Roy 25 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari
yang lalu. Nyeri perut muncul namun Roy tidak dapat menunjukkan dengan tepat
bagian yang paling sakit. 3 jam sebelum masuk RS, pasien mengeluh nyeri menetap
pada perut kanan bawah disertai demam, nyeri makin bertambah disertai rasa seperti
tertusuk-tusuk, pasien juga merasa mual dan muntah beberapa saat yang lalu. BAB
Step 1
Appensitis 1
Step 2
Appensitis 2
Step 3
4. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah USG, foto polos abdomen
untuk melihat tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus; kemudian juga dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan leukositosis, CPR,
Appensitis 3
pemeriksaan colok dubur, serta pemeriksaan urin untuk menyingkirkan
diagnosis banding terkait infeksi saluran kemih.
5. Nyeri pada perut kanan bawah dapat disebabkan karena adanya nyeri visceral,
atau juga karena posisi appendix yang terletak di kuadran kanan bawah.
9. Faktor resiko yang dapat menyebabkan keadaan tersebut pada scenario yaitu
karena factor kebiasaan. Kebiasaan makan rendah serat, jarang minum air,
sering menahan BAB, makanan tidak sehat yang mengandung bakteri, serta
mengonsumsi biji-bijian.
Appensitis 4
11. Komplikasi yang dapat timbul terkait penyakit yang diderita pasien sesuai
scenario diatas adalah peritonitis, sepsis, perforasi, abses, nekrosis appendix,
dan appendicitis kronik eksaserbasi akut.
12. Prognosis terkait kasus ini adalah dubia. Hal ini tergantung pada penanganan
yang dilakukan terhadap pasien.
13. Edukasi yang diberikan kepada pasien yaitu terkait kebiasaan pasien untuk
mengubah kebiasaan makan makanan rendah serat, makanan tidak sehat, biji-
bijian, jarang minum air serta sering menahan BAB.
Appensitis 5
Step 4
Mind Mapping
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Prognosis
Edukasi
Appensitis 6
Step 5
Learning Objectives
diambil.
Appensitis 7
Step 6
Belajar Mandiri
( Hasil belajar mandiri akan dibahas pada step 7 yaitu Jawaban Atas Learning
Objektif )
Step 7
Appensitis 8
1. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis-diagnosis banding berdasarkan
skenario.
1.1.Apendisitis
Etiologi
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis.
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix
sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi
infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab
obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada
sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi
appendiks meliputi: Hiperplasia folikel lymphoid, Carcinoid atau tumor
lainnya Benda asing (pin, biji-bijian), Kadang parasit, serta penyebab lain
yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix
oleh parasit E. histolytica.1
Manifestasi klinis
1) Tanda awal
nyeri mulai di epigastrium atau region umbilicus disertai mual dan
anorexia. Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5o
C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi
2) Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan
peritoneum lokal di titik Mc Burney nyeri tekan. Nyeri lepas defans
muskuler
3) Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada
tekanan kiri (Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanandi
sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s Sign)
Appensitis 9
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah peritonitis, abses subfrenikus,
infiltrat dan fokal sepsis intraabdominal lain.2
1.2.Ileus Obstruktif
Etiologi
Manifetasi klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual
muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi
di bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri abdomen. Distensi
abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus
menjadi sangat dilatasi.
a) Obstruksi sederhana
Appensitis 10
b) Obstruksi disertai proses strangulasi
Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut
dengan akibat peritonitis umum.3
1.3.Kolitis Ulseratif
Etiologi
Inflamasi yang terjadi pada usus besar atau colon dan rectum. Etiologi
colitis ulseratif masih belum diketahui penyebabnya. Namun berdasarkan
penelitian ditemukan adanya hubungan dengan faktor genetic, infeksi, dan
imunologik.
Manifetasi klinis
1) diare berdarah
2) nyeri abdomen
3) demam
4) penurunan BB
Appensitis 11
Komplikasi
1) Pendarahan hebat.
1.4.Kolik Renal
Etiologi
Sumbatan akibat batu ginjal atau batu ureter, namun dapat juga disebabkan
oleh sumbatan bekuan darah. Nyeri ginjal (renal colic), yang terasa di
pinggang, tidak menjalar, terjadi akibat regangan kapsul ginjal, sering
berhubungan dengan mual dan muntah. Nyeri kandung kemih (buli-buli),
terasa di bawah pusar.
Manifestasi klinis
Fase pertama adalah fase akut, dimana nyeri umumnya dimulai pada pagi
atau malam hari yang dapat membangunkan penderita dari tidur. Jika nyeri
dimulai pada siang hari, nyeri umumnya mulai perlahan. Nyeri pada kolik
renal umumnya semakin memburuk seiring waktu, terus menerus dan dapat
disertai serangan nyeri yang sangat hebat. Nyeri dapat mencapai intensitas
maksimum dalam 30 menit sampai 6 jam setelah timbul pertama kali (rata
– rata 1 – 2 jam). Fase kedua adalah fase konstan, dimana nyeri menetap
sampai nyeri diobati atau hilang dengan sendirinya. Fase ini umumnya
berlangsung 1 – 4 jam atau lebih lama. Fase ketiga adalah fase akhir yang
umumnya berlangsung selama 1,5 – 3 jam, dimana nyeri menghilang
Appensitis 12
dengan cepat. Kolik renal seringkali diikuti gejala lain seperti mual,
muntah, air seni berwarna cokelat kemerahan, sering merasa ingin buang
air kecil, dan tidak dapat menahan buang air kecil.5
diambil.
Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen. Pada
tahun 2006 dicatat bahwa Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321
juta kasus tiap tahun.6
Menurut Anderson dalam penelitiannya pada tahun 2012 bahwa penyakit ini
dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan pada usia 20-30
tahun, walaupun jarang ditemui diatas 65 tahun tetapi sering berakibat pada
apendisitis perforasi. Resiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang
hidupnya sekitar 6-9%, dimana di negara barat 7% dari penduduknya menderita
apendisitis akut dan memerlukan intervensi bedah.6
Menurut hasil penelitian Bachoo dkk, apendisitis akut lebih banyak ditemukan
pada mereka yang lebih banyak mengkonsumsi daging dibandingkan dengan
masyarakat yang mengkonsumsi tinggi serat. Di Amerika Serikat kasus
apendisitis meliputi 11 per 10.000 populasi dan perbandingan insiden pada laki-
laki dan wanita 3:1. Sekitar 70% kasus apendisitis terjadi pada usia dibawah 30
Appensitis 13
tahun khususnya terbanyak pada usia 15-30 tahun. Apendisitis akut sering
terjadi pada usia 20–30 tahun, dengan ratio laki- laki dibandingkan dengan
perempuan 1,4:1, resiko terjadi angka kekambuhan pada laki-laki 8,6% dan
perempuan 6,7 % di USA. Simpson dan Scholefied, mengatakan insiden
terjadinya apendisitis akut di UK pada laki-laki 1,5% dan 1,9% pada perempuan
per 1000 populasi setiap tahunnya dengan angka kekambuhan 6-20%. Di USA
7- 9% dari penduduknya menderita apendisitis akut dan memerlukan intervensi
bedah.6
Appensitis 14
Survey di 12 propinsi tahun 2008 menunjukan jumlah apendisitis yang dirawat
di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastis
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.236 orang. Di awal
tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat
apenditis, melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus
apendisitis yang tidak terlaporkan, Departemen Kesehatan mengatakan
apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional
karena mempunyai dampak pada kesehatan masyarakat.7
1) Kebiasaan makan
a. Rendah Serat
Penilitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis.
Konstipasi akan membuat naiknya tekanan intrasekal, yang
mengakibatkan timbulnya sumbatan fungsional appendix dan
meningkatkan pertumbuhan kuman flora kolon biasa, sehingga akan
menyebabkan terjadinya peradangan di appendix menjadi
appendicitis.8,9
b. Tinggi lemak
Apabila kadar kolesterol dalam darah meningkat, sedangkan
penyerapan serat makanan tertentu sangat kurang akibat konsumsi
lemak yang tinggi, maka tidak akan keluar dengan feses tetapi akan
menumpuk di usus dan mengakibatkan pembusukan dan terjadi
Appensitis 15
peradangan di kolon, peradangan mengakibatkan terjadinya
appendicitis.8,9
2) Umur
Semua orang dapat mengalami appendicitis, tetapi pada orang yang berusia
10-30 tahun bisa menyebabkan kegawatdaruratan abdomen. Dari hasil
penelitian, 1% dari hasil kasus bedah, sangat jarang terjadi pada infant,
kejadiannya bertambah dengan umur, dengan puncaknya umur 10-30 tahun
laki-laki dibanding perempuan di usia remaja 3:2 menjadi 1:1 sesudah usia
25 tahun.8,9
3) Jenis kelamin
Appendicitis terjadi 15-20% pada laki-laki, lebih sedikit daripada
perempuan. Hal ini disebabkan oleh appendix yang terletak berdekatan
dengan tuba fallopi dan kandungan.8,9
5) Riwayat keturunan
Hiraiwa dkk, menemukan dalam penilitian skala besar dikeluarga Jepang
bahwa 40% dengan dua orang anak dan 20% dengan satu orang anak dapat
terjadi appendicitis akut selama masa kanak-kanak. Tetapi kecenderungan
keluarga untuk mengalami appendicitis akut dapat juga terjadi oleh karena
faktor lingkungan seperti infeksi bakteri tertentu, kebiasaan makanan
tertentu, atau perbedaan genetik dalam resisten terhadap infeksi bakteri.8,9
Appensitis 16
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patomekanisme berdasarkan diagnosis kerja
tersebut.
Appendisitis akut diawali dengan adanya obstruksi pada lumen appendiks yang
dapat diperantarai oleh hyperplasia folikel lymphoid, fekalit, benda asing,
striktur karena fibrosis dan juga neoplasma. Karena hasil sekresi appendiks
tidak dapat di salurkan menuju caecum oleh adanya obstruksi maka akan terjadi
distensi dan peregangan appendiks. Normalnya kapasitas lumen appendiks
hanya sekitar 0,1 ml, namun apabila obstruksi terjadi maka dapat meningkat
menjadi 0,5, keadaan ini secara langsung dapat meningkatkan tekanan intra-
luminal appendiks. Jika keadaan ini terus berlangsung maka akan terjadi
gangguan drainase pembuluh limpatik sehingga edema akan meningkat dan
memungkinkan terjadinya infeksi. Pada akhirnya efek dari obstruksi ini akan
mengakibatkan terjadinya keadaan appendicitis akut yang di tandai oleh nyeri
epigastrium yang tumpul, difus dan samar akibat dari perangsangan visceral
N.T9 & T10. 10,11,12
Bila keadaan ini terus berlanjut dimana terjadi peningkatan sekresi mucus dan
tekanan intra-luminal maka dapat menyebabkan obstruksi vena sehingga edema
bertambah. Keadaan ini juga dapat meningkat peluang terjadi infeksi bakteri
pada dinding appendiks sehingga peradangan akan meluas dan dapat mengenai
peritoneum setempat. Efek yang ditimbulkan adalah rasa nyeri somatik yang
Appensitis 17
lokal dan jelas pada perut kanan bawah. Keadaan ini disebut sebagai
Appendisitis supuratif akut. Bila pada perkembangan tekanan luminal tetap
meningkat dan terjadi iskemia akibat gangguan vascular arteri, maka dapat
menimbulkan necrosis pada appendiks. Keadaan ini disebut sebagai
appendicitis gangrenosa yang jika dinding appendisitisnya rupture maka
disebut sebagai Appendisitis perforata. 10,11,12
Operasi: 13,14
1) Apendiktomi
2) Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforata bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massa mungkin mengecil,
atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa
Appensitis 18
hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6
minggu sampai 3 bulan
Appensitis 19
adalah ampisilin (100 mg/kg/24 jam), gentamisin (5 mg/kg/24 jam), dan
klindamisin (40 mg/kg/24 jam), atau metrobnidazole (Flagyl) (30 mg/kg/24
jam). Apendiktomi dilakukan dengan atau tanpa drainase cairan peritoneum,
dan antibiotik diteruskan sampai 7 -10 hari. 13,14
Terapi sementara untuk 8-12 minggu adalah konservatif saja. Pada anak kecil,
wanita hamil, dan penderita umur lanjut, jika secara konservatif tidak membaik
atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya. 13,14
Appensitis 20
operasi, semakin besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam setelah
onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus
buntu, operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda. 15
Appensitis 21
REFERENCES
Appensitis 22
12. Hasya MN. Appendisitis akut. USU Institutional Repository. Universitas
Sumatra Utara.[Internet] 2012 [Diambil pada 20 Juni 2016] Diambil pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31374/4/Chapter%20II.pdf
Appensitis 23