XI di
perokok dan 5 siswa mengetahui bahaya merokok SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016
didapatkan 1 siswa yang perokok. Umur Jumlah (%)
Merokok di usia muda merupakan titik awal 15 tahun 1 1
untuk menjadikan individu sebagai perokok di masa 16 tahun 36 37,5
yang akan datang. Remaja merupakan kelompok yang 17 tahun 51 53,2
rentan untuk menjadi perokok. Menurut 18 tahun 7 7,3
Mangoenprasodjo S (2005) ketertarikan awal individu 19 tahun 1 1
untuk merokok pada umumnya muncul saat usia Jumlah 96 100
remaja, 15-19 tahun atau sewaktu duduk di bangku Sumber : Data Primer tahun 2016
SMA. Kebiasaan merokok di kalangan remaja
mempunyai dampak negatif yang lebih berbahaya jika
1
dibandingkan dengan perokok secara umum, karena
dari kebiasaan merokok tersebut dapat menjadi
7 1% Umur Responden
1
1%
7%
jembatan yang membawa individu pada bahaya yang
36 15 tahun
lebih besar seperti bahaya narkotika terutama ganja.
38%
Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa 16 tahun
remaja merokok, beberapa sebabnya adalah kurangnya 51
53% 17 tahun
pengetahuan secara mendalam akan akibatnya, melihat
dan mengikuti kebiasaan di lingkungannya (misalnya 18 tahun
orang tua, teman, guru), identitas diri, menyangkut rasa
kedewasaan dan harga diri, terpengaruh oleh iklan-
iklan rokok, memperoleh rasa tenang ketika merokok, Gambar V.1 Diagram pie distribusi umur siswa-siswi
serta merokok sudah lumrah bagi manusia (Nasution, kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016
2007). Pada umumnya remaja cenderung memiliki
sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang Tabel V.1 dapat diketahui dapat diketahui
yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara bahwa sebagian besar (53,2%) berumur 17 tahun
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan sebanyak 51 responden.
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut (Azwar, 2009)
Tabel V.2 Distribusi jenis kelamin siswa-siswi kelas Tabel V.4 Distribusi sikap responden siswa-siswi
XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016 kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah (%) Sikap Jumlah (%)
Laki-laki 72 75 Negatif 53 55,2
Perempuan 24 25 Positif 43 44,8
Jumlah 96 100 Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer tahun 2016 Sumber : Data Primer tahun 2016

Jenis Kelamin Responden Sikap Responden


24
25% 43
45%
53
Laki-laki Negatif
72 55%
75% Perempuan Positif

Gambar V.2 Diagram pie distribusi jenis kelamin Gambar V.4 Diagram pie distribusi sikap responden
siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru
tahun 2016 tahun 2016

Tabel V.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar


Tabel V.2 dapat diketahui dapat diketahui
(55,2%) memiliki sikap negatif terhadap bahaya
bahwa sebagian besar (75%) memiliki jenis kelamin
merokok sebanyak 53 responden.
laki-laki sebanyak 72 responden.

Analisis Bivariat
Analisis Univariat
Hubungan antara pengetahuan dengan sikap
Tabel V.3 Distribusi pengetahuan responden siswa-
remaja
siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016
Pengetahuan Jumlah (%) Tabel V.5 Tabulasi silang hubungan pengetahuan
Kurang 51 53,1 dengan sikap tentang bahaya merokok pada siswa-
Baik 45 46,9 siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016
Jumlah 96 100
Sumber : Data Primer tahun 2016 Sikap Jumlah
Pengetahuan Negatif Positif n (%)
n (%) n (%)
Pengetahuan Responden Kurang 40 (78,4%) 11 (21,6%) 51 (100%)
Baik 13 (28,9%) 32 (71,1%) 45 (100%)
Jumlah 53 (55,2%) 43 (44,8%) 96 (100%)
45 p = 0,000 OR = 8,951(95%CI:3,539-22,637)
51
47% Kurang baik Sumber : Data Primer tahun 2016
53%
Baik

Hubungan Pengetahuan dan Sikap


50 40
40 32
Frekuensi

30
Gambar V.3 Diagram pie distribusi pengetahuan 20 13 11 Kurang baik
responden siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 10
Banjarbaru tahun 2016 Baik
0
Negatif Positif
Tabel V.3 dapat diketahui dapat diketahui bahwa Sikap
sebagian besar (53,1%) memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 51 responden. Gambar V.5 Diagram batang tabulasi silang hubungan
pengetahuan dengan sikap tentang bahaya merokok
Tabulasi silang pada Tabel V.5 dapat diketahui atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi
bahwa dari 51 responden dengan pengetahuan kurang akan tersedia bermacam-macam media massa yang
baik hampir seluruhnya (78,4%) memiliki sikap negatif dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
tentang bahaya merokok dan sebagian kecil (21,6%) tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
memiliki sikap positif tentang bahaya merokok. berbagai bentuk media massa seperti televisi,
Sedangkan 45 responden dengan pengetahuan baik radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
sebagian besar (71,1%) memiliki sikap positif tentang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
bahaya merokok dan sebagian kecil (28,9%) memiliki opini dan kepercayan orang. Adanya informasi
sikap negatif tentang bahaya narkoba. baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
Hasil uji chi-square didapatkan nilai probabilitas kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
(P) = 0,000 (P < 0,05) sehingga Ho ditolak atau H 1 terhadap hal tersebut.
diterima artinya ada hubungan antara pengetahuan Sejalan dengan pendapat Mubarok (2011),
dengan sikap tentang bahaya merokok pada siswa- sumber informasi adalah segala sesuatu yang
siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016 menjadi perantara dalam menyampaikan
dan didapatkan nilai OR = 8,951; 95% CI : 3,539- informasi, merangsang pikiran dan kemampuan,
22,637 yang berarti responden dengan pengetahuan serta menambah pengetahuan. Sumber informasi
kurang baik beresiko memiliki sikap negatif tentang dapat di peroleh dari media cetak (surat kabar,
bahaya merokok sebanyak 9 kali dibandingkan majalah, buku), media elektronik (tv, radio,
responden dengan pengetahuan baik. internet) dan melalui tenaga kesehatan seperti
pelatihan dan penyuluhan yang diadakan oleh
(dokter, bidan, dan perawat).
PEMBAHASAN
2. Sikap tentang bahaya merokok
1. Pengetahuan Hasil penelitian pada tabel V.4
Hasil penelitian pada tabel V.3 menunjukkan menunjukkan sebagian besar (55,2%) memiliki
sebagian besar (53,1%) responden memiliki sikap negatif terhadap bahaya merokok, dan
pengetahuan kurang baik, dan sebagian kecil sisanya (44,8%) memiliki sikap positif terhadap
(46,9%) responden memiliki pengetahuan baik. bahaya merokok.. Hal ini menggambarkan masih
Mayoritas pengetahuan tentang bahaya merokok banyak responden yang mempunyai sikap negatif
kurang baik, hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor atau unfavorable terhadap bahaya merokok.
umur dan pernah mendapat informasi. Banyaknya responden memiliki sikap
Berdasarkan tabel V.1 diperoleh dari 96 negatif tentang bahaya merokok, hal ini bisa
responden didapatkan sebagian besar responden dipengaruhi oleh faktor pengaruh orang lain.
(53,2 %) berusia 17 tahun, hampir setengahnya Pengaruh orang lain dalam hal ini adalah teman
responden (37,5 %) berusia 16 tahun dan sebagian sebaya. Kuatnya hubungan pertemanan didalam
kecil responden (1 %) berusia 15 dan 19 tahun. kelompok sebaya, menimbulkan sikap penolakan
Pengetahuan responden tentang bahaya terhadap sesuatu dari luar. Remaja biasanya lebih
merokok berdasarkan usia, menunjukkan mendengarkan teman sebaya dari pada orang lain
responden yang berusia 15-16 tahun banyak yang di luar peer groupnya karena takut mendapatkan
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 26 penolakan dan mendapatkan peer preasure dari
responden, sedangkan responden yang berusia 17- teman sebayanya. Sehingga remaja dalam
19 tahun sebagian besar berpengetahuan baik kelompok tersebut akan memiliki karakteristik
sebanyak 34 responden. Hal ini dipengaruhi oleh yang nyaris serupa. Hal ini yang membuat remaja
responden yang berusia 15-16 tahun memiliki sulit untuk menerima suatu informasi yang
pengalaman relatif sedikit dibandingkan remaja mungkin penting bagi pembentukan sikapnya.
yang berusia 17-19 tahun dan secara tidak Responden yang berusia remaja memiliki sifat
langsung berpengaruh terhadap pengetahuan yang yang suka mencoba hal-hal baru, ditambah dengan
dimiliki tentang bahaya merokok. jiwa antisosial remaja dan perkembangan otak
Sesuai pendapat Notoatmodjo (2010) yang belum sempurna dapat membuat perasaan
dengan bertambahnya usia seseorang, maka atau emosi mengalahkan akal sehat yang
pemikirannya akan semakin berkembang sesuai memungkinkan remaja memiliki sikap yang
dengan pengetahuan yang pernah didapat. Selain negatif.
itu semakin bertambah usia semakin matang Sesuai pendapat Notoatmodjo (2010)
seseorang dalam berfikir sehingga semakin mudah pada umumnya individu cenderung untuk memiliki
dalam menerima informasi. sikap yang konformis atau searah dengan sikap
Kurangnya pengetahuan remaja tentang orang yang dianggapnya penting, kecenderungan
bahaya merokok bisa dipengaruhi oleh faktor ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
sumber informasi. Sumber informasi yang berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
diperoleh responden baik dari pendidikan formal konflik dengan orang yang dianggap penting
maupun non formal dapat memberikan pengaruh misalnya: orang tua, orang yang status sosialnya
jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan
lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, Dengan adanya pengetahuan tentang bahaya
teman kerja, suami atau istri dan sebagainya. merokok maka muncullah sikap yang berupa
kesadaran dan niat untuk menghindari perilaku
3. Hubungan pengetahuan dengan sikap tentang merokok.
bahaya merokok Hasil penelitian ini sejalan dengan
Hasil penelitian pada Tabel V.5 penelitian Lim et al (2009) dengan responden yang
menunjukkan responden dengan pengetahuan berusia 18 tahun keatas di Malaysia didapatkan
kurang baik hampir seluruhnya (78,4%) memiliki bahwa adanya signifikan antara pengetahuan
sikap negatif tentang bahaya merokok dan dengan sikap. Ditegaskan lagi dengan pendapat
sebagian kecil (21,6%) memiliki sikap positif Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan
tentang bahaya merokok. Sedangkan responden seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dengan pengetahuan baik sebagian besar (71,1%) dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
memiliki sikap positif tentang bahaya merokok aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
dan sebagian kecil (28,9%) memiliki sikap negatif seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
tentang bahaya narkoba.. Hasil uji odds ratios banyak aspek positif dari obyek yang diketahui,
didapatkan didapatkan nilai = 8,951; 95% CI : akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
3,539-22,637 yang berarti responden dengan obyek tersebut. Sedangkan menurut Widodo
pengetahuan kurang baik beresiko memiliki sikap (2005) yang menyatakan bahwa dalam
negatif tentang bahaya merokok sebanyak 9 kali menentukan sikap yang utuh, pengetahuan,
dibandingkan responden dengan pengetahuan pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
baik.. Hasil uji chi-square didapatkan nilai penting. Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat
probabilitas (P) = 0,000 (P < 0,05) berarti ada pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong
hubungan antara pengetahuan dengan sikap untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik
tentang bahaya merokok pada siswa-siswi kelas XI pula.
di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016..
Namun dalam penelitian ini juga
didapatkan sebagian kecil (28,9%) responden yang Kesimpulan
memiliki pengetahuan baik tetapi memiliki sikap Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
negatif tentang bahaya merokok, hal ini yang telah diuraikan maka dapat ditarik simpulan
dikarenakan remaja memiliki sifat yang suka sebagai berikut :
mencoba hal-hal baru dan jiwa antisosial remaja, 1. Siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru
sehingga sikap negatif didasarkan pada keyakinan- tahun 2016 sebagian besar 51 (53,1%) memiliki
keyakinan yang positif terhadap akibat-akibat yang pengetahuan kurang baik tentang bahaya merokok.
akan diterima bila merokok, antara lain 2. Siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Banjarbaru
mempermudah dalam pergaulan atau persahabatan, tahun 2016 sebagian besar 53 (55,2%) memiliki
dapat mengurangi stress, dapat menimbulkan sikap negatif tentang bahaya merokok.
perasaan dewasa serta matang dan jantan, juga 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap
dapat menimbulkan kenikmatan dan kenyamanan tentang bahaya merokok pada siswa-siswi kelas XI
sendiri. di SMA Negeri 1 Banjarbaru tahun 2016 (P =
Pada remaja, pengetahuan tentang bahaya 0,000, OR = 8,951 95%CI: 3,539-22637).
merokok mempunyai peran vital mengingat
kesehatan adalah hal yang penting dalam Saran
mempersiapkan diri pada tahap perkembangan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dirinya, pengetahuan mempunyai pengaruh besar maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai
dalam kehidupan remaja termasuk dalam berikut :
pembentukan sikapnya. Pengetahuan sebagai suatu Diharapkan remaja khususnya siswa-siswi SMAN 1
akses yang mempunyai pengaruh dalam Banjarbaru untuk lebih aktif dalam mengakses
pembentukan sikap karena dengan pengetahuan informasi dan pelayanan kesehatan tentang bahaya
seseorang mengetahui baik dan buruknya akan merokok baik di sekolah maupun di luar sekolah,
kesehatannya, remaja akan mampu menilai dan mengikuti kegiatan seperti seminar dan meningkatkan
bersikap sejalan dengan pengetahuan. Pemahaman kepedulian terhadap bahaya merokok baik bagi dirinya
akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu maupun orang lain. Di samping itu tenaga kesehatan
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diharapkan melakukan kegiatan promosi kesehatan
diperoleh dari pendidikan formal maupun non tentang bahaya merokok kepada masyarakat khususnya
formal, sebaliknya kurangnya pengetahuan tentang remaja secara lebih intensif, berkelanjutan dan
bahaya merokok di kalangan remaja membuat melakukan kerjasama lintas sektor yang terkait
remaja sangat rentan terhadap berbagai penyakit bersama dengan organisasi berbasis masyarakat,
tidak menular seperti kardiovasikuler, stroke, lembaga swadaya, instansi pendidikan, tokoh
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker masyarakat dan kalangan media massa.
paru, kanker mulut, dan kelainan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA Komplikasinya pada Ibu Hamil
Nonprimigravidadi RSUPN Cipto
Agus (2015). Jumlah Perokok Meningkat. Penyakit Mangunkusumo. Jakarta: Majalah Kedokteran
Akibat Merokok Melonjak. Indonesia.
www.print.kompas.com. Diakses tanggal 29
Maret 2016.

Anonim (2014). Perokok Dunia Mencapai 1 Milliar.


www.bbc..com. Diakses tanggal 6 Februari
2016.

Anonim (2009). 10 Negara dengan Jumlah Perokok


Terbesar di Dunia.
http://nusantaranews.wordpress.com. Diakses
tanggal 29 Maret 2016.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka
Cipta.

Azwar, S. (2009). Sikap Manusia Teori dan


Pengukurannya. Yogyakarta: Psutaka Pelajar
Offset.

Depkes RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar Nasional 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan

Depkes RI (2009). Rokok Membunuh Lima Juta Orang


Setiap Tahun. http://depkes.go.id/index.php
Diakses tanggal 20 Februari 2016

Lim, K. H., Sumarni, M. G., Amal, N. M., Hanjeet, K.,


Wan Rosita, W. M and Norhamimah, A.,
2009. Tobacco use, knowledge and attitude
among Malaysians age 18 and above.Tropical
biomedicine. Vol 26, p 92-99. Diakses:
tanggal 6 Pebruari 2016.

Mangoenprasodjo, Setiono (2005). Hidup Sehat Tanpa


Merokok. Yogyakarta : Pradipta Publishing.

Mubarak, Wahit I. (2011). Promosi Kesehatan untuk


Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu


dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta.

Ratri, S (2009) Hubungan Tingkat Pengetahuan


Remaja Tentang Bahaya Merokok Dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja Di Desa Boro
Wetan Kecamatan Banyu Urip Purworejo
Tahun 2009, e-journal.akbid-purworejo.ac.id
Diakses tanggal 29 Maret 2016.

Widodo. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


tentang Kehamilan, Persalinan serta

Anda mungkin juga menyukai