(Laporan)
Oleh :
Kelompok : II
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Sterilisasi merupakan proses penting yang harus dilalui sebelum bekerja dengan
mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan pada semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan, baik peralatan laboratorium maupun medium pertumbuhan mikroba. Melalui
sterilisasi, seluruh mikroba pathogen dapat mati, sehingga tidak sempat berkembang biak.
Sterilisasi didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan mikroba
yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang steril hanya akan
menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih terdapat mikroba yang dapat
tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan
menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa
pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry heat)
dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa
menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi.
1. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch.
2. Memahami pengaruh variasi waktu dan temperatur pada proses sterilisasi batch.
3. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), decimal reduction time atau
destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi batch.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada
jenis material.
1. Sterilisasi cairan
2. Sterilisasi Padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet,
dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas
umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun
ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV
dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan
dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama
mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroba
hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain: · Desinfeksi Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian
besar mikroorganisme dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat
dihilangkan. · Pasteurisasi Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan
mikroba tanpa mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan
pada suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau pemanasan 85–
87oC selama 5 detik. · Sterilisasi Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan
mikroorganisme dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus,
termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses
bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi melibatkan
mikroorganisme, namun seringkali kehadiran mikroorganisme lain (kontaminan) tetap
mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu saja hal
ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga menyulitkan dalam
proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan dan
mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan mungkin
dapat membahayakan manusia.
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan.
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis kultur. Untuk
menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara
lain dengan:
a) Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi.
b) Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum inokulasi
kultur.
c) Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari
ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu.
d) Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi
e) Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.Sterilisasi secara
fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar mencegah mikroba masuk
kesistem kita.Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan
panas, freezing (pembekuan), penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll.
Sementara sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi.
Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara
menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi agar mikroba
tidak terbawa. Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun panas
kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahan–bahan
lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat.
Kinetika kematian mikroba proses panas secara komersial umumnya didesain untuk
menginaktifkan mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan
manusia dan mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga
peluang terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang
harus diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari
medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas
dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z.
Untuk mencapai level pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan
siklus logaritma pengurangan mikroba Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap
perlakuan panas pada proses sterilisasi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap
pemanasan basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang
lain. Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses sterilisasi
maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurangKarakteristik
mikroba atau termofilik pada awal proses sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora
kemudian dengan bertambahnya waktu sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas
yang diberikan pada awal proses justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan
setelah temperature pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian
mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh pemanasan dapat
mengikuti persamaan linear orde -1.
Persamaannya :
-dN/dt= kd N (2.1)
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Nt/No=e-kt (2.2)
Nt/NO=1/10=e-kd2 (2.4)
D= ln 10/k (2.5)
Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus
gradient – Ed/R .
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
- Methylen blue
- Aquadest
3.2 Prosedur Percobaan
Menyiapkan 25 tabung reaksi, untuk 5 varian suhu (setiap varian suhu 5 varian waktu)
Memasukan 5 tabung T 40 ke dalam penangas selama waktu yang ditentukan untuk setiap
tabungnya
Meneteskan masing-masing sampel dan menambahkan metylen blue ke dalam tetesan sample
1. Menggunakan alat pelindung diri lengkap (sepatu tertutup, jas lab, masker dan penutup
kepala).
2. Hati-hati dalam pengoperasian alat (mikroskop, kaca preparat dan cover glass).
3. Selalu mengawasi pemanas (hotplate dan waterbath).
4. Menghindari ceceran/tumpahan cairan mengenai peralatam listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek.
5. Berhati hati dalam pengunaan pembakar spirtus.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
1. 40 0
325
550 875
340
579 919
10
339
634 973
676
357 1033
15
20
2. 50 0
1041
363 678
15
20
10
20
4 70 0
15
20
Jumlah Sel
Waktu (t)
I II III I II III
T = 50oC
Jumlah Sel
Waktu (t)
I II III I II III
Jumlah Sel
Waktu (t)
I II III I II III
T = 70 oC
Jumlah Sel
Waktu (t)
I II III I II III
𝑵𝒕
4.2.1 Perhitungan ln 𝑵𝒐 untuk variasi suhu berbeda dan nilai Kd
T = 40 oC
𝑁𝑡 (115+112+98)/3 108,33
t0 = 0 menit Ln = Ln = ln 291,66 = -0,990
𝑁𝑜 (115+112+98)/3+(178+169+203)/3
𝑁𝑡 (112+123+105)/3 113,33
t1 = 5 menit Ln = Ln = ln 306,33 = -0,994
𝑁𝑜 (12+123+105)/3+ (164+205+210)/3
𝑁𝑡 (115+120+104)/3 113
t2 = 10 menit Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 324,33 = -1,054
(115+120+104)/3+ (201+212+221)/3
𝑁𝑡 (128+119+110)/3 119
t3 = 15 menit Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 344,33 = -1,062
(128+119+110)/3+ (221+225+230)/3
𝑁𝑡 (112+109+103)/3 108
t4 = 20 menit Ln = Ln = ln 320,66 = -1,088
𝑁𝑜 (112+109+103)/3+ (190+214+234)/3
T = 50 oC
𝑁𝑡 (113+121+129)/3 363
t0 = 0 menit Ln = Ln = ln 1041 = -1,053
𝑁𝑜 (113+121+129)/3+ (225+232+221)/3
𝑁𝑡 (121+118+134)/3 373
t1 = 5 menit Ln = Ln = ln 944,3 = -0,929
𝑁𝑜 (121+118+134))/3+ (255+235+244)/3
𝑁𝑡 (125+113+97)/3 335
t2 = 10 menit Ln = Ln = ln = -0,806
𝑁𝑜 (125+113+97)/3+ (176+184+134)/3 750
𝑁𝑡 (115+98+112)/3 325
t3 = 15 menit Ln = Ln = ln 917 = -1,038
𝑁𝑜 (101+84+81)/3+(182+195+215)/3
𝑁𝑡 (118+117+98)/3 333
t4 = 20 menit Ln = Ln = ln 1049 = -1,147
𝑁𝑜 (118+117+98)/3+ (239+257+220)/3
T = 60 oC
𝑁𝑡 (103+111+121)/3 111,67
t0 = 0 menit Ln = Ln = ln 266,34 = -0,869
𝑁𝑜 (103+111+121)/3+ (158+162+144)/3
𝑁𝑡 (98+94+127)/3 106,3
t1 = 5 menit Ln = Ln = ln 250,9 = -0,858
𝑁𝑜 (98+94+127)/3+ (142+136+156)/3
𝑁𝑡 (111+86+89)/3 95,3
t2 = 10 menit Ln = Ln = ln = -1,067
𝑁𝑜 (111+86+89)/3+ (148+265+132)/3 143
𝑁𝑡 (98+80+83)/3 87
t3 = 15 menit Ln = Ln = ln 282,3 = -1,184
𝑁𝑜 (98+80+83)/3+(178+199+215)/3
𝑁𝑡 (78+75+80)/3 77,667
t4 = 20 menit Ln = Ln = ln = -1,402
𝑁𝑜 (78+75+80)/3+ (222+234+258)/3 321
T = 70 oC
𝑁𝑡 (110+113+125)/3 264,6
t0 = 0 menit Ln = Ln = ln 413,6 = -0,446
𝑁𝑜 (110+113+125)/3+ (144+172+131)/3
𝑁𝑡 (104+115+109)/3 109,3
t1 = 5 menit Ln = Ln = ln 343,3 = -1,144
𝑁𝑜 (104+115+109)/3+ (258+228+216)/3
𝑁𝑡 (90+83+98)/3 90,3
t2 = 10 menit Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 234,3 = -0,953
(90+83+98)/3+ (132+146+154)/3
𝑁𝑡 (101+84+81)/3 88,7
t3 = 15 menit Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 282,3 = -1,157
(101+84+81)/3+(182+195+204)/3
𝑁𝑡 (83+77+72)/3 77,3
t4 = 20 menit Ln = Ln = ln 321 = -1,423
𝑁𝑜 (83+77+72)/3+ (264+221+246)/3
𝑁𝑡
Grafik Hubungan antara Ln dan waktu
𝑁𝑜
o
o T = 40 C
-0.96
0 5 10 15 20 25
-0.98
-1
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜
-1.02
-1.04
-1.06
-1.08
y = -0.0053x - 0.9848
-1.1
Waktu (menit)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = = -0.0053x - 0.9848
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜
Kd = -(-0,0053) = 0,0053
o T = 50 oC
0
0 5 10 15 20 25
-0.2
-0.4
y = -0.0059x - 0.9352
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜
-0.6
-0.8
-1
-1.2
-1.4
Waktu (menit)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0.0059x - 0.9352
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜
Kd = -(-0,0059) = 0,0059
o T = 60 oC
0
0 5 10 15 20 25
-0.2
-0.4
-0.6
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜
-0.8
-1
y = -0.0278x - 0.7976
-1.2
-1.4
-1.6
Waktu (menit)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,0278x – 0,7976
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜
Kd = -(-0,0278) = 0,0278
o T = 70 oC
0
0 5 10 15 20 25
-0.2
-0.4
-0.6
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜
-0.8
-1
-1.4
-1.6
Waktu (menit)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,0393x – 0,6312
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜
Kd = -(-0,0393) = 0,0393
4.2.2 Perhitungan Nilai konstanta arhenius (Ed)
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
1
Grafik Hubungan antara Ln Kd dan 𝑇
0
0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325
-1
-2
-3
Ln Kd
-4
-5
-6
1/T (1/Kelvin)
Perhitungan Ed:
Y = -8112,7x + 20,463
Berdasarkan persamaan :
𝐸𝑑 1
ln 𝑘𝑑 = ln 𝑘𝑑0 −
𝑅𝑇 𝑇
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅
= - 8112,7
Ed = 16119,93 kal/mol K
4.2.3 Perhitungan Nilai Destruction Value (D)
Berdasarkan persamaan :
ln 10
D= 𝐾𝑑
T = 40 oC
ln 10
D = 0,0053 = 434,45
T = 60 oC
ln 10
D = 0,0059 = 390,26
T = 60 oC
ln 10
D = 0,0278 = 82,82
T = 60 oC
ln 10
D = 0,0393 = 58,58
T (temperature) Kd D
40 oC 0,0053 434,45
50 oC 0,0059 390,26
60 oC 0,0278 82,82
70 oC 0,0393 58,58
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk mengukur kinetika kematian pada
mikroba dengan menggunakan teknik sterilisasi media secara batch. Dalam pengukuran
kinetika kematian mikroba, mikroba yang digunakan adalah ragi Saccharomyces cerevisiae
yang disterilisasi secara batch dengan menggunakan variasi suhu dan variasi waktu. Untuk
variasi suhu yang digunakan adalah 40 oC, 50 oC, 60 oC , dan 70 oC , sedangkan variasi waktu
yang digunakan adalah tiap 5 menit sekali dimulai dari 0 menit sampai 20 menit. Serta
digunakan es setelah melakukan sterilisasi hal ini bertujuan agar mikoba tidak tumbuh kembali.
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln
Kdterhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai Ed,
yakni-3,3005.
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA