Anda di halaman 1dari 35

WETTED WALL COLUMN (WWC)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Proses perpindahan massa dari cairan ke gas terjadi melalui proses
penguapan dan besar penurunan suhu merupakan panas laten penguapan. Proses
perpindahan massa merupakan perpindahan suatu unsur dari konsentrasi yang lebih
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Proses perpindahan panas dapat terjadi
apabila terdapat perbedaan suhu. Humidifikasi adalah salah satu proses
perpindahan massa dan panas dari cairan ke gas. Di industri proses ini digunakan
dalam pembentukan steam untuk proses pengeringan suatu bahan yang masih
lembab. Untuk memperbesar laju perpindahan panas dan massa diperlukan
peningkatan laju sirkulasi optimal dari cairan atau dengan memodifikasi alat yang
memberikan luas permukaan yang besar untuk meningkatkan laju perpindahan.
Salat satu alat yang menyediakan luas permukaan yang besar untuk perpindahan
massa dan panas adalah wetted wall column.Wetted wall column adalah kolom
vertikal dimana terjadi perpindahan massa dan panas antara dua fluida yang
mengalir di dalam kolom. Cairan mengalir dari atas kolom kemudian membasahi
dinding kolom vertikal sedangkan gas dialirkan dari bawah ke atas di pusat kolom.
Pada lapisan tipis (film) antar muka di kolom vertikal, perpindahan massa dan panas
akan meningkat karena luas antar muka (interface) yang terbentuk lebih besar.
Adapun prosedur percobaan wetted wall kolom ini adalah pertama
melakukan kalibrasi udara dan kalibrasi air dengan prosedur untuk kalibarasi udara
adalah sambungkan air pada blower udara dengan selang pada gallon yang berisi
air.Nyalakan blower udara dan tunggu hingga tekanannya 40 Psia, setelah itu
matikan.Kemudian buka kran pada blower hingga terdengar bunyi keluarnya
udara.Atur aliran udara pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
aliran udara dan ukur volume air yang keluar dari gallon.Ulangi dengan variabel
beda tekanan yang berbeda. Dan untuk kalibrasi air dapat dilakukan dengan
Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan membuka kran yang ada di
bawah tangki ( dibuka sedikit ), lalu biarkan beberapa saat hingga terjadi overflow.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 1


WETTED WALL COLUMN (WWC)

Selanjutnya atur aliran air pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran
aliran air yang menuju pipa gelas.Ukur volume air yang keluar dari pipa
gelas.Ulangi dengan variabel beda tekanan yang berbeda. Setelah melakukan
kalibrasi maka dilakukan percobaan wetted wall column dengan prosedur sebagai
berikutisi tangki penampungan dengan air sampai penuh atau overflow pada
constant head tank. Bukalah kran dengan ΔH yang ditentukan. Selanjutnya atur
aliran air pada suatu harga tertentu dan ukur laju alirnya, aliran air tersebut harus
dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap dinding pipa gelas (
perhatikan tangki penampung air yang paling atas harus seringkali diisi dengan air
). Jalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas, bila keadaan
sudah mantap ( steady state ), atur laju alir pada suatu harga dan catat harga ini. Bila
keadaan sudah mantap, amati data di bawah ini ( laju alir air, laju alir udara, suhu
air masuk dan keluar, suhu ruangan, tekanan barometer ). Bila keadaan
memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir udara dan air.

Adapun tujuan dari percobaan wetted wall column ini adalah untuk
menentukan harga koefisien perpindahan massa dan panas. Selanjutnya untuk
mempelajari pengaruh laju alir udara dan juga air. Tujuan yang terakhir yaitu untuk
menetukan hubungan antara volume air yang keluar dengan beda ketinggian pada
manometer.

I.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa dan panas.
2. Untuk mempelajari pengaruh laju alir udara dan juga air.
3. Untuk dapat mengetahui cara kerja pada percobaan wetted wall column

I.3 Manfaat Percobaan


1. Agar praktikan dapat mengetahui humidifikasi dan dehumidifikasi yang
menyangkut perpindahan material antara fase gas dan liquid.
2. Agar praktikan dapat mengaplikasikan percobaan wetted wall column dalam
dunia industri.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 2


WETTED WALL COLUMN (WWC)

3. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses


perpindahan massa dan panas.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 3


WETTED WALL COLUMN (WWC)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum

Koefisien transfer massa sangat bergantung pada difusivitas. Difusi bersama


dengan konveksi menjelaskan mekanisme koefisien transfer massa. Berbagai teori
memprediksi ketergantungan yang berbeda pada difusivitas. Teori film, teori
pembaruan permukaan, teori peregangan permukaan. Memprediksi hubungan
langsung antara koefisien perpindahan massa dan difusivitas, meskipun dalam
magnitudo yang berbeda. Kolom yang dibasahi biasanya digunakan untuk
mempelajari koefisien perpindahan massa di daerah laminar. Penyerapan gas
dengan pelarut yang berbeda telah dipelajari oleh berbagai peneliti. Studi
menunjukkan bahwa biaya yang lebih rendah, kurang toksisitas kalium karbonat
dapat menjadi keuntungan lebih dari monoetanolamina (MEA). Kelemahan utama
adalah tingkat penyerapan rendah karena transfer massa yang buruk. Ditemukan
bahwa laju aliran fluida dan suhu memiliki efek yang signifikan pada variabel yang
diteliti. Studi transfer massa termasuk studi tentang difusi dan koefisien
perpindahan massa. Koefisien transfer massa bisa lokal atau keseluruhan.
Diffusivitas gas dan cairan berbeda tergantung pada suhu, tekanan, berat molekul
dan interaksi.

Sifat aliran laminar dan turbin menyebabkan berbagai nilai untuk koefisien
perpindahan massa. Koefisien transfer massa sangat bergantung pada difusivitas.
Difusi bersama dengan konveksi menjelaskan mekanisme koefisien transfer massa.
Berbagai teori memprediksi ketergantungan yang berbeda pada difusivitas. Teori
film, teori pembaruan permukaan, teori peregangan permukaan, dll. Memprediksi
hubungan langsung antara koefisien perpindahan massa dan difusivitas, meskipun
dalam magnitudo yang berbeda. Kolom yang dibasahi biasanya digunakan untuk
mempelajari koefisien perpindahan massa di daerah laminar. Penyerapan gas
memiliki aplikasi luas dalam pemulihan dan pengendalian pencemaran. Penyerapan
gas dengan pelarut yang berbeda telah dipelajari oleh berbagai peneliti. Juga

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 4


WETTED WALL COLUMN (WWC)

pemodelan proses dan simulasi telah dilaporkan. Tinjauan saat ini merangkum
penelitian dan studi pada kolom dinding yang dibasahi.

( Kulkarni,2017)

II.1.1 Operasi Humidity


Operasi yang dipertimbangkan dalam bab ini berkaitan dengan transfer
massa dan energi interpha yang dihasilkan ketika gas dibawa ke dalam con dengan
cairan murni yang pada dasarnya tidak larut. Meskipun istilah operasi pelunakan
lembab digunakan untuk mengkarakterisasi ini secara umum, tujuan operasi
tersebut dapat meliputi tidak hanya humidifikasi gas tetapi juga dehumidifasi dan
pendinginan gas, pengukuran kandungan uapnya, dan mendinginkan cairan juga. .
Masalah yang ditransfer antar fase dalam beberapa kasus adalah substansi yang
membentuk fase cair, yang menguap atau mengembun. Dalam semua masalah
perpindahan masal, penting untuk memahami sepenuhnya operasi untuk mengenal
karakteristik kesetimbangan sistem. B karena transfer massa dalam kasus-kasus ini
akan selalu disertai dengan transfer energi panas secara bersamaan juga, beberapa
pertimbangan harus juga diberikan kepada karakteristik entalpi sistem.
Dalam operasi humidifikasi, terutama yang diterapkan pada sistem air air,
sejumlah definisi yang agak khusus digunakan secara umum. Dasar biasa untuk
perhitungan teknik adalah satuan massa gas bebas uap, dimana uap berarti bentuk
gas dari komponen yang ada hanya dalam bentuk gas. Dalam diskusi ini dasar
satuan massa gas uap bebas digunakan. Dalam fasa gas, uap akan disebut sebagai
komponen A dan gas tetap sebagai komponen B. Karena sifat campuran uap gas
berbeda dengan tekanan total, massa tekanan harus diperbaiki. Kecuali ditentukan
lain, tekanan total 1 atm diasumsikan. Juga, diasumsikan bahwa campuran gas dan
uap mengikuti hukum gas ideal.
(Treybal,1982 )
Humidifikasi adalah salah satu proses perpindahan massa dan panas dari
cairan ke gas. Di industri proses ini digunakan dalam pembentukan steam untuk
proses pengeringan suatu bahan yang masih lembab. Untuk memperbesar laju

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 5


WETTED WALL COLUMN (WWC)

perpindahan panas dan massa diperlukan peningkatan laju sirkulasi optimal dari
cairan atau dengan memodifikasi alat yang memberikan luas permukaan yang besar
untuk meningkatkan laju perpindahan. Salat satu alat yang menyediakan luas
permukaan yang besar untuk perpindahan massa dan panas adalahwetted wall
column.
Wetted wall column adalah kolom vertikal dimana terjadi perpindahan
massa dan panas antara dua fluida yang mengalir di dalam kolom. Cairan mengalir
dari atas kolom kemudian membasahi dinding kolom vertikal sedangkan gas
dialirkan dari bawah ke atas di pusat kolom. Pada lapisan tipis (film) antar muka di
kolom vertikal, perpindahan massa dan panas akan meningkat karena luas antar
muka (interface) yang terbentuk lebih besar. Proses perpindahan massa dari cairan
ke gas terjadi melalui proses penguapan dan besar penurunan suhu merupakan
panas laten penguapan.

Gambar 1. Wetted wall column


Hubungan antara komposisi gas dan suhu gas dan cairan dapat diketahui
melalui sifat termodinamis dan neraca massa dan energi. Beberapa parameter
tersebut adalah:
a. Temperatur dry bulb (Td) akan menentukan suhu udara kering masuk dan keluar
kolom (suhu ambien/body gas).Temperatur dry bulb tidak dapat menentukan
besarnya kandungan uap air dalam gas.
b. Temperatur wet bulb dilakukan dengan menyelubungi termometer
menggunakan kapas basah untuk menentukan besarnya perpindahan massa

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 6


WETTED WALL COLUMN (WWC)

cairan dari kapas ke aliran gas hingga suhu konstan. Suhu konstan ini disebut
temperatur wet bulb (Tw).
c. Pengukuran temperatur dry bulb (Td) dan temperatur wet bulb (Tw) dilakukan
pada aliran input dan output dari gas. Data yang diperoleh kemudian digunakan
untuk menentukan humidity (kelembaban) dari gas.
d. Dew point adalah temperatur udara dalam kondisi jenuh dimana udara basah
(saturated vapor) mulai mengembun saat temperatur diturunkan dan mulai
membentuk sistem campuran.
e. Volume spesifik adalah volume udara lembab per 1 kg udara kering.
f. Entalpi merupakan jumlah kalor (energi) yang dimiliki udara setiap satuan
massa.
g. Relative humidity adalah persentase dari perbandingan fraksi uap dengan fraksi
udara basah (uap jenuh) pada suhu dan tekanan yang sama.
h. Kelembaban (humidity) merupakan persentase dari perbandingan antara berat
kandungan air dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan
menggunakan diagram psikometrik.

II.1.2 Psikometrik
Psikometrik adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat termodinamika dari
udara basah. Secara umum digunakan untuk mengilustrasikan dan menganalisis
perubahan sifat termal dan karakteristik dari proses dan siklus sistem penyegaran
udara (air conditioning). Diagram psikometrik adalah gambaran dari sifat-sifat
termodinamika dari udara basah dan variasi proses sistem penyegaran udara dan
siklus sistem penyegaran udara.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 7


WETTED WALL COLUMN (WWC)

Gambar 2. Diagram psikometrik


Proses yang terjadi pada udara dapat diganbarkan dalam bagan psikrometrik
guna menjelaskan perubahan sifat-sifat udara yang penting seperti suhu, asio
kelembaban dan entalpi dalm proses-proses tersebut. Beberapa proses dasar dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
a. Proses Pemanasan dan pendinginan adalah laju perpindahan kalor yang hanya
disebabkan oleh perubahan temperatur dry bulb tanpa ada perubahan rasio
kelembaban.
b. Pelembaban adiabatik dan non adiabatic
c. Pendinginan dan pengurangan kelembaban dilakukan untuk menurunkan
temperatur dry bulb dan rasio kelembaban. Proses ini terjadi pada koil pendingin
atau alat penurun kelembaban.
d. Pengurangan kelembaban kimiawi Pada proses kimiawi, uap air dari udara
diserap atau diadsorbsi oleh suatu bahan higroskopik. Jika proses tersebut diberi
penyekat kalor, sehingga entalpinya tetap, dan karena kelembabannya turun
maka suhu udara tersebut harus naik.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 8


WETTED WALL COLUMN (WWC)

e. Pencampuran Udara Campuran dua aliran udara adalah proses yang umum di
dalam pengkondisian udara.
(Nugraha, 2015)

II.1.3 Absorpsi Wetted Wall Column


Proses penyerapan gas oleh penyerap atau absorbent dapat terjadi pada
kolom absorber. Pada industri-industri kimia, pemakaian kolom absorber
disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan, maksudnya adalah type atau jenis
kolom absorber yang digunakan.
Absorpsi gas itu sendiri adalah suatu proses dimana campuran gas
dikontakkan dengan liquid dengan tujuan untuk memisahkan satu atau lebih
komponen dari gas dan untuk menghasilkan gas dalam liquid. Pada operasi absorpsi
gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas dalam
absorben liquid tergantung pada kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan
karakteristik kesetimbangan sistem gas-liquid.
Pengertian absorpsi itu sendiri adalah proses penyerapan gas melalui seluruh
permukaan zat cair (absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2,
yaitu :
1. Absorpsi Fisika: Absorpsi fisika ini disebabkan oleh gaya Van der Wall yang
ada di permukaan absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang
terbentuk panda permukaan absorbent lebih dari 1 lapis.
2. Absorpsi Kimia: Sedangkan absorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara
zat yang diserap dengan absorbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang
terbentuk panda permukaan absorbent hanya 1 lapisan.
Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu:
1. Menggunakan koefisien individual
2. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.
3. Menggunakan koefisien volumetrik.
4. Menggunakan koefisien persatuan luas.
(Ade, 2014)

II.1.4 Keseimbangan Fase

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 9


WETTED WALL COLUMN (WWC)

Dalam operasi humidifikasi dan dehumidifikasi fase zat cair adalah


komponen tunggal. Tekanan bagian keseimbangan zat terlarut di dalam fase gas.
Oleh karena itu, merupakan fungsi tunggal dari suhu bila tekanan total system itu
dibuat konstan. Demikian pula pada tekanan sedang, tekanan bagian keseimbangan
hampir tidak bergantung pada tekanan total dan dapat dikatakan sama dengan
tekanan uap zat cair. Menurut hokum Dalton, tekanan bagian keseimbangan dapat
dikonversikan menjadi fraksi mol keseimbangan Ye dalam fase gas. Fraksi mol
kelembaban jenuh, maka persamaannya :

Dimana:
𝐻𝐴 = Humidity (lb air/lb udara kering)
MA = Berat molekul uap (misal uap H2O) (gr/mol)
MB = Berat molekul gas (misal udara) (gr/mol)

II.1.5 Peralatan Operasi Humidifikasi


Bila zat cair panas dikontakkan dengan gas tak jenuh, sebagaian dari zat cair
itu akan menguap dan suhu zat cair akan turun. Penurunan suatu suhu zat cair
sedemikian biasanya merupakan tujuan dari berbagai operasi kontak gas dan zat
cair, lebih-lebih kontak udara air.Pendingin air dalam jumlah besar dilakukan dalam
kolam-kolam semprot (spray pond) atau yang lebih lazim lagi menara-menara
tinggi dimana udara dialirkan dengan jujutan alamiah (natural draft) atau dengan
batuan kipas.
Contoh menara pendingin dengan natural draft adalah peralatan pada operasi
humdifikasi. Tujuan dari menara pendingin ialah untuk melestarikan air pendingin
dengan cara mendinginkan air itu dan menggunakannya kembali secara berulang-
ulang.
(McCabe, 1993)
Wet-Bulb Temperature (suhu cembul basah) ialah suhu keadaan steady dan
tak seimbang yang dicapai bila suatu massa yang kecil dari pada zat cair dicelupkan
dalam keadaan adiabatic di dalam suatu arus gas yang kontinu. Massa zat cair itu

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 10


WETTED WALL COLUMN (WWC)

sedemikian kecil dikelembaban dengan fase gas, sehingga perubahan sifat-sifat gas
kecil sekali dan dapat diabaikan, sehingga pengaruh proses ini hanya terbatas pada
zat cair saja.
a. Gas jenuh (saturated vapor) ialah gas dimana uap berada dalam keseimbangan
dengan zat cair pada suatu gas. Tekanan bagian uap didalam gas jenuh sama
dengan tekanan uap zat cair pada suhu gas. Jika Hs adalah kelembaban jenuh
dan PA’ tekanan uap zat cair.
𝑀𝐴 . 𝑃𝐴
𝐻=
𝑀𝐵 (1 − 𝑃𝐴 )
Dimana:
H = Humidity (lb air/lb udara kering)
𝑃𝐴 = Tekanan Parsial Uap (atm)
MA = Berat molekul uap (misal uap H2O) (gr/mol)
MB = Berat molekul gas (misal udara) (gr/mol)
Entalpi total Hy ialah entalpi satu satuan massa gas di tambah uap yang
terkandung di dalamnya. Entalpi total ialah jumlah ketiga factor, yaitu kalor
sensible uap, kalor laten zat cair pada To, dan kalor sensible gas bebas-uap. Jadi,

Maka :

Dimana :
𝐻𝑦 = entalpy total (KJ)
H = Relative humidity (lb air/lb udara kering)
T = suhu akhir (0F)
𝑇0 = suhu awal (0F)
a. Relative humidity adalah persentase dari perbandingan fraksi uap dengan fraksi
udara basah (uap jenuh) pada suhu dan tekanan yang sama.
b. Kelembaban (humidity) merupakan persentase dari perbandingan antara berat
kandungan air dan berat udara kering. Besarnya kelembaban dapat ditentukan
menggunakan diagram psikometrik. Menurut definisi ini, kelembaban hanya
tergantung pada tekanan-bagian uap di dalam campuran bila tekanan total dibuat

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 11


WETTED WALL COLUMN (WWC)

tetap. Jadi, tekanan bagian uap adalah PA atm, rasio molal antara uap dan gas
pada 1 atm adalah PA / (1-PA). Jadi, kelembaban adalah

Dimana:
𝑃𝐴′ = Tekanan uap liquid (atm)
Dimana MA dan MB masing-masing adalah bobot molekul komponen A dan
komponen B.

II.1.6 Koefisien Perpindahan Massa


Koefisien perpindahan massa merupakan besaran empiris yang dipakai
untuk memudahkan penyelesaian persoalan perpindahan massa antar fase yang
dibiarkan disini adalah koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase liquid atau
sebaliknya.
Untuk menentukan koefisien perpindahan massa pada wetted wall column,
dapat ditinjau pada jarak dz. Persamaan ratio perpindahan massa pada kondisi
steady state :
dNA = KG (PAi – PAG) dA
Dimana :
dNA = Rate perpindahan massa (lb mol/jam)
KG= Koefisien perpindahan massa fase gas (lb mol/jam ft2 atm)
PAi= Tekanan partial uap air pada interfase (atm)
PAG= Tekanan partial uap air pada gas (atm)
dA = Luas permukaan perpindahan massa (ft2)
a = air
L2
V2
X2
Y2

L+dL v+dv
X+dx y+dy

dZ
B b = udara

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 12


WETTED WALL COLUMN (WWC)

L1 V1
X1 Y1

Gambar 2
Ditinjau dari dz, neraca massa total dan neraca massa komponen dapat dibuat
dL=dV
D(L.V) = d (V.Y) = dNA
Dimana :
L = Laju alir air (ml/s)
V = Laju alir udara (ml/s)
X = Fraksi mol air dalam fasa liquid
Y = Fraksi mol air dalam fase gas (uap air)
Karena x=1 maka :
dNA = dL = d(V.Y) = v. dy + y. dV
dL – y. dV = V. dy, dimana dL = dV
dL – y. dL = V. dy
dL(1-y)= V. dy

Persamaan (11) menjadi

Integrasi

Dianggap harga KG/F mendekati konstan. Dan hanya variabel yang tidak berkaitan
dengan y yaitu = yi. Harga yi dipengaruhi oleh temperatur interface yang berbeda-

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 13


WETTED WALL COLUMN (WWC)

beda pada tiap bagian kolom. Untuk diambil harga yi yang konstan. Jika beda
temperatur liquid yang tidak terlalu besar, yi dapat diambil sebagai harga rata-rata
pada saat masuk dan keluar disimpulkan sebagai yi. Diasumsikan pula pada kondisi
yang diseabutkan diatsa, perbedaan temperatur bulb dan temperatur interface dari
liquid kecil hingga digunakan temeperatur bulb liquid sebagai pengganti terperature
interface. Persamaan menjadi :

Jika harga yi’ dan y sangat kecil, maka harga (1-y) mendekati satu dan persamaan
menjadi :

Harga log mean didefiniskan sebagai :

Subsitusi persamaan (12) dan (13)

Dimana :
Kg : Koefisien perpindahan massa antara udara dan liquid (lbmol/jam ft2 atam)
P : Tekanan udara (atm)
V : Kecepatan linier (m/s)
A : Luas permukaan pipa gelas (m2)
y1 : Fraksi mol udara (kolom atas)
y2 : Fraksi mol udara (kolom bawah)
y’ : Fraksi mol uap di interface
Pada wet bulb temperatur , panas yang dikeluarkan udara sama dengan yang
diterima oleh air, panas yang dikeluarkan udara (panas sensible).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 14


WETTED WALL COLUMN (WWC)

q = (hG + hR) A (t- tw)


Dimana :
hG : Koefisien perpindahan panas antara gas dan permukaan liquid (Btu/jam
ft2˚F)
hR : Koefisien perpindahan panas karena radiasi (Btu/jam ft20F)
t : Temperatur gas (0F)
tw : Temperatur wet bulb (0F)
Panas yang diterima oleh liquid,
q = MA.NA.λw
dimana :
MA : Berat molekul air (gr/mol)
λw : Panas latent air pada tw (Btu/lb)
Dengan anggapan bahwa tidak ada gradien suhu dalam liquid maka ti = tw.
Sehingga persamaan rate perpindahan massa dan air interface :
NA = KG. A (Pw – P)
Dari persamaan (10), (11), (12)
(hG+ hR) A (t -tw ) = MA. λw KG. . A (Pw-P)
Jika hR<<< dibandingkan hGmaka :
hG(t -tw ) = MA. λw KG. (Pw-P)
Jika H= P. MA/ MBdan Hw = Pw. MA/ MB
Dimana H : Humidity ((lb air/lb udara kering)
MB : Berat molekul rata-rata udara (gr/mol)
Maka persamaan (13) menjadi
hG(t -tw ) = MA. λw KG. (Hw-H)

Dimana :
hG : Koefisien perpindahan panas antara gas dan permukaan liquid (Btu/jam
ft2˚F)
t : Temperatur gas (0F)
tW : Temperatur wet bulb (0F)
MA : Berat molekul air (gr/mol)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 15


WETTED WALL COLUMN (WWC)

λw : Panas latent air pada tw (Btu/lb)


KG : Koefisien perpindahan massa antara udara dan liquid (lbmol/jam ft2 atm)

(Tim Dosen OTK II, 2018)

II.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Humiditas


1. Ketingian Tempat
Apabila semakin tinggi tempat maka tingkat kelembabannya juga tinggi
karena suhunya rendah dan sebaliknya semakin rendah tempat suhunya semakin
tinggi dan kelembabannya pun menjadi rendah.
2. Kerapatan Udara Kerapatan udara.
Ini juga berkaitan dengan suhu dimana apabila kerapatan udara pada
daerah tertentu rapat maka kelembabanya tinggi. Sedangkan apabila kerapatan
udara di suatu daerah renggang maka tinggkatkelembabannya juga rendah.
Diketahui pula antara kerapatan,suhu,dan ketinggian tempat juga saling
berkaitan..
3. Tekanan Udara.
Mempengaruhi kelembaban udara dimana apabila takanan udara pada suatu
daerah tinggi maka
kelembabanya juga tinggi,hal ini disebabkan oleh kapasitas lapang udaranya yang
rendah.
4. Radiasi Matahari.
Dimana adanya radiasi matahari ini menyebabkan terjadinya penguapan air
di udara yang tingkatannya tinggi sehinggakelembaban udaranya semakin besar.
5. Angin
Adanya angin ini memudahkan proses penguapan yang terjadi pada air
laut menguap ke udara. Besarnya tingkat kelembaban ini dapat berubah menjadi
air dan terjadi pembentukan awan.
6. Suhu

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 16


WETTED WALL COLUMN (WWC)

Apabila suhu suatu tempat tinggi maka kelembabanya rendah dan


sebaliknya apabila suhu rendah maka kelembaban tinggi. Dimana hal ini antara
suhu dan kelembaban ini juga berkaitan dengan ketinggian tempat.
7. Kerapatan Vegetasi
Jika tumbuhan tersebut kerapatannya semakin rapat maka kelembabannya
juga tinggi hal ini di sebabkan oleh adanya seresah yang menutupi pada
permukaan tanah sangat besar sehingga berpengaruh pada kelembabannya.Bahkan
sebaliknya apabila kerapatannya jarang maka tinggkat kelembabannya juga
rendah karena adanya seresah yang menutupi permukaan tanah ini sedikit.
(Khusnul, 2014)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 17


WETTED WALL COLUMN (WWC)

II.2 Sifat Bahan


1. Air
a. Sifat Fisika
1. Rumus Molekul : H2O
2. Massa Molar : 18,0153 g/mol
3. Densitas : 0,998 g/cm3
4. Titik Lebur : 0 ˚C ( 273,15 K )
5. Titik Didih : 100 ˚C ( 373,15 K )
6. Kalor Jenis : 4184 J/kg. K
7. Bentuk : Cair
8. Warna : Tidak berwarna
9. Rasa : Tidak berasa
b. Sifat Kimia
1. Air sering disebut pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia.
2. Dalam bentuk ion air di deskripsikan sebagai ion (H+) yang berasosiasi
dengan (OH-).

(MSDS, 2013)

II.3 Hipotesa
Semakin besar laju alir udara dan laju alir air, maka semakin besar harga
koefisien perpindahan panas dan perpindahan massa. Semakin banyak air yang
berkontak dengan udara maka koefisien perpindahan panas dan massa semakin
besar.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 18


WETTED WALL COLUMN (WWC)

II.4 Diagram Alir


Kalibrasi Udara Kailbrasi Air

Sambungkan air pada


Isi tangki penampung dan
kompresor dengan selang
biarkan overflow.
galon.

Nyalakan kompresor
hingga <30 psia, lalu
matikan.
Atur beda tekanan dan ukur
volume air.
Buka aliran kompresor.

Atur beda tekanan dan ukur


volume air.
Ulangi dengan beda
tekanan yang berbeda.
Ulangi dengan beda
tekanan yang berbeda.

Nyalakan kompresor dan


isi tangki penampung.

Atur beda tekanan pada


manometer udara dan air.

Amati suhu Tw1, Tw2,


Td1, dan Td2.

Ulangi pengontakan udara


dan air dengan beda
tekanan yang lain.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 19


WETTED WALL COLUMN (WWC)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan Yang Digunakan


1. Air
2. Udara

III.2 Alat Yang Digunakan


1. Satu set peralatan Watted Wall Column
2. Thermometer
3. Stop watch
4. Gelas ukur
III.3 Gambar Alat

Gelas ukur Stopwatch Thermometer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 20


WETTED WALL COLUMN (WWC)

III.4 Rangkaian Alat

B
Tw2

Td2

V V

V
A

G
V

F
V

W
Tw1

Td1

V
E C

Gambar 3.1. : Rangkaian alat WWC

= Aliran air
-------- =Aliran gas
Keterangan gambar :
A = kolom WWC Tw1 = suhu air keluar
B = Tangki overflow Td1= suhu udara masuk

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 21


WETTED WALL COLUMN (WWC)

C = Tangki feed Tw2 = suhu air masuk


D = Pompa Td2= suhu udara keluar
E = Tangki ekspansi udara
F = Orifice udara
G = Orifice air
H = Kompresor
V = Valve
III.4 Prosedur Percobaan
A. Prosedur Kalibrasi Udara
1. Sambungkan air pada blower udara dengan selang pada galon yang berisi air.
2. Nyalakan kompresor hingga <30 psia, setelah itu matikan.
3. Kemudian buka kran pada kompresor hingga terdengar bunyi keluarnya udara.
4. Atur aliran udara pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka kran aliran
udara dan ukur volume air yang keluar dari galon.
5. Ulangi dengan variabel beda tekanan yang berbeda.
B. Prosedur Kalibrasi Air
1. Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan membuka kran yang ada di
bawah tangki ( dibuka sedikit ), lalu biarkan beberapa saat hingga terjadi
overflow.
2. Selanjutnya atur aliran air pada suatu beda tekanan tertentu dengan membuka
kran aliran air yang menuju pipa gelas.
3. Ukur volume air yang keluar dari pipa gelas.Ulangi dengan variabel beda
tekanan yang berbeda.
C. Prosedur Percobaan Wetted Wall Column
1. Mengisi tangki penampung atas sampai penuh dan bukalah kran yang ada
dibawah tangki (dibuka sedikit), lalu biarkan sesaat hingga terjadi overflow pada
konstan head tank.
2. Selanjutnya atur aliran air pada suatu tekanan tertentu dan ukur laju alirnya.
Aliran tersebut harus dapat membentuk film air yang tipis dan merata pada setiap
dinding pipa gelas (tangki penampung air yang paling atas harus seringkali diisi
dengan air agar ketinggiannya selalu konstan).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 22


WETTED WALL COLUMN (WWC)

3. Menjalankan blower untuk mengalirkan udara ke dalam pipa gelas, jika sudah
steady state atur laju air pada suatu harga dan catat.
4. Bila terjadi kondisi mantap, amati data dan tabelkan : laju alir alir, laju alir udara,
suhu air masuk atau keluar, suhu ruangan, tekanan barometer, diameter dan
panjang pipa dimana terjadi kontak udara dan air.
5. Bila keadaan memungkinkan, ulangi untuk variabel laju alir udara dan air.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 23


WETTED WALL COLUMN (WWC)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan


1. Tabel kalibrasi udara

t Volume (cm3) Volume


∆H rata-rata Q (cm3/det)
(detik) 1 2 3 (cm3)
0.4 6 80 85 90 85 14.16
0.8 6 100 105 105 103.34 17.23
1.2 6 110 110 108 109.34 18.23
1.6 6 128 130 125 127.67 21.28
2 6 130 140 150 140 23.34

25 y = 5.5972x + 12.128
R² = 0.9834
20
Q (cm3/det)

15

Q air vs deltaH
10
Linear (Q air vs deltaH)
5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
∆H

Grafik 1. Hubungan antara Q udara dan ∆h

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin


besar beda tinggi air raksa dalam manometer maka debit dari udara yang didapat
juga semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari grafik 1 yang menyatakan hubungan
dari kedua variabel tersebut.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 24


WETTED WALL COLUMN (WWC)

2. Tabel Kalibrasi air

t Volume (cm3) Volume


∆H rata-rata Q (cm3/det)
(detik) 1 2 3 (cm3)
0.5 6 110 100 110 106.67 17.78
1 6 130 145 120 131. 7 21.95
1.5 6 150 160 170 160 26.67
1.75 6 200 180 200 193.34 32.23
2 6 210 200 200 203.34 33.89

40
y = 11.121x + 11.487
35
R² = 0.9735
30
Q (cm3/det)

25
20
Kalibrasi Air
15
Linear (Kalibrasi Air)
10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
∆H

Grafik.2 hubungan antara Q air dengan ∆h

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa semakin


besar beda tinggi air raksa dalam manometer maka debit dari udara yang didapat
juga semakin besar. Dalam hal ini grafik 2 menunjukkan kenaikkan sehingga debit
dan kenaikkan tinggi air raksa berbanding lurus seperti yang terlihat pada grafik 2.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 25


WETTED WALL COLUMN (WWC)

3. Tabel Suhu Air dan Suhu Udara yang Masuk dan Keluar
H H Td1 (oC) Td rata- Td2 (oC)
Udara air Td rata-rata (oC)
1 2 3 rata (oC) 1 2 3
(cm) (cm)
0.5 30 30.1 30 30.03 28.1 28.5 28 28.2
1 28.5 28.2 28 28.23 28 28.1 28 28.03
0.4 1.5 28.1 28 28 28.03 27.5 27.5 27.5 27.5
1.75 27.5 27.5 27 27.32 27.1 27 27 27.03
2 26 26.5 26 26.16 26 26.5 26 26.16
0.5 30.1 30 30.2 30.1 28 28.4 28 28.13
1 30 30 30 30 28.1 28 28 28.03
1.2 1.5 29.5 29.5 29 29.32 27.5 27.9 27 27.46
1.75 29 29 28.9 28.97 27.2 27 27 27.06
2 28.9 28.5 28 28.46 26.5 26.5 26.5 26.5

H Tw1 Tw2
H air Td rata-rata Td rata-rata
Udara 1 2 3 1 2 3
0.5 30 29.5 29.5 29.67 27 28.5 28.5 28
1 29 29.5 29 29.16 27 27 27 27
0.4 1.5 29.4 29 29.3 29.23 27.4 27 27.1 27.15
1.75 29 29.2 29.1 29.1 27.1 27.2 27 27.1
2 28 28.1 28.5 28.2 26 26.1 26.5 26.2
0.5 30 30 30.1 30.03 27 28.8 28.8 28.2
1 29 29.5 29.5 29.32 27 27.5 27.5 27.32
1.2 1.5 29.2 29.5 29.1 29.26 27.2 27 27.2 27.13
1.75 29.1 29 29.1 29.06 27.2 27 27 27.06
2 28.8 28.5 28 28.43 26.5 26.1 26 26.2

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 26


WETTED WALL COLUMN (WWC)

Tabel 4. Tabel hubungan antara laju alir hasil kalibrasi


∆H ∆H
Tw 1
Udara Air Tw 2 (oF) Td 1 (oF) Td2 (oF)
(oF)
(cm) (cm)
0.5 85.4 82.4 86.06 82.76
1 84.5 80.6 82.82 82.46
0.4 1.5 84.62 80.9 82.46 81.5
1.75 84.38 80.78 81.2 80.66
2 82.76 79.16 79.1 79.1
0.5 86.06 82.76 86.18 82.64
1 84.8 81.2 86 82.46
1.2 1.5 84.68 80.84 84.8 81.44
1.75 84.32 80.72 84.14 80.72
2 83.18 79.16 83.24 79.7

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 1. Pengaruh kecepatan fluida terhadap koefisien perpindahan massa
(kG) dan koefisien perpindahan panas (hG)
Q Udara Q Air kG(Lbmol/jam
hG (Btu/jam ft2 °F atm)
(ml/s) (ml/s) ft2 atm)
8.4563 14.0928 -0.015268 -0.95499829
8.4563 17.4196 0.01025319 -3.79937804
8.4563 20.7464 -0.00882726 0.377421917
8.4563 22.4098 0.00880918 0.178052268
8.4563 24.0732 0.00844587 0.151435337
14.1356 14.0928 -0.03499169 -1.6424E+14
14.1356 17.4196 -0.00979758 -0.26564984
14.1356 20.7464 -0.0179226 -3.30622703
14.1356 22.4098 -0.00751345 2.769623504
14.1356 24.0732 -0.00516049 105.3115793

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 27


WETTED WALL COLUMN (WWC)

IV.3 Grafik dan pembahasan


Untuk ∆h = 0.4 cm
y = 0.0018x - 0.0343
Chart Title R² = 0.3574

0.015

0.01
kG(Lbmol/jam ft2 atm)

0.005

0
0 10 20 30 Series1
-0.005
Linear (Series1)
-0.01

-0.015

-0.02
Q air (ml/s)

Grafik.3 Hubungan antara koefisien perpindahan massa kG


(lbmol/jam ft2 atm) dan debit aliran air Q (ml/detik)

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit


aliran air pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan
massanya terlihat fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di atas,
garis mengalami kenaikan kemudian penurunan untuk hubungan kG dan Q.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur dikarenakan, semakin banyak air yang
dikontakkan, maka nilai kG akan semakin besar. Karena, Hubungan antara
laju aliran air dengan koefisien perpindahan massa adalah berbanding
terbalik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 28


WETTED WALL COLUMN (WWC)

1 y = 0.2454x - 5.6562
R² = 0.3152

hG (Btu/jam ft2 °F atm)


0
0 10 20 30
-1
-2 Series1

-3 Linear (Series1)

-4
-5
Q air (ml/s)

Grafik.4 Hubungan antara koefisien perpindahan massa hG (Btu/jam ft2 °F atm)


dan debit aliran air Q (ml/detik)

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju


alir air pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya semakin
berkurang. Karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka
perbedaan suhunya akan semakin kecil. Dikarenakan suhu air dan suhu
udara lama-kelamaan akan mendekati sama dan kemudian tidak terjadi
perpindahan panas lagi karena tidak ada perbedaan suhu.

Untuk ∆h = 1.2 cm
0 y = 0.0025x - 0.0645
-0.005 0 10 20 30 R² = 0.6825
kG(Lbmol/jam ft2 atm)

-0.01
-0.015
-0.02 Series1
-0.025 Linear (Series1)
-0.03
-0.035
-0.04
Q air (ml/s)

Grafik.5 Hubungan antara koefisien perpindahan massa kG (lbmol/jam ft2atm)


dan debit aliran air Q (ml/detik)

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar debit


aliran air pada kecepatan udara tetap, maka nilai koefisien perpindahan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 29


WETTED WALL COLUMN (WWC)

massanya terlihat fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik di atas,
garis mengalami kenaikan kemudian penurunan untuk hubungan kG dan Q.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur dikarenakan, semakin banyak air yang
dikontakkan, maka nilai kG akan semakin besar. Karena, Hubungan antara
laju aliran air dengan koefisien perpindahan massa adalah berbanding
terbalik.

5E+13 y = 1E+13x - 3E+14


R² = 0.6228
hG (Btu/jam ft2 °F atm)

0
0 10 20 30
-5E+13
Series1
-1E+14 Linear (Series1)

-1.5E+14

-2E+14
Q air (ml/s)

Grafik.6 Hubungan antara koefisien perpindahan massa hG (Btu/jam


ft2oFatm) dan debit aliran air Q (ml/detik)

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan laju


alir air pada kecepatan udara tetap, koefisien perpindahan panasnya
sebanding debit liran air. Hal ini sesuai dengan literatur, karena semakin
lama waktu pengontakan air dan udara maka perbedaan suhunya akan
semakin kecil. Dikarenakan suhu air dan suhu udara lama-kelamaan akan
mendekati sama dan kemudian tidak terjadi perpindahan panas lagi karena
tidak ada perbedaan suhu.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 30


WETTED WALL COLUMN (WWC)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan
1. Pada kalibrasi udara dan air semakin besar beda ketinggian manometer
maka semakin besar pula debit nya namun terdapat penurunan debit pada
salah satu beda ketinggian manometer .
2. Semakin besar debit maka semakin kecil koefisien perpindahan massanya
karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka akan
mendekati titik jenuh.
3. Semakin besar nilai Q maka semakin kecil koefisien peprindahan panas
(hG) karena semakin lama waktu pengontakan air dan udara maka
perbedaan suhunya semakin kecil.

V.2 Saran
1. Lakukan pengamatan dan perhitungan dengan teliti agar diperoleh hasil
yang akurat.
2. Sebaiknya praktikan melakukan kalibrasi agar bisa menjadi tolak ukur
nantinya dengan data praktikum.
3. Pastikan air dalam galon terisi agar galon tidak pecah dikarenakan tekanan
dari kompresor.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 31


WETTED WALL COLUMN (WWC)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Sucitro. 2014. (http://rumahdukasi.blogspot.com/2014/02/absorpsi-weted-


wall.html). Diakses pada Rabu, 12 September 2018 pukul 20.00 WIB
Khusnul, Khotimah. 2014. “Humiditas Udara”.(http://khusnulbravo.blogspot.com/
2014/02/praktikum-itp.html). Diakses pada Sabtu, 12 September 2018
pukul 20.25 WIB.
McCabe W.L.. 1993. “Unit Operation of Chemical Engineering 7th ed”. Singapura:
Mc. Grow Hill Book Co.
MSDS.2013.“Water”.(http://www.sciencelab.com/msds.php?msds.php?msdsId=9
9 27321). Diakses pada Rabu, 12 September 2018 pukul 20.25 WIB.
Nugraha.2015.“Humidifikasi”.(https://partsofmymemory.wordpress.com/2015/05/
15/wetted-wall-column/) diakses pada Rabu, 12 September 2018 pukul
20.28 WIB.
Tim Dosen OTK II. 2018. “Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia II Wetted Wall
Column”. Surabaya : Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa
Timur.
Treybal, Robert.E., 1982, “Mass-Transfer Operation”. Inggris : Mc. Graw Hill Co.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 32


WETTED WALL COLUMN (WWC)

APPENDIX
1. Laju Alir
a. Untuk air
ΔH = x = 0,4 cm
y = 6.6536x+ 10.766
y = Q = 6.6536 (0.5) + 10.766
Q = 5,7478 ml/sec
b. Untuk udara
Δh = x = 1.2 cm
Q = y = 7.5724x+ 0.8839
Q = y = 10,538 (1.75) + 0.8839
Q = 14.1356ml/sec

2. Mengkonversi satuan
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑘𝑠𝑎 = 13600 𝑘𝑔/𝑐𝑚3
Pada ΔH air = 1 cm = 0,01 m
P air = 100,035 mmhg
P udara = P air +760 = 100,035 mmHg +760 = 860,035
mmHg / 760 = 1,131 atm
M air = 18 lbm/lbmol
M udara = 29 lbm/lbmol
Panjang kolom = 100 cm * 0.394 =39.4 ft
Diameter kolom = 5.3 cm * 0.394 = 2.0882 ft
A = 2𝜋𝑟∆𝐻 = 2𝑥3.14 𝑥 1.0441 (0.6𝑥0.394) = 1.8388 𝑓𝑡 2
3. Menghitung Humidity
Pada ΔH udara= 0.4 cm
H (kolom atas) = 0,021 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0,020 lb air/lb udara
4. Menghitung fraksi mol udara dan air
Pada ΔH udara= 0.4 cm
H (kolom atas) = 0.021 lb air/lb udara
H (kolom bawah) = 0.020 lb air/lb udara
M udara = 29 lbm/lbmol

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 33


WETTED WALL COLUMN (WWC)

M air = 18 lbm/lbmol
𝐻 0,021
𝑀𝑎 18
𝑌1 = 1 𝐻 = 1 0,021 =0,03272
+ +
𝑀𝑢 𝑀𝑎 29 18
𝐻 0,020
𝑀𝑢 29
𝑌2 = 1 𝐻 = 1 0,20 =0.01226
+ +
𝑀𝑎 𝑀𝑢 18 29

5. Menghitung fraksi mol interface (Tabel F.3 J.M Smith Edisi 5 hal 706)
Pada Td2 = 28.20C dan Tw2 = 28 0C
P udara = 2,982 Kpa =0,43239 psi =0,880075 inhg
P air=3,36 Kpa=0,4872 psi =0,991634 inhg

𝑃 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+𝑃 𝑎𝑖𝑟 1.001078+0.12262


𝑃 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = =0,50667 𝑖𝑛𝐻𝑔
2 2

Yi’ = (0.50667 * 25,4 mmHg/inHg) / 769,77 mmHg = 0,01615199

6. Menghitung kG
𝑘𝐺.𝑃.𝐴 1 𝑌𝑖 ′ −𝑌1 1−𝑌2 1 0,038−0,023
= − 1−𝑌𝑖 ′ ln [(𝑌𝑖 ′ −𝑌2) + (1−𝑌1)] = − 1−0,038 ln [(0,038−0,024) +
𝑉
1−0,023
(1−0,038)] =-0.0682616

𝑄 ∗ 𝜌𝑎𝑖𝑟 ∗ 3600
𝑉=
454 ∗ 𝐵𝑀𝑎𝑖𝑟
8.4563 ∗ 0,998 ∗ 3600
𝑉=
454 ∗ 18
V = 6,0841163

𝑘𝐺.𝑃.𝐴 6,0841163𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
[ ]𝑣 −0,05273 𝑥 −0,015267998 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
𝑣 𝑗𝑎𝑚
𝑘𝐺 = = =
𝑃 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝐴 50.0179𝑥 1.8388 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚

7. Menghitung Hg (Kern fig.12 hal 815)


Pada Td2 = 82,760F
λw = 1100 Btu/lb
Tw rata -rata =83.90F

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 34


WETTED WALL COLUMN (WWC)

29. 𝜆𝑤. 𝑘𝐺(𝐻𝑤 − 𝐻𝑑)


ℎ𝐺 =
(𝑇𝑤 − 𝑇𝑑)
1100𝐵𝑡𝑢 −0,0152 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙
29 𝑥 𝑥 𝑥 (0,023 − 0,024)
𝑙𝑏𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚
=
(83.9 − 84.41)°𝐹
−0.95499829 𝐵𝑡𝑢
=
𝑗𝑎𝑚 𝑓𝑡 2 𝑎𝑡𝑚 °𝐹

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II 35

Anda mungkin juga menyukai