Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

Populasi Bakteri Normal dan Bakteri Kitinolitik Pada Saluran Pencernaan Lobster
Pasir (Panulirus homarus L.) yang diberi Kitosan

Baiq Nihayatun Nufus1, Galuh Tresnani1 dan Faturrahman1

1
Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125, Tlp/Fax. 0370 646506,
e-mail: nihayabq@gmail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) sangat bergantung pada bakteri-bakteri yang terdapat pada
saluran pencernaan. Salah satu upaya untuk meningkatkannya adalah dengan penambahan kitosan yang akan
berpengaruh terhadap bakteri-bakteri kitinolitik saluran pencernaan lobster. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbandingan jumlah bakteri kitinolitik dan bakteri normal pada saluran pencernaan lobster pasir
(Panulirus homarus). Penelitian dilakukan selama 3 bulan di Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok,
Sekotong. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan
dengan variasi berat kitosan per-kg pakan (0 g, 1 g, 2 g dan 4 g). Sampel yang diambil dari saluran
pencernaan lobster yaitu bagian usus dan lambung. Seri pengenceran 10-6 cfu/ml, 10-7 cfu/ml dan 10-8 cfu/ml
diisolasi pada media Plate Count Agar (PCA) dan dimurnikan pada media agar kitin. Perhitungan total
bakteri menggunakan analisis Total Plate Count (TPC). Hasil penelitian variasi berat kitosan diperoleh angka
lempeng total bakteri pada kontrol, P1, P2 dan P3 secara berturut-turut pada media PCA adalah 49,5x109
cfu/ml, 52,1x109 cfu/ml, 25,1x109 cfu/ml dan 15,8x109 cfu/ml dan pada media agar kitin adalah 5x107
cfu/ml, 272x107 cfu/ml, 241x107 cfu/ml dan 55x107 cfu/ml. Jumlah populasi bakteri tertinggi pada P1
sebesar 52,1x109 cfu/ml pada media PCA dan P1 pada media kitin agar sebesar 272x107 cfu/ml. Berdasarkan
hasil analysis of variance (ANOVA 5%) menunjukkan perlakuan variasi berat kitosan per-kg pakan tidak
berpengaruh nyata.

Kata kunci: lobster pasir, bakteri normal, bakteri kitinolitik, saluran pencernaan, kitosan, metode TPC.

ABSTRACT
The grow of sand lobster (Panulirus homarus L.) is extremely depend on a lot of bacteria which is found at
digestive system. On of the effort to increase it for chitosan addition that influence to chitinolytic bacteria of
sand lobster (Panulirus homarus L.) at digestive system. The research aimed to find out amount of
comparation between chitinolytic bacteria and normal bacteria of sand lobster (Panulirus homarus L.) at
digestive system which is donefor for three months at Mariculture Hall Lombok, Sekotong. This research use
completely randomized design with 4 treatment and 3 test of variation weight of chitosan each kg woof (0 g,
1 g, 2 g dan 4 g). The sampleis taken through its colon and stomach. Melting series 10-6 cfu/ml, 10-7 cfu/ml
dan 10-8 cfu/ml are isolated on Plate Count Agar (PCA) and be purified on Chitin Agar Media. The total
calculation of bacteria that using Total Plate Count (TPC). The result of chitosan weight variationhas found a
total plate count of bacteria on control, P1, P2 and P3 continuously at PCA media are 49,5x109 cfu/ml,
52,1x109 cfu/ml, 25,1x109 cfu/ml dan 15,8x109 cfu/ml and Chitin Agar Media are 5x107 cfu/ml, 272x107
cfu/ml, 241x107 cfu/ml dan 55x107 cfu/ml. the highest is on P1 is about 52,1x109 cfu/ml and P1 for Chitin
Agar Media is about 272x107 cfu/ml. Based on the results of analysis of variance (ANOVA 5%) show
chitosan weight variation treatment each kg woof did not significantly affect.

Keywords: sand lobster, normal bacteria, bacteria chitinolytic, gastrointestinal tract, chitosan, TPC method.

15
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

I. Pendahuluan Penambahan kitosan pada pakan


akan berpengaruh terhadap bakteri-
Bakteri normal adalah mikroorganisme
bakteri kitinolitik saluran pencernaan
yang menempati suatu daerah tanpa
lobster. Bakteri kitinolitik merupakan
menimbulkan penyakit pada inang yang
ditempati. Tempat paling umum dijumpai kelompok bakteri yang mampu
bakteri normal adalah tempat yang terpapar menghasilkan enzim kitinase untuk
dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, menguraikan zat kitin (Budiani et al.,
saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan 2004 dalam Fitri & Yasmin, 2011).
saluran urogenital (Trampuz et al, 2004). Rostinawati (2008) mengatakan bahwa
Bakteri normal berperan penting enzim kitinase yang dihasilkan oleh
dalam mensintesis vitamin, mensekresi bakteri kitinolitik berasal dari proses daur
enzim, dan membantu pencernaan nutrien. ulang kitin. Bakteri kitinolitik juga dapat
Bakteri normal dapat menekan mengubah kitin menjadi bahan organik
pertumbuhan bakteri patogen sehingga sehingga dapat digunakan sebagai sumber
dapat melindungi inang dari serangan nitrogen dan karbon.
penyakit serta merangsang fungsi Penambahan kitosan pada pakan
kekebalan tubuh. Keseimbangan bakteri diharapkan mampu meningkatkan
normal merupakan salah satu faktor yang jumlah bakteri kitinolitik untuk
sangat menentukan status kesehatan pada membantu bakteri normal pada saluran
inang (Aslamyah et al., 2009). pencernaan lobster pasir (Panulirus
Kesehatan inang juga berpengaruh homarus) menekan pertumbuhan bakteri
terhadap pemberian pakan karena mampu patogen dan menunjang kelangsungan
meningkatkan bakteri normal pada saluran hidup lobster.
pencernaan. Selain itu pakan sangat penting
untuk menunjang kelangsungan hidup II. Bahan dan Metode
inang.
Penelitian ini bersifat
Kitosan menjadi prebiotik alami
eksperimental menggunakan rancangan
yang diberikan bersamaan dengan pakan
acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
kombinasi pada lobster hijau pasir
variasi berat kitosan per-kg pakan (0 g, 1
(Panulirus homarus). Kitosan memiliki
g, 2 g dan 4 g) dan 3 ulangan sehingga
gugus aktif yang akan berikatan dengan
terdapat 12 unit percobaan. Penentuan
mikroba sehingga kitosan mampu
jumlah kitosan yang diberikan
menghambat pertumbuhan mikroba. Saat
berdasarkan pada penelitian Niu et al.,
ini, kitosan telah diproduksi secara industri
(2011). Penelitian ini juga bersifat
di negara-negara maju terutama Jepang dan
deskriptif eksploratif, karena penelitian
Amerika Serikat dan mengalami
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
peningkatan yang cukup tajam. Produksi
koloni bakteri pada saluran cerna lobster
kitosan ini, dapat mengurangi jumlah
pasir. Penelitian ini dilaksanakan selama
limbah cangkang udang atau cangkang
3 bulan yaitu dari bulan Juni – Agustus
crustacea lainnya yang jumlahnya sangat
2015 di Balai Perikanan Budidaya Laut
melimpah di alam dan dapat
(BPBL) Desa Gili Genting, Sekotong,
menjadikannya salah satu sumber daya
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa
alam alternatif untuk limbah cangkang
Tenggara Barat.
(Mahatmanti & Sumarni, 2003).
16
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

Persiapan Wadah Pemeliharaan Benih Lobster Pasir


Wadah penelitian yang digunakan (Panulirus homarus L.)
adalah bak beton sebanyak 1 buah, Pemeliharaan lobster pasir
berukuran 4,85 x 2,9 x 1,6 m. Bak beton (Panulirus homarus L.) dilakukan selama
diisi 12 keranjang berukuran 0,5 x 0,5 x 1 43 hari dan diberikan pakan berupa pellet
m (keranjang hasil modifikasi waring sesuai perlakuan. Pakan diberikan 3 kali
hitam) dan dilengkapi dengan shelter sehari sebesar 15 %/hari dari biomassa
menggunakan waring hitam berlipat untuk lobster yaitu pukul 08.00 WITA sebanyak
meminimalisir kanibalisme. 5 %, pukul 14.00 WITA sebanyak 2%
dan pukul 18.00 WITA sebanyak 8%.
Persiapan Hewan Uji Persentase pakan disesuaikan dengan
Lobster yang digunakan adalah pertambahan biomassa lobster setiap 14
lobster pasir (Panulirus homarus L.) yang hari sekali. Pengukuran kualitas air di bak
dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan pemeliharaan meliputi suhu, salinitas,
di Pantai Teluk Awang, Lombok Tengah, pH, oksigen terlarut (DO), nitrat (NO3),
Nusa Tenggara Barat (NTB). Lobster yang nitrit (NO2), dan amonia (NH3). Suhu air
baru tiba diaklimatisasi dan digrading. diambil setiap hari sebanyak 3 kali sehari
Aklimatisasi dan grading bertujuan untuk yaitu pagi, siang dan sore, sedangkan
mengadaptasikan hewan uji dengan derajat keasaman (pH), oksigen terlarut
lingkungan yang baru dalam wadah (Dissolved Oxygen), salinitas, nitrat
penelitian dan pengelompokan hewan uji (NO3), nitrit (NO2), amonia (NH3)
berdasarkan kisaran ukuran berat. Lobster diambil saat awal dan akhir penelitian
diaklimatisasi selama 10 hari sebelum serta dianalisis di laboratorim Balai
digunakan untuk penelitian. Selama proses Perikanan dan Budidaya Laut Lombok
ini, lobster diberi pakan yang tidak (BPBL).
ditambahkan kitosan.
Pembuatan kitin
Pembuatan Pakan Sampel yang digunakan untuk
Pakan terdiri atas 70 % pakan alami pembuatan kitin adalah limbah cangkang
udang putih dan 30 % pakan alami rajungan. Cangkang rajungan yang
tambahan, yang berupa Gracilaria sp. dan diperoleh dicuci hingga bersih dan
Diadema sp. (Trijoko, 2003). Penelitian ini dikeringkan dibawah sinar matahari
menggunakan pakan alami yang selama satu hari. Cangkang kering
menyesuaikan dengan makanan alami kemudian digiling hingga menjadi serbuk
lobster di alam bebas berdasarkan data halus. Proses pembuatan kitin selanjutnya
penelitian Mashaii et al. (2011). Pakan meliputi tahap deproteinase dan tahap
tersebut dibuat menjadi pellet dengan demineralisasi.
penambahan kitosan yang merupakan  Tahap deproteinasi: Sebanyak 50 gr
bahan komersil dan dipadukan dengan serbuk kulit rajungan dimasukkan ke
bahan-bahan pakan lainnya. dalam erlenmeyer dan ditambahkan
NaOH 1 N sebanyak 500 ml.
Campuran kemudian diaduk di atas
magnetic stirer selama 2 jam pada
suhu 80ºC. Endapan yang terbentuk
17
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

dipisahkan dari filtrat. Endapan dicuci al, 2008 dalam Agustina & Kurniasih,
dengan akuades hingga pH netral dan 2013):
selanjutnya dikeringkan dalam oven
selama 24 jam pada suhu 60ºC (Fitri & %

Yasmin, 2011). = 100%
 Tahap demineralisasi: Sebanyak 24 gr
kulit rajungan kering hasil Pengambilan Isi Saluran Pencernaan
deproteinasi dilarutkan dalam HCl 2 N Lobster
sebanyak 240 ml. Campuran kemudian Isi saluran pencernaan lobster
didiamkan pada suhu kamar. Endapan pasir dari tiap perlakuan dan ulangan
yang diperoleh dicuci dengan akuades diambil sebagai sumber inokulum melalui
hingga pH netral dan dikeringkan pembedaan. Bagian dari organ
kembali dalam oven selama 24 jam pencernaan digerus menggunakan mortar
pada suhu 60ºC, diperoleh kitin (Fitri lalu ditimbang sebanyak ±0,5 g (1-2 ekor
&Yasmin, 2011). lobster) menggunakan timbangan
Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri analitik. Saluran pencernaan lobster pasir
 Media PCA yang telah halus diencerkan dengan 4,5
Sebanyak 22,5 g serbuk media Plate mL air laut steril, campuran ini
Count Agar didispersikan dengan air dihomogenkan dengan vortex untuk
laut steril hingga 1000 ml. Medium mendapatkan larutan sampel dengan
dididihkan di atas penangas air dan konsentrasi 10-2 cfu/ml.
disterilkan di dalam autoklaf pada
suhu 121°C selama 15 menit dengan Pengenceran Sampel
tekanan di atas 1 atm. Larutan stok dengan pengenceran
10-2 cfu/ml dicuplik sebanyak 1 mL dan
 Media agar kitin dilarutkan kedalam air laut steril
Media agar kitin (gr/L) terbuat dari membentuk larutan seri pengenceran 10-3
beberapa komposisi diantaranya 2 gr cfu/ml. Larutan tersebut divortex hingga
NaNO3, 1 gr yeast ekstrak, 0,5 gr homogen. Prosedur yang sama dilakukan
K2HPO4, 0,2 gr MgSO4, 0,02 gr untuk membuat seri pengenceran sampai
CaCl2, 0,02 gr MnSO4, 0,02 gr FeSO4, dengan 10-8 cfu/ml.
20 gr Nutrien Agar dan 2 gr kitin
dengan ditambahkan 1000 ml air laut Isolasi Bakteri
steril. Medium dididihkan di atas Larutan dengan seri pengenceran 10-
penangas air dan disterilkan di dalam 6 cfu/ml, 10-7 cfu/ml, dan 10-8 cfu/ml
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 masing-masing diambil sebanyak 0,1 ml
menit dengan tekanan di atas 1 atm. kemudian isolasi pada media PCA dengan
teknik sebar menggunakan spreader dan
Persentase Rendaman dilakukan secara duplo untuk setiap
Rendemen kitin ditentukan pengenceran. Biakan diinkubasi pada suhu
berdasarkan persentasi berat kitosan yang 35 0C selama 48 jam. Setelah masa
dihasilkan terhadap berat bahan baku inkubasi, koloni bakteri yang tumbuh pada
rajungan sebelum diproses (Zahiruddin, et media PCA dihitung. Koloni bakteri yang
tumbuh pada media PCA diisolasi ke media
18
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

kitin agar dengan metode gores dan III. Hasil dan Pembahasan
diinkubasi pada suhu 350 C selama 24 jam
dan jumlah koloni bakteri yang tumbuh Ekstrak Kitin
dihitung. Ekstrak kitin diperoleh dari limbah
cangkang rajungan kering dalam bentuk
serbuk. Data hasil rendaman isolasi kitin
Perhitungan Total Bakteri
Penghitungan Total Bakteri dari cangkang rajungan diperoleh sebesar
menggunakan metode Total Plate Count 14 %. Hasil kitin yang diperoleh sedikit,
(TPC) yang merupakan metode pendugaan hal ini dipengaruhi tahapan isolasi kitin,
jumlah mikroorganisme secara keseluruhan pada penelitian ini urutan isolasi kitin
dari suatu bahan. Analisis TPC dimulai dari deproteinasi-demineralisasi
menggunakan media Plate Count Agar sedangkan pada penelitian Agustina &
(PCA) dengan menanam 0,1 ml sampel dari Kurniasih (2013) urutan isolasi kitin dari
pengenceran ke dalam cawan petri, demineralisasi-deproteinasi diperoleh %
kemudian diinkubasi selama 48 jam pada rendemen kitin sebesar 36,76%. Isolasi
suhu 350 C (Zaki, 2012). Hasil dengan urutan demineralisasi-
penghitungan koloni berupa (cfu) per ml/g. deproteinasi menghasilkan rendemen
Perhitungan koloni dilakukan pada seri lebih banyak dibandingkan dengan tahap
pengenceran 10-6 cfu/ml, 10-7 isolasi deproteinasi-demineralisasi. Hal
cfu/ml, dan 10-8 cfu/ml. Koloni bakteri ini disebabkan karna mineral membentuk
diletakkan pada cawan petri dalam kamar shield (pelindung) yang keras pada kulit
hitung, alat penghitung diatur pada posisi udang, sehingga dengan menghilangkan
nol dan koloni bakteri mulai dihitung mineral terlebih dahulu akan
dengan menggunakan jarum penunjuk mempermudah proses penghilangan
sambil melihat jumlah pada layar hitung. protein sehingga % rendemen kitin lebih
Perhitungan jumlah koloni dari 30-300 besar.
koloni menggunakan rumus sebagai berikut
(Fardiaz, 1993 dalam Damongilala, 2009): Total Bakteri Saluran Pencernaan
Lobster
TPC merupakan metode yang
1 sering digunakan dalam analisa jumlah
= ℎ
mikroorganisme. Jumlah mikroorgnisme
dapat langsung dihitung setelah tumbuh
Analisis Data dan berkembang biak dengan membentuk
Data hasil penelitian dianalisis koloni-koloni.
dengan menggunakan Analisis Varian Satu
Arah pada taraf signifikansi 5% untuk
mengetahui pengaruh. Data dianalisis
dengan Microsoft Excel.

19
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

Tabel 1.Angka Lempeng Total Bakteri pada Saluran Pencernaan Lobster Pasir pada Media
PCA
Percobaan Media PCA (cfu/ml)
Kontrol 49,5 x 109 cfu/ml
P1 52,1 x 109 cfu/ml
P2 25,1 x 109 cfu/ml
P3 15,8 x 109 cfu/ml
Keterangan: cfu/ml = colony forming unit/ ml

Jumlah koloni yang tumbuh pada jumlah pada kontrol. Pada P2 dan P3
media PCA sangat beragam dengan yang masing-masing diberikan 2 gr
jumlah dari masing-masing percobaan. kitosan / kg pakan dan 4 gr kitosan / kg
Pada kontrol yang diberikan 0 gr kitosan / pakan angka lempeng total bakterinya
kg pakan memiliki angka lempeng total adalah 25,1 x 109 cfu/ml dan 15,8 x 109
bakteri sebesar 49,5 x 109 cfu/ml. Pada P1 cfu/ml.
yang diberikan 1 gr kitosan / kg pakan
angka lempeng total bakteri sebesar 52,1
x 109 cfu/ml, jumlah ini lebih besar dari

Tabel 2.Angka Lempeng Total Bakteri pada Saluran Pencernaan Lobster Pasir pada
Media Agar Kitin
Media Agar Kitin
Percobaan
(cfu/ml)
Kontrol 5 x 107 cfu/ml
P1 272 x 107 cfu/ml
P2 241 x 107 cfu/ml
P3 55 x 107 cfu/ml
Keterangan: cfu/ml = colony forming unit/ ml
kitinolitik yang berasal baik dari tubuh
Koloni-koloni yang tumbuh ini lobster pasir itu sendiri dan stimulasi dari
membuktikan bahwa mikroorganisme pemberian kitosan pada pakan. Dari hasil
tersebut mampu mendegradasi kitin. perhitungan jumlah total bakteri
diperoleh hasil yaitu kontrol, P1, P2 dan
Mikroorganisme ini disebut bakteri P3 secara berturut-turut adalah 5 x 107
kitinolitik. Koloni- koloni bakteri yang cfu/ml, 272 x 107 cfu/ml, 241 x 107
tumbuh diduga merupakan bakteri cfu/ml dan 55 x 107 cfu/ml.

20
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

jumlah sel bakteri ( cfu/ml) x10000000


ALT Media agar kitin

10000

1000

100

10

1
Variasi perlakuan lkitosan per-kg pakan

Gambar 1.Rata-rata jumlah total bakteri dan bakteri kitinolitik pada saluran pencernaan
lobster pasir.

Mikroorganisme kitinolitik adalah eksokitinase memecah bagian


mikroorganisme yang memiliki aktivitas diasetilkitobiosa dari ujung nonreduksi
kitinolitik, yaitu dapat mendegradasi kitin suatu rantai kitin sedangkan endokitinase
menggunakan enzim kitinase yang memecah bagian ikatan glikosida rantai
dihasilkan. Hal itu dapat dilihat kitin secara acak dan menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangbiakan diasetilkitobiosa sebagai hasil utama yang
dengan mengisolasi koloni bakteri yang bersama-sama dengan triasetilkitobiosa
diduga terdapat bakteri kitinolitik ke akan dirombak secara perlahan menjadi
media selektif yang mengandung kitin. disakarida dan monosakarida (Setiawati
Kitinolitik merupakan proses et al, 2013).
degradasi biomassa kitin yang dilakukan Aktivitas kitinase merupakan
oleh kerja sel mikroba. Mikroba yang ukuran jumlah produk yang dihasilkan
dapat melakukan proses ini adalah jenis dari suatu pemecahan substrat kitin. Satu
mikroba yang mampu menghasilkan unit aktivitas kitinase didefinisikan
kitinase, yaitu suatu jenis enzim yang jumlah enzim yang membebaskan
mampu menghidrolisis makromolekul sebanyak 1 mol gula reduksi (N-asetil-
kitin yang terdapat di sekitar lingkungan glukosmin) per menit ( Dewi, 2008).
mikroba kitinolitik tumbuh (Purkan et al, Berdasarkan pengamatan koloni
2014). bakteri yang terbentuk berwarna putih
Degradasi kitin terutama dilakukan susu, putih dan putih kekuningan. Jumlah
oleh mikroorganisme, dimana kitin dapat bakteri yang diperoleh mengalami
merupakan sumber karbon dan nitrogen penurunan jumlah bakteri dengan P1
untuk pertumbuhannya. Terdapat dua tertinggi dan P3 terendah pada media
macam lintasan perombakan kitin, PCA dan pada media agar kitin. Angka
lintasan perombakan kitin yang belum lempeng total bakteri pada P1 dengan
diketahui disebut kitinoklastik, sedangkan variasi kitosan 1 gr per-kg pakan pada
jika lintasan tersebut melibatkan media PCA sebesar 52,1 x 109 cfu/ml
hidrolistik ikatan (1,4) glikosida, maka dan pada media agar kitin sebesar 272 x
prosesnya disebut kitinolitik. Hidrolisis 107 cfu/ml, P2 dengan variasi kitosan 2 gr
ikatan ini dilakukan oleh enzim kitinase, per-kg pakan pada media PCA sebesar
21
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

25,1 x 109 cfu/ml dan pada media agar Simalungun Sumatra Utara, Tesis,
kitin media sebesar 241 x 107 cfu/ml. P3 Universitas Sumatra Utara Medan.
dengan variasi kitosan 4 gr per-kg pakan Fitri, L. & Y. Yasmin, 2011, Isolasi dan
pada media PCA sebesar 15,8 x 109 Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
cfu/ml dan pada media agar kitin sebesar Kitinolitik, Jurnal Ilmiah Pendidikan
55 x 107 cfu/ml, dapat dilihat dari hasil Biologi, Biologi Edukasi 3 (2): 20-25.
yang diperolah (Gambar 1.) Mahatmanti, F. W. & W. Sumarni, 2003,
membuktikan bahwa variasi kitosan yang Kajian Termodinamika Penyerapan
diberikan pada pakan lobster pasir tidak Zat Warna Indikator Metil Oranye
mampu memicu bertambah banyaknya (Mo) dalam Larutan Air oleh
populasi bakteri kitinolitik pada saluran Adsorben Kitosan, Jurnal JSKA 6 (2):
pencernaan lobster pasir berdasarkan 101-111.
variasi kitosan yang diberikan. Mashaii, N., F. Rajabipour & A. Shakouri,
2011, Feeding Habits of The Scalloped
SIMPULAN Spiny Lobster, Panulirus homarus
(Linnaeus, 1758) (Decapoda:
Perlakuan variasi berat kitosan per- Palinuridae) from The South East
kg pakan tidak memberikan pengaruh Coast of Iran, Turkish Journal of
Fisheries and Aquatic Sciences 11: 45-
berbeda nyata (p>0.05) terhadap populasi
54.
bakteri kitinolitik pada salauran
pencernaan lobster pasir (Panulirus Niu, J., Y.J. Liu, H.Z. Lin, K.S. Mai, H.J.
homarus L.). Yang, G.Y. Liang & L.X. Tian, 2011,
Effects of Dietary Chitosan on Growth,
Survival and Stress Tolerance of
DAFTAR PUSTAKA
Postlarval Shrimp, Litopenaeus
vannamei, Aquaculture Nutrition 17,
Agustina S. & Y. Kurniasih, 2013, Pembuatan e406-e412.
Kitosan dari Cangkang Udang dan
Aplikasinya sebagai Adsorben untuk Purkan., B. Azizah., A. Baktir & S. Sumarsih.,
Menurunkan Kadar Logam Cu, 2014, Eksplorasi Bakteri Kitinolitik
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA dari Sampah Organik: Isolasi dan
III, IKIP Mataram. Karaktrisasi Enzim Kitinase, Jurnal
Molekul 9 (2): 128-135.
Aslamsyah, S., H. Y. Azis, Sriwulan & K. G.
Wiryawan, 2009, Mikroflora Saluran Rostinawati, T., 2008, Skrining dan
Pencernaan Ikan Gurame Identifikasi Bakteri Penghasil Enzim
(Osphronemus gouramy lacepede), Kitinase dari Air Laut di Perairan
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Pantai Pondok Bali, Penelitian
19 (1): 66-73 Mandiri, Universitas Padjadjaran
Jatinangor.
Damongilala, L. J., 2009, Kadar Air dan Total
Bakteri pada Ikan Roa (Hemirhampus Setiawati, J.E., Tarsim, Y. T. Adiputra & S.
sp.) Asap dengan Metode Pencucian Hudaidah, 2013, Pengaruh
Bahan Baku Berbeda, Jurnal Ilmiah Penambahan Probiotik Pada Pakan
Sains 9 (2): 191-198. dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan, Kelulushidupan,
Dewi, I. M., 2008, Isolasi Bakteri dan Uji Efisiensi Pakan dan Retensi Protein
Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar
Ikan Patin (Pangasius
dari Sumber Air Panas Tinggi Raja,
22
Jurnal Biologi Tropis, Januari-April 2016: Volume 16 (1):15-23 ISSN: 1411-9587

Hypophthalmus), Jurnal Rekayasa dan Hayati, Simposium Nasional.


Teknologi Budidaya Perairan 1 (2): “Perkembangan dan Inovasi Teknologi
2302-3600. Akuakultur”, Forum Temu dan Kontak
Bisnis Akuakultur Indonesia,
Trampuz, Andrej & A. F. Widmer, 2004,
Konggres I Masyarakat Akukultur
Hand Hygiene: A Frequently Missed
Indonesia (MAI), Semarang.
Livesaving Opportunity During Patient
Care, Mayo Clinic Proceedings 79: Zaki, I., 2012, Pengaruh Lama Penyimpanan
109–116. terhadap Kualitas Mikrobiologi
Biskuit Bayi dengan Substitusi Tepung
Trijoko, T., Helmiati, & Untari, 2003,
Labu Kuning (Cucurbita moschata)
Pemijahan Udang Karang (Panulirus
dan Tepung Ikan Patin (Pangasius
Homarus L) Untuk Pengadaan
spp) sebagai MP-ASI, (Tesis),
Juvenile Bagi Konservasi Sumberdaya
Universitas Diponegoro.

23

Anda mungkin juga menyukai