Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FOOD AND NUTRITION

Asam Borat

Disusun oleh:
Eza Media Arlan
472017409

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia telah banyak ditemukan penyimpangan terhadap penggunaan bahan
pengawetan makanan yaitu beberapa pedagang lebih menyukai menggunakan zat - zat berbahaya
seperti boraks, dan formalin. Bahan Tambahan Makanan (BTP) terlebih khusus pengawet
umumnya digunakan di indonesia dengan alasan positif yaitu mempertahankan daya tahan suatu
makanan, sejalan dengan perkembangan zaman maka terdapat banyak perubahan mulai dari
pengurangan bahan tambahan makanan alami dan peningkatan bahan tambahan makanan
sintesis.
Pada zaman yang modern ini pencampuran bahan makanan tambahan bagi sebagian besar
penjual seperti pengawet sangat sering dilakukan untuk menjaga kondisi makanan dalam
keadaan yang baik pada jangka waktu yang lama. Tetapi dengan sengaja para penjual
menambahkan pengawet seperti boraks pada bahan makanan agar menambah cita rasa dan
keawetan makanan tersebut tanpa mengetahui bahaya yang ditimbulkan pada para konsumennya.
Boraks sejak lama, disalahgunakan oleh beberapa produsen untuk pembuatan kerupuk
beras, mie, lontong (sebagai pengeras), bakso (pengenyal dan pengawet), kecap (pengawet),
bahkan bubur ayam (sebagai pengental dan pengawet). Fungsi boraks sebenarnya adalah
digunakan dalam industri non pangan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu,
antiseptik dan pengontrol kecoa (Sultan, dkk., 2013).
Maraknya kasus zat pengawet pada produk makanan sungguh memprihatinkan
dikarenakan kandungan zat kimia berbahaya terdapat didalam makanan tersebut dan masuk ke
tubuh kita. Kita sebagai konsumen awam yang tidak mengetahui apa itu boraks sangat sulit
untuk memilih makanan yang ingin dikonsumsi, tingkat pengetahuan yang rendah pada
konsumen dapat memberikan efek negatif jika selalu mengonsumsi boraks yang berlebihan.
Kandungan boraks hanya bisa diketahui melalui uji laboratorium. Oleh karena itu praktikum ini
perlu dilakukan untuk mengetahui uji kandungan boraks pada beberapa produk pangan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mahasiswa mampu mengidentifikasi kandungan borat
dalam makanan atau jajanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Boraks adalah bahan yang seharusnya tidak digunakan untuk mengawetkan bahan
makanan, tetapi boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalah
gunakan para penjual untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang
molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga
dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan
(Vepriati, 2007).
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB4O7). berbentuk
padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan
demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat. Senyawa-senyawa asam borat ini
mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian
air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan
dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah
menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara
perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan
garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal
transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (Khamid, 2006).
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain
digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun
pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang
terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat
dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau
testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi,
boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan
kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih,
akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah
mencapai 10 - 20 g atau lebih (Indra, dkk. 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 5 juli 2018, pukul 10.00 - 12:.00 WIB di
laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pisau, kertas tumerik, sendok, gelas beker,
erlenmeyer, ember, pipet ukur. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
larutan kunyit, tahu, bakso pasar, bakso bermerek, tempura, gendar, dan mie basah.
3.3 Cara kerja
Sampel padat atau pasta dipanaskan dengan air secukupnya untuk menjadikan larutan
sebelum proses pengasaman. Kemudian sampel diasamkan dengan 3,5 ml HCl. Sampel yang
sudah diasamkan kemudian dicelupkan ke dalam larutan kunyit dan segera diangkat. Jika
terdapat Na2B4O7 atau H3BO3 maka sampel akan berubah warna.
BAB IV
HASIL
4.1 tabel hasil pengamatan identifikasi asam borat

No Sampel Identifikasi asam borat


Kertas tumerik : -
1. Tahu
Kunyit :-
Kertas tumerik : -
2. Tempura
Kunyit :-
Kertas tumerik : -
3. Gendar
Kunyit :-
Kertas tumerik : -
4. Mie basah
Kunyit :-
Kertas tumerik : -
5. Bakso pasar
Kunyit :-
Kertas tumerik : -
6. Bakso bermerk
Kunyit :-
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum pengujian asam borat pada makanan ini menggunakan sampel tahu,
tempura, gendar, mie basah, bakso pasar, dan bakso bermerk. Setelah melakukan pengujian
dengan tahapan yang telah diberikan oleh asisten dosen, yaitu proses pemanasan sampel yang
ingin diuji, kemudian proses pengasaman sapel dengan menggunakan larutan HCL dan telah
diuji dengan menggunakan larutan kunyit dan kertas tumerik hasil yang didapatkan semua
sampel adalah negatif. Kemungkinan besar hasil dari praktikum yang telah kami lakukan tidak
berjalan dengan semestinya, walaupun telah mengikuti aturan dan prosedur yang berlaku,
mungkin saja pada hal detail yang kami lupakan yaitu mengerjakan semua kegiatan
dilaboratorium dengan teliti dan konsentrasi, sehingga pada sampel bahan makanan yang kami
periksa semuanya tidak mengandung boraks. Disarankan pada setiap praktikan melakukan
kegiatan apapun didalam laboratorium dengan ketelitian yang baik, mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan, dan menggunakan konsentrasi larutan dengan tepat agar hasil yang didapatkan
pada praktikum tidak mengecewakan atau salah.
Makanan adalah salah satu dari tiga kebutuhan dasar bagi manusia selain kebutuhan
sandang dan papan. Dengan mengonsumsi makanan tubuh manusia akan menghasilkan tenaga
atau energi. Energi tersebut diperlukan untuk kelangsungan hidup dan aktivitas manusia.
Makanan yang digunakan pada praktikum ini memiliki kandungan yang beragam yaitu,
Komposisi dan kandungan tahu, tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang
difermentasikan dan diambil sarinya. Bakso mengandung energi sebesar 190 Kkal, protein 10,3
gr, karbohidrat 23,1 gr, lemak 6,3 gr, kalsium 35 mg, fosfor 0 mg, dan zat besi 6,75 mg.
Sedangkan tahu memiliki kandungan gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat,
kalori dan mineral, fosfor, vitamin b-kompleks Mie basah mengandung energi sebesar 360 Kkal,
protein 5,9 gr, karbohidrat 49,87 gr, lemak 16,15 gr, kalsium 100 mg, fosfor 90 mg, dan zat besi
3,7 mg, mie basah juga mengandung vitamin a sebanyak 1551 iu, vitamin b1 0,03 mg dan
vitamin c 22 mg. Kandungan pada tempura yaitu, kalori 16 kkal, lemak 0,31 g, lemak jenuh
0,074 g, lemak tak jenuh ganda 0,089 g, lemak tak jenuh tunggal 0,075 g, kolesterol 18 mg,
protein 2 g, karbohidrat 1,14 g, serat 0 g, gula 0,05 g, sodium 47 mg, kalium 19 mg. Gendar
mengandung kalori 12 kkal, lemak 0,17 g, lemak jenuh 0,024 g, lemak tak jenuh ganda 0,079 g,
lemak tak jenuh tunggal 0,056 g, kolesterol 0 mg, protein 0,2 g, karbohidrat 2,23 g, serat 0 g,
gula 0 g, sodium 23 mg, kalium 3 mg. Pada setiap kandungan gizi bahan makanan yang
digunakan sebagai sampel sebenarnya baik dikonsumsi untuk memberikan kebutuhan energi
pada setiap konsumen serta kandungan dari gizi tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan
energi agar tidak terjadi kekurangan gizi, tetapi dengan adanya campuran boraks oleh orang yang
tidak bertanggung jawab, memberikan efek bahaya bagi makanan tersebut sehingga lama
kelamaan akan menyebabkan kematian pada konsumen.
Kunyit memang sangat bermanfaat dalam mendeteksi boraks secara sederhana, praktis,
dan cepat. Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-
5% dan zat - zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton sesquiterpen,
turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol, dan sineil. Kunyit juga
mengandung Lemak sebanyak 1 - 3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%,
Vitamin C 45-55%, dan garam - garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium. Pengujian
kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan dengan ekstrak kunyit. Ekstrak kunyit dapat
digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak kunyit tersebut mengandung senyawa
kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan karena
kurkumin mampu menguraikan ikatan - ikatan boraks menjadi asam borat dan mengikatnya
menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron cyano kurkumin
kompleks. Maka, ketika makanan yang mengandung boraks ketika ditetesi oleh ekstrak kunyit
akan mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan (Rahimsyah. 2010).
Pada zama modern ini boraks banyak sekali digunakan dalam industri makanan, seperti
dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, tahu, bakso, sosis, bahkan dalam pembuatan
kecap, padahal zat kimia ini merupakan bahan beracun dan bahan berbahaya bagi manusia
sehingga sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Tentunya tidak ada seorang
pun yang akan mengonsumsi jika mengetahui barang tersebut mengandung zat berbahaya di
dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara mendeteksi adanya kandungan boraks
dalam bahan makanan dan bahayanyha bagi kesehatan. Teridentifikasinya boraks pada bahan
tersebut dapat kita rasakan pula perbedaannya dengan makanan yang tidak menggunakan boraks,
namun hal tersebut tidak mutlak dan hanya sebagai perkiraan saja.
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berkibat buruk, namun
sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit demi sedikit dalamorgan hati, otak dan testis. Boraks
tidak hanya diserap melalui pencernaannamun juga dapat diserap melalui kulit. Makanan yang
mendandung boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme
manusia dan dapat merusak kesehatan manusia. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah
kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangatsedikit melalui keringat. Boraks
bukan hanya mengganggu enzim – enzim metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi
pria. Bila kita sering mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah yang banyak, boraks menyebabkan
demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang system saraf pusat, menimbulkan
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahakan kematian
(Nasution, Anisyah. 2009).
Boraks adalah zat pengawet yang tidak digunakan dalam proses pembuatan suatu bahan
makanan, di Indonesia tidak ada batas kandungan boraks dalam suatu makanan dikarenakan
boraks adalah zat yang berbahaya jika dikonsumsi atau masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut
peraturan (kepala badan POM Republik Indonesia No. 36 tahun 2013) tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pengawet BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara
langsung dan tidak diperlakukan sebagai bahan baku pangan. BTP dapat mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada
pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung. BTP tidak
termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempertahankan atau
meningkatkan nilai gizi.
Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis
berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas
di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat
buruk terhadap kesehatan tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap
dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks
sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional,
batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu ilegal, pelaku akan dipajara 12
tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram per 1 kilogram pangan. (Wijaya & Afandi. 2012).
Cara kerja untuk mengidentifikasi borak, pertama kita membuat kertas tumerik. buat
kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan memasukkan satu sendok teh boraks ke
dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks, teteskan pada kertas tumerik yang sudah
disiapkan. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan
dipergunakan sebagai kontrol positif. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air.
Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik. Amati
perubahan warna apa yang terjadi pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada
kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks. Apabila tidak
sama warnanya, berarti bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks (Palupi. R.A.P 2011).
Beberapa uji kualitatif untuk boraks, yaitu mereaksi dengan H2SO4 dan metanol pada
abu sampel yang digunakan reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan H2SO4 dan
etanol dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada sampel
yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar, reaksi
dengan asam oksalat dan kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan
abu yang bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau
tua kehitaman. Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika
terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah menjadi hijau biru
terang. Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan asam dari sampel menghasilkan coklat merah
intensif ketika kertas mengering, yang berubah menjadi hijau kehitaman jika diberi larutan
ammonia, reaksi dengan penambahan H2SO4 dan etanol pada sampel, akan menghasilkan nyala
hijau jika dibakar. Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades bebas
CO2 akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar, dan penambahan phenolftalein ke dalam
larutan sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan warna merah yang hilang dengan
penambahan 5ml gliserol ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).
BAB VI
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini praktikan dapat mengetahui dan mengidentifikasi
kandungan boraks dalam bahan makanan, mengetahui standar konsumsi dan mengetahui izin
penggunaan boraks dalam bahan makanan yang telah diberikan pemerintah. Serta mahasiswa
juga dapat menghindari makanan atau jajanan yang mengandung boraks sehingga dapat terbebas
dari penyakit yang diakibatkan jika terlalu banyak mengonsumsi boraks secara berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Penerbit Kompas. Jakarta.

Nasution, Anisyah. 2009. Analisis Kandungan Borakas pada Lontong di Kelurahan Padang
Bulan Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

PerKa BPOM RI No. 36 Tahun 2013. Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pengawet. Bab II. Pasal 2. Jakarta.

Rahimsyah. 2010. Penyembuhan Alami dengan Herbal dan Pijat Refleksi. Lintas Media. Jakarta.

Tubagus Indra, dkk. 2013. Jurnal Identifikasi Penetapan Kadar Boraks dalam Bakso Jajanan di
Kota Manado. Fmipa Unsrat. Manado.

Vepriati, N. 2007. Surveilans Bahan Berbahaya pada Makanan di Kabupaten Kulon Progo.
Dinkes Kulon Progo. Kulon Progo.

Wijaya, C. H., Mulyono, N., & Afandi, F. A. (2012). Bahan Tambahan Pangan Pengawet. IPB
Press. Bogor.

Palupi R.A.P. 2011. Identifikasi Borak Dalam Makanan. Vol 1. Purwokerto.

Sultan. P. Sirajuddi. S. Najamuddin, U. 2013, Analisis Kandungan Pengawet Boraks Pada


Jajanan Bakso Di SDN Kompleks Mangkura Kota Makassar. Jurnal Fakultas Ilmu Gizi.
Universitas Hasanuddin Makassar.
LAMPIRAN

Identifikasi
kandungan
Tempura
Pemanasan Penambahan 3,5 borak
sebelum di Hasil akhir
tempura ml HCl dengan
identifikasi
kertas
numerik

Anda mungkin juga menyukai