Anda di halaman 1dari 68

Bendung Gerak

BANGUNAN IRIGASI

Oleh:
Adhinda Dwi Putra Ramadhani

Jurusan Teknik Pengairan


Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Malang

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-1


Bendung Gerak

Bab 1 Bangunan Utama


( Head Work)

1.1.Definisi bangunan Utama


Adalah bangunan penyadap air sungai untuk memenuhi kebutuhan irigasi , air baku dan
lain-lain.
1.1.1. Macam bangunan utama
2. Pengambilan bebas
3. Bendung
4. Bendungan
1.1.2. Kriteria pemilihan bangunan utama :
1. Pengambilan bebas (Free Intake), jika tinggi muka air (h) cukup dan debit (Q)
cukup
2. Bendung, jika tinggi muka air (h) tidak cukup dan debit (Q) cukup
3. Bendungan, jika tinggi muka air (h) kecil dan debit (Q) kecil
Pada bahasan berikutnya dititik beratkan pada bendung irigasi yang merupakan salah
satu tipe dari bangunan utama.
1.2.Bagian-bagian bangunan utama ( bendung irigasi ):
1. Bangunan pengelak
2. Bangunan pengambilan
3. Bangunan pembilas (penguras)
4. Kantong lumpur

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-2


Bendung Gerak

5. Pekerjaan sungai
6. Bangunan-bangunan pelengkap
1.2.1 Bangunan Pengelak :
a. Definisi bangunan pengelak
Adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di sungai yang berfungsi
untuk membelokkan air sungai ke jaringan irigasi.
b. Fungsi bangunan pengelak
Menaikkan muka air sungai dan mengatur elevasi muka air sungai.

c. Tipe bangunan pengelak :


1. Bendung pelimpah
2. Bendung gerak (Barrage)
1.2.2. Bangunan pengambilan
a. Definisi bangunan pengambilan
Adalah pintu air yang berfungsi membelokkan atau air sungai untuk
dialirkan ke jaringan irigasi
b. Fungsi bangunan pengambilan
Adalah untuk mengambil air dari sungai untuk selanjutnya dialirkan ke
saluran irigasi untuk mengairi sawah.
1.2.3. Bangunan pembilas (penguras)
a. Definisi bangunan pembilas
Adalah pintu bilas yang dibangun ditubuh bendung letaknya di bagian hilir
dari pintu pengambilan.
b. Fungsi bangunan
Adalah untuk mencegah masuknya bahan sediment kasar ke saluran irigasi.
1.2.4. Kantong Lumpur
a. Definisi kantong Lumpur
Adalah pembesaran potongan melintang saluran dengan panjang tertentu
yang terletak di bagian awal dari saluran primer persis disebelah hilir pintu
pengambilan.
b. Fungsi kantong Lumpur

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-3


Bendung Gerak

Adalah untuk mencegah masuknya sediment ke saluran irigasi dengan


cara Menampung endapan sediment di saluran yang sudah diperlebar
kemudian dalam jangka waktu tertentu ( seminggu sekali atau setengah
bulanan) dibersihkan ( dibilas) dialirkan menuju ke sungai .
1.2.5. Pekerjaan pengaturan sungai
a. Definisi pekerjaan pengaturan sungai
Adalah pembuatan bangunan – banguan khusus di sekitar bangunan utama
untuk menjaga kelestarian fungsi dari banguanan tersebut.
b. Macam dari pekerjaan pengaturan sungai :
1. Untuk melindungi bangunan dari bahaya kerusakan akibat penggerusan
dan sedimentasi , dengan pembuatan krib, matras batu, pasangan batu
kosong dan dinding pengarah.
2. Untuk melindungi lahan dari genangan banjir dengan pembuatan tanggul
banjir.
1.2.6. Pekerjaan pelengkap
a. Definisi pekerjaan pelengkap
Adalah pekerjaan berupa bangunan atau perlengkapan yang ditambahkan
pada bangunan utama untuk keperluan :
1. Pengukuran debit dan tinggi muka air di sungai atau di saluran
2. pengoperasian pintu
3. Ruang kerja untuk keperluan eksploitasi, gudang, rumah petugas
eksploitasi,peralatan komunikasi
4. Jembatan hantar untuk memudahkan kegiatan eksploitasi dan lain-lain.
b. Fungsi bangunan pelengkap
Adalah untuk menunjang kegiatan di bangunan utama tersebut baik
kegiatan eksploitasi/pemeliharaan maupun kegiatan lainnya.
c. Macam bangunan pelengkap :
1. Alat pengukur debit dan alat duga muka air (peilschal)
2. Rumah atau ruangnan untuk kegiatan eksploitasi& pemeliharaan.
3. Rumah petugas operasi dan pemeliharaan.
4. Gudang

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-4


Bendung Gerak

5. Peralatan komunikasi
6. Jembatan hantar dan lain-lain.

1.2.7. Denah Bangunan Utama


Gambar denah berikut pada gambar 1.1. ini adalah gambar denah bangunan utama
untuk bendung irigasi.

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-5


Bendung Gerak

tanggul banjir

pengambilan
bukit

bendung

kolam olak

pembilas
sun
kantong lumpur

gai

konstruksi
lindungan
sungai
- bronjong
- krib ur
lump
o ng

pembilas
k ant

an
ran kan saluran
lu r
s a ime pembilas
pr
sa er k
p ri
lur
m
an iri

jemb
atan

Gambar 1.1. Bangunan Utama

Bab 2 Bendung Irigasi

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-6


Bendung Gerak

2.1. Definisi bendung


Adalah bangunan pelimpah yang melintang sungai yang berfungsi untuk mening-
gikan muka air sungai untuk keperluan irigasi, pemenuhan air baku dan lain-lain.

2.2. Macam Bendung

A. Bendung tetap
Jika pembendungan dilakukan dengan puncak pelimpah yang permanen.

Gambar 2.1. Bendung tetap

B. Bendung gerak (Barrage)

Jika pembendungan dilakukan oleh pintu (pintu dapat dioperasikan).

Gambar 2.2. Bendung gerak

2.3. Fungsi bendung

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-7


Bendung Gerak

1. Menaikkan elevasi muka air sungai.


2. Mengalirkan air sungai ke saluran irigasi melalui intake.
3. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran irigasi (melalui kantong lumpur).
4. Menstabilkan muka air sungai .
5. Menyimpan air dalam waktu singkat.

2.4. komponen –komponen benndung


Komponen bendung tetap terdiri atas lima bagian utama seperti diilustrasikan pada
gambar skema berikut :

Gambar 2.3. Komponen Bendung


2.5.Pemilihan lokasi & Penentuan jenis Bendung

Penentuan lokasi bendung dipengaruhi oleh kemiringan dari dasar sungai:

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-8


Bendung Gerak

- Untuk daerah dengan kemiringan sedang sesuai untuk di bangun bendung tetap
- Untuk daerah yang mempunyai kemiringan landai ( di bagian hilir ) sesuai untuk di
bangun bendung gerak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada iustrasi gambar berikut

ruas atas ruas tengah ruas bawah


kemiringan dasar kemiringan dasar kemiringan dasar
curam sedang landai

laut

dam bendung

saluran
suplesi

bendung gerak

dam laut

bendung
laut

Gambar 2.4. Situasi sungai dan alternatif letak bendung

2.6. Penentuan as bendung

2.6.1.Bentuk normal
Bila beban merata (akibat tekanan air)

Gambar 2.5 As bendung bentuk normal

2.6.2. Bentuk diagonal


Bila beban tidak merata, beban lebih besar pada salah satu sisi.

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-9


Bendung Gerak

Gambar 2.6 As bendung bentuk diagonal

2.6.3.Bentuk busur

Gambar 2.7 As bendung bentuk busur

Dipilih jika :
- Adanya resultant gaya / beban jatuh pada salah satu titik (terpusat).
- Kondisi dinding cenderung labil terhadap gerusan, mengurasi gerusan pada sisi
sungai

Soal 1.
Kunjungi lokasi bendung irigasi yang terdekat dengan tempat tinggal saudara kemudian
foto tubuh bendung dan bagian- bagiannya dari depan dan samping. Untuk bagian –bagian
tertentu seperti pintu intake, pintu bilas dan lain-lain di buat foto sendiri yang jelas.
Hasil dari foto lapangan tersebut kemudian tuangkan dalam gambar tampak atas/denah dari
bendung (head works ) secara lengkap.

Penyelesaian

I. Gambar foto lapangan bendung Taman ayu ( bendung, pintu pembilas dan pintu
Pengambilan )

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-10


Bendung Gerak

Gambar 2.8. Bendung Taman Ayu Tampak samping

Gambar2.9. Bendung Taman Ayu Tampak Depan

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-11


Bendung Gerak

Gambar 2.10. Pintu Bilas Pada Bendung Taman Ayu

Gambar 2.11. Pintu Pengambilan (Intake) pada Bendung taman Ayu

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-12


Bendung Gerak

2.7. Gambar Denah Bendung dan bagian -bagiannya

4
3 7
5 6
Keterangan :
1. intake
2. kantong lumpur
1 3. pintu pembilas
4. pilar pintu pembilas
5. pilar utama/groyne
6. mercu
7. bak tenggelam

Denah Bangunan Utama & Kantong Lumpur

Gambar 2.12. Denah Bendung Irigasi

2.8. Lebar Bendung


I II

H1
pembilas

B1 B2 B3

II B1e B2e Bs

H1
Ka.H1
ka.H1
Kp.H1 Kp.H1 Kp.H1 Kp.H1

Bs = 0.8Bs

B = B1 + B2 + B3
Be = B1e + B2e + Bs

Gambar 2.13. Lebar bendung

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-13


Bendung Gerak

a. Lebar bendung
Adalah jarak antar pangkal-pangkalnya (abutment)
b. Lebar maksimum bendung
Lebar maksimum bendung umumnya diambil 1,2 kali lebar rata-rata sungai
c. Lebar efektif bendung
Adalah lebar bendung dikurangi tebal pilar dan tebal pintu .

Rumus Lebar efektif bendung

Be = B – 2(nKp+Ka)H1

Keterangan :
n = jumlah pilar
Kp = Koefisien konstraksi pilar
Ka = Koefisien konstraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi (m)
Catatan :
Untuk mencari nilai Kp dan Ka dapat diperoleh dari tabel 2.1.

Tabel 2.1. Harga koefisien konstraksi

Bentuk Pilar Kp
Pilar berujung segi empat dg sudut-sudut yg dibulatkan pd jari-jari 0,02
yang hampir sama dg 0,1 dari tebal pilar.
Pilar barujung bulat 0,01
Pilar berujung runcing 0
Bentuk tembok hulu Ka
Pangkal tembok segi empat dg tembok hulu pada 90 ke arah aliran 0,20
Pangkal tembok bulat dg tembok hulu pada 90 ke arah aliran dengan
0,5 H1 >r >0,15H1 0,10
Pangkal tembok bulat dimana r >0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih
dari 45 ke arah aliran 0

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-14


Bendung Gerak

Soal 2
Suatu bendung irigasi mempunyai data-data teknis sebagai berikut :
- Lebar sungai = 30 meter
- Jumlah pilar = 4 buah
- Koefisien konstraksi pilar ( Kp) = 0,01
- Koefisien konstrusi abutment ( Ka) = 0,10
- Debit banjir rencana = 380 m 3 /detik
- Tinggi bendung = 4 meter
- Beda tinggi muka air di bagian hulu dan di bagian hilir = 1 meter
Tentukan :
1. Tinggi energi di atas mercu bendung
2. Nilai kofissien debit ( Cd)
3. lebar efektif bendung

Penyelesaian :
1. Tinggi energi di atas mercu
- Asumsi nilai Cd = 1,6
1, 5
Q = Cd 2/3 2 / 3g B . H
1, 5
380 = 1,6. 2/3 2 / 3.9,81 . 30 . H
1, 5
H = 4,951

Jadi nilai tinggi energi di atas mercu ( H ) = 2,9 m


2. Mencari koefisien debit ( Cd)
- Mencari C1
H = 2,9 m
P = 4m
Dari grafik pada buku KP02 diperoleh nilai C1 = 0,98 dan
- Mencari nilai C2
untuk kemiringan bagian hulu 1 :0,67 dan dari grafik pada buku KP02
diperoleh nilai C2 = 1,1
- mencari nilai Co

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-15


Bendung Gerak

Untuk R = 0,525 m dari grafik pada buku KP02 diperoleh nilai


Co = 1,47
- Mencari nilai Cd hitung
Cd = Co .C1 . C2
= 1,47 . 0,98 . 1,1
= 1,58
- Kontrol Cd
Cd asumsi Cd hitung
1,6 1,58  OK
3. Mencari lebar efektif
Bef = B – 2 ( n Kp + Ka ) H
= 30 – 2 (4 x 0,01 + 0,10 ) . 2,9
= 30 -0,.28 . 0,29
= 29,88 m
- Kontrol debit banjir rancangan
1, 5
Q = Cd 2/3 B .H1,5
1, 5
= 1,58 . 2/3 . 2 / 3.9,81. 1,88 . 2,9
3
= 388 m /detik
Karena Q hasil hitungan lebih besar dari Qrencana (380m3/detik ), maka
Bendung aman terhadap debit banjir yang datang.
2.10. Mercu Bendung
Bentuk mercu bendung ada dua, yaitu :
a. Mercu bulat
b. Mercu ogee

R1 R
R2

mercu tipe Ogee mercu tipe bulat

Gambar 2.14. Mercu Bulat dan ogee

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-16


Bendung Gerak

2.10.1. Perencanaan mercu Bulat


Rumus pengaliran :

Q  2 / 3.Cd. 2 / 3.g .b.H1


Keterangan :

Q = debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit (Cd=CO.C1.C2)
g = percepatan gravitasi m/dt2(~9,8)
b = panjang mercu (m)
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)

1.5
1.4
x
1.3
catatan sahih jika P/H1 > 1.5
1.2 +
+x x
x
1.1 x x
x
x
1.0 x
x
koefisien Co

x 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
0.9 x
x
x r = 0.025 m. - G.D.MATTHEW 1963 perbandingan H1/r
0.8 o r = ............. - A.L. VERWOERD 1941
0.7 + r = 0.030 m. - A.W.v.d.OORD 1941
r = 0.0375 m. L.ESCANDE &
0.6 r = 0.075 m. F.SANANES 1959
0
Gambar 2.15. Koefisien debit Co untuk bendung mercu bulat

P/H1 ~ 1.5
1.0
0.99

0.9 +
Faktor pengurangan koefisien

+
0.8 +

+ w.j.v.d. OORD 1941


0.7
debit C1

0 1.0 2.0 3.0


perbandingan P/H1
Gambar 2.16. Koefisien debit C1 sebagai fungsi pebandingan p/H1
Untuk bendung mercu bulat

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-17


Bendung Gerak

2.10.2. Perencanaan mercu Ogee

Rumus pengaliran

Q  2 / 3.Cd. 2 / 3.g .b.H1


1,5

Keterangan :

Q = debit (m3/dt)
Cd = Koefisien debit (Cd = CO.C1.C2)
G = percepatan gravitasi m/dt2(~9,8)
B = panjang mercu (m)
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)

Koefisien debit efektif Cd adalah hasil dari perkalian :


- Co adalah konstanta ( = 1,30)
- C1 merupakan fungsi dari p/hd dan H1 /hd (Gambar )
- C2 merupakan faktor koreksi untuk permukaan hulu ( Gambar mercu bulat )

2
1.04 V1 /2g
kemiringan sudut
terhadap garis vertikal
H1 1:0.33 18°26'
1:1 1:0.67 33°41'
1:0.67
1.02 p 1:1 45°00'
koefisien koreksi C2

1:0.33
1.00

0.98
0 0.5 1.0 1.5
perbandingan P/H1

Gambar 2.17. Koefisien debit C2 untuk bendung mercu ogee dengan bagian hulu
melengkung

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-18


Bendung Gerak

2.10.3 Perencanaan mercu Ogee bagian hilir

Persamaan US Army Corps Engineers


m
Y 1  X 

hd K 
 hd 

Keterangan:

X dan Y = koordinat permukaan hilir


hd = tinggi energi rencana di atas mercu
K dan n = parameter

Tabel 2.2. Harga-harga K dan n


Kemiringan K N
permukaan hilir
Vertikal 2,000 1,850
3:1 1,936 1,836
3:2 1,939 1,810
1:1 1,873 1,776

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-19


Bendung Gerak

3 - 4 h1 maks
X 1.85 = 2.0hd 0.85 y 1.810 0.810
X = 1.939 hd y
H1 hd
0.282 hd 0.214 hd
asal H1
0.175 hd koordinat hd 0.115 hd
x X

R=0.2 hd Y R=0.22 hd y
R=0.5 hd 0.67
1

R=0.48 hd

sumbu mercu
diundurkan

1.836 0.836 1.776 0.776


X = 1.939 hd y X = 1.873 hd y

0.237 hd
H1 H1 hd 0.119 hd
hd 0.139 hd
x x
1 Y
R = 0.21 hd Y
0.33 1
1
R = 0.68 hd
R = 0.45 hd

Gambar 2.18. Tipe Mercu Ogee

Soal 3.
Suatu bendung dengan data-data teknis sebagai berikut :
- Debit banjir rencana ( Q25th ) = 229,83 m3/detik
- Lebar sungai = 40 m
- Tinggi bendung direncanakan = 5 m
- Jumlah pilar direncanakan 3 buah
- Bentuk Pilar barujung bulat (Kp) = 0,01
- Bentuk pangkal tembok bulat dg tembok hulu pada 90 ke arah aliran dengan 0,5
H1 > r > 0,15 H1 (ka) =0,10
Tentukan :
a. Lebar efektif bendung
b. Tinggi air rencana ( Hdesain) di atas mercu
c. Koefisien debit (Cd)
d. Rencanakan mercu bagian hulu dan hilir jika digunakan mercu tipe ogee
e. Gambar bentuk mercu bagian hulu dan hilir

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-20


Bendung Gerak

Penyelesaian
a. lebar efektif bendung

Be = B – 2 ( n.Kp + Ka) He
= 40 – 2( 3 . 0,01 + 0,10 ) He
= 40 – 0,26 He

Q  2 / 3.Cd. 2 / 3.g .b.H1


1,5

Asumsi nilai cd = 1,27, maka

2 2
229,83 = . 1,27 . . 9,81 . (40 – 0,26 He ) He3/2
3 3
229,83 = 2,1641 . (40 – 0,26 He ) He3/2

106,201 = (40 – 0,26 He ) He3/2

Nilai He = 1,933 m, maka lebar efektif bendung (Be) :

Be = 40 – 0,26 . 1,933

Be = 39,50 m Jadi lebar efektif bendung adalah 39,50 m

b. Tinggi air rencana ( Hd )

Kapasitas pelimpah

Q = A.V

Q = Be ( P + He ) . V

229,83 = 39,50 ( 5 + 1,933 ) . V

V = 0,84 m/det

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-21


Bendung Gerak

V2
He= Hd +
2g

V2
Hd = He -
2g

0,842
= 1,933 -
2.9,81
Hd = 1, 897 m

C. Koefisien debit ( Cd )

Perhitungan Cd

Cd Hd R Hd/R C0 P/Hd C1 C2
1,27 1,897 0,773 2,454 1,3 2,636 1,0 1,0

Kontrol Cd

Cd asumsi = 1,27

Cd hitung = 1,27
Cd asumsi = Cd hitung  Ok

Kontrol debit
Q design = 229,83 m3/dt

2 2
Q hitung = .Cd. g.Be.He 3 / 2
3 3
3
2 2
= . 1,27 . . 9,81 . 40 . 1,933 2
3 3
= 232,64 m3 /det
Q hitung >Q design  OK

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-22


Bendung Gerak

d. Perencanaan mercu ogee


Data –data :

Hd = 1,897 m
Dipilih mercu ogee dengan type seperti pada gambar berikut

L2
L1 Y =1,287 X1,85

R2
R1

- Mercu bagian hulu

R1 = 0,5 Hd

= 0,5 x 1,897

= 0,9485 m

R2 = 0,2Hd

= 0,2 x 1,897

= 0,03794

L1 = 0,175 Hd

=0,175 x 1,897
= 0,3319 m

L2 = 0,282 Hd
= 0282x1,897
= 0.5349m

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-23


Bendung Gerak

- Mercu bagian hilir

Tabel 2.3. Perhitungan absis dan ordinat bagian hilir mercu

X Y X Y
0.0 0.0000 1.1 0.0000
0.1 0.004 1.2 0.004
0.2 0.015 1.3 0.015
0.3 0.031 1.4 0.031
0.4 0.053 1.5 0.053
0.5 0.080 1.6 0.080
0.6 0.112 1.7 0.112
0.7 0.148 1.8 0.148
0.8 0.190 1.9 0.190
0.9 0.236 2.0 0.236

Selanjutnya dari tabel diatas dapat digambar kan bentuk bagian hilir mercu

Seperti pada gambar berikut

Gambar 2.19. Gambar Mercu Ogee Bagian Hilir

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-24


Bendung Gerak

0,5 x 0,9485 0,3319 0,3319

0,03794
0.5349

Gambar 2.20. Gambar MercuOgee Bagian hulu dan hilir

2.11. Penentuan Profil muka air di atas mercu bendung

Langkah-langkah untuk mencari profil muka air :


2
V
1. H 1  Hd  1
2g
Q
2. V1 
A
3. A = Beff(P+Hd)
Q
4. V1 
Beff (P  Hd )
2
 Q 
 
 Beff (P  Hd ) 
5. H1  Hd 
2g
6. V2  2g(1/ 2Hd  Z)
7. q = Q/Beff
8. Y 1= q/V2
V2
9. Fr 
gY1
10. 
Y 2  1/ 2 1  8Fr 2  1 

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-25


Bendung Gerak

Dari persamaan 3 dan persamaan 4 diperoleh rumus


1
2.g.( z + He - Yz) 2 - Q/ (B.Yz) = 0

Keterangan :
H1 = tinggi energi di atas mercu, m
Hd= tinggi muka air hulu di atas mercu, m
V1 = kecepatan di hulu mercu, m/dt
Q = debit rencana, m3/dt
A = luas penampang saluran, m2
Beff = lebar efektif bendung, m
P = tinggi mercu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9.81)
Z = tinggi jatuh, m
q = debit per satuan lebar
y1 = tinggi muka air pada awal loncatan, m
V2 = kecepatan awal loncatan, m/dt
y2 = tinggi muka air di hilir
Fr = bilangan Froude

Soal 4.

Diketahui seperti gambar berikut

+ 101,933
+ 101,897

+ 100

+ 95
+ 94

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-26


Bendung Gerak

Data – data yang ada sebagai berikut :


 Elevasi mercu bendung + 100 m
 Elevasi kolam olak ( peredam energi ) + 95
 Debit banjir rencana sebesar 229,83 m3 /det
 Lebar efektif bendung sebesar 39,497 m
 Tinggi energi di atas mercu 1,933 m (H1)
 Tinggi muka air rencana di atas mercu 1,897 m (Hd)
 Tinggi bendung 5 m

Tentukan :
a. Profil muka air di atas mercu bendung
b. Gambar hasilnya
Jawab :
Rumus untuk menentukan profil muka air di atas mercu
1
2.g.( z + He - Yz) 2 - Q/ (B.Yz) = 0

Untuk nilai.Z = 1 m, maka


1
2. 9,81. ( I + 1,933 – Yz) 2 - (229,83/(39,49742. Yz)) = 0
Dengan cara trial & error diperoleh nilai Yz = 0,45525 m

Kecepatan aliran dititik Z


VZ= Q/(YZ.B)
= 229,83 / (0,45525. 39,49742)
= 12,782 m/dt

Bilangan Froude di titik Z


Frz= Vz /( g.Yz )0,5

= 12,782 / (9,81. 0,45525)0,5

= 6,04838
(karena Fr > 1, maka aliran dalam keadaan super kritis)

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-27


Bendung Gerak

Nilai Yz untuk tinggi Z yang lain dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.4. Perhitungan profil muka air di atas bendung


No Z yz VZ F,

1 1.0 0.75507 7.70639 2.83154


2 1.5 0.69347 8.39093 3.21708
3 2.0 0.64595 9.00822 3.57853
4 2.5 0.60762 9.57648 3.92243
5 3.0 0.57575 10.10658 4.25258
6 3.5 0.54864 10.60597 4.57164

Dari hasil tabel tersebut kemudian digambarkan profil muka air di atas bending seperti pada
gambar berikut

Gambar profil muka air di atas mercu

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-28


Bendung Gerak

2.11. Loncatan hidraulik pada bendung

Hd

Y2
Y1

Gambar 2.21. Loncatan hidrolis


Rumus –rumus :

1. Kecepatan di bagian awal loncatan

v1  2g.(1/ 2.H1  z)
Keterangan :
V1 = kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)~9,8
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)
z = tinggi jatuh (m)

2. Kedalaman air setelah loncatan

y2
y1
 1 / 2.  1  8 Fr 2  1 
v1
Fr 
gy1
Keterangan :
Y2 = kedalaman air setelah loncatan air (m)
Y1 = kedalaman air di awal loncat air (m)
Fr = bilangan Froude
V1 = kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)~9,8

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-29


Bendung Gerak

3. Loncatan Hidrolis
Lj = 6,9 ( Y2 – Y1)
Keterangan :
Lj = panjang loncatan (m)
Y2 = tinggi loncatan di atas ambang (m)
Yu = kedalaman air sebelum loncatan(m)
Jika panjang kolam olak lebih kecil dari panjang loncatan hidrolis, maka untuk panjang
kolam olak dipakai panjang loncatan hidrolis agar tidak terjadi penggerusan.

Soal 5
Diketahui data-data seperti berikut :
- Tinggi air sebelum loncatan : Y1= Yz = 0,45525 m
- Debit air per satuan lebar :
q = Q / B = 229,83 / 40 = 5,74575 m2/dt
Fr = = 6,04838
Tentukan :
a. Tinggi muka air setelah loncatan ( Y2)
b. Panjang loncatan air
c. gambar hasil perhitungan saudara
Jawab :
a. Tinggi loncat air
Rumus :
y2
y1
 1 / 2.  1  8 Fr 2  1 
Y2 1
= . ( 1 8.1 - 1 )0,5
0,45525 2
Y2 = 3,62 m
b. Panjang loncat air
Rumus
Lj = 6,9 ( Y2 – Y1) Y2 = 3,62 m
= 6,9 ( 3,62 – 0,455 )
= 21,8 m dibulatkan menjadi 22 m

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-30


Bendung Gerak

2.12.1. Peredam energi


Rumus-rumus :
a. Panjang peredam energi
Lj = 5 (n+Y2)
Keterangan :
Lj = panjang kolam (m)
n = tinggi ambang ujung (m)
Y2 = Kedalaman air di atas ambang (m)

b. Tipe peredam energi :


1. USBR Tipe I
Syarat : Bilangan Froude (Fr) < 4,5

Gambar 2.22. Peredam energi USBR type 1

2. USBR Tipe II
Syarat :
- Debit persatuan lebar (q) > 45 m3/dt/m
- Bilangan Froude > 4,5

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-31


Bendung Gerak

2:1

Gambar 2.23. Peredam energi USBR type II


3. USBR Tipe III
Syarat :
- Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
- Bilangan Froude > 4,5

> (h+y2) +0.60 H


0.2n3 2
blok muka 1

n3 =
yu(4+Fru) 0.5 yu 0.675 n3
6 yu
yu 0.75 n3
ambang ujung
yu 0.75 n3
blok halang
yu(18+Fru)
n=
18
1
1
yu n3 n

0.82 y2
2.7 y2
potongan U

Gambar 2.24. Peredam energi USBR type III


4. USBR Tipe IV
Syarat :
- Bilangan Froude 2,5 - 4,5

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-32


Bendung Gerak

L1 = 5 + (n+y2)

Gambar 2.25.Peredam energi USBR type IV

5. Peredam energi tipe bak tenggelam


Syarat :
Kedalaman hilir sangat besar dibanding kedalaman normal hilir
tinggi kecepatan
H
q
hc muka air
hilir

1 a=0.1R
1
lantai lindung
R 90° T

elevasi
dasar lengkung

Gambar 2.26. Peredam Energi Type Bak Tenggelam


6. Perdam energi tipe Vlugter

hc=2/3 H q²
z hc = g
r
r
r z
r r jika 0.5 < < 2.0
hc
1
1
R R D t = 2.4 hc + 0.4 z (1)
z
jika 2.0 < < 15.0 :
hc
alternatif
a 2a t t = 3.0 hc + 0.1 z (2)
a = 0.28 hc hc (3)
z
L
D=R=L (4)
(ukuran dalam m)

Gambar 2.27 Peredam Energi Type Vlugter


A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-33
Bendung Gerak

q2
hc  3
g

Keterangan :
Hc =kedalaman air kritis (m)
q = debit per lebar satuan (m3/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)

Soal 6 :
Diketahui data-data sebagai berikut :
Tinggi end sill ( n ) = 0,5 m
Tinggi air setelah loncatan ( Y2) = 3,62 m
Debit persatuan lebar ( q ) = 5,74575 m2/dt
Bilangan froude ( F1= 6,048 )
Tentukan :
a. Panjang peredam energi
b. Tipe peredam energi Jawab :
Penyelesaian
a. Panjang peredam energi
Lj = 5 (n+Y2)
= 5. ( 0,75 + 3,62 )
= 21,85 m dibulatkan menjadi 22 m
b. Tipe peredam energi
Syarat pemilihan :
Debit persatuan lebar (q) = 5,74575 m3/dt/m
Bilangan Froude = = 6,048
Karena :
- Debit persatuan lebar (q) < 18,5 m3/dt/m
- Bilangan Froude > 4,5
Maka tipe peredam yang sesuai adalah USBR tipe III

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-34


Bendung Gerak

> (h+y2) +0.60 H


0.2n3 2
blok muka 1

n3 =
yu(4+Fru) 0.5 yu 0.675 n3
6 yu
yu 0.75 n3
ambang ujung
yu 0.75 n3
blok halang
yu(18+Fru)
n=
18
1
1
yu n3 n

0.82 y2
2.7 y2
potongan U

Gambar 2.28.peredam energi USBR type III

2.13. Analisa stabilitas bendung


Tinjauan Kondisi pembebanan
1. Kondisi : - air normal
- sedimenkosong
- tanpa gempa
2. Kondisi : - air normal
- sedimenkosong
- dengan gempa
3. Kondisi : - air normal
- sedimen penuh
- tanpa gempa
4. Kondisi : - air normal
- sedimen penuh
- dengan gempa
5. Kondisi : - air banjir
- sedimen penuh
- tanpa gempa

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-35


Bendung Gerak

6. Kondisi : - air banjir


- sedimen penuh
- dengan gempa

2.13.1. Kontrol-kontrol stabilitas bangunan yang diperhitungkan adalah:


a. Stabilitas terhadap guling
b. Stabilitas terhadap geser
c. Stabilitas terhadap daya dukung tanah
2.13.2. Macam tinjauan stabilitas:
a. Tinjauan stabilitas dalam keadaan normal
b. Tinjauan stabilitas dalam keadaan gempa
a. Stabilitas terhadap guling
- Keadaan normal

Mt
Sf   1,5
Mg
- Keadaan gempa

Mt
Sf   1,20
Mg
Keterangan :
Sf = Safety faktor (angka keamanan)
Mt = momen tahan (ton.m)
Mg= momen guling (ton.m)
b. Stabilitas terhadap geser

Sf 
 f . v c.A
H
Keterangan :
Sf = angka keamanan
f = koefisien geser
tg 
 v = jumlah gaya vertikal (ton)
 H = jumlah gaya-gaya horisontal (ton)

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-36


Bendung Gerak

c = kohesi
A = luas bidang dasar pondasi (m2)
= sudut geser dalam
c. Stabilitas terhadap daya dukung tanah

e
M  L
v 2
L
e , maka min/ maks
6
 v 1  6e   
A  L

L 2. v
e , makamaks  
6 L 
3  e  B
2 

Keterangan :
e = eksentrisitas akibat beban yang bekerja (m)
 = Mt-Mg (ton.m)
M

v = jumlah gaya-gaya vertikal (ton)


L = panjang dasar pondasi (m)
B = lebar dasar pondasi (m2)
 = daya dukung yang diijinkan (ton/m2)= q ult
1,3C=.Nc  D.Nq  0,4.t.B.N
Keterangan :
C = kohesi tanah pondasi
Nc = faktor daya dukung tanah
D = dalam pondasi (m)
Nq = faktor daya dukung tanah
t = berat jenis tanah (ton/m3)
B = lebar dasar pondasi (m)
N = faktor daya dukung tanah

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-37


Bendung Gerak

40

35 Nq
N?
30
Nc
Sudut Geser Dalam 25

20

15

10

0
70 60 50 40 30 20 10 0 20 40 60 80 100
Nc dan Nq N?

Gambar 2.29. Faktor Daya Dukung dari Terzaghi

2.13.3. Dasar perhitungan pembebanan


Gaya-gaya yang bekerja pada bendung :
 Tekanan air dan sedimen
 Berat bangunan
 Tekanan tanah
 Gaya gempa
 Tekanan air ke atas (uplift pressure)

ww

Pd
Pw
y y

Gambar 2.30.Diagram tekan air

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-38


Bendung Gerak

1. Tekanan air
a. Tekanan air statis (hidrostatika)
Pw  1 / 2.w.H 2
y  1 / 3.H
Keterangan :
Pw = tekanan air statis (ton)
w = berat jenis air (ton/m3)
H = kedalaman air (m)
y = jarak tekanan yang bekerja (m)
b. Tekanan air dinamis (hidrodinamika)
Keterangan:
Pd = tekanan air dinamis (ton)
w = berat jenis air (ton/m3)
Kh = koefisien gempa horisontal = 0,15
H = kedalaman air (m)
y = jarak tekanan yang
bekerja (m)
2. Berat air
Ww  v.w
Keterangan :
Ww = berat air (ton)
V = volume air (m3)
= berat jenis air (ton/m3)
3. Berat bangunan

w1
w2

w3
w4

Gambar 2.31. Berat Bangunan

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-39


Bendung Gerak

Wt  W 1  W 2  W 3  W 4  ......  Wn
W  v.p

Keterangan :
Wt = berat total bangunan (ton)
W = berat bagian-bagian bangunan (ton)
V = volume (isi) bangunan (m3)
=pberat jenis bangunan (ton/m3)
4. Tekanan tanah

wt1

H
wt2 Pa

Gambar 2.32. Diagram tekanan tanah

Pa  1 / 2.H .t.Ce
Keterangan :
Pa = tekanan tanah (ton)
H = tinggi tanah (m)
t = berat jenis tanah (ton/m3)
Ce = koefisien tekanan tanah aktif
1  sin 
=
1  sin 
 = sudut geser dalam Tanah

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-40


Bendung Gerak

5. Gaya gempa

Kwt1
Kw1 wt1 Kwt2
w1 Kw2
w2
wt2

Kw3 w
3

Gambar 2.33. Gaya gempa


Terdiri dari 2 macam :
A. Gaya gempa akibat beban sendiri
Kw = Kh.W
Keterangan :
Kw = Gaya akibat gempa (ton)
Kh = Koefisien gempa = 0,15
W = berat bahan (ton)
B. Tekanan tanah akibat gempa

Pa'  1 / 2.H .t.Ce'

Keterangan :
Pa’ = tekanan tanah akibat gempa (ton)
H = tinggi tanah (m)
= berat jenis tanah (ton/m3)
Ce’ = koefisien tekanan tanah pada keadaan gempa

 cos  o    cos  o   cos   o   cos  


2 2

 .
 cos    cos  o   cos 2   o   cos 2  
3

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-41


Bendung Gerak

6. Tekanan air ke atas (up lift pressure)

HX H

X
LX

PU1

PU2

Gambar 2.34. Gaya Angkat Air (uplift)

Px  Hx 
Lx
H 
L
Keterangan :
Px = uplift pressure di titik x
(kg/m3)
Hx = tinggi titik x terhadap
muka air (m)
Lx = jarak sepanjang bidang
kontak air dari hulu
bendung sampai x (m)
L = panjang total bidang
kontak bendung dan
tanah bawah (m)
H = beda tinggi energi (m)

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-42


Bendung Gerak

1.13.4 Perencanaan Panjang lantai muka (apron)


 Faktor-faktor yang mempengaruhi panjang lantai apron :
- Macam bahan pondasi
- Tinggi tekan air
- Panjang creep line (rayapan)
 Metode untuk menghitung panjang lantai muka
1. Teori Bligh
L
H 
C

Keterangan:
H = perbedaan tekanan air (m)
L = panjang creep line (m)
C = creep ratio
Agar konstruksi aman, maka L > H.C

2. Teori Lane

Lv  1 / 3.LH
H 
C

LH
Lv   H .C
3

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-43


Bendung Gerak

Tabel 2.5.Creep Ratio

3. Panjang lantai rayapan ( creep line )

Dinding halang
(koperan)

Pelat pancang Dinding halang


halang (koperan)

Gambar 2.35.Creep line dengan pelat pancang


Catatan :
Macam lantai rayapan ada dua, yaitu :
1. Lantai muka (apron)jika terbuat dari beton bertulang tebal 10 cm atau
pasangan batu setebal 20-25 cm.
2. Dinding pancang ( sheet pile) dan dinding halang (coperan )

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-44


Bendung Gerak

2.14. Bangunan Pengambilan


2.14.1. Definisi Dan Fungsi
Bangunan pengambilan adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi
untuk menyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta
menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian
sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan
pembilas.
2.14.2. Bagian Dari Bangunan Pengambilan:
Komponen dari bangunan Pengambilan (intake):
a. Ambang/lantai dinding bangunan sayap
b. Pintu dan perlengkapannnya
c. Pilar penempatan pintu bila pintu lebih dari dua buah
d. Jembatan pelayanan
e. Rumah pintu
f. Saringan Sampah
g. Sponeng dan sponeng cadangan dan lain-lain.

Saluran primer

pangkal pangkal
bendung bendung

A pintu pengambilan A
pengambilan utama
pembilas

lantai atas pintu bilas


pembilas bawah
DENAH
dinding pemisah C C
pilar

Gambar 2.36.Denah Bangunan Pengambilan dengan satu intake

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-45


Pembilas bawah

POTONGAN A - A
Bendung Gerak

tanggul banjir

pengambilan
bukit

bendung

kolam olak

pembilas

Gambar 2.37. Denah Bangunan Pengambilan dengan Dua Intake


2.14.3 Pintu Pengambilan (Intake)
sun
kantong lumpur

gai

Intake umumnya direncanakan dengan pintu berlubang satu atau lebih dan
konstruksi
dilengkapi dengan pintu banjir, dan perlengkapan
lindungan lainnya.
sungai
 0.50 - 1.50 m
p- bronjong
 0.15 - 0.25 m
d- krib
z  0.15 - 0.30 m
n  0.05 m
t  0.10 m
r
mpu

t n
z z
ng lu

pembilas
k anto

an
a h h
a
ran kan saluran
lu r d d
s a ime pembilas
pr
p p
a b
sa
p ri
lur r kiri
me
an

Gambar 3.38. Tipe


jemb
atan Pintu Pengambilan

Kriteria desain pengambilan :


Kapasitas pengambilan harus diambil minimum 120% dari kebutuhan
pengambilan (dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
Rumus kapasitas pintu pengambilan :

Q=μba 2 gz

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-46


Bendung Gerak

keterangan:
Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan
kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-47


Bendung Gerak

Saluran primer

pangkal pangkal
bendung bendung

A pintu pengambilan A
pengambilan utama
pembilas

lantai atas pintu bilas


pembilas bawah
DENAH
dinding pemisah C C
pilar

Pembilas bawah

POTONGAN A - A

mercu
bendung

kolam olak
POTONGAN B-B

POTONGAN C-C

Gambar 3.39. Bangunan Pengambilan dan Pembilas

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-48


Bendung Gerak

2.15. Bangunan Pembilas


2.15.1. Definisi dan Fungsi
Bangunan Pembilas adalah bangunan yang terletak di dekat intake dan menjadi
satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen
dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake.
Desain kriteria untuk menentukan lebar pembilas:
a. lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi diambil sebesar 1/6 – 1/10 dari
lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai
yang lebarnya kurang dari 100 m.
b. lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilarnya.
2.15.2. Bagian dari Bangunan Pembilas
Komponen dari bangunan Pembilas:
a. Undersluice dan perlengkapannnya
b. Pintu pembilas dan perlengkapannya
c. Pilar –pilar penempatan pintu
d. Tembok baya –baya/guide wall
e. Jembatan pelayanan
f. Rumah pintu
g. Sponeng pintu/sponeng cadangan
h. Tembok pangkal
i. Tangga dan lain-lain.

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-49


Bendung Gerak

Tinggi tanggul
Tinggi tanggul

-70
60
~ 0.6 w

As Bendung

Gambar 3.40. Geometri Pembilas

2.15.3. Bangunan Pembilas bawah


Pembilas bawah direncana untuk mencegah masuknya angkutan sedimen dasar
fraksi pasir yang lebih kasar ke dalam pengambilan.
Pintu di ujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah pada
musim kemarau pintu pembilas tetap ditutup agar air tidak mengalir. Untuk menghindari
penyumbatan pada bangunan tersebut, maka pintu harus dibuka setiap hari selama
kurang lebih 60 menit.

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-50


Bendung Gerak

Aliran ke pengambilan
Aliran melalui pembilas bawah
Saluran primer
B

A A

DENAH
Penutup atas
pembilas bawah
B

Satu pintu bilas


Sponeng untuk
Skat balok

Pembilas bawah

POTONGAN A - A ( 1 )

Dua pintu bilas


Mercu
bendung

POTONGAN B - B ( 2 ) POTONGAN A - A ( 2 )

Gambar 3.41. Pembilas Bawah

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-51


Bendung Gerak

Macam dari pintu bilas yang bisa digunakan, yaitui:


 satu pintu tanpa pelimpah (bagian depan tertutup, lihat Gambar 5. a)
 satu pintu dengan pelimpah (bagian depan terbuka, lihat Gambar 5. b)
 dua pintu, biasanya hanya dengan pelimpah (lihat Gambar 5. c)
 pintu radial dengan katup agar dapat membilas benda-benda terapung (lihat
Gambar 5.d)

satu pintu kayu dan satu pintu kayu dan


bagian depan tertutup bagian depan terbuka

Pembilas Pembilas
bawah bawah

A B

bagian atas dapat


digerakkan guna
menghanyutkan
pintu atas dapat diturunkan benda-benda hanyut
untuk menghanyutkan
benda-benda hanyut
dua pintu kayu
pintu bawah dapat diangkat
Pembilas
untuk pembilas
bawah pintu radial

C D

Gambar 3.42.Tipe – tipe pintu bilas


2.16. Kantong Lumpur
2.16.1. Definisi dan Fungsi
Adalah bangunan yang digunakan untuk mengendapkan sedimen dengan diameter
butiran berukuran 0,088mm sebelum masuk /mengalir ke saluran primer yang diletakkan
di sebelah hilir pintu pengambilan (intake )

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-52


Bendung Gerak

a
gai
sun
b2 b1

f
d1

d2
a bendung d1 pembilas e
b1 pembilas d2 pengambilan saluran primer
b2 pengambilan utama e saluran primer
c kantong lumpur f saluran pembilas
Gambar 2.43.Tata letak kantong lumpur
2.16.2. Bagian kantong lumpur
a. Saluran yang berfungsi sebagai kantong lumpur
b. Pintu pengambilan
c. Pintu pembilas
d. Saluran pembilas yang menuju ke sungai
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.44
prim ran
er
salu

pintu pengambilan pembilas

kantong lumpur saluran


B
pembilas

. L .
peralihan

garis sedimentasi maksimum

tampungan sedimen pembilas

Gambar 2.44. Tata letak kantong lumpur yang dianjurkan

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-53


Bendung Gerak

2.16.3. Panjang dan lebar kantong lumpur :


Perencanaan kantong lumpur dipengaruhi oleh ukuran dari partkel sedimen yang
mengendap atau dipengaruhi oleh efisiensi pengendapan dan efisiensi pembila-san.

A v
v
w H H
w C

L B

Gambar 2.45. Skema kantong lumpur ( potongan memanjang dan melintang)

Rumus yang digunakan :


H L Q
= , dengan v =
w v HB
Keterangan :
H = kedalaman aliran saluran, m
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/dt
L = panjang kantong lumpur, m
v = kecepatan aliran air, m/dt
Q = debit saluran, m3/dt
B = lebar kantong lumpur, m
Jadi dimensi kantong lumpur diperoleh dari rumus :
Q
LB =
W
2.16.4. Efisiensi pengendapan
Untuk menentukan efisiensi kantong lumpur, dapat dipakai grafik pembuangan sedimen
dari Camp seperti pada gambar 2.47.
Grafik tersebut memberikan efisiensi sebagai fungsi dari dua parameter, yaitu :
w/w0 dan w/v0

keterangan :

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-54


Bendung Gerak

w = kecepatan endap partikel-partikel yang ukurannya di luar ukuran partikel


yang direncana, m/dt
w0 = kecepatan endap rencana, m/dt
v0 = kecepatan rata-rata aliran daalm kantong lumpur, m/dt
Suspensi sedimen dapat dicek dengan menggunakan kriteria Shinohara Tsubaki. Bahan
akan tetap berada dalam suspensi penuh jika:
v 5
>
w 3
Dengan v  (kecepatan geser) = (g h I)0.5, m/dt
Keterangan :
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
h = kedalaman air, m
I = kemiringan energi
w = kecepatan endap sedimen, m/dt
Penentuan efisiensi pengendapan sebaiknya dicek untuk dua keadaan yang berbeda:
- untuk kantong kosong
- untuk kantong penuh
Untuk kantong kosong, kecepatan minimum harus dicek.Kecepatan ini tidak boleh terlalu
kecil yang memungkinkan tumbuhnya vegetasi atau mengendapnya partikel-partikel
lempung.
Menurut Vlugter, untuk:
w
v>
1,61
Keterangan:
v = kecepatan rata-rata, m/dt
w = kecepatan endap sedimen, m/dt
I = kemiringan energi

a. pengaruh aliran turbulensi terhadap sedimentasi

aliran masuk aliran keluar

daerah sedimentasi

b.efisiensi sedimentasi partikel-patikel individual untuk aliran turbulensi


1.0Gambar 2.46.pengaruh aliran turbulensi terhadap sedimentasi

0.9 W 2.0
Wo

A. Dwi Putra0.8
Ramadhani
1.5 (Water resousces Engineering) Hal III-55
1.2
0.7 1.1
1.0
0.9
0.6 0.8
aliran masuk aliran keluar

Bendung Gerak
daerah sedimentasi

b.efisiensi sedimentasi partikel-patikel individual untuk aliran turbulensi


1.0

0.9 W 2.0
Wo

0.8 1.5

1.2
0.7 1.1
1.0
0.9
0.6 0.8
0.7
0.5
0.6

0.5
0.4
0.4
0.3
0.3
efisiensi

0.2 0.2

0.1 0.1

0
0.001 2 3 4 6 8 2 3 4 6 8 2 3 4 6 8
0.01 0.1 1.0
W/vo

Gambar 2.47. Efisiensi sedimentasi partikel – partikel


individual untuk aliran turbulensi (Gambar Grafik pembuangan sedimen Camp
untuk aliran turbelensi (Camp, 1945))

2.16.5. Volume tampungan


Tampungan sedimen di luar (di bawah) potongan melintang air bebas dapat mempunyai
beberapa macam bentuk Gambar dibawah memberikan beberapa metode pembuatan
volume tampungan.

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-56


Bendung Gerak

F.B 0.3
F.B 0.7
F.B=0.9
=1.0
=
=
F.B
10.00 10
8.00 8
Ps = 2650 kg/m ³
6.00 6
Pw = 1000 kg/m ³
F.B = faktor bentuk = C a.b
4.00 (F.B = 0.7 untuk pasir alamiah) 4
c kecil ; a besar ; b sedang
a tiga sumbu yang saling
2.00 tegak lurus 2
Red = butir bilangan

00
Reynolds = w.do/U

= 10
1.00 1
0.80

R ed
0.60

0.40

=1

0
= 10
Red
0.20
1

Red
= 0.
diameter ayak do dalam mm

Red

= 10
0.10
01

0.08 Red
= 0.

0.06
Red
001

0.04
= 0.
Red

0.02


t=

0 ° 2 0° 0.2 0.4 0.6 2 4 6 8 20 40 60 0.2 0.4 0.6 1 2 4
1 ° 4 1 10 100 mm/dt = 0.1 m/dt
30
kecepatan endap w dalam mm/dt-m/dt

Gambar 2.48. Hubungan antara diameter saringan


dan kecepatan endap untuk air tenang

Volume tampungan bergantung kepada banyaknya sedimen (sedimen dasar maupun


sedimen layang) yang akan terkumpul saat pembilasan.

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-57


Bendung Gerak

1.5 alternatif 1 alternatif 2 1.5


1 1
1
1 1
1

kantong lumpur kantong lumpur


a. kantong lumpur dengan b. kemiringan talut bisa lebih
dinding vertikal dan curam akibat pasangan
tanpa lindungan dasar

pembilas
pengambilan
potongan melintang
pada pengambilan

potongan melintang
pada ujung kantong lumpur kantong lumpur

alternatif lebar dasr lebar dasar


alternatif diperkecil
dengan cara . konstan.
dengan lebar
mengecilkan dasar konstan
lebih dasar d kombinasi alternatif " c "
(potongan memanjang)
pengambilan

pembilas
pembilas

pengambilan
muka air normal
muka air
pada akhir pembilasan

IL d1 I IL
Is ds ISL
kantong lumpur ISL ds
Is
ds = diperdalam kantong lumpur
L L

e potongan melintang (skematik) f alternatif dengan penurunan


dasar pada pengambilan

Gambar 2.49. Potongan melintang dan potongan memanjang kantong lumpur


yang menunjukkan metode pembuatan tampungan

Banyaknya sedimen yang masuk dapat ditentukan dari:


(1) pengukuran langsung di lapangan
(2) rumus angkutan sedimen yang cocok (Einstein – Brown, Meyer – Peter Mueller), atau
kalau tidak ada data yang andal:
(3) kantong lumpur yang ada di lokasi lain yang sejenis.
Sebagai perkiraan kasar yang masih harus dicek ketepatannya, jumlah bahan dalam aliran
masuk yang akan diendapkan adalah 0,6‰.
Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur (pada Gambar d Hubungan antara
diameter saringan dan kecepatan endap untuk air tenang) biasanya sekitar 1,0 m untuk
jaringan kecil (sampai 10 m3/dt), hingga 2,50 m untuk saluran yang sangat besar (100
m3/dt).

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-58


Bendung Gerak

BAB III BENDUNG GERAK

3.1.Definisi
Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama banjir (aliran besar).
Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan bangunan pengambilan sehingga air yang
masuk ke intake tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi
Bendung gerak terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah
dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal maupun radial. Type ini
mempunyai fungsi ganda, yaitu :
a. mengatur tinggi muka air di hulu bendung jika terjadi banjir
b. meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan air untuk berbagai
keperluan

3.2.Macam bendung gerak


Macam dari bendung gerak dapat dibedakan menurut tipe pintunya, yaitu :
1. Pintu geser atau sorong,Banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil
dan sedang
2. Pintu radial dengan daun pintu berbentuk lengkung (busur ) dengan tujuan agar pintu
tidak terlalu berat.
Catatan :
Alat penggerak pintu dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan peralatan
pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau pilar.

3.3.Keuntungan dan Kerugian Bendung Gerak


Keuntungan :
(a) Hampir tidak ada gesekan pada pintu
(b) Alat pengangkatnya ringan dan mudah diekplotasi
(c) Bangunan dapat dipasang di saluran yang lebar
Kerugian :
(a) Bangunan tidak kedap air
(b) Biaya pembuatan bangunan mahal

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-59


Bendung Gerak

(c) Paksi (pivot) pintu memberi tekanan horisontal besar jauh di atas pondasi
(d) Pintu harus tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun

3.4.KomponenKomponenBendungGerakdenganPintu Radial
 Pengambilanutama
 Pintu
 Pembilas
 Dindingpemisah
 Pelatpancang

A A
pengambilan
utama pembilas

dinding pemisah

denah bendung
gerak dengan
pintu radial

Gambar3.1.DenahBendungGerakDenganpintu Radial
jembatan

pintu radial
blok
halang

potongan A-A
pelat pancang
pelat pancang

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-60


Bendung Gerak

jembatan

pintu radial
blok
halang

potongan A-A
pelat pancang
pelat pancang

Gambar3.2.Potonganmelintangbendunggerak

rantai atau
kabel pengangkat

saringan dari baja


potongan
(searah aliran sungai)
penyadap air
tipe tiroller

Gambar 3.3. Pintu pengambilan tipe radial

3.5.Pengoperasian Pintu Bendung Gerak


Prosedur pengoperasian pintu pada bendung gerak :
1. Pintu dibuka penuh pada saat banjir besar
2. Pintu dibuka sebagian pada saat banjir sedang dan kecil
3. Pintu ditutup penuh pada saat kondisi normal

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-61


Bendung Gerak

3.6.Gaya – gaya yang bekerjapadapintu:

rencana jarak
1/n balok untuk pintu
pintu sorong
plat baja

1/n
l
1/n

1/n
pintu radial

Gambar3.4.Gaya – gaya yang bekerjapadapintu

3.7.Perencanaan Pintu Air


3.7.1. TahapanPerencanaan :
1. PerhitunganPembebananPada Plat Pintu
Gaya akibattekanan air yang bekerjapadapintuadalah :
a. tekananhidrostatisdan
b. tekananhidrodinamis.

Gambar3.5. Gaya yang bekerjapadadaunpintu


Rumusuntukmenentukanbesarnyatekananhidrostatispadakedalaman h (m)
daripermukaan air adalah:
Pw = γ w

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-62


Bendung Gerak

Keterangan :
Pw = tekananhidrostatis (t.m-2)
γw = beratjenis air (t.m-3)
H = tinggipermukaan airkedasarsaluran (m)
Z = tinggipermukaan air kekedalamanterterntu (m)
Tekananhidrodinamisadalahtekanan air yang
bekerjapadasaatgempapadakedalaman h (m) daripermukaan air
Pd = 7/8. γw.Kh.z
Keterangan :
Pd = tekananhidrodinamis (t.m-2)
Kh = koefisiengempa

2. Gelagar horizontal
Untukmenahanbesarnyatekanan air yang diterimapintu air,
perludiberikanperkuatanpadapintutersebutberupagelagar horizontal
maupungelagarvertikal agar tidakterjadilendutanakibattekanan air tersebut.
UntukmenentukanLetakgelagar horizontal,
terlebihdahulumenghitungtinggitinjauandenganrumus :
𝑟
ℎ𝑟 = √𝑁 . 𝐻

Keterangan:
hr = tinggitinjauan
r = nomortujuan
N = jumlahtinjauan
Kemudianjarakgelagarhorisontadapatdihitungdenganrumus :
2 ℎ3 −ℎ3
nr =3 . ℎ𝑟2 −ℎ𝑟−1
2
𝑟 𝑟−1

Keterangan :
nr = jarakgelagar horizontal (m)

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-63


Bendung Gerak

Gambar3.6.PenentuanLetakgelagar horizontal

Prosedurperhitungandalampemilihanprofilgelagarutama horizontal adalah :


a. Menghitungbeban yang bekerjapadatiapgelagar, yang berupatekanan air statis
b. Menghitungmomenmaksimumpadabalokdenganrumus
𝑞.𝑙2
Mmaks = 8

Keterangan :
Mmaks = momenmaksimum (t.m)
q = beratbeban per satuanpanjanggelagar (t.m-1)
l = panjanggelagar (m)
Momenmaksimuminiterjaditepatditengah –tengahgelagar

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-64


Bendung Gerak

Gambar3.7.Bebanpadabalokhorizontal
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
c. Menghitungteganganpadagelagar 𝜎= < 𝜎1
𝑊

Keterangan :
𝜎 = tegangan yang terjadi pada gelagar (t.m-2)
W = momentahanbaja (m3)
𝜎𝑖 = tegangan yang terjadi pada gelagar (t.m-2)
5𝑞𝑙4 1
d. Menghitungbesarnyalendutan yang terjadi di tengahgelagar𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠 = < 800
384𝐸𝑙𝑥

Keterangan :
𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠 = lendutan maksimum (cm)
q = beratbeban per satuanpanjanggelagar (kg.cm-1)
𝑙 = panjang betangan (cm)
E = modulus elastisitasbahan = 2,1 x 106 kg.cm-2
𝐼𝑥 = momen inersia terhadap sumbu x (cm4)

3. Gelagarvertikal

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-65


Bendung Gerak

Gelagarvertikalberfungsiuntukmenahangelagar horizontal yang cukup pan-


jang.Beban yang bekerjapadagelagar vertical adalahbebansegitiga.
Untukmerencanakangelagar vertical padaprinsipnyasamadenganperenca-
naangelagar horizontal, tetapirumus yang
dipakaiuntukmenghitungmomenmaksimumdanlendutan yang
terjadiberbedakarenabebansegitiga.

Gambar3.8.Bebanpadagelagarvertikal
Rumusmomenmaksimumbebansegitigaadalah :
l
X=𝑥=
√3
𝑞.𝑙2
Mmaks = 9√3

Keterangan :
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = momen maksimum (t.m)
q = beratbeban per satuanpanjanggelagar (t.m-1)
l = panjanggelagar (m)
X = jarakmomenmaksimumdarimuka air
Rumuslendutanuntukbebansegitigaadalah

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-66


Bendung Gerak

0,00652𝑞𝑙 4 1
𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠 = <
𝐸. 𝑙𝑥 800
Keterangan :
𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠 = lendutanmaksimum (cm)
q = beratbeban per satuanpanjanggelagar (kg.cm-1)
𝐼𝑋 = momen inersia terhadap sumbu x (cm4)

4. Tebal plat pintu


Plat baja yang dilekatkanpadasistemgelagar vertical dan horizontal diren-
canakanuntukmenahanteganganpadalembaranbaja. Plat pintumrupakan bi-dang
persegipanjang yang bertumpupadasekelilingtepinya. Tebal plat
pintudapatdihitungdenganrumusberikut.
1 a2 b2
𝑡 = √2 . k. (a2 +b2) . (σ2 ).P

Keterangan :
𝑡 = tebal plat pintu (cm)
k = koefisien yang tergantungdarikondisitumpuan (0,8)
a,b = panjangsisibidangpersegipanjang (cm)
𝜎1 = teganganijin (kg.cm-2)
𝑃 = tekanan air (kg.cm-2)
Biasanyaketebalan plat bajadiberikelebihan 1 mm
untukmenjagakemungkinanterjadinya karat danaus

5. Sambungankontruksi
Dalammerencanakansambunganutamakonstruksipintudipakaibaut.Untukmengetahuik
ebutuhanbautperludiketahuikekuatanbautdenganrumus: 𝑃𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 =
1
2. 4 . 𝑑2 . 𝜎𝑔𝑒𝑠𝑎𝑟

𝑃𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢 = 𝑡. 𝑑. . 𝜎𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢
Keterangtan :
d = diameter baut (cm)
t = tebalpenghubung (cm)

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-67


Bendung Gerak

Pgeser = kekuatanbautakibatgayageser (kg)


Ptumpu = kekuatanbautterhadaptumpuan (kg)
δgeser = tegangangeser = 0,6δijin (kg.cm-1)
𝛿𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢 = tegangan tumpu = 1,4𝛿𝑖𝑗𝑖𝑛 (kg.cm-1)
Keduategangantersebutdibandingkanuntukmendapatkantegangan yang
tekecilsebagaiacuanuntukmenentukanjumlahbaut. Jumlahbaut yang
diperlukanditentukandenganrumusberikut :
P
n=
Pmin
Keterangan :
n = jumlahbaut yang diperlukan
P = gaya yang bekerjapadabatang (kg)
Pmin = kekuatanbaut minimum (kg)

A. Dwi Putra Ramadhani (Water resousces Engineering) Hal III-68

Anda mungkin juga menyukai