Anda di halaman 1dari 6

KONFORMITAS KELOMPOK

DAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA

Trida Cynthia

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat

Abstrak
 
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara konformitas
kelompok dengan perilaku seks bebas (free sex) pada remaja. Berdasarkan hasil analisis
item skala konformitas kelompok sebanyak 59 item, terdapat 31 item yang valid dan 28
item yang gugur dengan koefisien validitas yang bergerak dari 0.2551-0.6274.
Sedangkan hasil uji reliabilitas menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.8038.
Selanjutnya hasil analisis item skala perilaku seks bebas sebanyak 60 item, terdapat 52
item yang dinyatakan valid dan 8 item yang dinyatakan gugur dengan koefisien validitas
yang bergerak dari 0.3706-0.7953. Sedangkan hasil uji reliabilitas menghasilkan
koefisien reliablitas sebesar 0.9560. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terbukti
bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas kelompok dengan
perilaku seks bebas (free sex), dimana subjek yang mempunyai konformitas kelompok
tinggi cenderung sering dalam melakukan perilaku seks bebas (free sex), sebaliknya
subjek yang mempunyai konformitas kelompok yang rendah cenderung jarang dalam
melakukan perilaku seks bebas (free sex).

Kata Kunci: konformitas kelompok, perilaku seks bebas, remaja

GROUP CONFORMITY AND FREE SEX BEHAVIOR IN ADOLESCENTS

Abstract

The aim of this research is to test empirically the connection between group conformity
and free sex in adolescence. The method was using 59 statements of group conformity
scale and 60 statements of free sex behavior in adolescence. The score was giving depend
on favourable and unfavourable statements. Coefficient validity for group conformity was
from 0.2551-0.6274 and 0.8038 for coefficient reliability. Coefficient validity for free sex
behavior in adolescence was from 0.3706-0.7953 and 0.9560 for coefficient reliability.
There was a positive significant corelation between group conformity and free sex
behavior in adolescence, subject who had higher group conformity would possibly do
free sex behavior, otherwise subject who had a lower group conformity possibly wouldn’t
do free sex behavior.

Key Words: group conformity, free sex behavior, adolescence

PENDAHULUAN demikian masalah seksual seakan-akan


tidak pernah habis dan tuntas dibahas
Masalah seksual mungkin sama orang dari masa ke masa.
panjangnya dengan perjalanan hidup ma- Seiring dengan kemajuan tekno-
nusia, karena kehidupan manusia sendiri logi dan perubahan zaman yang semakin
tidak terlepas dari masalah ini. Meskipun cepat, kini siapapun termasuk para remaja

Chynthia, Konformitas Kelompok … 75


tersebut bisa dengan mudah memperoleh 11.3% pelajar SMA dan 23.6% mahasis-
tontonan seksual yang selama ini dilarang wa di Jakarta pernah melakukan inter-
atau ditabukan untuk dibahas secara course dengan pacarnya.
transparan, dan yang tadinya hanya dije- Sarwono (1997) mengatakan, bebe-
laskan dari mulut ke mulut secara bisik- rapa faktor yang mempengaruhi perilaku
bisik. remaja terhadap seks bebas dapat dilihat
Faktor-faktor negatif seperti mere- dari dalam dan luar individu tersebut.
baknya informasi bertema pornografi di Dari dalam individu yaitu dengan adanya
media masa, kurangnya penanaman moral perubahan-perubahan hormonal yang
agama dan adanya pengaruh pergaulan meningkatkan hasrat seksual (libido sek-
bebas, masuknya film dan VCD biru dari sualitas) remaja. Peningkatan hasrat sek-
luar negeri ataupun dalam negeri yang sual ini sangat membutuhkan penyaluran
bisa dengan mudah diperoleh di mana- dalam bentuk tingkah laku seksual
mana. Bagi remaja yang selama ini tertentu.
terkungkung pengetahuannya, dan yang Adapun, faktor-faktor yang berasal
pada umumnya belum pernah mengetahui dari luar individu tersebut yaitu, dengan
masalah seksual secara lengkap dari adanya perubahan urbanisasi, berupa
orang tuanya, ini adalah saat yang tepat perpindahan penduduk dari desa ke kota,
untuk memuaskan rasa ingin tahu remaja dimana penduduk desa yang tinggal di
tersebut dan beberapa penyebab remaja perkotaan tersebut, melihat bahwa per-
melakukan hubungan seks (Pangkahila, gaulan remaja di perkotaan berbeda
2000). dengan pergaulan yang pernah mereka
Pada sisi lain para remaja tidak jalani di desanya, sehingga penduduk
menerima pendidikan seks yang benar tersebut beradaptasi dengan pergaulan
dan bertanggung jawab. Bahkan infor- tersebut agar bisa diterima sebagai bagian
masi ilmiah tentang sekspun seolah-olah dari masyarakat kota, pengaruh dari suatu
tertutup untuk remaja dengan berbagai budaya yang cenderung ke arah budaya
alasan yang tidak benar. Oleh karena itu, luar (asing) yang masuk ke Indonesia,
tidak mengherankan bila pornografi dite- tanpa menyaring terlebih dahulu kebu-
rima begitu saja oleh remaja sebagai dayaan tersebut.
pengganti informasi ilmiah yang sulit Faktor yang juga diasumsikan
untuk diperoleh, sehingga salah satu aki- sangat mendukung remaja untuk mela-
batnya adalah makin banyaknya kasus- kukan hubungan seks bebas (free sex)
kasus hubungan seks bebas di masya- adalah konformitas remaja pada kelom-
rakat. poknya di mana konformitas tersebut
Seks bebas (free sex) sendiri meru- memaksa seorang remaja harus mela-
pakan perilaku yang didorong oleh hasrat kukan hubungan seks. Santrock (1998)
seksual, dimana kebebasan tersebut men- mengatakan, bahwa konformitas kelom-
jadi lebih bebas jika dibandingkan dengan pok bisa berarti kondisi di mana sese-
sistem regulasi tradisional dan berten- orang mengadopsi sikap atau perilaku
tangan dengan sistem norma yang berlaku dari oranglain dalam kelompoknya karena
dalam masyarakat (Kartono 1992). tekanan dari kenyataan atau kesan yang
Banyaknya remaja yang melakukan seks diberikan oleh kelompoknya tersebut.
bebas terlihat dengan jelas dalam kehi- Sarwono (2002) menjelaskan karena
dupan sehari-hari khususnya di kota-kota kuatnya ikatan emosi dan konformitas
besar. Hal ini dapat dilihat dari hasil kelompok pada remaja, maka biasanya
penelitian yang dilakukan oleh Sarwono hal ini sering dianggap juga sebagai
bersama GRK dan Radio Prambors pada faktor yang menyebabkan munculnya
tahun 1981, bahwa 7.1% pelajar SMP, tingkah laku remaja yang buruk. Apabila

76 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007


lingkungan peer remaja tersebut mendu- METODE PENELITIAN
kung untuk dilakukan seks bebas, serta
konformitas remaja yang juga tinggi pada Subjek dalam penelitian ini adalah
peer-nya, maka remaja tersebut sangat siswa-siswi kelas II dan III SMUN 99
berpeluang untuk melakukan seks bebas. Cibubur, Jakarta Timur berusia antara 17-
Hal ini bukan saja mempengaruhi remaja 19 tahun. Alat pengumpul data yang
tersebut dalam berhubungan dengan ke- digunakan adalah skala konformitas ke-
luarganya, tetapi juga mempengaruhi ke- lompok dan skala perilaku seks bebas
hidupan sosial, sekolah dan harapannya. (freesex). Teknik analisis data mengguna-
Keadaan-keadaan yang tersebut di ataslah kan tekhnik korelasi Product Moment
yang menyebabkan mengapa konformitas Pearson dan uji reliabilitas menggunakan
kelompok sangat menarik untuk diteliti teknik Alpha Cronbach. Penghitungan
dalam hubungan munculnya perilaku seks validitas dan reliabilitas dilakukan dengan
bebas (free sex) pada remaja. bantuan program SPSS versi 10.0.
Namun demikian, sampai saat ini
belum ada penelitian yang cukup luas dan HASIL DAN PEMBAHASAN
akurat mengenai perilaku seks bebas di
kalangan remaja di Indonesia, namun dari Berdasarkan hasil analisis item
berbagai penelitian skala kecil didapatkan skala konformitas kelompok sebanyak 59
penilaian secara kasar bahwa di Indonesia item, terdapat 31 item yang valid dan 28
masalah ini telah cukup mengkhawatir- item yang gugur dengan koefisien vali-
kan. ditas yang bergerak dari 0.2551-0.6274.
Penelitian yang dilakukan LSM Sedangkan hasil uji reliabilitas meng-
pada SMU Swasta terkenal di Surabaya, hasilkan koefisien reliabilitas sebesar
memberikan hasil yang cukup mengejut- 0.8038.
kan, 50% dari para siswa pernah mela- Dari hasil analisis yang telah dila-
kukan hubungan seksual, sedangkan pe- kukan, terbukti bahwa ada hubungan
nelitian yang dilakukan hanya pada positif yang sangat signifikan antara
remaja putri, ternyata 70% dari remaja konformitas kelompok dengan perilaku
tersebut setuju untuk melakukan hu- seks bebas (free sex), dimana subjek yang
bungan seksual pranikah. Selain itu 30% mempunyai konformitas kelompok tinggi
ABG yang berada di kota Bandung sudah cenderung sering dalam melakukan
terbiasa untuk melakukan hubungan perilaku seks bebas (free sex), sebaliknya
seksual. Ide tentang kebebasan seks dice- subjek yang mempunyai konformitas
tuskan, karena banyak orang berang- kelompok yang rendah cenderung jarang
gapan, bahwa masalah seks merupakan dalam melakukan perilaku seks bebas
sepenuhnya masalah pribadi, sehingga (free sex).
masyarakat sama sekali tidak berhak Sebagaimana yang dinyatakan oleh
mencampuri urusan tersebut. Sarwono (2002) berdasarkan penelitian
Perilaku seks bebas (free sex) dalam yang telah dilakukan, terdapat bukti bah-
penelitian ini adalah segala tingkah laku wa kuatnya pengaruh konformitas kelom-
yang didorong oleh hasrat seksual, pok dapat menjadi dasar dari perilaku
terhadap lawan jenis, mulai dari tingkah seks bebas pada remaja. Hal ini didukung
laku kissing, necking, petting, dan juga oleh penyataan Connoly (dalam
intercourse yang dilakukan diluar Dusek 1996) yang menyatakan bahwa
hubungan pernikahan. konformitas kelompok menyebabkan re-
maja belajar bagaimana berinteraksi de-
ngan teman sebaya berjenis kelamin
berbeda. Hal tersebut biasanya menjurus

Chynthia, Konformitas Kelompok … 77


kepada melakukan seks atau tidak, cenderung tidak mempunyai waktu yang
melakukan pernikahan atau tidak, sampai banyak untuk berkumpul dengan teman-
kepada ingin mempunyai anak atau tidak. temannya atau peer-nya.
Harvey dan Spigner (1995) juga Faktor lainnya adalah, tidak adanya
menyatakan bahwa walaupun orang tua role model atau seseorang yang layak
memegang peranan yang penting dalam untuk dijadikan pemimpin bagi satu
mengajarkan remaja untuk berinteraksi orang atau orang lain. Hal ini menyebab-
sosial, dengan baik pada lingkungannya, kan, para siswa cenderung berusaha untuk
namun kelompok teman sebaya juga mengembangkan sendiri ciri khas dirinya
sangat mendukung untuk dilakukannya dan mencoba membentuk sendiri harga
atau tidak dilakukannya perilaku seks dirinya, yang menurut Rakhmat (2000),
bebas, Menurut Browning, Brooks-Gunn, hal tersebut mempengaruhi individu un-
dan Leventhal (2005), remaja mempunyai tuk lebih berprestasi sehingga menyebab-
“pandangan yang lebih baik terhadap kan semakin sulitnya individu untuk
sikap dan perilaku peer-nya”, daripada melakukan konformitas kelompok. Faktor
perilaku sebenarnya yang ditampakkan jarak rumah yang berjauhan juga mempu-
oleh peer-nya, sehingga apabila remaja nyai andil besar pada rendahnya konfor-
percaya bahwa peer-nya baik laki-laki mitas kelompok, karena kebanyakan wak-
ataupun perempuan aktif dalam melaku- tu para siswa tersita di sekolah untuk
kan aktivitas seksual padahal kenyata- mengerjakan tugas bersama, sehingga
annya tidak, maka “kepercayaan” itulah tidak ada waktu untuk ‘ngobrol’ tentang
yang akan menyebabkan seorang remaja banyak hal dan untuk mengenal masing-
melakukan perilaku seks bebas. masing pribadi pun sedikit sekali.
Untuk hasil analisis data skala kon- Ditambahkan juga dengan faktor
formitas kelompok yang telah dilakukan, jenis kelamin, karena subjek yang diambil
diperoleh rerata skor teoritik yang lebih pada penelitian ini lebih banyak siswa
tinggi daripada rerata skor empirik. perempuan daripada siswa pria.
Tabel 1 menunjukkan bahwa se- Hasil penelitian yang diperlihat-
bagian besar siswa-siswi SMUN 99 kan Tabel 2 cukup menarik. Seperti yang
mempunyai konformitas kelompok yang dikatakan oleh Rakhmat (2000) bahwa
rendah. Hasil pada Tabel 1 dapat terjadi siswa perempuan lebih banyak mem-
karena beberapa faktor. Faktor-faktor punyai peluang untuk melakukan kon-
yang menyebabkan rendahnya konfor- formitas daripada siswa pria. Menurut
mitas kelompok tersebut dimungkinkan Doherty (1998), hal ini biasanya dise-
karena padatnya kurikulum sekolah yang babkan oleh siswa pria dalam kebanyakan
mengharuskan para siswa untuk mengiku- hal lebih banyak diberikan kesempatan
tinya dari pagi hingga sore hari, sehingga untuk berbeda, berpikir dengan caranya
waktu siang sampai sore dipenuhi oleh sendiri dan mempunyai cara-cara yang
jadwal kegiatan ekstrakurikuler atau pela- lebih mandiri untuk mengeluarkan ide-
jaran tambahan yang harus diikuti untuk idenya, sedangkan siswa perempuan tidak
menambah nilai. Dengan demikian, siswa banyak diberikan kesempatan tersebut.

Tabel 1. Distribusi Skor Konformitas Kelompok


Skor tertinggi Rerata Skor terendah
Skor teoritik 124 77.5 31
Skor empirik 78 57.50 37

78 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007


Tabel 2. Perbandingan Rerata Skor Empirik Konformitas Kelompok
Rerata
Skor Empirik Laki-laki Perempuan
57.50 56.33 59.38

Tabel 3. Distribusi Skor Perilaku Seks Bebas


Skor tertinggi Rerata Skor terendah
Skor teoritik 208 130 52
Skor empirik 157 83.95 52

Untuk variabel perilaku seks bebas Faktor lain yang mendorong


(free sex) rerata skor empirik yang rendahnya perilaku seks bebas (freesex)
diperoleh juga lebih rendah daripada pada siswa-siswi SMUN 99 adalah
rerata skor teoritik (Tabel 3). karena banyaknya kegiatan ekstrakuri-
Berdasarkan Tabel 3 berarti siswa- kuler yang dapat dipilih siswa-siswi
siswi SMUN 99 cenderung jarang atau untuk mengembangkan minatnya setelah
tidak pernah melakukan perilaku seks belajar didalam kelas. Kegiatan ekstra-
bebas (free sex). Hal ini diperoleh dari kurikuler itu seperti bola basket, rohis,
skor terendah yaitu 52. Faktor-faktor paskibra, sepak bola dan lainnya. Dengan
yang dimungkinkan menyebabkan ren- demikian, energi seksual yang ada dalam
dahnya perilaku seks bebas (free sex) diri siswa-siswi tersebut dapat dikeluar-
tersebut adalah, motivasi berprestasi yang kan dengan melakukan kegiatan ekstraku-
tinggi, sehingga mereka cenderung lebih rikuler yang memang membutuhkan ener-
mementingkan kompetisi berprestasi, gi yang tinggi dalam melakukannya.
daripada melakukan perilaku seks bebas Hal ini seperti yang dikatakan oleh
(free sex). Faktor lain yang juga men- Wersfeld dkk. (dalam Monks 1998),
dorong rendahnya perilaku seks bebas bahwa remaja dapat melepaskan kele-
(free sex) adalah, kuatnya disiplin sekolah bihan energinya dalam berolahraga, serta
terhadap anak didiknya, sehingga apabila dalam menemukan identitasnya, remaja
diketahui ada siswa-siswi yang melaku- juga dapat membandingkan kemampuan-
kan perilaku yang tidak sesuai dengan nya dengan dengan teman-temannya da-
norma sekolah, maka hukumannya adalah lam mencari identitas dan dominansi
dikeluarkan dari sekolah. Hal seperti ini yang lebih berkorelasi dengan prestasi
juga bisa dilakukan sebagai bentuk olahraga. Brightbill (dalam Monks 1998)
strategi yang dapat mencegah terjadinya mengatakan bahwa, kegiatan remaja pada
perilaku seks bebas pada remaja (Hogben waktu luangnya dapat betul-betul bersifat
dan Byrne, 1998). membebaskan bila hal itu dihayati seba-
Letak sekolah yang walaupun sudah gai kesempatan untuk mengembangkan
berada dalam wilayah Jakarta, namun ka- diri dan untuk melepaskan ketegangan
rena masih berada dalam wilayah peru- khususnya ketegangan yang berhubungan
mahan warga yang cenderung masih dengan masalah seksual.
memegang teguh norma-norma adat dan
masyarakat, maka perilaku berpacaran SIMPULAN
yang bebas pun tidak bisa dengan begitu
saja masuk mempengaruhi siswa-siswi Dari hasil analisis yang telah dila-
tersebut, hal ini juga merupakan salah kukan, diketahui bahwa ada hubungan
satu faktor dari rendahnya perilaku seks positif yang sangat signifikan antara
bebas (free sex) dikalangan siswa-siswi konformitas kelompok dengan perilaku
SMUN 99. seks bebas (freesex) pada remaja, di mana

Chynthia, Konformitas Kelompok … 79


subjek yang mempunyai konformitas DAFTAR PUSTAKA
kelompok tinggi cenderung sering dalam
melakukan perilaku seks bebas (freesex), Browning, C.R., Brooks-Gunn, J., and
sebaliknya individu yang mempunyai Leventhal, T. 2005 “Sexual initiation
konformitas kelompok yang rendah cen- in early adolescence: The nexus of
derung jarang dalam melakukan perilaku parental and community control”
seks bebas (freesex). American Sociological Review vol 70
Hasil analisis data yang telah pp. 758-778.
dilakukan pada siswa-siswi SMUN 99 Dusek, J.B. 1996 Adolescence
Cibubur Jakarta Timur, menunjukkan development & behaviuor (3rd ed)
bahwa konformitas kelompok pada siswa- Prentice Hall, Inc. New Jersey.
siswi SMUN 99 rendah, disamping itu Doherty, K.T. 1998 A mind of her own:
juga perilaku seks bebas (freesex) siswa- Effects of need for closure and gender
siswi SMUN 99 cenderung rendah. on reaction to nonconformity
Faktor-faktor yang dimungkinkan menye- http://www.kevinfitzmaurice.com/
babkan rendahnya konformitas kelompok diunduh 22 Januari 2003
adalah, padatnya kurikulum sekolah, ti- Harvey,S.M., and Spigner, C. 1995
dak adanya role model, serta jarak rumah “Factors associated with sexual
yang berjauhan. behavior among adolescents: A
Adapun, faktor-faktor yang menye- multivariate analysis” Adolescence
babkan jarangnya dilakukan perilaku seks vol 30 pp 253-264.
bebas (freesex) adalah, trademark sekolah Hogben, M., and Byrne, D. 1998 “Using
teladan, kuatnya disiplin sekolah terhadap social learning theory to explain
anak didiknya, letak sekolah yang masih individual differences in human
berada dalam wilayah perumahan warga, sexuality” The Journal of Sex
serta banyaknya kegiatan ekstrakurikuler Research vol 35 pp 58-71.
yang dapat dipilih siswa-siswi untuk Kartono, K. 1992 Psikologi wanita
mengembangkan minatnya. mengenal gadis remaja & wanita
Berdasarkan hasil penelitian yang dewasa-Jilid 1 Mandar Maju
telah dilakukan, dapat dikemukakan Bandung
saran-saran seperti (1) sekolah dapat lebih Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan
meningkatkan dan mempertahankan disi- Haditono, S.R. 1998 Psikologi
plin sekolah terhadap anak didiknya se- perkembangan Gadjah Mada
hingga siswa-siswi tersebut dapat ter- University Yogyakarta.
hindar dari perilaku seks bebas, (2) para Pangkahila, W. 2000 Tanya-jawab
orang tua diharapkan agar lebih memper- remaja & seks Intisari Mediatama
hatikan pergaulan anak remajanya, agar Jakarta.
tidak terjerumus dengan teman sebaya Rakhmat, J. 2000 Psikologi komunikasi
(peer) yang hanya memberikan penge- Remaja Rosdakarya Bandung
tahuan negatif bagi remaja tersebut, dan Santrock, J.W. 1998 Adolescence-7th ed
(3) para peneliti selanjutnya diharapkan McGraw-Hill, Inc. New York
dapat menggali lebih jauh faktor-faktor Sarwono, S.W. 2002 Psikologi remaja
lain yang mempengaruhi perilaku seks Rajawali Jakarta
bebas pada remaja, misalnya faktor Sarwono, S.W. 1997 Psikologi sosial:
tempat tinggal, jenis kelamin, pola asuh Individu dan teori-teori psikologi
orang tua dan lain sebagainya. sosial Balai Pustaka Jakarta.

80 Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai