Anda di halaman 1dari 27

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Kinetika Kematian Mikroba

PEMBIMBING : Dra. Bevi Lidya, M.Si. Apt.

Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017

Tanggal Penyerahan : 1 November 2017

(Laporan)

Oleh :

Kelompok : II

Nama : 1. Denny Kristanto (161411005)

2. Destari Putri Silaban (161411006)

3. Dewi Anggraeni (161411007)

4. Dwizky Wijaya (161411008)

Kelas : 2A - D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sterilisasi merupakan proses penting yang harus dilalui sebelum bekerja dengan
mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan pada semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan, baik peralatan laboratorium maupun medium pertumbuhan mikroba. Melalui
sterilisasi, seluruh mikroba pathogen dapat mati, sehingga tidak sempat berkembang biak.
Sterilisasi didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan mikroba
yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang steril hanya akan
menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih terdapat mikroba yang dapat
tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan
menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa
pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry heat)
dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa
menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi.

1.2 Tujuan Praktikum

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch.
2. Memahami pengaruh variasi waktu dan temperatur pada proses sterilisasi batch.
3. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), decimal reduction time atau
destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi batch.
BAB II
LANDASAN TEORI

Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada
jenis material.

1. Sterilisasi cairan

Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung


gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada
dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan
panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke
dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 oC dan tekanan tinggi (sekitar 15
psig).Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121
oC selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps,
total waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang
temperatur bisa diset pada 134 oC (untuk medis). Laboratory autoclave Untuk skala
industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan teknik.
Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di
industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di
industri, misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan lainnya. Sterilisasi
medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess Engineering
Principles, chapter 13, Academic Press Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring
menggunakan membrane filter berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok
untuk volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena
panas misalnya gula dan protein.

2. Sterilisasi Padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet,
dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas
umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun
ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV
dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan
dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama
mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroba
hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain: · Desinfeksi Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian
besar mikroorganisme dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat
dihilangkan. · Pasteurisasi Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan
mikroba tanpa mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan
pada suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau pemanasan 85–
87oC selama 5 detik. · Sterilisasi Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan
mikroorganisme dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus,
termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses
bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi melibatkan
mikroorganisme, namun seringkali kehadiran mikroorganisme lain (kontaminan) tetap
mengganggu. Hal ini karena:

1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu saja hal
ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga menyulitkan dalam
proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan dan
mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan mungkin
dapat membahayakan manusia.
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan.
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis kultur. Untuk
menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara
lain dengan:
a) Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi.
b) Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum inokulasi
kultur.
c) Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari
ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu.
d) Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi
e) Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi

Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.Sterilisasi secara
fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar mencegah mikroba masuk
kesistem kita.Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan
panas, freezing (pembekuan), penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll.

Sementara sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi.
Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara
menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi agar mikroba
tidak terbawa. Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun panas
kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahan–bahan
lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat.

Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:

 Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan


 Morfologi Mikroorganisme
 Komposisi media fermentasi
 pH ·
 Ukuran partikel tersuspensi
 Temperatur yang digunakan
 Durasi proses sterilisasi
 Keberadaan air Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue.
a) Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap
panas ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam
fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara
menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari
bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam
proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan mengakibatkan
bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena adanya kondensasi
uap yang digunakan.
b) Sterilisasi Continue Site Mini
Sterilisasi ini memberikan keuntungan berupa minimalnya
kemungkinan kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak
energi.Temperature yang dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah 140 oC
dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa
Continues plate heat exchange dan Continues injection flash cooler.
Kelebihan Continues injection flash cooler antara lain:
 Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat
tersuspensi · Biaya lebih murah
 Mudah dibersihkan
 Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
 Penggunaan uap lebih efisien
Adapun Kekurangannya antara lain:
 Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan
 Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni, yaitu
bebas dari bahan anti karat

Kinetika kematian mikroba proses panas secara komersial umumnya didesain untuk
menginaktifkan mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan
manusia dan mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga
peluang terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang
harus diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari
medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas
dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z.
Untuk mencapai level pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan
siklus logaritma pengurangan mikroba Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap
perlakuan panas pada proses sterilisasi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap
pemanasan basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang
lain. Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses sterilisasi
maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurangKarakteristik
mikroba atau termofilik pada awal proses sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora
kemudian dengan bertambahnya waktu sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas
yang diberikan pada awal proses justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan
setelah temperature pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian
mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh pemanasan dapat
mengikuti persamaan linear orde -1.

Persamaannya :

-dN/dt= kd N (2.1)

N = jumlah mikroba

T = waktu pemanasan

Kd = konstanta laju kematian mikroba

Diintegrasi persamaan 2.1 menjadi :

Nt/No=e-kt (2.2)

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0

Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t

Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,

ln Nt/No = -kd t (2.3)

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan kontaminasi


mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi. Dalam proses sterilisasi dikenal
istilah decimal reduction time atau destruction value (D) yang didefinisikan sebagai waktu
yang dibutuhkan dalam menit pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau
spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat
dituliskan :

Nt/NO=1/10=e-kd2 (2.4)

D= ln 10/k (2.5)

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:

Kd = kdo e-Ed/rt (2.6)

Ln Kd = ln Kd0 – Ed/r 1/T (2.7)

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus
gradient – Ed/R .
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Beker glass 1000 mL


- Tabung reaksi steril 25 buah
- Kaca preparat + cover glass 5 buah
- Pipet ukur 5 mL steril 5 buah
- Pipet tetes 5 buah
- Water bath
- Hot plate
- Termometer
- Mikroskop
- Spatula
- Pembakar spirtus
- Batang pengaduk

3.1.2 Bahan

- Saccharomyces cerevisiae yang sudah dibiakan dalam media cair (200mL)

- Methylen blue

- Aquadest
3.2 Prosedur Percobaan

Menyiapkan 25 tabung reaksi, untuk 5 varian suhu (setiap varian suhu 5 varian waktu)

Mengisi setiap tabung reaksi dengan 5 ml media cair biakan

Memasukan 5 tabung T0 ke dalam es

Memasukan 5 tabung T 40 ke dalam penangas selama waktu yang ditentukan untuk setiap
tabungnya

Memasukan 5 tabung T 40 ke dalam es

Meneteskan masing-masing sampel dan menambahkan metylen blue ke dalam tetesan sample

Mengamati dan melihat hasil masing- masing sample menggunakan mikroskop

Mengulangi percobaan 4 sampai 7 untuk variasi suhu 50,60, dan 70

3.3 Keselamatan Kerja

1. Menggunakan alat pelindung diri lengkap (sepatu tertutup, jas lab, masker dan penutup
kepala).
2. Hati-hati dalam pengoperasian alat (mikroskop, kaca preparat dan cover glass).
3. Selalu mengawasi pemanas (hotplate dan waterbath).
4. Menghindari ceceran/tumpahan cairan mengenai peralatam listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek.
5. Berhati hati dalam pengunaan pembakar spirtus.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan


4.1 Penentuan Jumlah Sel Hidup dan Mati
Suhu jumlah
Waktu Gambar jumlah sel jumlah sel
No. sel hidup
(T (menit) mati total (𝑵𝒐)
°C) (𝑵𝒕)

1. 40 0

325
550 875

340
579 919

10
339

634 973
676
357 1033
15

20

324 638 962

2. 50 0

1041
363 678

373 734 1107


10

335 415 750

15

325 575 900

20

333 716 1049


3. 60 0

335 464 799

319 434 753

10

286 429 715


15

261 592 853

20

233 714 947

4 70 0

348 447 795

328 702 1030


10

271 432 703

15

266 581 847

20

232 731 963


 T = 40oC

Jumlah Sel

Waktu (t)

(Menit) Hidup Mati

I II III I II III

t0 0 115 112 98 178 169 203

t1 5 112 123 105 164 205 210

t2 10 115 120 104 201 212 221

t3 15 128 119 110 221 225 230

t4 20 112 109 103 190 214 234

 T = 50oC

Jumlah Sel

Waktu (t)

(Menit) Hidup Mati

I II III I II III

t0 0 113 121 129 225 232 221

t1 5 121 118 134 255 235 244

t2 10 125 113 97 132 149 134

t3 15 115 98 112 176 184 215

t4 20 118 117 98 239 257 220


 T = 60 oC

Jumlah Sel

Waktu (t)

(Menit) Hidup Mati

I II III I II III

t0 0 103 111 121 158 162 144

t1 5 98 94 127 142 136 156

t2 10 111 86 89 148 149 132

t3 15 98 80 83 178 199 215

t4 20 78 75 80 222 234 258

 T = 70 oC

Jumlah Sel

Waktu (t)

(Menit) Hidup Mati

I II III I II III

t0 0 110 113 125 144 172 131

t1 5 104 115 109 258 228 216

t2 10 90 83 98 132 146 154

t3 15 101 84 81 182 195 204

t4 20 83 77 72 264 221 246


4.2 Pengolahan Data

𝑵𝒕
4.2.1 Perhitungan ln 𝑵𝒐 untuk variasi suhu berbeda dan nilai Kd

 T = 40 oC

𝑁𝑡 (115+112+98)/3 108,33
t0 = 0 menit  Ln = Ln = ln 291,66 = -0,990
𝑁𝑜 (115+112+98)/3+(178+169+203)/3

𝑁𝑡 (112+123+105)/3 113,33
t1 = 5 menit  Ln = Ln = ln 306,33 = -0,994
𝑁𝑜 (12+123+105)/3+ (164+205+210)/3

𝑁𝑡 (115+120+104)/3 113
t2 = 10 menit  Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 324,33 = -1,054
(115+120+104)/3+ (201+212+221)/3

𝑁𝑡 (128+119+110)/3 119
t3 = 15 menit  Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 344,33 = -1,062
(128+119+110)/3+ (221+225+230)/3

𝑁𝑡 (112+109+103)/3 108
t4 = 20 menit Ln = Ln = ln 320,66 = -1,088
𝑁𝑜 (112+109+103)/3+ (190+214+234)/3

 T = 50 oC

𝑁𝑡 (113+121+129)/3 363
t0 = 0 menit  Ln = Ln = ln 1041 = -1,053
𝑁𝑜 (113+121+129)/3+ (225+232+221)/3

𝑁𝑡 (121+118+134)/3 373
t1 = 5 menit  Ln = Ln = ln 944,3 = -0,929
𝑁𝑜 (121+118+134))/3+ (255+235+244)/3

𝑁𝑡 (125+113+97)/3 335
t2 = 10 menit  Ln = Ln = ln = -0,806
𝑁𝑜 (125+113+97)/3+ (176+184+134)/3 750

𝑁𝑡 (115+98+112)/3 325
t3 = 15 menit  Ln = Ln = ln 917 = -1,038
𝑁𝑜 (101+84+81)/3+(182+195+215)/3

𝑁𝑡 (118+117+98)/3 333
t4 = 20 menit  Ln = Ln = ln 1049 = -1,147
𝑁𝑜 (118+117+98)/3+ (239+257+220)/3

 T = 60 oC

𝑁𝑡 (103+111+121)/3 111,67
t0 = 0 menit  Ln = Ln = ln 266,34 = -0,869
𝑁𝑜 (103+111+121)/3+ (158+162+144)/3

𝑁𝑡 (98+94+127)/3 106,3
t1 = 5 menit  Ln = Ln = ln 250,9 = -0,858
𝑁𝑜 (98+94+127)/3+ (142+136+156)/3

𝑁𝑡 (111+86+89)/3 95,3
t2 = 10 menit  Ln = Ln = ln = -1,067
𝑁𝑜 (111+86+89)/3+ (148+265+132)/3 143

𝑁𝑡 (98+80+83)/3 87
t3 = 15 menit  Ln = Ln = ln 282,3 = -1,184
𝑁𝑜 (98+80+83)/3+(178+199+215)/3
𝑁𝑡 (78+75+80)/3 77,667
t4 = 20 menit  Ln = Ln = ln = -1,402
𝑁𝑜 (78+75+80)/3+ (222+234+258)/3 321

 T = 70 oC

𝑁𝑡 (110+113+125)/3 264,6
t0 = 0 menit  Ln = Ln = ln 413,6 = -0,446
𝑁𝑜 (110+113+125)/3+ (144+172+131)/3

𝑁𝑡 (104+115+109)/3 109,3
t1 = 5 menit  Ln = Ln = ln 343,3 = -1,144
𝑁𝑜 (104+115+109)/3+ (258+228+216)/3

𝑁𝑡 (90+83+98)/3 90,3
t2 = 10 menit  Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 234,3 = -0,953
(90+83+98)/3+ (132+146+154)/3

𝑁𝑡 (101+84+81)/3 88,7
t3 = 15 menit  Ln 𝑁𝑜 = Ln = ln 282,3 = -1,157
(101+84+81)/3+(182+195+204)/3

𝑁𝑡 (83+77+72)/3 77,3
t4 = 20 menit Ln = Ln = ln 321 = -1,423
𝑁𝑜 (83+77+72)/3+ (264+221+246)/3

𝑁𝑡
 Grafik Hubungan antara Ln dan waktu
𝑁𝑜
o
o T = 40 C
-0.96
0 5 10 15 20 25
-0.98

-1
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜

-1.02

-1.04

-1.06

-1.08
y = -0.0053x - 0.9848
-1.1
Waktu (menit)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = = -0.0053x - 0.9848
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜

Kd = -(-0,0053) = 0,0053
o T = 50 oC

0
0 5 10 15 20 25
-0.2

-0.4
y = -0.0059x - 0.9352
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜

-0.6

-0.8

-1

-1.2

-1.4
Waktu (menit)

Perhitungan Kd:

Y = ax + b

Y = -0.0059x - 0.9352
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜

Kd = -(-0,0059) = 0,0059

o T = 60 oC
0
0 5 10 15 20 25
-0.2

-0.4

-0.6
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜

-0.8

-1
y = -0.0278x - 0.7976
-1.2

-1.4

-1.6
Waktu (menit)
Perhitungan Kd:

Y = ax + b

Y = -0,0278x – 0,7976
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜

Kd = -(-0,0278) = 0,0278

o T = 70 oC

0
0 5 10 15 20 25
-0.2

-0.4

-0.6
Ln 𝑁𝑡/𝑁𝑜

-0.8

-1

-1.2 y = -0.0393x - 0.6312

-1.4

-1.6
Waktu (menit)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,0393x – 0,6312
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑁𝑜

Kd = -(-0,0393) = 0,0393
4.2.2 Perhitungan Nilai konstanta arhenius (Ed)

T (temperature) 1/T Kd Ln Kd

313 K 0,003194 0,0053 -5,240

323 K 0,003096 0,0059 -5,132

333 K 0,003003 0,0278 -3,582

343 K 0,002915 0,0393 -3,236

1
Grafik Hubungan antara Ln Kd dan 𝑇

0
0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325

-1

-2

-3
Ln Kd

-4

-5

-6
1/T (1/Kelvin)

Perhitungan Ed:

Y = -8112,7x + 20,463

Berdasarkan persamaan :

𝐸𝑑 1
ln 𝑘𝑑 = ln 𝑘𝑑0 −
𝑅𝑇 𝑇
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅
= - 8112,7

Ed = 8112,7 x 1,987 kal/mol K

Ed = 16119,93 kal/mol K
4.2.3 Perhitungan Nilai Destruction Value (D)

Berdasarkan persamaan :
ln 10
D= 𝐾𝑑

 T = 40 oC
ln 10
D = 0,0053 = 434,45

 T = 60 oC
ln 10
D = 0,0059 = 390,26

 T = 60 oC
ln 10
D = 0,0278 = 82,82

 T = 60 oC
ln 10
D = 0,0393 = 58,58

T (temperature) Kd D

40 oC 0,0053 434,45

50 oC 0,0059 390,26

60 oC 0,0278 82,82

70 oC 0,0393 58,58
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk mengukur kinetika kematian pada
mikroba dengan menggunakan teknik sterilisasi media secara batch. Dalam pengukuran
kinetika kematian mikroba, mikroba yang digunakan adalah ragi Saccharomyces cerevisiae
yang disterilisasi secara batch dengan menggunakan variasi suhu dan variasi waktu. Untuk
variasi suhu yang digunakan adalah 40 oC, 50 oC, 60 oC , dan 70 oC , sedangkan variasi waktu
yang digunakan adalah tiap 5 menit sekali dimulai dari 0 menit sampai 20 menit. Serta
digunakan es setelah melakukan sterilisasi hal ini bertujuan agar mikoba tidak tumbuh kembali.

Untuk mengukur kinetika kematian mikroba digunakan mikroskop untuk mengamati


jumlah milroba setelah sterilisasi. Mikroba yang hidup ditandai dengan warna putih sedangkan
mikroba yang mati ditandai dengan warna biru. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan
jumlah sel tiap variasi waktu dan suhu,sehingga dilakukan perhitungan konstanta kematian
pada tiap variasi suhu dan waktu. Konstanta kematian didapatkan dari nilai gradien antara
logaritma natural jumlah mikroba setelah pemanasan dibagi dengan total mikroba dengan
waktu. Pada suhu 40 oC didapatkan persamaan garis Y = -0.0053x - 0.9848 sehingga konstanta
kematian yang didapat yaitu 0.0053. Pada suhu 50 oC didapatkan persamaan garis Y = -0.0059x
- 0.9352 sehingga konstanta kematian yang didapat yaitu 0.0059. Pada suhu 60 oC didapatkan
persamaan garis Y = -0,0278x – 0,7976 sehingga konstanta kematian yang didapat yaitu
0.0278. Pada suhu 70 oC didapatkan persamaan garis Y = -0,0393x – 0,6312 sehingga konstanta
kematian yang didapat yaitu 0.0393. Konstanta kematian pada tiap suhunya terus mengalami
peningkatan yang artinya proses sterilisasi berjaln dengan baik, karena semakin besar suhu
yang digunakan maka semakin besar pula konstanta kematian yang didapat.

Sterilisasi merupakan suatu cara untuk mengeliminasi semuakehidupan mikroba


yang ada pada suatu bahan atau produk yang dikehendaki. Pada tekniksterilisasi batch,
prosesnya relatif sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan dapatdilakukan dalam
satu waktu perioda. Namun, proses pemanasan serta pendinginan padasterilisasi
batch, berlangsung lambat, hingga mengakibatkan kematian mikroba
(lethaltemperature). Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati dan
jumlah sel yanghidup setelah melalui proses pemanasan dan pendinginan. Sampel berisi
biakan dipanaskan padatemperature berbeda-beda yakni 30 oC, 40 oC, 50 oC, dan 60 oC dan
pada rentang waktu berbedapula. Setelah proses pemanasan dan pendinginan, jumlah sel
dihitung dengan menggunakanmikroskop. Pada saat menetekan sampel ke dalam kaca
preparat, semua hal yang dilakukanharus dilakukan secara aseptis agar sampel tidak
terkontaminasi. Berdasarkan tabel data pengamatan, jumlah sel yang mati semakin bertambah
seiringdengan bertambahnya suhu pemanasan. Namun, berdasarkan data percobaan,
data yangdiperoleh kurang akurat. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor,
diantaranya adanyapengotor yang ditemui pada mikroskop, penanganan yang kurang aseptis,
serta faktor ketelitiansaat menghitung jumlah sel. Kematian jumlah mikroba oleh pemanasan
dapat dihitung denganmembuat grafik ln terhadap waktu pemanasan (t) sehingga akan
diperoleh nilai k sebagai slope-nya. Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd, yakni:Temperatur
(T) Kd60oC 0,02250oC -0,02440oC -0,02630oC -0,043

Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln
Kdterhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari grafik diperoleh nilai Ed,
yakni-3,3005.

BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Bailey,James E dan David F Ollis. 1986. Biochemical Engineering fundamentals. 2nd.


Singapore : McGraw – Hill Book Co

Kamaludi, D. dkk. 2007.Pengaruh Proses Pengawetan Baso Tahu Terhadap Cemaran


Mikroba.Teknik Kimia.Politeknik Negeri Bandung

Perry,J.H. (ed).1988,Chemical Engineering’Hand Book. 6th edition.Singapore.McGraw Hill


Book Co

Suharto,Ign.1995.Bioteknologi dalam Dunia Industri.Yogyakarta: Andi Offset

Stanbury, Peter F dan A.Whitaker.1984.Principles Of Fermentation Technology.Great Britain


: A Wheaton dan co.Ltd,.Exter

Anda mungkin juga menyukai