Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Komposisi Pati Sagu dan Gelatin serta Konsentrasi Plasticizer Polietilen
Glikol dan Asam Malat terhadap Sifat Kuat Tarik (Tensile Strength )
Hasil analisa dari Bioplastik dengan bahan baku berupa Pati Sagu dan Gelatin Tulang
Sapi dengan penambahan plasticizer Polietilen Glikol dan asam Malat serta crosslinker
Asam Sitrat, dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.1 Tensile Strength Bioplastik dari Pati Sagu dan Gelatin Tulang Sapi dengan
Plasticizer Polietilen Glikol
Rasio berat
Rasio berat
Konsentrasi Konsentrasi Polietilen
Asam Malat
pati sagu gelatin Glikol Tensile
terhadap
Variabel dalam 100 ml dalam 100 ml terhadap Strength
komposit
aquades aquades komposit pati (Mpa)
pati sagu-
(gram) (gram) sagu-gelatin
gelatin
(%b/v)
1 12 8 10 0 3,14
2 12 8 20 0 5,03
3 10 10 10 0 6,84
4 10 10 20 0 3,32
5 8 12 10 0 4,52
6 8 12 20 0 4,96
Tabel 4.2 Tensile Strength Bioplastik dari Pati Sagu dan Gelatin Tulang Sapi dengan
Plasticizer Asam Malat
Rasio berat
Rasio berat
Konsentrasi Konsentrasi Polietilen
Asam Malat
pati sagu gelatin Glikol Tensile
terhadap
Variabel dalam 100 ml dalam 100 ml terhadap Strength
komposit
aquades aquades komposit pati (Mpa)
pati sagu-
(gram) (gram) sagu-gelatin
gelatin
(%b/v)
7 12 8 0 10 5,69
8 12 8 0 20 7,08
9 10 10 0 10 3,7
10 10 10 0 20 1,32
11 8 12 0 10 1,02
12 8 12 0 20 1,54

Dari table 4.1 diatas dapat dilihat bahwa variabel 1 dan 2 serta variabel 5 dan 6
mengalami tren peningkatan tensile strength pada penambahan Konsentrasi PEG dari 10%
menjadi 20%. Kuat tarik meningkat secara signifikan dari variabel 1 sebesar 3.14 Mpa
dengan penambahan konsentrasi PEG sebesar 10%, meningkat menjadi 5.03 Mpa pada
variabel 2 dengan penambahan konsentrasi PEG sebesar 20% pada perbandingan pati sagu :
gelatin sebesar 60:40 persen. Hal yang sama berlaku pada variabel 5 dan 6, dimana kuat tarik
meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan dari variabel 5 sebesar 4.52 Mpa dengan
penambahan konsentrasi PEG sebesar 10%, meningkat menjadi 4.96 Mpa pada variabel 6
dengan penambahan konsentrasi PEG sebesar 20% pada perbandingan pati sagu : gelatin
sebesar 40:60 persen.
Secara singkat, cross-linking dapat menambahkan tensile strength ketika dibuat dalam
suatu film gelatin. Dikarenakan kondisi pengujian yang bervariasi dan tipe gelatin yang
digunakan berbeda, serta perbedaan agen cross-linking yang digunakan, perbandingan secara
langsung menjadi tidak akurat, tetapi kecenderungan dari tipe agen cross-linking dapat
diamati. (Cao, 2007). Penambahan pati sagu juga dapat memberikan efek terhadap sifat
mekanik berupa penambahan tensile strength.
Terdapat dua kemungkinan alasan dari meningkatnya tensile strength, yang pertama
adalah kelemahanan adhesi interfasial yang mungkin berhubungan dengan sifal alami
hidrofilik dari pati sagu itu sendiri dan kompabilitasnya terhadapat polimer hidrofobik. Selain
itu terdapat fraksi bercabang amilopektin. Amilopektin merupakan molekul yang bercabang,
yang dapat menurunkan fleksibilitas dari dari jaringan polimer, dan membuat struktur
menjadi lebih kaku dan rigid sehingga dapat meningkatkan tensile strength (Rahman et al.,
2006)
Dengan penambahan PEG seharusnya tensile strength menurun. . Keberadaan dari
plasticizer di dalam film pati bisa menyela pembentukan double heliks dari amilosa
dengan cabang amilopektin. Sebagai plasticizer, PEG yang sudah masuk ke dalam molekul
pati selanjutnya menurunkan interaksi antar molekul pati (kohesi) dengan membentuk ikatan
hidrogen antara gugus hidroksil dalam molekul pati dengan molekul PEG sehingga
menyebabkan penurunan tensile strength. Tetapi dengan perbandingan pati sagu dan gelatin
yang tidak merata, dengan perbandingan 60:40 serta 40:60 pada variabel 1 dan 2 serta
variabel 5 dan 6 pengaruh dari plasticizer PEG untuk menurunkan tensile strength menjadi
tidak signifikan, karena dibutuhkan perbandingan komposisi yang sesuai antara pati sagu dan
gelatin agar PEG sebagai plasticizer dapat bekerja secara maksimal dalam hal mengganggu
kekompakkan pati sehingga menurunkan interaksi molekul yang dapat menurunkan tensile
strength.
Dapat disimpulkan bahwa struktur molekul pati yang memiliki fraksi cabang
amilopektin, lebih berpengaruh terhadap peningkatan tensile strength ketimbang pengaruh
penambahan kosentrasi PEG yang dapat menurunkan tensile strength sehingga terjadi
peningkatan tensile strength secara signifikan pada varabel 1 dan 2 dari menjadi , mengingat
komposisi pati sagu lebih dominan ketimbang gelatin dengan perbandingan 60:40 Sedangkan
pada variabel 5 dan 6 terjadi peningkatan meskipun tidak secara signifikan dikarenakan
komposisi gelatin yang lebih tinggi ketimbang pati dengan perbandingan pati sagu gelatin
40:60. Gelatin memiliki struktur molekul yang tidak lebih kaku dibandingkan pati sagu,
sehingga peningkatan tensile strength pun tidak signifikan dari menjadi. (Laohakunjit dan
Noomhorm, 2004)
Akan tetapi pada variabel 3 dan 4 kuat tarik mengalami tren penurunan. Kuat tarik
menurun secara signifikan dari variabel 3 sebesar 6.84 Mpa dengan penambahan konsentrasi
PEG sebesar 10%, turun menjadi 3.32 Mpa pada variabel 4 dengan penambahan konsentrasi
PEG sebesar 20% pada perbandingan pati sagu : gelatin sebesar 50:50 persen. Hal ini
disebabkan, karena meningkatnya konsentrasi plasticizer yang ditambahkan, maka gaya
antara matriks polimer yang terdapat dalam bioplastik pati sagu-gelatin semakin lemah
sehingga menurunkan nilai kuat Tarik (tensile strength). Nilai kuat Tarik (tensile strength)
akan menurun karena penambahan plasticizer, dimana plasticizer menyebabkan terjadinya
reduksi interaksi ikatan hydrogen intermolekuler dan intramolekuler pada rantai polimer
sehingga matriks film yang terbentuk akan semakin lemah (Gontard et al., 1994). Dengan
adanya plasticizer ini maka molekul plasticizer akan mengganggu kekompakan pati-gelatin
sehingga akan meningkatkan mobilitas polimer. (Rodriguez et al., 2006). Hal ini
menyebabkan molekul-molekul plasticizer dapat mengurangi energi yang dibutuhkan
molekul untuk melakukan suatu pergerakan (mudah bergerak) sehingga kekakuannya
menurun yang menyebabkan menurunnya kekuatan tarik (Suppakul dkk., 2006). Penambahan
polietilen glikol dengan berat molekul manapun dapat menyebabkan pengurangan kuat Tarik
(Tensile Strength).. Ikatan hydrogen dari polietilen glikol dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor seperti jumlah gugus hidroksil per mol, ukuran molekul, solubilitas dan polaritas. (Cao
et al., 2009)

Dari table 4.2 diatas dapat dilihat bahwa variabel 7 dan 8 serta variabel 11 dan 12
mengalami tren peningkatan tensile strength pada penambahan konsentrasi asam malat dari
10% menjadi 20%. Kuat tarik meningkat secara signifikan dari variabel 7 sebesar 5.69 Mpa
dengan penambahan konsentrasi asam malat sebesar 10%, meningkat menjadi 7.08 Mpa pada
variabel 8 dengan penambahan konsentrasi asam malat sebesar 20% pada perbandingan pati
sagu : gelatin sebesar 60:40 persen. Hal yang sama berlaku pada variabel 11 dan 12, dimana
kuat tarik meningkat, tetapi tidak terlalu signifikan dari variabel 11 sebesar 1.02 Mpa dengan
penambahan konsentrasi asam malat sebesar 10%, meningkat menjadi 1.54 Mpa pada
variabel 12 dengan penambahan konsentrasi asam malat sebesar 20% pada perbandingan pati
sagu : gelatin sebesar 50:50 persen. Akan tetapi pada variabel 9 dan 10 kuat tarik mengalami
tren penurunan. Kuat tarik menurun secara signifikan dari variabel 9 sebesar 3.72 Mpa
dengan penambahan konsentrasi asam malat sebesar 10%, turun menjadi 1.32 Mpa pada
variabel 10 dengan penambahan konsentrasi asam malat sebesar 20% pada perbandingan pati
sagu : gelatin sebesar 40:60 persen
Sampel dengan perlakuan penambahan plasticizer asam malat sendiri menunjukkan
hasil kuat tarik yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena gugus hidroksil dan karboksil
dari asam malat itu sendiri dapat membentuk ikatan hydrogen dengan gelatin menggantikan
interaksi dalam film gelatin. Kemampuan dari karboksil membentuk ikatan hidrogen dengen
gelatin mungkin lebih lemah ketimbang dari gugus hidroksil, sedangkan plasticizer lain
hanya memiliki gugus hidroksil (Cao et al., 2009)

4.2 Pengaruh Komposisi Pati Sagu dan Gelatin serta Konsentrasi Plasticizer
Polietilen Glikol dan Asam Malat Terhadap Persen Pemanjangan (Elongation at
Break)

Tabel 4.3 Elongation at Break Bioplastik dari Pati Sagu dan Gelatin Tulang Sapi dengan
Plasticizer Polietilen Glikol

Variabel Konsentrasi Konsentrasi Rasio berat Rasio berat Elongation at


pati sagu gelatin Polietilen Asam Malat Break (%)
dalam 100 ml dalam 100 ml Glikol terhadap
aquades aquades terhadap komposit
(gram) (gram) komposit pati pati sagu-
sagu-gelatin gelatin
(%b/v)
1 12 8 10 0 3.5
2 12 8 20 0 9.75
3 10 10 10 0 2.145
4 10 10 20 0 1
5 8 12 10 0 2
6 8 12 20 0 13.9

4.4 Elongation at Break Bioplastik dari Pati Sagu dan Gelatin Tulang Sapi dengan
Plasticizer Asam Malat

Rasio berat
Rasio berat
Konsentrasi Konsentrasi Polietilen
Asam Malat
pati sagu gelatin Glikol
terhadap Elongation at
Variabel dalam 100 ml dalam 100 ml terhadap
komposit Break (%)
aquades aquades komposit pati
pati sagu-
(gram) (gram) sagu-gelatin
gelatin
(%b/v)
7 12 8 0 10 3
8 12 8 0 20 1.835
9 10 10 0 10 1.25
10 10 10 0 20 1.25
11 8 12 0 10 1.5
12 8 12 0 20 3.5
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa variable 6 yang memiliki jenis plasticizer
masing-masing PEG dengan konsentrasi 20 % menunjukkan hasil kuat Tarik paling baik
dengan hasil yakni 13.9%. Peningkatan persen perpanjangan terjadi karena plasticizer mampu
mengurangi kerapuhan dan meningkatkan fleksibilitas film polimer dengan cara mengganggu
ikatan hidrogen antara molekul polimer yang berdekatan sehingga kekuatan tarik-menarik
intermolekul rantai polimer menjadi berkurang (Guilbert, 1986; McHugh dkk., 1994;
Laohakunjit dan Noomhorm, 2004). McHugh dan Krochta (1994), menyatakan bahwa poliol
seperti polietilen glikol adalah plasticizer yang cukup baik untuk mengurangi ikatan hidrogen
internal sehingga akan meningkatkan jarak intermolekul Adanya penurunan dan kenaikan
elongasi diduga dipengaruhi oleh adanya peran dari PEG. PEG berperan sebagai plastisizer
sehingga biodegradable film menjadi lebih elastis. PEG memiliki berat molekul yang kecil
sehingga dapat masuk ke dalam ikatan antarmolekul amilosa atau bahkan diantara ikatan
hidrogen pati dengan gelatin.

Molekul PEG akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan interaksi


intermolekuler dan meningkatkan mobilitas polimer sehingga mengakibatkan peningkatan
elongasi. Interaksi PEG dengan matriks pati akan mempengaruhi elastisitasnya, dan diduga
dibutuhkan perbandingan yang sesuai antara PEG dan pati sehingga agar didapatkan
penurunan elongasi. Matriks dalam film biodegradable menjadi kurang padat dan
memungkinkan terjadinya pergerakan rantai polimer ketika film diberi tekanan. Perubahan
yang terjadi pada struktur mikro pati ini mendorong masuknya plasticizer ke dalam matriks
pati. Keberadaan dari plasticizer di dalam film pati bisa menyela pembentukan double
heliks dari amilosa dengan cabang amilopektin. Sebagai plasticizer, PEG yang sudah masuk
ke dalam molekul pati selanjutnya menurunkan interaksi antar molekul pati (kohesi) dengan
membentuk ikatan hidrogen antara gugus hidroksil dalam molekul pati dengan molekul PEG
sehingga menyebabkan peningkatan fleksibilitas biodegradable film dan meningkatkan nilai
persen pemanjangan (Laohakunjit dan Noomhorm, 2004)

4.3 Pengaruh Komposisi Pati Sagu dan Gelatin serta Konsentrasi Plasticizer
Polietilen Glikol dan Asam Malat terhadap Permeabilitas Uap Air atau Water
Vapor Permeability Bioplastik
Tabel 4.5 Water Vapor Permeability Bioplastik dari Pati Sagu dan Gelatin Tulang Sapi
Plasticizer Polietilen Glikol

Rasio berat
Rasio berat Water Vapor
Konsentrasi pati Konsentrasi Polietilen Glikol
Asam Malat Permeability x
sagu dalam 100 gelatin dalam terhadap
Variabel terhadap 10-12
ml aquades 100 ml aquades komposit pati
komposit pati (g.Pa-1.h-1.m-1)
(gram) (gram) sagu-gelatin
sagu-gelatin
(%b/v)
1 12 8 10 0
5.8
2 12 8 20 0
9.97993
3 10 10 10 0
9.758395
4 10 10 20 0
9.229
5 8 12 10 0
9.02703
6 8 12 20 0
8.675

Tabel 4.6 Water Vapor Permeability Bioplastik dari Pati Sagu dan Gelatin Tulang Sapi
Plasticizer Asam Malat

Rasio berat
Rasio berat Water Vapor
Konsentrasi pati Konsentrasi Polietilen Glikol
Asam Malat Permeability x
sagu dalam 100 gelatin dalam terhadap
Variabel terhadap 10-12
ml aquades 100 ml aquades komposit pati
komposit pati (g.Pa-1.h-1.m-1)
(gram) (gram) sagu-gelatin
sagu-gelatin
(%b/v)
7 12 8 0 10
2.092355
8 12 8 0 20
7.934
9 10 10 0 10
1.35485
10 10 10 0 20
7.01207
11 8 12 0 10
5.795865
12 8 12 0 20
1.422995
Park et al. (2001) menyatakan bahwa ketebalan biofilm dipengaruhi oleh luas
cetakan, volume larutan, dan banyaknya total padatan dalam larutan. Laju transmisi uap air
tergantung pada perbandingan bahan yang bersifat hidrofilik dan hidrofobik dalam formulasi
biofilm.Umumnya biofilm yang terbuat dari bahan protein dan polisakarida mempunyai nilai
transmisi uap air yang tinggi. Protein merupakan polimer polar dan mempunyai jumlah ikatan
hidrogen yang besar, sehingga menghasilkan penyerapan air pada kelembaban tinggi.
Penelitian yang dilakukan Jongjareonrak et al. (2006) menunjukkan bahwa biofilm yang
terbuat dari gelatin, yang tergolong protein, mempunyai laju transmisi uap air tinggi. Hal
yang sama juga dilaporkan oleh Mc Hugh et al. (1993); Al-Hasan dan Norziah (2012) bahwa
biofilm berbahan dasar gelatin mempunyai laju transmisi uap air lebih tinggi terkait dengan
kandungan asam amino hidrofilik dibandingkan yang berbahan polisakarida seperti pati sagu.
Penyerapan air akan mengganggu interaksi rantai molekuler, yang kemudian diikuti dengan
peningkatan difusifitas dan mampu menyerap uap air dari udara. Ditambahkan oleh
Bourtoom et al. (2006) bahwa laju permeabilitas uap air biofilm juga dipengaruhi oleh jenis
plasticizer yang dapat mempengaruhi pembentukan struktur jaringan protein.
Penambahan gelatin kedalam film pati menyebabkan adanya interaksi gelatin dengan
rantai pati yang dapat memberikan efek berupa pemutusan rantai ikatan hydrogen dengan
pati. Gelatin memiliki sifat higroskopis lebih besar dibanding pati, affinitas dari molekul air
akan lebih tinggi dalam film ini dan mengakibatkan hasil difusi air yang lebih besar sehingga
permeabilitas uap air akan lebih besar. (Hasan et al.,2012). Semakin tingginya konsentrasi
komponen penyusun bioplastik maka akan meningkatkan total padatan sehingga
meningkatkan ketebalan bioplastik. Peningkatan konsentrasi bahan yang digunakan, akan
meningkatkan total padatan yang terdapat dalam bioplastic setelah dikeringkan, sehingga
akan menghasilkan film yang semakin tebal (Chen, 1995). Pada ketebalan film yang
meningkat, water vapour permeability juga meningkat.

Rasio berat Rasio berat


Konsentrasi pati Konsentrasi
Polietilen Glikol Asam Malat
sagu dalam 100 gelatin dalam Ketebalan
Variabel terhadap terhadap
ml aquades 100 ml aquades ( x 10 -5 m)
komposit pati komposit pati
(gram) (gram)
sagu-gelatin sagu-gelatin
(%b/v)
1 12 8 10 0
42
2 12 8 20 0
31
3 10 10 10 0
25
4 10 10 20 0
24
5 8 12 10 0
16
6 8 12 20 0
14

Rasio berat
Rasio berat
Konsentrasi pati Konsentrasi Polietilen Glikol
Asam Malat
sagu dalam 100 gelatin dalam terhadap Ketebalan
Variabel terhadap
ml aquades 100 ml aquades komposit pati ( x 10 -5 m)
komposit pati
(gram) (gram) sagu-gelatin
sagu-gelatin
(%b/v)
7 12 8 0 10
1.4
8 12 8 0 20
3
9 10 10 0 10
1
10 10 10 0 20
5.3
11 8 12 0 10
3.9
12 8 12 0 20
4.45
4.4 Pengaruh Waktu terhadap Biodegradabilitas film

Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Terhadap Biodegradabilitas film

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan seiring dengan bertambahnya
waktu maka persen pengurangan berat bioplastik akan semakin besar pula. Pengujian
dilakukan selama 6 minggu, dimana sampel diamati setiap minggunya. Sampel berupa
bioplastik dengan ukuran 7,5 cm x 7,5 cm terdiri dari 12 sampel atau variable dengan
komposisi pati sagu, gelatin, etilen glikol, asam malat, serta asam sitrat yang berbeda-beda
sesuai variable. Dapat dikatakan bahwa degradasi dari polimer bergantung pada beberapa
factor seperti pH, ketersediaan oksigen, suhu, ketersediaan nutrient mineral dan kelembapan,
dimana hal-hal diatas juga berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Gambar 4.1
menunjukkan profil degradasi dari hydrogel yang dikubur didalam tanah lembab yang
dimonitor setiap seminggu sekali. Perhitungan persentase pengurangan berat merupakan
metode yang penting untuk mengetahui sifat biodegradasi terhadap material yang diuji dalam
metode soil burial test. Selain itu perhitungan persentase pengurangan berat juga
menunujukkan kecepatan dari biodegradasi pada setiap sampel atau variable yang diuji
(Sharma, 2014).
Seperti yang dapat diamati pada grafik, pengurangan persentase berat meningkat
secara kontinyu seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini terjadi karena adanya reaksi
disasosiasi ke dalam tanah dari makromer yang memiliki berat molekul (BM) yang rendah
selama metode soil burial berlangsung. (Sharma,2014). Etilen glikol dan oligomer akan
terlepas keluar dari ikatan polimer. Kemudian etilen glikol akan selanjutnya diserap oleh
tanah atau terserap melalui membrane sel dan akan dimetabolisme oleh mikroba (Martucci,
2009).

Meski demikian, nilai rata-rata yang merepresentasikan persentase pengurangan berat


bioplastik terkadang tidak terlalu dianggap atau dianggap kurang akurat akibat adanya
timbunan tanah dan biomassa tertutup lainnya yang sbulit dipisahkan dari sampel bioplastik
tanpa merusak sampel. Terlepas dari masalah ini, data persentase pengurangan berat pada
percobaan ini hanya untuk mengukur dan menganalisa pengaruh serangan mikroba terhadap
materi bioplastic berbahan dasar gelatin yang dipelajari secara kualitatif (Martucci, 2009).

Anda mungkin juga menyukai