Pengertian getaran
Getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan. Kesetimbangan di sini
maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak
ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran mempunyai amplitudo (jarak simpangan
terjauh dengan titik tengah) yang sama.
Ciri-Ciri getaran
Getaran merupakan jenis gerak yang mudah kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik
gerak alamiah maupun buatan manusia. Semua getaran memiliki ciri-ciri tertentu. Apa ciri-
ciri getaran itu?
Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran disebut periode getar yang
dilambangkan dengan (T). Banyaknya getaran dalam satu sekon disebut frekuensi (f). Suatu
getaran akan bergerak dengan frekuensi alamiah sendiri. Hubungan frekuensi dan periode
secara matematis ditulis sebagai berikut:
dengan:
T = periode (s)
f = banyaknya getaran per sekon (Hz)
Satuan periode adalah sekon dan satuan frekuensi adalah getaran per sekon atau disebut juga
dengan hertz (Hz), untuk menghormati seorang fisikawan Jerman yang berjasa di bidang
gelombang, Hendrich Rudolf Hertz. Jadi, satu hertz sama dengan satu getaran per sekon
Jenis getaran
a) Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan
bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul garpu tala dan
membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu
dilepaskan.
b) Getaran paksa terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada sistem mekanis.
Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.
Gelombang
Pengertian Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan
mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik, dan mungkin radiasi gravitasional,
yang bisa berjalan lewat ruang hampa udara, gelombang juga terdapat pada medium (yang
karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya pegas) di mana mereka dapat berjalan dan
dapat memindahkan energi dari satu tempat kepada lain tanpa
mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan
secara masal.
Ketika kita melempar batu ke dalam genangan air yang tenang, gangguan yang kita berikan
menyebabkan partikel air bergetar atau berosilasi terhadap titik setimbangnya. Perambatan
getaran pada air menyebabkan adanya gelombang pada genangan air tadi. Jika kita
menggetarkan ujung tali yang terentang, maka gelombang akan merambat sepanjang tali
tersebut. Gelombang tali dan gelombang air adalah dua contoh umum gelombang yang mudah
kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika kita melihat gelombang pada genangan air, seolah-olah tampak bahwa gelombang
tersebut membawa air keluar dari pusat lingkaran. Demikian pula, ketika Anda menyaksikan
gelombang laut bergerak ke pantai, mungkin Anda berpikir bahwa gelombang membawa air
laut menuju ke pantai. Kenyataannya bukan seperti itu. Sebenarnya yang Anda saksikan adalah
setiap partikel air tersebut berosilasi (bergerak naik turun) terhadap titik setimbangnya. Hal ini
berarti bahwa gelombang tidak memindahkan air tersebut. Kalau gelombang memindahkan air,
maka benda yang terapung juga ikut bepindah. Jadi, air hanya berfungsi sebagai medium bagi
gelombang untuk merambat.
Karakteristik Gelombang
a) Pemantulan
Ada dua butir hukum pemantulan cahaya yang dikemukakan oleh Snellius, yaitu:
(1)Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang dan berpotongan di
satu titik pada bidang itu;
(2)Sudut antara sinar pantul dan garis normal (sudut pantul, r) sama dengan sudut antara sinar
datang dan garis normal (sudut datang, i) i = r. Garis normal adalah garis yang tegak lurus
bidang datar.
1. Pemantulan gelombang lingkaran oleh bidang datar
Bagaimanakah jika yang mengenai bidang datar adalah muka gelombang lingkaran? Gambar
1.17 menunjukkan pemantulan gelombang lingkaran sewaktu mengenai batang datar yang
merintanginya. Gambar 1.18 adalah adalah analisis dari Gambar 1.17.
Sumber gelombang datang adalah titik O. Dengan menggunakan hukum pemantulan, yaitu
sudut datang =sudut pantul, kita peroleh bayangan O adalah I. Titik I merupakan sumber
gelombang pantul sehingga muka gelombang pantul adalah lingkaran-lingkaran yang
berpusat di I, seperti ditunjukkan pada gambar 1.18.
Contoh:
Sebuah pembangkit bola digetarkan naik dan turun pada permukaan air dalam tangki riak
dengan frekuensi tertentu, menghasilkan gelombang lingkaran seperti pada Gambar 1.36.
Suatu keping logam RQS bertindak sebagai perintang gelombang. Semua muka gelombang
pada Gambar 1.36 dihasilkan oleh pembangkit bola dalam waktu 0,6 s. Perintang keping
logam berjarak 0,015m dari sumber gelombang P. Hitung (a) panjang gelombang, (b)
frekuensi, dan (c) cepat rambat gelombang.Pembahasan:
0,015 m = 3λ
λ = 0,005 m
(b) Selang waktu yang diperlukan untuk menempuh dua muka gelombang yang berdekatan
=1/T, dengan T adalah periode gelombang. Gelombang datang (garis utuh) dari P ke Q
menempuh 3T, sedangkan gelombang pantul (garis putus-putus) dari Q ke P menempu waktu
3T.
0,6 s = 6T
T = 0,1 s.
Frekuensi f adalah kebalikan periode, sehingga:
f = 1/(0,1s) = 10 Hz.
b) Pembiasan
Pada umumnya cepat rambat gelombang dalam satu medium tetap. Oleh karena frekuensi
gelombang selalu tetap, maka panjang gelombang (λ=v/f) juga tetap untuk gelombang yang
menjalar dalam satu medium. Apabila gelombang menjalar pada dua medium yang jenisnya
berbeda, misalnya gelombang cahaya dapat merambat dari udara ke air. Di sini , cepat rambat
cahaya berbeda. Cepat rambat cahaya di udara lebih besar daripada cepat rambat cahaya di
dalam air. Oleh karena (λ=v/f), maka panjang gelombang cahaya di udara juga lebih besar
daripada panjang gelombang cahaya di dalam air. Perhatikan λ sebanding dengan v. Makin
besar nilai v, maka makin besar nilai λ, demikian juga sebaliknya.
Perubahan panjang gelombang dapat juga diamati di dalam tangki riak dengan cara
memasang keping gelas tebal pada dasar tangki sehingga tangki riak memiliki dua kedalaman
air yang berbeda, dalam dan dangkal, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.19. Pada gambar
tampak bahwa panjang gelombang di tempat yang dalam lebih besar daripada panjang
gelombang di tempat yang dangkal (λ1 > λ2). Oleh karena v=λf, maka cepat rambat
gelombang di tempat yang dalam lebih besar daripada di tempat yang dangkal (v1 > v2).
Gambar 1.19. Panjang gelombang di tempat yang dalam lebih besar daripada panjang
gelombang di tempat yang dangkal (λ1 > λ2)
Diagram pembiasan ditunjukkan pada Gambar 1.20. Mula-mula, muka gelombang datang
dan muka gelombang bias dilukis sesuai dengan foto. Kemudian sinar datang dan sinar bias
dilukis sebagai garis yang tegaklurus muka gelombang datang dan bias.
Selanjutnya, garis normal dilukis. Sudut antara sinar bias dan garis normal disebut sudut bias
(diberi lambang r). Pada Gambar 1.20 tampak bahwa sudut bias di tempat yang dangkal lebih
kecil daripada sudut datang di tempat yang dalam (r < i). Dapat disimpulkan bahwa sinar
datang dari tempat yang dalam ke tempat yang dangkal sinar dibiaskan mendekati garis
normal (r < i). Sebaliknya, sinar datang dari tempat yang dangkal ke tempat yang dalam
dibiaskan menjauhi garis normal (r>i).
Untuk keperluan penurunan rumus, kita buat diagram skematik pembiasan seperti pada
Gambar 1.21.
AP adalah suatu muka gelombang dalam medium 1 yang memotong bidang batas di titik A.
Dalam waktu Δt gelombang dari P menempuh jarak v1Δt dan tiba di titik B pada bidang batas
yang memisahkan kedua medium dengan sudut datang i. Pada waktu Δt yang sama, gelombang
dari titik A menempuh jarak v2Δt masuk ke dalam medium 2 dan tiba di titik B’. Muka
gelombang baru BB’ tidak sejajar dengan muka gelombang AP semula sebab cepat
rambat v1 dan v2 berbeda (v2< v1).
Perhatikan Δ ABP
sinΦ1=
sinΦ1=
AB =
Φ1 = i, sehingga ;
AB = ....................(i)
sinΦ2=
sinΦ2=
AB =
Φ2 = r, sehingga ;
AB = ....................(ii)
= n ...................................1.18
dengan:
i = sudut datang
r = sudut bias
Perhatikan persaman (1-18). Jika sinar datang dari tempat yang dalam ke tempat yang dalam
ke tempat yang dalam ke tempat yang dangkal, maka:
v1= v2
>1
r<i
Sudut bias < sudut datang, dan hasil ini sesuai dengan Gambar 1.21.
Jika indeks bias medium 2 adalah n2 dan indeks bias medium 1 adalah n1, maka n pada dapat
ditulis n= . Selanjutnya, ambil sudut datang i = θ1 dan sudut bias r =θ2, maka persamaan
1.18, dapat ditulis:
c) Difraksi gelombang
Di dalam suatu medium yang sama, gelombang merambat lurus. Oleh karena itu, gelombang
lurus akan merambat ke seluruh medium dalam bentuk gelombang lurus juga. Hal ini tidak
berlaku bila pada medium diberi penghalang atau rintangan berupa celah. Untuk ukuran celah
yang tepat, gelombang yang datang dapat melentur setelah melalui celah tersebut. Lenturan
gelombang yang disebabkan oleh adanya penghalang berupa celah dinamakan difraksi
gelombang.
Jika penghalang celah yang diberikan oleh lebar, maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Muka
gelombang yang melalui celah hanya melentur di bagian tepi celah, seperti ditunjukkan pada
gambar 1.22. Jika penghalang celah sempit, yaitu berukuran dekat dengan orde panjang
gelombang, maka difraksi gelombang sangat jelas. Celah bertindak sebagai sumber
gelombang berupa titik, dan muka gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk
lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya seperti ditunjukkan pada gambar
1.23.
Gambar 1.22 Pada celah lebar, hanya Gambar 1.23 Pada celah sempit,
muka gelombang pada tepi celah saja difraksi gelombang tampak jelas.
melengkung
d) Interferensi gelombang
Jika pada suatu tempat bertemu dua buah gelombang, maka resultan gelombang di tempat
tersebut sama dengan jumlah dari kedua gelombang tersebut. Peristwa ini di sebut
sebagai prinsip superposisi linear. Gelombang-gelombang yang terpadu akan mempengaruhi
medium. Nah, pengaruh yang ditimbulkan oleh gelombang-gelombang yang terpadu tersebut
disebut interferensi gelombang.
Ketika mempelajari gelombang stasioner yang dihasilkan oleh superposisi antara gelombang
datang dan gelombang pantul oleh ujung bebas atau ujung tetap, Anda dapatkan bahwa pada
titik-titik tertentu, disebut perut, kedua gelombang salingmemperkuat (interferensi
konstruktif), dan dihasilkan amplitudo paling besar, yaitu dua kali amplitudo semuala.
Sedangkan pada titik-titik tertentu, disebut simpul, kedua gelombang saling
memperlemah atau meniadakan(interferensi destruktif), dan dihasilkan amplitudo nol.
Dengan menggunakan konsep fase, dapat kita katakan bahwa interferensi konstruktif (saling
menguatkan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu memiliki fase yang sama. Amplitudo
gelombang paduan sama dengan dua kali amplitudo tiap gelombang. Interferensi destruktif
(saling meniadakan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu berlawanan fase. Amplitudo
gelombang paduan sama dengan nol. Interferensi konstruktif dan destruktif mudah dipahami
dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 1.24.
e) Polarisasi Gelombang
Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada gelombang tali (satu
dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi dan gelombang cahaya
(tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang cahaya adalah
gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada
satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu polarisasi.
Jadi, polarisasi gelombangtidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada
gelombang bunyi.
Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada tahun 1969. Dalam
fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus
terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran
horizontal diserap sedang getaran vertikal diserap sebagian (lihat Gambar 1.25). Cahaya alami
yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati
polaroid hanya memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya
terpolarisasi linear.
Gambar 1.25. Polarisasi cahaya pada polaroid
Ide polarisasi gelombang dengan mudah dapat kita pahami dengan memperhatikan secara
seksama suatu gelombang transversal pada tali ketika melewati sebuah celah. Dari penjelasan
sebelumnya dapat kita nyatakan bahwa suatu gelombang terpolarisasi linear bila getaran dari
gelombang tersebut selalu terjadi dalam satu arah saja. Arah ini disebutarah polarisasi. Untuk
mengamati polarisasi ini, marilah kita ikat seutas tali pada titik O di dinding, kemudian
masukkan ujung tali lain, yaitu ujung A ke sebuah celah, seperti pada gambar 1.26. Pasang
celah dalam posisi vertikal, kemudian getarkan ujung tali di A sehingga gelombang transversal
yang merambat dari A dapat menembus celah, dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah
menjadi horisontal, kemudian getarkan kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak ada
gelombang diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan berputar, artinya
digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang terjadi? Ternyata, gelombang
dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang sama dengan arah posisi celah,
yaitu arah vertikal. Apa yang dapat Anda pahami dari peristiwa tersebut?
Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali yang melewati
sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah celahnya. Polarisasi dapat
diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika gelombang bergetar ke segala arah,
seperti pada gambar 1.26 setelah melewati sebuah celah, arah getaran gelombang menjadi satu
arah getar saja, yang disebut dengan gelombang terpolarisasi linear.
Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran tegaklurus dengan arah
rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal, yang dapat mengalami
polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet termasuk gelombang
transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi.
Walaupun terdapat banyak contoh gelombang dalam kehidupan kita, secara umum hanya
terdapat dua jenis gelombang saja, yakni gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik.
Sedangkan berdasarkan arah rambatan dan getarannya, dibagi menjadi dua, yaitu gelombang
transversal dan longitudinal.
1) Gelombang transversal, yaitu gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah
getarannya. Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika kita menggerakan
tali naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak
gelombang. Perhatikan Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Gelombang transversal pada tali
Ketika kita menggerakan tali naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah
tegak lurus dengan arah gerak gelombang. Bentuk gelombang transversal tampak seperti pada
Gambar 1.2.
Pada Gambar 1.2, tampak bahwa gelombang merambat ke kanan pada bidang horisontal,
sedangkan arah getaran naik-turun pada bidang vertikal. Garis putus-putus yang digambarkan
di tengah sepanjang arah rambat gelombang menyatakan posisi setimbang medium (misalnya
tali atau air). Titik tertinggi gelombang disebut puncak sedangkan titik terendah
disebut lembah. Amplitudo adalah ketinggian maksimum puncak atau kedalaman maksimum
lembah, diukur dari posisi setimbang. Jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada
gelombang disebut panjang gelombang (disebut lambda – huruf Yunani). Panjang gelombang
juga bisa juga dianggap sebagai jarak dari puncak ke puncak atau jarak dari lembah ke lembah.
2) Gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah
getarannya (misalnya gelombang slinki). Gelombang yang terjadi pada slinki yang digetarkan,
searah dengan membujurnya slinki berupa rapatan dan regangan. Jarak dua rapatan yang
berdekatan atau dua regangan yang berdekatan disebut satu gelombang.
Contoh: getaran sinar gitar yang dipetik, getaran tali yang digoyang-goyangkan pada salah satu
ujungnya. Perhatikan Gambar 1.3.
Gambar 1.3. Gelombang Longitudinal pada slinki
Pada Gambar 1.3, tampak bahwa arah getaran sejajar dengan arah rambatan gelombang.
Serangkaian rapatan danregangan merambat sepanjang pegas. Rapatan merupakan daerah di
mana kumparan pegas saling mendekat, sedangkan regangan merupakan daerah di mana
kumparan pegas saling menjahui. Jika gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak dan
lembah, maka gelombang longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan. Panjang
gelombang adalah jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan yang berurutan. Yang
dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada rapatan atau
regangan.
Salah satu contoh gelombang logitudinal adalah gelombang suara di udara. Udara sebagai
medium perambatan gelombang suara, merapat dan meregang sepanjang arah rambat
gelombang udara.
a. Gelombang berjalan
Jika ujung salah satu tali kita ikatkan pada beban yang tergantung pada pegas vertikal, dan
pegas kita getarkan naik turun,maka getaran pegas akan merambat pada tali seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.6. Jika Anda mengamati secara seksama, maka amplitudo (simpangan
maksimum) dari gelombang yang merambat pada tali selalu tetap (tidak berubah). Gelombang
merambat yang selalu memiliki amplitudo tetap digolongkan sebagai gelombang berjalan.
Gambar.1.7. Gelombang
Gambar.1.6. Gelombang berjalan ke kanan
berjalan ke kanan dengan
dengan titik asal getaran adalah titik O.
cepat rambat v.
Ada juga gelombang merambat yang amplitudonya selalu berubah (dalam kisaran nol sampai
nilai maksimum tertentu). Gelombang merambat seperti ini disebut gelombang stasioner.
Gelombang berjalan memiliki sifat pada setiap titik yang dilalui akan memiliki amplitudo yang
sama. Perhatikan gelombang berjalan dari sumber P ke titik Q yang berjarak X pada Gambar
1.8. Bagaimana menentukan simpangan pada titik P? Simpangan tersebut dapat ditentukan dari
simpangan getarannya dengan menggunakan waktu perjalanannya
Dari titik P merambat getaran yang amplitudonya A, periodenya T dan cepat rambat
getarannya v. Bila titik P telah bergetar t detik, simpangannya :
Dari P ke Q yang jaraknya X getaran memerlukan v/x detik, jadi ketika P telah bergetar t detik,
titik Q baru bergetar (t – x/v) detik. Simpangan Q saat itu :
yQ = A Sin
y = A sin
dengan :
ω= frekuensi sudut
k = bilangan gelombang
ase gelombang dapat didefinisikan sebagai bagian atau tahapan gelombang. Perhatikan
persamaan 1.2. Dari persamaan itu, fase gelombang dapat diperoleh dengan hubungan seperti
berikut.
φ= ..............................1.4
dengan :
φ = fase gelombang
Dari fase gelombang dapat dihitung juga sudut fase yaitu memenuhi persamaan berikut.
θ = 2πφ (rad)
Catatan :
Dua gelombang dapat memiliki fase yang sama dan dinormalkan sefase. Dua gelombang
akan sefase bila beda fasenya memenuhi:
θ = π, 3π, 5π ....
Jika getaran itu merambat dari kanan ke kiri dan P telah bergetar t detik, maka
simpangan titik Q :
y = sin 2π .................................................1.6
Salah satu cara untuk menghasilkan gelombang berjalan sinus pada seutas kawat panjang
ditunjukkan pada Gambar 1.9. Salah satu ujung kawat diikat pada tangkai. Ketika digetarkan
harmonik naik turun, getaran tersebut merambat kekanan sepanjang kawat, menghasilkan
gelombang berjalan sinus.
Gambar 1.9 menunjukkan gambar gelombang tiap selang waktu seperempat periode ((1/4)T).
Tampak bahwa setiap partikel kawat, misal titik P, juga bergetar harmonik naik turun pada
sumbu Y. Misal, titik P, juga bergetar harmonik, maka titik P juga memiliki kecepatan dan
percepatan. Kecepatan dan percepatan dapat dihitung dengan cara turunan (diferensial).
Kecepatan partikel di titik P adalah turunan pertama simpangan di titik P terhadap waktu.
b. Gelombang stasioner
Apa yang terjadi jika ada dua gelombang berjalan dengan frekuensi dan amplitudo sama tetapi
arah berbeda bergabung menjadi satu? Hasil gabungan itulah yang dapat membentuk
gelombang baru. Gelombang baru ini akan memiliki amplitudo yang berubah-ubah tergantung
pada posisinya dan dinamakan gelombang stasioner. Bentuk gelombangnya dapat Anda lihat
seperti Gambar 1.10a dan 1.11. Pada proses pantulan gelombang, terjadi gelombang pantul
yang mempunyai amplitudo dan frekuensi yang sama dengan gelombang datangnya, hanya
saja arah rambatannya yang berlawanan. Hasil interferensi (perpaduan) dari kedua gelombang
tersebut disebut Gelombang Stasioner Atau Gelombang Diam.Gelombang stasioner dapat
dibentuk dari pemantulan suatu gelombang. Contohnya pada gelombang tali. Tali dapat
digetarkan di salah satu ujungnya dan ujung lain diletakkan pada pemantul. Berdasarkan ujung
pemantulnya dapat dibagi dua yaitu ujung terikat dan ujung bebas. Gelombang
stasioner adalah gelombang hasil superposisi dua gelombang berjalan yang : amplitudo sama,
frekuensi sama dan arah berlawanan.
Salah satu contoh gelombang stationer adalah gelombang tali yang ujung satunya digetarkan
dan ujung lain bebas. Gelombang stationer ujung bebas juga terbentuk dari dua gelombang
berjalan yaitu gelombang datang dan gelombang pantul. gelombang datang dan gelombang
pantul di ujung bebas adalah 0, jadi Δφ= 0. Ini berarti bahwa fase gelombang datang sama
dengan fase gelombang pantul. Perhatikan Gambar 1.11:
Gambar 1.10
Pemantulan pada ujung bebas menghasilkan pulsa pantul sefase dengan pulsa datangnya.
Dengan demikian jika gelombang datang yang merambat ke kanan dapat dinyatakan
dengan y1 = A sin (kx - ωt), maka gelombang pantul yang merambat ke kiri tetapi sefase
dinyatakan dengan :
y2 = A sin (-kx - ω t)
↑ ....↑
y = y1 + y2
maka
y = A × 2 cos
atau dengan
y = As sin ωt ......................................................1.10
As = 2 A cos kx ..................................................1.11
Di titik pantul yang tetap gelombang datang dan gelombang pantul berselisih fase 1/2 atau
gelombang pantul berlawanan dengan phase gelombang datang Δφ = 1/2. Perhatikan
gambar 1.12.
Gambar 1.13 Gelombang stasioner ujung terikat
Ketika Anda mengirim pulsa transversal dari O ke ujung tetap B, maka setibanya pulsa di
ujung tetap B, pulsa akan dipantulkan dan dibalik (Gambar 1.13). Hal yang sama terjadi
jika Anda mengirim gelombang harmonik dari O ke ujung tetap B. Anda telah
mengetahui bahwa gelombang datang yang merambat ke kanan dapat dinyatakan oleh
y1= A sin (kx -ωt). Sedangkan gelombang pantul yang merambat ke kiri dan dibalik
(berlawanan fase) dapat dinyatakan dengan:
Bagaimanakah persamaan simpangan pada titik sembarang P yang terletak sejauh x dari
titik tetap B (lihat gambar 1.13a)? Pada titik P, gelombang datang y, bertindihan dengan
gelombang pantul y2.. Sesuai dengan prinsip superposisi, simpangan titik sembarang P,
diberi notasi y, adalah resultan dari y1 dan yx.
Mengingat
Keterangan:
y = simpangan partikel pada gelombang stasioner oleh ujung tetap; A = amplitudo
gelombang berjalan; As= amplitude gelombang stasioner; x = jarak partikel dari ujung
tetap.
Dengan
λ = panjang gelombang
T = periode
f = frekuensi
Contoh :
1. Gelombang air laut mendekati mercu suar dengan cepat rambat 7 m/s. Jarak antara dua
dasar gelombang yang berdekatan 5 m. Tentukan:
(a) frekuensi,
Pembahasan:
Perhatikan Gambar 1.6 Jarak antara dua dasar berdekatan sama dengan panjang gelombang.
Jadi λ = 5 m.
v = λf atau f = =
T= =