FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018 Latar Belakang Ilmu pangan meliputi peningkatan kualitas dan kuantitas bahan pangan secara optimum dengan memperhatikan nilai gizi dan keamanan pangan dan juga hal – hal praktis dari produksi, pengolahan, pengawetan, distribusi, dan penggunaan bahan pangan. Pangan dibutuhkan manusia secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Usaha mencukupi kebutuhan pangan di negara- negara berkembang dilakukan secara tradisional atau dengan cara memperluas lahan pertanian yang disebut ekstentifikasi, sedangkan di negara maju, sistem pertanian telah dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu cara mengolah pertanian dengan lebih baik dan moderen. Hal itu menyebabkan produksi pertanian negara maju lebih banyak dibanding negara berkembang. Membahas tentang bahan pangan tidak hanya menyangkut satu jenis ilmu saja yang dapat membahas tentang studi ini, akan tetapi studi ini dapat di kaji dengan berbagai jenis ilmu yang berbagai macam seperti, ilmu gizi, ilmu pangan, ilmu pertanian, dan juga ilmu perkebunan. Semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupannya. Bakteri, dan kapang serta insekta selalu berkompetisi dengan manusia untuk mengomsumsi persediaan pangannya. Senyawa organik yang sangat sensitif dalam bahan pangan dan keseimbangan biokimia dari senyawa tersebut akan mengalami destruksi oleh hampir semua variabel lingkungan di alam. Panas dan dingin, cahaya, oksigen, kelembaban, kekeringan, waktu dan kandungan enzim dalam bahan pangan itu sendiri. Semua cenderung merusakkan bahan pangan. Hampir semua jenis bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari ligkungan sekitarnya seperti udara, air, tanah, debu, kotoran, dan bahan organik yang telah membusuk. Populasi mikroorganisme yang berada pada suatu bahan pangan umumnya bersifat spesifik dan tergantung pada jenis bahan pangan dan kondisi tertentu dari penyimpanannya. Kerusakan pangan sukar didefinisikan secara tegas karena sifatnya relatif. Misalnya bila ditinjau dari segi selera, bahan makanan yang dianggap oleh sebagian orang telah rusak, malahan oleh orang lain dianggap enak. Setiap orang sulit membedakan jenis kerusakan yang bisa membahayakan terhadap kesehatan tubuh. Belum tentu makanan yang dianggap rusak mempengaruhi kesehatan, tetapi nilai estetikanya atau nilai gizinya akan berkurang. Pembahasan Kerusakan pangan adalah perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari karakteristik normal. Beberapa bahan dianggap rusak bila telah menunjukan penyimpangan konsistensi kental menjadi encer, maka itu menandakan kerusakan. Kerusakan pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan oleh manusia. Beberapa bahan dianggap bila telah menunjukan penyimpangan konsistensi kental menjadi encer, maka itu menandakan kerusakan. Kerusakan bahan pangan tidak dapat dihindari, cepat atau lambat akan rusak dengan sendirinya dan juga dapat rusak oleh beberapa faktor alam serta mikroba yang ada pada bahan pangan tersebut. Akan tetapi kerusakan bahan pangan dapat di tunda dengan cara penyimpanan bahan pangan pada tempat yang steril serta cara pengolahan bahan pangan yang baik tidak akan merusak nilai gizi yang terkandung di bahan pangan tersebut. Suatu bahan rusak bila menunjukkan adanya penyimpangan pada bahan pangan tersebut. Penyimpangan dari keadaan semula tersebut meliputi beberapa hal, diantaranya Konsistensi, Tekstur, Memar, Berlendir, Berbau busuk, Gosong, Ketengikan, Penyimpangan pH, Reaksi Browning, Penggembungan kaleng, Penyimpangan warna, Penyimpangan cita rasa, Penggumpalan/pengerasan pada tepung, Lubang/bekas gigitan, Candling (keretakan pada kulit telur). Dari penyimpangan bahan pangan serta beberapa faktor yang menyebabkan bahwa bahan pangan tersebut dikatakan sudah rusak, terdapat beberapa pengertian yang menyebabkannya seperti kerusakan mikrobiologis, Kerusakan biologis adalah kerusakan bahan pangan yang di sebabkan oleh aktivitas mikroba. Mikroba yang dapat merusak bahan pangan antara lain adalah kapang, khamir dan bakteri. Mikroba - mikroba tersebut mempunyai daya rusak yang tinggi karena dapat menyebabkan degradasi komponen bahan pangan sehingga bersifat toksin dan berbahaya untuk kesehatan. Bahan pangan yang telah terkontaminasi mikroba akan menjadi sumber kontaminasi bagi bahan pangan yang masih bagus. Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan. Kerusakan ini sangat merugikan dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan karena racun yang diproduksi, penularan serta penjalaran kerusakan yang cepat. Kemudian kerusakan yang diakibatkan oleh enzim. Salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan adalah enzim. Enzim merupakan protein yang diproduksi dari sel hidup dan digunakan oleh sel - sel untuk mengkatalisis reaksi kimia yang spesifik. Spesifitas enzim sangat tinggi terhadap substratnya. Artinya, enzim bekerja secara khusus hanya dengan substrat tertentu untuk menghasilkan produk. Enzim tidak ikut bereaksi, sehingga struktur enzim tidak berubah baik sebelum dan sesudah reaksi tetap. Enzim lengkap atau sering disebut holoenzim, terdiri atas komponen protein dan nonprotein. Komponen protein yang menyusun enzim disebut apoenzim. Komponen ini mudah mengalami denaturasi, misalnya oleh pemanasan dengan suhu tinggi. Adapun penyusun enzim yang berupa komponen nonprotein dapat berupa komponen organik dan anorganik. Komponen organik yang terikat kuat oleh protein enzim disebut gugus prostetik, sedangkan komponen organik yang terikat lemah disebut koenzim. Beberapa contoh koenzim antara lain vitamin (vitamin B1, B2, B6, niasin, dan biotin), NAD (nikotinamida adenin dinukleotida), dan koenzim A (turunan asam pentotenat). Komponen anorganik yang terikat lemah pada protein enzim disebut kofaktor atau aktivator, misalnya beberapa ion logam seperti Zn2+, Cu2+, Mn2+, Mg2+, K+, Fe2+, dan Na+. Kemudian kerusakan mekanis pada bahan pangan, kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan - benturan mekanis. Kerusakan ini terjadi pada benturan antar bahan saat dipanen dengan alat, selama pengangkutan tertindih atau tertekan, serta terjatuh sehingga mengalami cacat berupa memar, tersobek atau terpotong. Kerusakan mekanis juga dapat disebabkan karena bahan jatuh dari tangan atau alat pengangkutan, sehingga terbentur dengan benda yang keras seperti batu atau tanah, yang dapat mengalami pememaran dan kerusakan pada bahan pangan. Kemudian kerusakan fisik pada bahan pangan, kerusakan ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik misalnya terjadinya case hardening karena penyimpanan dalam gudang basah menyebabkan bahan seperti tepung kering dapat menyerap air sehingga terjadi pengerasan atau membatu. Dalam pendinginan terjadi kerusakan dingin chilling injuries atau kerusakan beku freezing injuries dan freezer burn pada bahan yang dibekukan. Sel-sel tenunan pada suhu pembekuan akan menjadi kristal es dan menyerap air dari sel sekitarnya. Akibat dehidrasi ini ikatan sulfihidril dari protein akan berubah menjadi ikatan disulfida sehingga fungsi protein secara fisiologis hilang dan fungsi enzim juga hilang, sehingga metabolisme berhenti dan sel rusak kemudian membusuk. Kemudian kerusakan kimia pada bahan pangan, kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya coating atau enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena terjadinya reaksi lapisan dalam kaleng dengan H–S– yang diproduksi oleh makanan tersebut. Adanya perubahan pH menyebabkan suatu jenis pigmen mengalami perubahan warna, demikian pula protein akan mengalami denaturasi dan penggumpalan. Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Browning nonenzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana dapat menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan. Selain pengertian kerusakan bahan pangan diatas, terdapat pula faktor – faktor yang menyebabkan kerusakan bahan pangan seperti pertumbuhan mikroba yang terjadi akibat pembusukan pangan dapat ditemukan di tanah, air dan udara. Secara normal tidak ditemukan di dalam tenunen hidup, seperti daging hewan atau daging buah. Tumbuhnya mikroba di dalam bahan pangan dapat mengubah komposisi bahan pangan, dengan cara : menghidrolisis pati dan selulosa menjadi fraksi yang lebih kecil; menyebabkan fermentasi gula; menghidrolisis lemak dan menyebabkan ketengikan; serta mencerna protein dan menghasilkan bau busuk dan amoniak. Kemudian serangan serangga yang dapat merusak buah - buahan, sayuran, biji - bijian dan umbi - umbian. Gigitan serangga akan kelukai perkukaan bahan pangan sehingga menyebabkan kontaminasi oleh mikroba. Pada bahan pangan dengan kadar air rendah (biji-bijian, buah-buahan kering) dicegah secara fumigasi dengan zat - zat kimia seperti metil bromida, etilen oksida, propilen oksida. kemudian pemanasan dan pendinginan yang tidak diawasi secara teliti dapat menyebabkan kebusukan bahan pangan. Suhu pendingin sekitar 4,5 oC dapat mencegah atau memperlambat proses pembusukan. Pemanasan berlebih dapat menyebabkan denaturasi protein, pemecahan emulsi, merusak vitamin, dan degradasi lemak/minyak. Pembekuan pada sayuran dan buah - buahan dapat menyebabkan thawing setelah dikeluarkan dari tempat pembekuan, sehingga mudah kontaminasi dengan mikroba. Pembekuan juga dapat menyebabkan denaturasi protein susu dan penggumpalan dan kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi RH udara sekitar. Bila terjadi kondensasi udara pada permukaan bahan pangan akan dapat menjadi media yang baik bagi mikroba. Kondensasi tidak selalu berasal dari luar bahan. Di dalam pengepakan buah-buahan dan sayuran dapat menghasilkan air dari respirasi dan transpirasi, air ini dapat membantu pertumbuhan mikroba. Kesimpulan Kerusakan pangan juga dapat diartikan sebagai penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indra atau parameter lain yang biasa digunakan oleh manusia. Secara naluriah manusia dapat mengatakan bahwa pangan telah rusak dan tidak dapat dikonsumsi melalui rasa dan penampakan pangan. Kerusakan bahan pangan tidak dapat dihindari tetapi dapat di tunda dengan berbagai cara penyimpanan yang baik serta pengolahan yang benar. Kerusakan bahan pangan disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu aktivitas enzimyang terdapat dalam bahan pangan, aktivitas serangga, parasit/binatang, kandungan air dalam bahan pangan, suhu, baik suhu tinggi maupun rendah, udara khususnya oksigen, sinar dan waktu penyimpanan. Jenis kerusakan pangan dibedakan menjadi kerusakan mikrobiologis, kerusakan mekanis dan fisik, kerusakan kimiawi, kerusakan yang diakibatkan oleh enzim dan kerusakan biologis DAFTAR PUSTAKA K.A. Buckle dkk. 2013. Ilmu Pangan. UI-Press. Jakarta Gaman, P. P-K. B. Sherrington. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajahmada Press. 1994.