Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Empirisme

Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan
peranan akal. 1Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeirisko, yang artinya
pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman inderawi. Pengalaman inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya
perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya,berhubungan dengan sifat khas
fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing
indera menangkap aspek yang berbeda mengenei barang yang menjadi objeknya. Jadi,
pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan indera.2

Sanggahan orang-orang rasionalis tampak jelas pada karya Descartes. Descartes


membedakan dua fungsi akal. Pertama, fungsi diskursif yang menjadikan kita mampu
membuat kongklusi dari premis, dan yang Kedua, fungsi intuitif yang menjadikan kita
mampu menangkap kebenaran terakhir dan menangkap kebenaran secara langsung. Namun,
memang banyak pengetahuan yang kita peroleh lewat pengalaman indera.

Pada abad ke-20 kaum Empiris cenderung menggunakan teori makna mereka pada
penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan pada asal-usul
pengetahuan. Contoh penggunaan emperisisme secara praagmatis ini ialah pada Charles
sanders peirce dalam kalimat “Tentukanlah apa pengaruh konsep itu pada praktik yang dapat
dipahami kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang pbyek tersebut”.

Filsafat Empireisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliraan positivme
logis dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu harus
dipahami lewat penafsiran pengalaman.3 Oleh karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat
dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah orang yang
diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.

Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti “setiap kejadian tentu
mempunyai sebab” dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-
kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal sebagai istilah kebenaran. Empirisme

1
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.265.
2
Limas Dodi, Pengganti Makalah Filsafat Umum (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hlm. 316.
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya ,2016), hlm.174.
menolak pendapat itu, tidak ada kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran a
posteriori.4

B. Tokoh-tokoh Empirisme

1. John Locke (1932-1704)

John Locke adalah filsafat Inggris. Ia lahir di Wrington, Shomersetshire pada tahun
1632. Disamping sebagai seorang ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi,
mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia.5 Tahun 1647-1652 ia belajar di
Westminster. Tahun 1652 ia memasuki Universitas Oxford, mempelajari agama kristen.
Sementara ia mempelajari vaknya, ia juga mempelajari pengetahuan diluar pokoknya.6

Dalam penelitiannya ia memakai istilah sentation dan reflektion. Sensation adalah


suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan
meraihnya. Sedangkan reflektion adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan
kepada manusia, yang sifatnya lebih baik dari sentation. Tiap-tiap pengetahuan yang
diperoleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun demikian manusia harus
mendahulukan sensation. Karena jiwa manusia ketika dilahirkan putih bersih (tabula rasa)
yaitu jiwa itu kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada dalam jiwa yang
dibawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk seseorang.7

Locke termasuk orang yang mengagumi Descartes, tetapi ia tidak menyetujui


ajarannya. Bagi Locke, mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai “lembaran kertas
putih” dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Pandangann locke mengenai lembaran
putih manusia mirip dengan teori fitrah dalam filsafat islam yang didasarkan atas pernyataan
Al-Qur’an, surah ke-30. Fitrah adalah bawaan manusia sejak lahir yang didalamnya
terkandung tiga potensi dengan fungsinya masing-masing. Pertama, potensi ‘aql yang
berfungsi untuk mengenai Tuhan, mengesakan Tuhan, dan mencintai-Nya. Kedua, potensi
syahwat yang berfungsi untuk menginduksi obyek-obyek. Ketiga, potensi qadhab yang
berfungsi untuk menghindari segala yang membahayakan. Ketika manusia dilahirkan, ketiga
potensi ini telah dimiliknya. Namun demikian, agar potensi-potensi tersebut beraktualisasi
perlu ada bantuan dari luar dirinya. Dalam filsafat islam, kedua orang tua anak lahir itulah
yang pertama-tama berkewajiban untuk memberikan pengetahuan untuk
mengoptimalisasikan potensi-potensi tersebut. Dengan kata lain orang tualah yang
menggoreskan tulisan diatas lembaran putih anak yang lahir itu.8

Buku Locke, Essay Canccerming Human Understanding (1689 M), Ditulis


berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak
ada yang dijadikan ide untuk konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman,
tidak ada idea yang diturunkan seperti yang diajarkan oleh Plato. Dengan kata lain Locke

4
Ibid., hlm.175.
5
Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta: Teras. 2015), hlm 134.
6
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), hlm.175.
7
Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta: Teras, 2015), hlm 134.
8
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.272.
menolak adanya innate ide termasuk yang diajarkan oleh Descartes, Clear and Distinict
Idea. Adequate idea dari Spinoza, thruth of reason dari Leibniz, semuanya ditolaknya.
Inilah Argumennya .

a. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada. Memang
agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa
manusia, dan jiwa membawanya kedunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup
menjelaskan kepada kita bagaiman pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang
alamiahh tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu
pengertian asli.

b. Persetujuan umum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui
oleh umum tentang adanya innate idea justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia
tidak ada.

c.Persetujuan umum membuktikan adanya innate idea

d. Apa innate idea itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus tidak diakui
adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea justru saya jadikan alasan untuk ia
tidak ada.

e. Tidak juga dicetakkan pada jiwa sebab pada anak idiot, idea yang innate itu tidak ada
padahal anak normalndan anak idiot sama-sama berpikir.

Ia mengatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi ialah pengertian tentang obyek
sebagai idea tentang obyek itu yang dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera.
Akan tetapi, Locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi obyek.9

2. Thomas Hobes (1588-1679)

Tokoh ini dilahirkan sebelum waktunya ketika ibunya tercekam rasa takut oleh
ancaman penyerbuan armada Spanyol ke Inggris. Ia belajar di Universitas Oxford,
kemudian menjadi pengajar pada suatu keluarga yang terpandang. Hubungan dengan
keluarga tersebut memberi kesempatan kepadanya untuk membaca buku-buku, berpergian
ke negeri asing, dan bertemu tokoh-tokoh penting. Simpatinya pada sistem kerajaan terjadi
saat Inggris dilanda perang saudara yang mendorongnya untuk larike Perancis. Disanalah ia
mengenal filsafat Descartesdan pemikir-pemikir perancis lainya. Karena sangat terkesan
dengan ketepatan sains, ia berusaha mencuptakakan filsafat atas dasar matematika.10

Menurut Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai


permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang
merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan

9
Limas Dodi, Pengganti Makalah Filsafat Umum (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hlm 322 dan 323.
10
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
hlm.267 dan 268
penggabungan data-data inderawi belaka.11 dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu
sistem pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar empiris, disamping juga menerima
metode dalam ilmu alam yang matematis.

Pendapatnya bahwa ilmu filsafat adaalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya
umum. Karena filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang
gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu mencapai
sebab-sebabnya, sedangkan prosesnya sesuaidengan hukum ilmu pasti atau ilmu
alam.Namannya sangat terkenal karena teorinya tentang kontrak sosial, yaitu manusia
mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran, atau perang total
tak dapat dihindari. Perang akan membuat kehidupan menjadi sengsara dan buruk.12

Hobbes juga tidak menyetujui pandangan Descartes tentang jiwa sebagai substansi
rohani. Menurut Hobbes seluruh dunia, termasuk manusia, merupakan suatu proses yang
berlangsung dengan tidak henti-hentinya atas hukum-hukum mekanisme saja. Adapun
bagian ajaran Hobbes yang termansyur adalah pendapatnya tentang filsafat politik, ia
mengingkari bahwa manusia menurut kodrati manusia ialah mempertahankan adanya. Hal
tersebut mengakibatkan suatu egoisme radikal akan tetapi, dalam keadaan demikian,
manusia justru tidak mampu mempertahankan adanya. Itulah sebabnya manusia
mengadakan perjanjian, yaitu bahwa mereka akan takluk pada suatu kewibawaan. Dengan
demikian, negara pun timbul. Namun, setelah negara itu timbul, perjanjian itu tidak lagi bisa
dicabut, sehingga negara mempunyai kekuasaan yang absolut terhadap warga negara. 13

Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes tampak sekali sebagai penganut


nominalisme. Ia menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang universal, kecuali nama belaka.
Konsekuensi pendapat ini ialah bahwa ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan
kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat digambarkan. Tanpa bahasa, tidak ada kebenaran
atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan “Benar” atau “tidak benar” itu hanya sifat sja
dari kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas didalam
bentuk pikiran orang.

Thomas Hobbes dan pengikutnya berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai


permulaan segala pengenalan hanya suatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang
merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual tidak lain hanyalah merupakan
penggabungan data-data inderawi belaka.14

3. David Hume (1711-1776 M)

David Hume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa
pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan yang

11
Limas Dodi, Pengganti Makalah Filsafat Umum (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hlm 321
12
Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta: Teras. 2015), hlm 133 dan 134
13
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
hlm.268-269
14
Ibid., hlm.271
memberikan kesan-kesan dan ide-ide.15 Menurut para penulis filsafat, empirisme berpuncak
pada David Hume sebab ia menggunakan prinsip-prinsip empirisme dengan cara yang
paling radikal, terutama pengertian substansi dan kuasalitas (hubungan sebab akibat) yang
menjadi obyek kritiknya. Ia tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah kesan-kesan
saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama (Misalnya : putih, licin, berat,
dan sebagainya). Akan tetapi, atas dasar pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa
dibelakang ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap (Misalnya: sehelai kertas yang
mempunyai ciri-ciri tadi). Sebagai seorang empiris, Hume tampak lebih konsekuen daripada
Berkeley.16

dibicarakan sebagai seorang keptis, dan terutama sebagai seorang empiris. Menurut Bertrans
Russel, yang tidak dapat diragukan lagi pada Hume adalah seorang skeptis.

Buku Hume, Treatise Of Human Nature (1739 M), ditulisnya tatkala ia masih muda,
yaitu ketika berumur 20tahunan bagian awal. Buku itu tidak banyak menarik perhatian
orang, Hume pindah ke subyek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai
sejarawan. Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang terkenal. An
Enquiry Concerning Human Understanding.baik buku Treatise maupun buku Enquiry
kedua-duanya menggunakan metode Empirisme, sama dengan John Locke.17

Argumen Hume yang menentang prinsip kausalitas universal dan prinsip induksi pada
dasarnya merupakan argumen menentang rasionalisme pada umumnya. Ia mengatakan bahwa
hanyaa dengan berpikir, tanpa informasi dari pengalaman, kita tidak mengetahui apa-apa
tentang dunia. Dengan bantuan pengalaman juga kita tidak dapat meengetahui hakikat
sesuatu. Jelaslah sudah sifat skeptis pada Hume.18

4. George Berkeley (1665-1753)

Barkeley lahir di Irlandi ini menjadi uskup Anglikan di Cloyne (Irlandia). Sebagai
penganut empirisme, Barkeley mencanangkan teori yang dinamakan immaterialisme atas
dasar prinsip-prinsip empirisme. Jika Locke masih menerima substansi-ssubstansi diluar kita,
Berkeley berpendapat bahwa tidak ada sama sekali substansi-substansi materiil, yang ada
hanyalah pengalaman dalam roh saja. Esse estpercipi (Being is being perceived),yang artinya
bahwa dunia materill sama saja dengan ide-ide yang saya alami. Sebagaimana dalam bioskop,
gambar-gambar film pada layar putih dilihat para penonton sebagai benda-benda yang real
dan hidup. Demikian pula, menurut pemikiran Barkeley, ide-ide membuat saya melihat dunia
materiiil. Dan bagaiman saya sendiri? Barkeley mengakui bahwa aku merupakan suatu
subtansi rohani. Ia juga mengakui adanya Allah, sebabb Allahlah yang merupakan asal-usul
ide-ide yang saya lihat. Jika kita mengatakan bahwa Allah menciptakan dunia diluar kita,
melainkan bahwa Allah memberi petunjuk atau menunjukkan ide-ide kepada kita. Jika kita

15
Limas Dodi, Pengganti Makalah Filsafat Umum (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hlm 319
16
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 274
17
Limas Dodi, Pengganti Makalah Filsafat Umum (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hlm 323 dan 324
18
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya ,2016), hlm.186.
memahabi perbandingan wujud ini dengan film seperti yang diaatas tadi, maka boleh kita
teruskan bawasanya,, Allah-lah yang memutar film itu dalam batin kita.19

19
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 273

Anda mungkin juga menyukai