Anda di halaman 1dari 19

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA

STROKE HEMORAGIK

KARYA TULIS ILMIAH

Digunakan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh :

NABILLA HASNA KUSUMANINGTYAS

P27226016087

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN FISIOTERAPI

PROGRAM DIPLOMA III FISIOTERAPI

2016
BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan adalah upaya untuk dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakatyang setinggi-tingginya (Depkes, 2009). Upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi tingginya pada mulanya berupa penyembuhan
penyakit, kemudian secara berangsur angsur berkembang ke arah keterpaduan
upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat
secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.

Fisioterapi merupakan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada


individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektris, mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.berdasarkan Kepmenkes
nomor 517 tahun 2008, fisioterapi sebagai salah satu bagian dari tim kesehatan
yang mempunyai disiplin ilmu juga tidak lepas dari upaya upaya kesehatan
melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Fisioterapi
berperan dalam pendekatan tersebut terutama rehabilitasi pada pasien pasca
stroke.

A. Latar Belakang

Menurut WHO, 1995 yang dikutip oleh Soetedjo Widjojo (2013) stroke
merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global, yang berlangsung cepat dan mendadak yang dapat
menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa
penyebab lain kecuali gangguan vaskuler.

Stroke disebabkan oleh terganggunya suplai darah ke otak, bisa


disebabkan karena pecahnya pembuluh darah atau tersumbat akibat suatu
gumpalan pada pembuluh darah tersebut. Hal ini akan memotong pasokan oksigen
dan nutrisi ke otak sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan otak ,
manifestasinya adalah terjadi kehilangan fungsi dari area otak yang mengalami
gangguan.

Stroke menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia setelah


penyakit kanker dan jantung. Di Indonesia stroke berada pada peringkat pertama
penyebab kematian di semua umur. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan tahun 2007
stroke juga menempati peringkat pertama sepuluh besar penyakit tidak menular di
Indonesia dengan presentase 26,9% dimana prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per
1000 penduduk.

Tuntunan kehidupan yang semakin berkembang disegala aspek membuat


masyarakat kurang memperhatikan kesehatannya. Pekerjaan dan aktivitas yang
padat mengakibatkan masyarakat menjadi malas berolahraga dan terbiasa
mengkonsumsi makanan cepat saji. Selain itu pola makan menjadi tidak teratur
dan istirahat pun kurang. Tidak hanya pada kalangan usia lanjut, para pemuda pun
sudah terbiasa dengan keadaan ini sehingga tidak dapat dipungkiri angka kejadian
stroke meningkat secara dramatis seiring usia.

Secara garis besar stroke dibedakan menjadi 2 yaitu stroke sumbatan (non
haemoragic) dan stroke pendarahan (haemoragic). Stroke sumbatan dapat
disebabkan karena adanya sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu
di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses ateroklerosis dan dipercepat
berasal dari tempat lain. Sedangkan stroke pendarahan disebabkan oleh pecahnya
cabang pembuluh darah tertentu di otak akibat dari kerapuhan dinding yang sudah
berlangsung lama, biasanya karena proses penuaan pada lansia.
Permasalahan yang timbul akibat dapat bermacam-macam tergantung pada
gangguan pembuluh darah mana yang terserang. Pada stadium akut problematik
yang sering muncul antara lain gangguan fungsi motoris yaitu abnormalitas tonus
(hipotonus) akibatnya penderita mengalami kelemahan pada satu sisi anggota
tubuhnya maupun salah satu anggota geraknya sehingga tidak dapat digerakkan,
dan juga gangguan sensoris.

Akibat tirah baring yang lama pada penderita pasca serangan stroke
potensial terjadi 1) dekubitus, 2) udema anggota gerak yang lesi. Tirak baring
yang lama juga akan mengakibatkan terjadinya penurunan kapasitas paru dan
timbunan mukus. Terjadi penurunan tonus dan propioreseptor serta terjadi
potensial penurunan ROM (range of motion) yang dapat mengganggu aktivitas
fungsional.

Penanganan atau intervensi pada stroke secara dini pasca terjadinya


serangan dapat mengembalikan fungsional lebih baik. Intervensi yang tidak
diberikan atau tidak tepatnya intervensi dapat mengakibatkan penurunan kapasitas
fungsional pada perderita pasca stroke. Maka untuk meminimalisir kecacaatan
dilakukan rehabilitasi. Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk
mengatasi problematik tersebut adalah terapi latihan, antara lain positioning,
breathing exercise, stimulasi, latihan gerak passif latihan gerak aktif untuk
kemampuan fungsional penderita pasca stroke haemoragic.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah di atas, maka dalam karya tulis ilmiah
isi penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengatasi stroke haemoragic?


2. Bagaimana cara penatalaksanaan terapi latihan pada penderita stroke
hemoragik ?
3. Apakah terapi latihan meningkatkan motorik fungsional ?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah : (1) Untuk mengetahui cara
mengatasi stroke hemoragik, (2) untuk mengetahui penatalaksanaan terapi latihan
pada penderita stroke hemoragik, dan (3) untuk mengetahui apakah dengan terapi
latihandapat meningkatkan motorik fungsional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Bagi penulis manfaat karya tulis ilmiah yang berjudul penatalaksanaan


fisioterapi pada penderita pasca stroke haemoragic stadium akut ini adalah : (1)
menambah wawasan dan mengembangkan ilmu fisioterapi tentang
penatalaksanaan pasca stroke haemoragic stadium akut, (2) meningkatkan
kemampuan dalam mempelajari , mengidentifikasi masalah dan mengambil suatu
kesimpulan.

2. Manfaat bagi institusi

Manfaat bagi institusi adalah agar dapat menambah wawasan dan


memperkaya dalam bidang keilmuan.

3. Manfaat bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat adalah (1) diharapkan agar dapat memberikan


pengetahuan kepada masyarakat khusunya keluarga mengenai latihan-latihan
pasca stroke akut, (2) memberi informasi kepada masyarakat khususnya penderita
stroke akut bahwa rehabilitasi secara komprehensif sesuai kebutuhan dapat
mengembalikan kapasitas fisik dan fungsional pasien.
BAB II

LANDASAN TEORI

Fisioterapi merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan


atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang
kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.778 Tahun


2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan, fisioterapi
adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau
kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan
fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik,
mekanis, gerak, dan komunikasi. Fisioterapi dapat melatih pasien
dengan olahraga khusus, penguluran dan bermacam-macam teknik dan
menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi
pasien yang tidak dapat diatasi dengan latihan–latihan fisioterapi.

Macam macam fisioterapi adalah :

PEDIATRI
Banyak permasalahan-permasalahan pada anak yang bisa ditangani oleh
Fisioterapi dengan tujuan meningkatkan kemampuan anak dalam keterbatasan
fungsi dan gerak tubuh seperti Cerebral Palsy (CP), Down Syndrom, Autis, dan
masalah-masalah dengan kebutuhan khusus lainnya.
Disini seorang Fisioterapis berfungsi sebagai pelatih, menyiapkan
orangtua dan penderita dengan strategi dan melatihnya dimana dapat membantu
maningkatkan penampilan di rumah, sekolah, dan masyarakat.

GERIATRI
Bertambahnya usia maka aktifitas gerak individu seperti keterampilan
daya tahan, kekuatan semakin menurun sehingga menghambat
aktifitasnya. Masalah-masalah yang timbul seperti Stroke, berkurangnya daya
ingat, dan lain-lain.
Disini Fisioterapi membantu agar kualitas hidup bisa dipertahankan untuk
tetap aktif sesuai dengan pera dan tanggung jawabnya.

MUSKULOSKELETAL
Inilah yang sering terjadi pada masyarakat umumnya. Terutama akibat dari
peningkatan aktivitas. Seperti ketegangan otot atau Spasme, Sprain, nyeri pada
persendian dan lain-lain. Biasanya ini diakibatkan oleh posisi yang salah saat
beraktivitas. Misalnya posisi duduk yang salah saat sedang bekerja, posisi duduk
yang terlalu lama, posisi saat mengangkat beban yang salah. Itu semua
menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman. Fraktur atau patah tulang
juga bisa saja terjadi akibat kecelakaan kerja atau saat sedang melakukan aktivitas
lain seperti berolahraga dan bermain, dan sebaiknya segera ditangani dengan baik
dan cepat.
Disinilah fungsi seorang Fisioterapis dibutuhkan, yaitu untuk
mengembalikan fungsi otot, sendi dan tulang agar kembali normal.

KARDIO-PULMONAL
Peran Fisioterapi pada kondisi jantung dan paru-paru difokuskan pada
aspek pemulihan fisik, khususnya meminimalkan kondisi akibat bed rest,
peningkatan fungsi cardio-pulmonal dan perbaikan fungsi musculuskeletal.
Dimulai dengan assesment, breathing exercise, assisted atau aktiv exercise untuk
pasien tertentu. Mengawasi proses ambulasi atau perpindahan tempat, menaiki
tangga dan aktivitas lainnya. Memprogramkan home exercise, edukasi pada
pasien dan keluarga, serta modifikasi aktivitas.
Selanjutnya Fisioterapis tetap melaporkan kemajuan yang terkait dengan
kondisi fisik pasien serta tetap berkonsultasi dengan dokter.

NEUROLOGI
Fisioterapi neurologi adalah membantu orang-orang yang mengalami
kelianan atau penyakit pada neurologist (saraf), seperti penyakit Alzheimer,
Cerebral Palsy, Cedera/Gegar Otak, Multiple Sclerosis, Parkinson, Cedera Saraf
Tulang Belakang dan Stroke.
Umumnya, kelainan yang terkait dengan kondisi neurologi berupa
gangguan yang terjadi pada penglihatan, keseimbangan, aktivitas dan gerakan dan
berkurangnya kebebasan fungsional tubuh.

OLAHRAGA
Fisioterapi Olahraga bertugas menjaga pemain agar selalu dalam kondisi
bagus sebelum pertandingan. Selain itu juga membuat program rehabilitasi untuk
menangani pemain yang cedera seperti Spasme dan lepasnya persendian akibat
posisi yang salah ketika jatuh. Fisioterapi Olahraga bertanggungjawab dengan
kebugaran pemain agar pola hidup mereka tidak asal-asalan. Fisioterapis juga
menjaga nutrisi para pemain dan berhubungan dengan pelatih. Caranya dengan
memberitahu dia mengenai kondisi pemain sebelum menjalani pertandingan.

A. Definisi Stroke

Stroke didefenisikan sebagai penyakit atau gangguan yang diakibatkan


cacat fungsional otak fokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dan hal ini dapat
mengakibatkan cacat dan kematian; akibat gangguan aliran darah ke otak karena
pendarahan ataupun non pendarahan (Junaidi, 2004).
Shimberg (1998) menyatakan bahwa stroke merupakan penyakit
serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan
otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen
ke otak atau keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak
mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Defenisi stroke menurut WHO adalah:
”Stroke is rapidly developing clinical sign of fokal or global disturbance of
cerebral function with symptoms lasting 24 hours or longer, or leading to death
with no apperent cause other than vascular signs”
Dari defenisi di atas dapat dikatakan bahwa stroke adalah terjadinya
gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang
berlangsung lebih dari 24 jam; akibat gangguan aliran otak.
Penyakit serebrovaskuler atau stroke yang menyerang kelompok usia di
atas 40 tahun adalah akibat patologi pada sistem pembuluh darah otak, proses ini
dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombus (pecahan bekuan
darah/plak) atau emboli (udara, lemak), dan pecahnya pembuluh darah otak.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat
bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, ataupun bersifat
sekunder akibat proses lain seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan
diabetes melitus, oleh karena itu penyebab stroke sangat kompleks ( Misbach,
1997).
Sarafino (2006) menyatakan bahwa stroke adalah kondisi dimana
terjadinya kerusakan pada sebahagian otak disebabkan karena pembuluh darah
yang tersumbat sehingga oksigen tidak terpenuhi dengan baik. Penyakit stroke
merupakan penyebab kematian utama di dunia dan dapat menyebabkan kematian,
kelumpuhan, gangguan bicara, menurunkan kesadaran dan banyak akibat yang
lainnya. Penyakit stroke ini dapat terjadi karena gangguan penyakit lain seperti
jantung, diabetes mellitus dan hipertensi.
Stroke timbul akibat tersumbatnya peredaran darah pada otak dengan
gejala yang spontan dan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh
otak tidak dapat diedarkan dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan radang
fungsi otak, dan jika terjadi dalam waktu yang lebih lama dapat mengakibatkan
pusing, pingsan, lumpuh bahkan kematian (Idris, 2007).
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa stroke
adalah gangguan saraf yang diakibatkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak,
yang terjadi sekitar 24 jam atau lebih yang mengakibatkan aliran darah ke otak
mengalami gangguan sehingga nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhi dengan baik. Peneliti memasukkan teori defenisi stroke, sebagai
tambahan informasi kepada pembaca, agar mengetahui lebih jelas tentang
penyakit stroke.

B. Klasifikasi Stroke
Raymond (dalam Junaidi, 2004) menyatakan bahwa secara umum stroke
dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu stroke iskemik dan stroke haemoragik.
Stroke dapat diklasifikasikan dengan beberapa jenis dari kedua bagian besar
stroke tersebut yaitu:
a. Stroke Iskemik
Apabila terjadi kekurangan darah atau kurangnya perfusi suatu jaringan
disebabkan kurangnya atau tidak adanya suplai darah, maka keadaan ini disebut
iskemia. Stroke iskemik merupakan penyakit yang diawali dengan terjadinya
serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani
maka akan berakhir dengan kematian bagian otak tersebut, hal ini terjadi karena
suplai darah ke otak terhambat atau terhenti disebabkan penyumbatan pembuluh
darah oleh thrombus ataupun embolus. Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke
iskemik (non hemoragik) dikelompokkan menjadi:
1) Transient Ischemic Attack (TIA) : serangan stroke sementara yang
berlangsung kurang dari 24 jam. TIA biasanya disebabkan oleh
sumbatan karena trombus atau emboli, gejala dan tanda-tandanya
sesuai dengan bagian yang terserang.
2) Reversible Ischemic Neurologic Defisit (RIND): Gejala Neurologis
akan menghilang setelah 24 jam sampai dengan 21 hari.
3) Progressing Stroke atau Stroke in Evolution: Kelumpuhan/defisit
neurologis berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai
menjadi berat. Stroke Komplit atau Completed Stroke: kelainan
neurologis sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
b. Stroke Hemoragik
Stroke pendarahan disebabkan oleh pendarahan suatu arteri serebralis yang
disebut dengan hemoragik. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk
ke jaringan otak. Hal ini dapat menyebabkan individu yang terserang stroke
mengalami sakit kepala, gangguan kesadaran, lumpuh sebelah badan, koma
bahkan kematian.
a. Pendarahan Intraserebral (PIS) diakibatkan oleh pecahnya pembuluh
darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan
kemudian masuk ke dalam jaringan otak. Penyebab PIS biasanya
dikarenakan hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi kerusakan
dinding pembuluh darah. Faktor pencetus lainnya adalah stress fisik,
emosi dan peningkatan tekanan darah yang mendadak sehingga
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah.
b. Pendarahan Subarakhnoid (PSA) yaitu masuknya darah ke ruang
subarakhnoid baik dari tempat lain (pendarahan subarakhnoid
sekunder maupun primer). Peneliti memasukkan teori tentang
klasifikasi stroke, dikarenakan hal ini memberikan informasi kepada
peneliti tentang penyebab dari jenis-jenis stroke yang dialami oleh
penderita stroke.

C. Faktor Resiko Stroke


Faktor resiko stroke adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang
rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko stroke umumnya dibagi 2 golongan
besar (Junaidi, 2004):
1) Faktor resiko yang tidak dapat di kontrol:
a. Umur
Jika seseorang semakin tua maka kejadian stroke semakin tinggi.
Setelah individu berumur 45 tahun maka resiko stroke iskemik
meningkat dua kali lipat pada tiap dekade.
b. Ras/bangsa
Ras dari suku bangsa Afrika/Negro, Jepang dan Cina lebih sering
terserang stroke. Di negara Indonesia, suku Batak dan Padang lebih
sering menderita penyakit stroke daripada suku Jawa.
c. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih beresiko dibandingkan dengan wanita dengan
perbandingan 3:2. Pada laki-laki cenderung mengalami stroke iskemik,
sedangkan wanita lebih sering menderita haemoragik dan kematiannya
dua kali lipat di bandingkan dengan laki-laki.

d. Riwayat Keluarga (Orang tua, saudara)


Keluarga yang pernah mengalami stroke pada usia muda, maka
anggota keluarga lainnya memiliki resiko tinggi untuk mendapatkan
serangan stroke.
2) Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik maupun pendarahan,
tetapi kejadian stroke pendarahan akibat hipertensi lebih banyak akibat
hipertensi sikitar 80%. Hipertensi merupakan penyebab utama
terjadinya komplikasi kardiovaskuler dan merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat yang mangalami transisi dalam sosial ekonomis.
b. Kencing manis (Diabetes mellitus)
Kencing manis dapat menyebabkan stroke iskemik karena
terbentuknya plak aterosklerotik pada dinding pembuluh darah yang
disebabkan gangguan metebolisme glukosa sistemik. Peningkatan
resiko stroke pada pasien diabetes diduga karena hiperinsulinemia.
c. Alkohol
Konsumsi alkohol mempunyai efek ganda atas resiko stroke, yang
menguntungkan dan merugikan. Apabila minum sedikit alkohol secara
merata setiap hari akan mengurangi kejadian stroke iskemik dengan
jalan meningkatkan HDL dalam darah. Tetapi apabila meminum
banyak alkohol sehari, maka akan menambah resiko stroke.
d. Merokok
Kebiasaan merokok memiliki kemungkinan untuk menderita stroke
lebih besar, karena dengan merokok dapat menyebabkan
vasokonstriksi (menyempitnya pembuluh darah). Resiko meningkatnya
stroke sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok.
e. Stres
Stres dapat mempengaruhi dan menurunkan fungsi imunitas tubuh
serta juga menyebabkan gangguan fungsi hormonal. Ada beberapa
bentuk stress yang dapat menyebabkan seseorang terkena serangan
stroke yaitu:
 Stres psikis seperti mental atau emosional
 Stres fisik dapat berupa aktivitas fisik yang berlebihan
misalnya bekerja secara berlebihan. Jika stres psikis tidak
dikontrol dengan baik, maka akan menimbulkan keadaan
bahaya pada tubuh, respon tubuh secara berlebihan akan
menghasilkan hormon-hormon yang membuat tubuh waspada
seperti kortisol, katekolamin, epinefrin, dan adrenalin yang
berdampak buruk bagi tubuh.
f. Obesitas/Kegemukan
Obesitas dapat memicu proses aterosklerosis yang dihubungkan
dengan hipertensi, hiperlipidemia, dan kencing manis.
g. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA merupakan serangan stroke yang dapat mengakibatkan
kelumpuhan yang sementara namun serangan ini dapat memacu stroke
yang lebih parah pada waktu yang berikutnya. Peneliti memasukkan
teori faktor-faktor yang menyebabkan stroke, mengingat bahwa stroke
dapat terjadi karena lebih dari satu faktor yang mengakibatkan
kejadian stroke dan faktor-faktor diatas merupakan penyebab
kelumpuhan bagi individu pascastroke.

D. Penderita Kelumpuhan Pascastroke


Pascastroke didefenisikan sebagai suatu keadaan individu setelah
mengalami terjadinya serangan stroke (brain attack). Jika seseorang terkena
serangan stroke maka yang terserang adalah bagian otak yang merupakan pusat
kendali bagi seluruh tubuh. Keadaan yang dialami oleh individu pascastroke akan
berdampak pada fisik dan psikologis penderita (Lumbantobing, 2001).
Pascastroke juga merupakan kondisi dimana individu kehilangan kendali
atas bagian atas bagian-bagian tertentu dalam tubuh serta pikirannya, hampir
semua individu pascastroke tidak lagi dapat melakukan gerakan yang sempurna
pada bagian tubuh tertentu dan individu mengalami kemunduran fungsi fisik dan
perubahan pada perilakunya. Sering sekali pada pascastroke diberikan program
rehabilitasi berlanjut ataupun rawat jalan. Pascastroke mengalami berbagai
masalah seperti masalah fisik, mental, seksual, emosional, lingkungan, dan
pekerjaan (Idris, 2007).
Setelah individu terserang stroke maka dapat mengakibatkan penderita
sembuh sempurna karena yang dideritanya adalah stroke ringan, ada juga yang
mengakibatkan kelumpuhan berat seperti mati sebelah badan, tangan terasa kaku,
lumpuhnya otot-otot tubuh yang lain, terganggunya sistem memori dan emosi
(Idris, 2007).
Sutrisno (2007) menyatakan bahwa kondisi penderita kelumpuhan
pascastroke mengalami keterbatasan fisik, dan adanya efek psikologis terhadap
kondisi cacat yang dialami penderita. Penderita kelumpuhan pascastroke biasanya
menjadi pribadi yang pemurung, putus asa, sedih, mudah tersinggung dan kecewa.
Dari defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penderita
kelumpuhan pascastroke adalah kondisi individu setelah terserang stroke (brain
attack) sehingga mengakibatkan kelumpuhan pada individu dan pada umumnya
akan berdampak pada fisik dan psikologis individu.

E. Gejala dan Tanda yang Diakibatkan oleh Stroke


Gejala dan tanda yang sering dijumpai pada individu individu yang sedang
mengalami dan setelah terserang oleh stroke. Junaidi (2004) menyatakan bahwa
stroke mengakibatkan berbagai gangguan fisik sehingga mengakibatkan individu
mengalami keterbatasan dalam hidupnya, gangguan fisik tersebut adalah:
a. Adanya serangan defisit neurologis/ kelumpuhan fokal, seperti:
hemipares yaitu kelumpuhan pada sebelah badan yang kanan atau kiri
saja.
b. Baal atau mati rasa sebelah badan, sering terasa kesemutan dan
terkadang seperti terasa terbakar.
c. Mulut mencong, hal ini disebabkan karena lidah mencong apabila
diluruskan, sehingga individu mengalami kesulitan untuk berbicara,
kata-kata yang diucapkan tidak sesuai dengan keinginan dan juga bisa
mengalami gangguan berbicara berupa pelo, rero, sengau dan kata-
katanya kurang dapat di pahami.
d. Sulit untuk makan dan meneguk minuman. Fungsi menelan pada
penderita stroke mengalami penurunan, karena funsi menelan
dikendalikan oleh sarafyang berasal dari kedua hemisfer otak.
e. Mengalami kekakuan ataupun kesulitan ketika berjalan, hal ini
diakibatkan kelumpuhan pada penderita stroke (spastisitas)
f. Pendengaran yang kurang baik.
g. Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan, sempoyongan,
atau kehilangan koordinasi sebelah badan.
h. Gangguan kesadaran seperti pingsan bahkan sampai koma.
Masalah fisik yang dihadapi oleh penderita kelumpuhan pascastroke
sangat berdampak pada aktivitas sehari-hari individu. Keterbatasan yang dialami
oleh penderita kelumpuhan pascastroke akan sangat mempengaruhi kehidupan
penderita. Untuk melihat tingkat keparahan kelumpuhan atau kecacatan stroke,
berikut ada skala yang digunakan yaitu Skala Kecacatan Stroke (The Modified
Rankin Scale):
a) Kecacatan derajat 0
Tidak ada gangguan fungsi
b) Kecacatan derajat 1
Hampir tidak ada gangguan fungsi pada aktivitas sehari-hari atau
gangguan minimal. Pasien mampu melakukan tugas dan kewajiban sehari-
hari.
c) Kecacatan derajat 2 (Ringan)
Pasien tidak mampu melakukan beberapa aktivitas seperti sebelumnya,
tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
d) Kecacatan derajat 3 (Sedang)
Pasien memerlukan bantuan orang lain, tetapi masih mampu berjalan
sendiri tanpa bantuan orang lain, walaupun mungkin membutuhkan
tongkat.
e) Kecacatan derajat 4 (Sedang)
Pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain, perlu bantuan orang
lain untuk menyelesaikan sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke
toilet, merias diri, dan lain-lain.
f) Kecacatan derajat 5 (Berat)
Pasien tepaksa terbaring di tempat tidur dan kegiatan buang air besar dan
kecil tidak terasa (inkontinensia), memerlukan perawatan dan perhatian.
Peneliti memasukkan skala kecacatan stroke tersebut mengingat bahwa
asumsi peneliti yang mengganggap bahwa tingkat keparahan dari kelumpuhan
yang dialami oleh penderita pascastroke akan berdampak pada penyesuaian
individu tersebut.

F. Masalah Psikologis Pascastroke


Pada saat individu mengalami penyakit kronis seperti stroke, maka
individu dan keluarganya akan mengalami goncangan dan ketakutan, hal ini
disebabkan sesuatu yang dialami tidak pernah diduga sebelumnya. Shimberg
(1998) menyatakan bahwa penyakit stroke dapat mempengaruhi psikologis
penderita pascastroke, ada beberapa masalah psikologis yang dirasakan oleh
penderita pascastroke yaitu:
a. Kemarahan
Kebanyakan penderita stroke, mengekspresikan amarahnya adalah hal
yang sulit bahkan seringkali merasa tidak mau patuh, melawan para
perawat, dokter dan ahli terapinya. Mereka juga bisa memaki-maki dengan
kata-kata yang menyakitkan dan memukul secara fisik. Penderita juga
sering memiliki amarah yang meledak-ledak.
b. Isolasi
Penderita kelumpuhan akibat stroke dapat mengakibatkan individu
melakukan penarikan diri terhadap lingkungan, karena perasaan mereka
sering terluka karena sering tidak diperdulikan oleh orang lain. Seringkali
teman-teman mereka meninggalkan mereka sendirian karena mereka tidak
tahu bagaimana harus bereaksi dengan penderita kelumpuhan tersebut.
c. Kelabilan emosi
Penderita stroke memiliki reaksi-reaksi emosional yang membingungkan.
Kelabilan emosi merupakan gejala yang aneh, terkadang penderita stroke
tertawa atau menangis tanpa alasan yang jelas. Tangisan yang tidak dapat
dikontrol padahal dulunya penderita bukanlah orang yang emosional.
Emosi yang sebaliknya juga dapat terjadi, yaitu tertawa yang tidak dapat
dikontrol.
d. Kecemasan yang berlebihan
Sebahagian penderita mungkin memperlihatkan rasa ketakutannya ketika
keluar rumah, keadaan ini dinamakan agorafobia. Hal ini terjadi karena
mereka merasa malu ketika bertemu dengan orang lain, sekalipun dengan
teman lamanya. Perasaan malu ini mungkin timbul akibat adanya
gangguan pada kemampuan bicara dan kelumpuhannya.
e. Depresi
Depresi adalah perasaan marah yang belangsung di dalam batin, beberapa
depresi tidak hanya bersifat reaktif, tetapi penderita kelumpuhan
pascastroke akan bereaksi terhadap semua kehilangannya dan merasa
putus asa. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)-
IV merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis depresi. Jika manifestasi depresi muncul dalam bentuk keluhan
yang berkaitan dengan mud (mood) (seperti murung, sedih, rasa putus
asa). Gejala depresi terdiri dari penurunan mud (mood), gangguan kognitif,
vegetatif, retardasi psikomotor. Gangguan emosi berupa gangguan mood
depresi, sedih atau murung, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari
hubungan interpersonal, preokupasi dengan kematian ide-ide bunuh diri
atau bunuh diri. Gambaran kognitif dapat berupa mengeritik diri sendiri,
perasaan tak berharga, rasa bersalah, pesimis, tak ada harapan, putus asa
bingung, konsentrasi buruk. Gambaran vegetatif dapat berupa lesu dan
seperti tidak ada tenaga, tidak bisa tidur atau terlalu banyak tidur, tidak
mau makan atau terlalu banyak makan, penurunan berat badan atau
penambahan berat badan. Gangguan depresi merupakan gangguan emosi
yang paling sering dikaitkan dengan stroke.
Berbagai reaksi yang dapat terjadi pada penderita kelumpuhan pascastroke
dapat mengakibatkan masalah psikologis bagi penderita. Peneliti memasukkan
teori ini mengingat bahwa gejala psikologis dapat mempengaruhi penghayatan
hidup individu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Seripayku.blogspot.com/2008/06/latihan-pada-stroke.html
2. Bonchessociales.blogspot.com/2015/06/fisioterapi-pasca-stroke.html?m=1
3. Catatan-fisioterapi.blogspot.com/2009/12/latihan-stroke.html?m=1
4. stroke-hemoragik.blogspot.co.id
5. https://www.google.co.id/search?q=penatalaksanaan+fisioterapi+pada+troke+
hemoragik&oq=pe&aqs=chrome.1.69i57j69i59j69i60l3.2869j0j7&sourceid=c
hrome&ie=UTF-
8#q=penatalaksanaan+fisioterapi+pada+stroke+hemoragik&start=10
6. http://syahria05nananana.blogspot.co.id/2013/10/fisioterapi-pasca-stroke.html
7. https://www.google.co.id/search?q=penatalaksanaan+fisioterapi+pada+troke+
hemoragik&oq=pe&aqs=chrome.1.69i57j69i59j69i60l3.2869j0j7&sourceid=c
hrome&ie=UTF-
8#q=penatalaksanaan%20fisioterapi%20pada%20stroke%20pdf
8. http://sulfandyphysio.blogspot.co.id/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none.html
9. Ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-stroke-penyebab-gejala-dan-mencegah/
10. www.alodokter.com/stroke

Anda mungkin juga menyukai