Anda di halaman 1dari 4

KASUS

1. HIV AIDS pada bayi baru lahir


2. BBLR
3. Sepsis Neonatorum
4. RDS (Respiratory distress syndrom)
5. Patent Ductus Arteriosus
6. Necrotizing Enterocolitis
7. Hiperbilirubinemia

Kasus 1
Bayi AA (laki-laki) usia 2 hari dirawat di ruang perinatologi dengan dignosa medis
tersangka sepsis. Bayi lahir dengan cara SC atas indikasi gawat janin ketuban pecah dini 4
jam. Faktor risiko ibu dengan HIV positif. Apgar score 7/9. Saat lahir bayi menangis lemah,
gerakan sedikit dan biru 1 kali. Berat badan lahir 1485 gram, usia gestasi: 34 minggu. Pada
saat usia 10 menit pasien terpasang CPAP sampai dengan 50 menit. Usia 12 jam tampak
sering apnea, kemudian diberikan aminofilin. Pada saat dilakukan pengkajian, keadaan
umum lemah, pasien dirawat dalam inkubator dengan setting suhu inkubator 32,5°C. Tanda-
tanda vital: suhu tubuh: 37°C, nadi: 154 X/menit, pernapasan 48 X/menit, saturasi oksigen
100%.

Kasus 2
Bayi Ny. E usia 3 hari lahir premature usia gestasi 34 minggu. Bayi Ny. E lahir secara Sc atas indikasi
ibu PEB. Berat badan lahir 1634 gram, PB 42 cm, LK : 29,5 cm, LD: 26 cm dan LL: 8 cm. . Bayi Ny.
E, lahir dengan usia gestasi 34 minggu neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB SMK).
Diagnosa medis saat dilakukan pengkajian adalah BBLR. Pada saat dilakukan pengkajian, bayi Ny. E
dirawat dalam inkubator, tampak sakit sedang, dengan tanda-tanda vital: Suhu tubuh: 36,1 ºC dengan
suhu inkubator 31ºC, nadi pernapasan 48 X/ menit, nadi 148 X/menit. Bayi E mendapatkan diet Asi 8
X 20 cc. Bayi E sudah ada reflek menghisap dan menelan namun reflek menghisap masih lemah
sehingga sering brestfeeding tidak mencukupi. Berat badan saat ini adalah 1640.

Kasus 3
Bayi Ny. W laki-laki usia 1 hari dengan usia gestasi 35 minggu berat lahir 1950 gram. Bayi
lahir spontan. Saat lahir bayi langsung menangis FDJ > 100 X/menit. Apgar score 9/10, lahir
dari ibu PEB. Faktor risiko ibu: Leukositosis 21.900/ ul, GDS 85 g/dl.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan data: Bayi dirawat dalam inkubator, kompos mentis,
bernapas spontan tanpa oksigen. Tanda-tanda vital: Nadi: 146X/menit, pernapasan:
65X/menit, suhu: 38,5°C. Diagnosa Medis: Sepsis Neonatorum awaitan dini
Hasil pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 18,8 g/dl 15-24
Ht 56% 44-70
Trombosit 125.000/ul 150.000-400.000
Leukosit 16.000/ul 9.100-34.000
IT ratio 0,13

Kasus 4
Bayi NF laki-laki usia 3 hari dirawat di ruang SCN2 hari ke-3. Bayi NF adalah neonatus kurang
bulan sesuai masa kehamilan dengan diagnosa medis distress pernapasan e.c Hialin membran
disease. Bayi lahir dengan usia gestasi 32 minggu dan berat lahir 1450 gram. Bayi lahir dengan
dengan SC atas indikasi gawat janin. Pada saat dilakukan pengkajian bayi berusia 3 hari. Bayi
sadar, dirawat dalam inkubator dengan setting suhu 33°C. Pernapasan pasien masih dibantu
dengan buble CPAP dengan PEEP 7 dan FiO2 21%. Pasien tampak agak sesak, ada retraksi
minimal. Pernapasan 52 X/menit, reguler. Suhu: 36,6°C, Nadi 165 x/menit reguler. Saturasi
oksigen 98%.

Kasus 5
Bayi SR laki-laki usia kronologis 13 hari dirawat di ruang NICU dengan diagnosa medis PDA
besar post Ligasi. Bayi lahir dengan usia gesatsi 31 minggu berat lahir 1380 gram. Bayi lahir
dengan cara sectio caesaria atas indikasi gawat janin, Ibu dengan PEB. Saat lahir bayi langsung
menangis, kemerahan dengan apgar score 9/10. Bayi dirawat dalam infant warmer dengan setting
suhu 37°C. Bayi post ligasi PDA besar hari ke-4. Bayi tampak letargi, pernapasan dengan
bantuan ventilator. Tanda-tanda vital: suhu: 36,5°C, nadi: 164 X/menit, pernapasan: 65 X/menit,
napas spontan:0, TD: 67/45 mmHg MAP: 40, Saturasi oksigen: 90%. Pengembangan paru baik,
tidak ada retraksi, tidak ada sianosis, tidak ada instabilitas suhu, perdarahan OGT ada
kemerahan, jumlah minimal, ada echimosis. Hasil pemeriksaan fisik: warna kulit dalam batas
normal, tidak ada ikterik. Ubun-ubun datar, tidak ada kejang. Paru: suara napas vesikuler, tidak
ada ronchi, tidak ada wheezing. Jantung: bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak
gallop, pada dada kiri terdapat balutan luka post ligasi PDA, luka terpasang drain, tidak ada
rembesan. Abdomen: lemas, datar, tidak ada distensi, bising usus dalam batas normal, pasien
terpasang OGT decompresi dengan cairan OGT warna kemerahan pada selang. Ekstremitas:
akral hangat, tidak ada udema, capillary refill time <2 detik.
Hasil Pemeriksaan Echocardiografi:
Dilatasi ringan LA, LV, PFO
Large PDA 2,9 mm, significant L_R shunt
LA/Ao : 1,2
Kesan: Large PDA significant shunt

Kasus 6
Bayi S (27 hari) dirawat di SCN 3 dengan diagnosa medis Necrotizyng Enterocolitis (NEC)
perforasi pasca Laparatomy explorasi dan Ileustomy. Bayi lahir secara spontan dengan berat
lahir 1700 gram. Usia gestai 31 minggu. Pasien dirawat karena riwayat ibu ketuban pecah 36
jam. Pada saat dilakukan pengkajian pada hari ke 3 didapatkan data: residu NGT
kecoklatan, bayi lethargi dan kembung. Kemudian bayi dilakukan foto abdomen 3 posisi dan
didagnosa NEC grade II. Pasien dipuasakan dan diberikan antibiotik Piptazobactam,
amikasin, dan metronidazole. Pada saat usia 4 hari abdomen bayi semakin distended,
kemudian dilakukan foto abdomen lagi dengan hasil NEC grade II. Pada saat dilakukan
pengkajian saat ini, kondisi bayi masih lemah, pernapasan spontan tanpa oksigen. Pasien
berada dalam inkubator dengan setting suhu: 33,5°C. Tanda-tanda vital: suhu: 36,8°C, Nadi:
140 X/menit, Pernapasan: 42 X/menit. Pasien saat ini dipuasakan. Berat badan saat ini 1800
gram.
Hasil Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan Hasil
SGOT 415
SGPT 252
Bilirubin total 20,01 gr/dl
Bilirubin direct 16,74 gr/dl
Bilirubin indirect 3,27 gr/dl

Kasus 7
Bayi Ny. Y usia 2 hari dengan diagnose medis Hiperbilirubinemia riwayat incompatibilitas ABO
dirawat diruang seruni hari ke-2. Bayi Y lahir secara Sc dengan berat badan 2455 gram dengan usia
gestasi 38 minggu. Pada hari pertama bayi lahir, bayi Ny. Y sudah mengalami ikterus sehingga harus
dilakukan perawatan secara khusus dan masuk ruang seruni. Dari hasil wawancara dengan Ibu, dalam
keluarga mengalami riwayat incompatibilitas ABO. Yaitu kehamilan I bayi meninggal pada saat lahir
karena mengalami aspiksia, sedangkan kehamilan kedua bayi lahir selamat, namun pada hari ketiga
bayi meninggal karena mengalami incompatibitas ABO.

Pada saat, didapatkan data-data: kondisi bayi Y sakit sedang, dirawat dalam incubator, dapat
menangis kuat, pernapasan spontan tanpa oksigen,. Tanda-tanda vital: suhu: 37ºC, nadi 156 X/menit,
Pernapasan: 46 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik: kulit normal, ekstremitas hangat, ubun-ubun teraba
datar, pernapasan vesikuler, jantung S1 dan S2 normal, tali pusat belum lepas kering tidak ada tanda-
tanda infeksi, lingkar kepala: 32 cm, lingkar dada 27 cm, lingkar perut; 26 cm, panjang badan 48 cm,
dan berat badan 2408 gram. Bayi Y mendapatkan diet ASI/susu formula 4 X 40 cc,
diberikan/disusukan langsung ke Ibu atau menggunakan feeding cup. Bayi memiliki reflek menghisap
yang kuat, reflek menelan baik.

Hasil pemeriksaan laboratoriun:

Hb : 11,9 %
Ht : 35 %
Bilirubin total : 17,4 mg/dl
Bilirubin direct : 0,4 mg/dl

Anda mungkin juga menyukai