Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SERTIFIKASI

“LARANGAN BERBUAT ANIAYA KEPADA SESAMA MANUSIA DAN MERUSAK


LINGKUNNGAN SEKITAR”

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANABELLA F. DASILVA

NIM : 16000953

KELAS : B/OF/V
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugarahkan rahmat, karunia
dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
berjudul “Larangan Berbuat Aniaya Kepada Sesama Manusia Dan Merusak Lingkungan
Sekitar”.

Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini , sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan diri semua pihak yang terkait.
Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan .

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat sebagiamana mestinya, khususnya bagi mahasiswa
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluaran 20 memaparkan Sepuluh Hukum Taurat yang Allah berikan kepada umat Israel.
Hukum yang kelima (Keluaran 20:12) adalah tentang orang tua:

Keluaran 20:12
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu.”

Tuhan memerintahkan umat Israel agar MENGHORMATI ayah dan ibu mereka. Apa arti
“hormatilah ayah dan ibumu”? Seorang komentator mendefinisikannya sebagai berikut:

“Ini adalah sebuah perintah yang sederhana dari Tuhan, dituliskan oleh tangan-Nya sendiri
dan disampaikan oleh Musa kepada mereka; Perintah ini bersifat moral dan merupakan
kewajiban yang sifatnya abadi: perlu dimengerti bahwa menghormati orang tua bukan hanya
sekadar menggunakan ucapan dan bahasa tubuh yang penuh hormat terhadap orang tua serta
menaati mereka dengan penuh sukacita dan kerelaan, tetapi juga menghormati mereka
dengan subtansi yang ada, memenuhi kebutuhan mereka akan sandang, pangan dan
kebutuhan hidup lain yang mereka butuhkan; yang dilakukan sebagai sebuah pelayanan yang
sepantasnya mereka terima, sebagai balasan atas biaya dan perhatian yang telah mereka
curahkan serta berbagai masalah yang harus mereka hadapi tatkala membesarkan anak-anak
mereka di dunia” (John Gill's Exposition of the Entire Bible, Dr. John Gill 1690-1771)

Menghormati orang tua melibatkan penghargaan, hormat dan dukungan. Itu berarti kita ada
untuk mereka dan kita memperhatikan mereka melalui pelayanan, dukungan, keuangan,
kunjungan, dll.

Hormatilah ayah dan ibumu serta janji-janji yang menyertainya

Berbeda dengan perintah lainnya, di mana tidak ada janji yang spesifik dilekatkan langsung
dengan perintah-perintah tersebut, Allah, dalam memberikan perintah yang satu ini,
menambahkannya dengan sebuah janji yang spesifik. Dia berkata, ““Hormatilah ayahmu dan
ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” Tetapi
Ia tidak berhenti sampai di sana. Ulangan 5:16 menyebutkan perintah yang sama, tetapi
dengan sebuah tambahan janji yang dilekatkan kepadanya:

Ulangan 5:16
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, supaya lanjut umurmu [janji ke-1], dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu [janji ke-2).”

Paulus mengulangi perintah ini dalam Efesus 6:2-3:


“Hormatilah ayahmu dan ibumu" adalah perintah pertama dari Allah dengan janji, yakni:
"Supaya engkau berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (IBIS)
Paulus mengatakan bahwa ini adalah “perintah pertama dari Allah dengan janji”. Perintah
pertama dari Allah yang disertai janji adalah perintah untuk menghormati orang tua kita! Dan
betapa luar biasa janji itu! Kita akan berumur panjang di bumi dan kita akan berbahagia!
Apakah Anda ingin berumur panjang di bumi? Apakah Anda ingin berbahagia? Inilah
caranya: hormatilah orang tuamu maka janji itu akan diberikan kepada Anda!

Hormatilah ayah dan ibumu: cara pandang Yesus

Seperti juga dengan perintah-perintah yang lain, Allah pun mengatakan apa yang akan terjadi
bila seseorang tidak menaati perintah menghormati orang tua ini. Dalam Markus 7, Yesus
meringkas isi perintah tersebut serta apa yang akan terjadi bila perintah tersebut tidak ditaati:

Markus 7:10
“Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya harus mati.”

Kata kerja “mengutuki” di sini adalah kata kerja bahasa Yunani “kakologeo” yang berarti
“mengata-ngatai yang jahat”. Barang siapa mengata-ngatai yang jahat kepada ayah atau
ibunya harus dihukum mati.

Kita akan melihat sebuah contoh tindakan yang tidak menghormati orang tua, melalui
kelanjutan dari ayat di atas:

Markus 7:11-13
“Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada
padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu
persembahan kepada Allah--, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun
untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku
demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."

Kata “Korban” adalah sebuah kata bahasa Ibrani yang berarti “persembahan kepada Allah”.
Kata inilah yang dipergunakan dalam Imamat 1:2, di mana dikatakan:

Imamat 1:2
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di
antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada TUHAN [korban], haruslah
persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari
kambing domba.”

Kata “persembahan” di sini sama dengan kata “Korban” yang juga dipakai Tuhan Yesus
ketika membicarakan orang-orang Yahudi yang tidak menghormati orang tua mereka. Pada
dasarnya apa yang orang-orang Yahudi ini katakan kepada orang tua mereka adalah “apa pun
yang bisa kalian peroleh dariku, baik rumahku, atau penghasilanku, semuanya itu adalah
korban atau persembahan kepada Tuhan jadi aku tidak dapat memberikannya kepadamu”. Ini
adalah semacam nasar yang mereka gunakan sebagai dalih untuk membebaskan diri mereka
dari kewajiban memberi kepada orang tua. Mereka membuat sebuah nasar untuk
mendedikasikan semuanya kepada Tuhan, sehingga mereka dapat mengklaim bahwa mereka
tidak lagi memiliki apa pun untuk orang tua dan karenanya mereka merasa tidak lagi punya
kewajiban terhadap orang tua mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Barnes:
“Ketika seseorang mempersembahkan miliknya sebagai “korban” atau persembahan kepada
Tuhan – maka miliknya itu tidak bisa dialokasikan bahkan untuk mendukung orang tuanya.
Bila orang tuanya miskin dan membutuhkan, serta terpaksa harus meminta bantuan anaknya,
dan seandainya si anak menjawab, meskipun dalam kemarahan, “Apa yang ada padaku, yang
dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk “korban”--yaitu
persembahan kepada Allah” maka, itu artinya si orang Yahudi menyatakan bahwa miliknya
itu tidak bisa diminta, dan ia tidak punya kewajiban untuk menolong orang tuanya dengan
menggunakan miliknya. Ia sudah melakukan hal yang lebih penting yakni
mempersembahkannya kepada Tuhan. Anak itu pun terbebas. Ia tidak dapat diminta untuk
melakukan apa pun bagi ayahnya setelah itu. Dengan demikian selama waktu tertentu, ia pun
terbebas dari kewajibannya mematuhi ayah atau ibunya. (Albert Barnes’ Notes on the Bible,
Albert Barnes (1798-1870))

Tuhan kita Yesus Kristus mengutuk penggunaan “Korban” – persembahan kepada Allah –
sebagai alasan untuk menghindarkan seseorang dari kewajiban menolong orang tuanya.
Jelaslah bahwa bagi Tuhan menghormati orang tua adalah sesuatu yang sangat penting,
sedemikian penting bagi-Nya sehingga perintah itu menjadi salah satu dari sepuluh Hukum
Taurat.
BAB II

PEMBAHASAAN

A. “Perintah Allah ke-5 (Hormatilah ayah dan ibumu)”

Keluaran 20 : 12-17

Perintah kelima sampai yang kesepuluh menjelaskan kepada kita tentang caramewujudkan

ketaatan dan kasih kepada sesama kita.

Perintah kelima : “Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang di

berikan Tuhan Allahmu kepadamu” (kel 20:12).

Sesama yang pertama untuk kita hormati adalah orang tua kita, karena mereka adalah orang

yang pertama kali mempunyai hubungan dengan kita. Selain itu juga kalimat ini merujuk

pada orang yang lebih tua dari kita, seperti tokoh agama, guru, pemerintah, atasan kita, dan

lainnya.Sepanjang mereka melakukan tugas sesuai dengan kehendak Allah, kita harus

mengikuti dan menaatinya dengan sungguh-sungguh. Karena tugas penting orang tua adalah

meneruskan kisah karya penyelamatan Allah kepada anaknya (ulangan 6:4-9).

Keluaran 20 memaparkan Sepuluh Hukum Taurat yang Allah berikan kepada umat Israel.
Hukum yang kelima (Keluaran 20:12) adalah tentang orang tua: Keluaran 20:12

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan ALLAH
kepadamu.” Tuhan memerintahkan umat Israel agar menghormati ayah dan ibu mereka. Apa
arti “hormatilah ayah dan ibumu”?Ini adalah sebuah perintah yang sederhana dari Tuhan,
dituliskan oleh tangan-Nya sendiri dan disampaikan oleh Musa kepada mereka; Perintah ini
bersifat moral dan merupakan kewajiban yang sifatnya abadi.Perlu dimengerti bahwa
menghormati orang tua bukan hanya sekadar menggunakan ucapan dan bahasa tubuh yang
penuh hormat terhadap orang tua serta menaati mereka dengan penuh sukacita dan kerelaan,
tetapi juga menghormati mereka dengan subtansi yang ada, memenuhi kebutuhan mereka
akan sandang, pangan dan kebutuhan hidup lain yang mereka butuhkan; yang dilakukan
sebagai sebuah pelayanan yang sepantasnya mereka terima, sebagai balasan atas biaya dan
perhatian yang telah mereka curahkan serta berbagai masalah yang harus mereka hadapi
tatkala membesarkan anak-anak mereka di dunia”

Menghormati orang tua melibatkan penghargaan, hormat dan dukungan. Itu berarti kita ada
untuk mereka dan kita memperhatikan mereka melalui pelayanan, dukungan, keuangan,
kunjungan, dll.
1. Hormatilah ayah dan ibumu serta janji-janji yang menyertainya

Berbeda dengan perintah lainnya, di mana tidak ada janji yang spesifik dilekatkan langsung
dengan perintah-perintah tersebut, Allah, dalam memberikan perintah yang satu ini,
menambahkannya dengan sebuah janji yang spesifik. Dia berkata, ““Hormatilah ayahmu dan
ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” Tetapi
Ia tidak berhenti sampai di sana. Ulangan 5:16 menyebutkan perintah yang sama, tetapi
dengan sebuah tambahan janji yang dilekatkan kepadanya: Ulangan 5:16

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN,
Allahmu, supaya lanjut umurmu [janji ke-1], dan baik keadaanmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu [janji ke-2).”

Paulus mengulangi perintah ini dalam Efesus 6:2-3:

“Hormatilah ayahmu dan ibumu" adalah perintah pertama dari Allah dengan janji,
yakni: "Supaya engkau berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”

Paulus mengatakan bahwa ini adalah “perintah pertama dari Allah dengan janji”. Perintah
pertama dari Allah yang disertai janji adalah perintah untuk menghormati orang tua kita! Dan
betapa luar biasa janji itu! Kita akan berumur panjang di bumi dan kita akan berbahagia!
Apakah Anda ingin berumur panjang di bumi? Apakah Anda ingin berbahagia? Inilah
caranya: hormatilah orang tuamu maka janji itu akan diberikan kepada Anda

2. Hormatilah ayah dan ibumu: cara pandang Yesus

Seperti juga dengan perintah-perintah yang lain, Allah pun mengatakan apa yang akan terjadi
bila seseorang tidak menaati perintah menghormati orang tua ini. Dalam Markus 7, Yesus
meringkas isi perintah tersebut serta apa yang akan terjadi bila perintah tersebut tidak ditaati:

a). Markus 7:10

“Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya harus mati.”

Kata kerja “mengutuki” di sini adalah kata kerja bahasa Yunani “kakologeo” yang berarti
“mengata-ngatai yang jahat”. Barang siapa mengata-ngatai yang jahat kepada ayah atau
ibunya harus dihukum mati. Kita akan melihat sebuah contoh tindakan yang tidak
menghormati orang tua, melalui kelanjutan dari ayat di atas:

b). Markus 7:11-13

“Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada
padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--
yaitu persembahan kepada Allah--, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat
sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan
tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang
kamu lakukan."

Kata “Korban” adalah sebuah kata bahasa Ibrani yang berarti “persembahan kepada
Allah”. Kata inilah yang dipergunakan dalam Imamat 1:2, di mana dikatakan:

c). Imamat 1:2

"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di
antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada TUHAN [korban], haruslah
persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau
dari kambing domba.”

Kata “persembahan” di sini sama dengan kata “Korban” yang juga dipakai Tuhan Yesus
ketika membicarakan orang-orang Yahudi yang tidak menghormati orang tua mereka. Pada
dasarnya apa yang orang-orang Yahudi ini katakan kepada orang tua mereka adalah “apa pun
yang bisa kalian peroleh dariku, baik rumahku, atau penghasilanku, semuanya itu adalah
korban atau persembahan kepada Tuhan jadi aku tidak dapat memberikannya kepadamu”. Ini
adalah semacam nasar yang mereka gunakan sebagai dalih untuk membebaskan diri mereka
dari kewajiban memberi kepada orang tua. Mereka membuat sebuah nasar untuk
mendedikasikan semuanya kepada Tuhan, sehingga mereka dapat mengklaim bahwa mereka
tidak lagi memiliki apa pun untuk orang tua dan karenanya mereka merasa tidak lagi punya
kewajiban terhadap orang tua mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Barnes:

“Ketika seseorang mempersembahkan miliknya sebagai “korban” atau persembahan kepada


Tuhan – maka miliknya itu tidak bisa dialokasikan bahkan untuk mendukung orang tuanya.
Bila orang tuanya miskin dan membutuhkan, serta terpaksa harus meminta bantuan anaknya,
dan seandainya si anak menjawab, meskipun dalam kemarahan, “Apa yang ada padaku, yang
dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk “korban”--yaitu
persembahan kepada Allah” maka, itu artinya si orang Yahudi menyatakan bahwa miliknya
itu tidak bisa diminta, dan ia tidak punya kewajiban untuk menolong orang tuanya dengan
menggunakan miliknya. Ia sudah melakukan hal yang lebih penting yakni
mempersembahkannya kepada Tuhan. Anak itu pun terbebas. Ia tidak dapat diminta untuk
melakukan apa pun bagi ayahnya setelah itu. Dengan demikian selama waktu tertentu, ia pun
terbebas dari kewajibannya mematuhi ayah atau ibunya.

Tuhan kita Yesus Kristus mengutuk penggunaan “Korban” – persembahan kepada Allah –
sebagai alasan untuk menghindarkan seseorang dari kewajiban menolong orang tuanya.
Jelaslah bahwa bagi Tuhan menghormati orang tua adalah sesuatu yang sangat penting,
sedemikian penting bagi-Nya sehingga perintah itu menjadi salah satu dari sepuluh Hukum
Taurat.

Hormatilah ayah dan ibumu: Kesimpulan


Menghormati orang tua dengan semua yang tercakup di dalamnya adalah perintah Allah.
Perintah menghormati orang tua adalah perintah pertama yang disertai janji dan janji itu
sungguh luar biasa: umur panjang dan kebahagiaan! Bagi kebanyakan orang tidak ada lagi
yang mereka inginkan selain kedua hal itu! Janji yang luar biasa, namun bukan tanpa syarat!
Ada syaratnya, janji itu akan diberikan kepada mereka yang menghormati orang tuanya.
Perintah menghormati orang tua begitu pentingnya sehingga orang yang berani mengata-
ngatai yang jahat kepada orang tuanya akan mati. Memang, kita sekarang hidup di zaman
anugerah, namun perintah Allah serta janji-Nya ini tetap berlaku. Dan inilah tantangan bagi
kita semua:

Efesus 6:2-3

“Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata
dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.

B. KEJADIAN 2:5

Ide mengenai adanya dua kisah yang berbeda mengenai penciptaan merupakan salah
penafsiran yang sering terjadi pada kedua bagian ini, yang sebetulnya menguraikan peristiwa
penciptaan yang sama.
Keduanya tidak berbeda dalam hal urutan penciptaan dan tidak berkontradiksi satu dengan
yang lainnya. Kejadian 1 menjelaskan “enam hari penciptaan” (dan istirahat pada hari
ketujuh), Kejadian 2 mencakup hanya satu hari dari minggu penciptaan itu – hari keenam -
dan tidak ada kontradiksi.
Dalam Kejadian 2, penulis melangkah mundur dalam urutan waktu ke hari keenam, ketika
Allah menciptakan manusia. Dalam pasal pertama, penulis Kejadian menyajikan penciptaan
manusia pada hari keenam sebagai puncak dari penciptaan. Kemudian dalam pasal kedua,
penulis memberikan perincian yang lebih banyak mengenai penciptaan manusia.
Ada dua tuduhan mengenai kontradiksi antara Kejadian pasal 1 dan 2. Yang pertama adalah
mengenai tumbuhan. Kejadian 1:11 mencatat Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada
hari ketiga. Kejadian 2:5 mengungkapkan bahwa sebelum penciptaan manusia itu “belum
ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab
TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan
tanah itu” (Kej 2:5).
Jadi yang mana? Apakah Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ketiga sebelum Dia
menciptakan manusia (Kejadian 1), atau sesudah Dia menciptakan manusia (Kejadian 2)?
Kata Ibrani yang dipakai untuk menjelaskan “tumbuh-tumbuhan” dalam kedua bagian itu
merupakan kata yang berbeda. Kejadian 1:11 menggunakan istilah yang merujuk pada
tumbuh-tumbuhan secara umum. Kejadian 2:5 menggunakan istilah yang lebih spesifik yang
merujuk pada tanaman yang berhubungan dengan pertanian, yaitu membutuhkan orang untuk
merawatnya, tukang kebun. Kedua bagian itu tidak bertentangan.
Kejadian 1:11 berbicara mengenai Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan, sementara
Kejadian 2:5 berbicara mengenai Allah tidak membuat tanaman “yang perlu dirawat”
supaya bisa tumbuh, sampai Dia menciptakan manusia.
Tuduhan kontradiksi kedua berhubungan dengan hewan. Kejadian 1:24-25 mencatat Allah
menciptakan binatang pada hari keenam, sebelum Dia menciptakan manusia. Dalam beberapa
terjemahan, Kejadian 2:19 kelihatannya mencatat Allah menciptakan binatang setelah Dia
menciptakan manusia.

Namun demikian, terjemahan yang baik dan masuk akal mengenai Kejadian 2:19-20
berbunyi, “Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala
burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat,
bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap
makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama
kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang
hutan.”

Teks itu tidak mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia, baru kemudian menciptakan
binatang, dan kemudian membawa binatang-binatang itu kepada manusia. Teks itu justru
mengatakan, “Tuhan Allah membentuk semua binatang.” Tidak ada kontradiksi.

Pada hari keenam Allah menciptakan binatang, kemudian menciptakan manusia, dan
kemudian membawa binatang-binatang itu kepada manusia dan membiarkan manusia
menamai binatang-binatang itu.

Dengan menimbang kedua kisah penciptaan secara terpisah dan mencocokkannya, kita
melihat bahwa Allah menguraikan urutan penciptaan dalam Kejadian 1, dan kemudian
memaparkan rincian yang paling penting, khususnya hari keenam, dalam Kejadian pasal 2.

Dengan pemahaman ini, maka tidak ada kontradiksi di dalamnya. Yang ada, hanyalah gaya
bahasa yang menjelaskan suatu kejadian dari yang tadinya umum menjadi lebih detil.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hormatilah ayah dan ibumu (perintah ke-5)

Menghormati orang tua dengan semua yang tercakup di dalamnya adalah perintah Allah.
Perintah menghormati orang tua adalah perintah pertama yang disertai janji dan janji itu
sungguh luar biasa: umur panjang dan kebahagiaan! Bagi kebanyakan orang tidak ada
lagi yang mereka inginkan selain kedua hal itu! Janji yang luar biasa, namun bukan tanpa
syarat! Ada syaratnya, janji itu akan diberikan kepada mereka yang menghormati orang
tuanya. Perintah menghormati orang tua begitu pentingnya sehingga orang yang berani
mengata-ngatai yang jahat kepada orang tuanya akan mati. Memang, kita sekarang hidup
di zaman anugerah, namun perintah Allah serta janji-Nya ini tetap berlaku. Dan inilah
tantangan bagi kita semua:

Efesus 6:2-3

“Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang
nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.

Ada dua tuduhan mengenai kontradiksi antara Kejadian pasal 1 dan 2. Yang pertama
adalah mengenai tumbuhan. Kejadian 1:11 mencatat Allah menciptakan tumbuh-
tumbuhan pada hari ketiga. Kejadian 2:5 mengungkapkan bahwa sebelum penciptaan
manusia itu “belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun
di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang
untuk mengusahakan tanah itu” (Kej 2:5).
Jadi yang mana? Apakah Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ketiga sebelum
Dia menciptakan manusia (Kejadian 1), atau sesudah Dia menciptakan manusia (Kejadian
2)?
Kata Ibrani yang dipakai untuk menjelaskan “tumbuh-tumbuhan” dalam kedua bagian itu
merupakan kata yang berbeda. Kejadian 1:11 menggunakan istilah yang merujuk pada
tumbuh-tumbuhan secara umum. Kejadian 2:5 menggunakan istilah yang lebih spesifik
yang merujuk pada tanaman yang berhubungan dengan pertanian, yaitu membutuhkan
orang untuk merawatnya, tukang kebun. Kedua bagian itu tidak bertentangan.
Kejadian 1:11 berbicara mengenai Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan, sementara
Kejadian 2:5 berbicara mengenai Allah tidak membuat tanaman “yang perlu dirawat”
supaya bisa tumbuh, sampai Dia menciptakan manusia.
Tuduhan kontradiksi kedua berhubungan dengan hewan. Kejadian 1:24-25 mencatat
Allah menciptakan binatang pada hari keenam, sebelum Dia menciptakan manusia.
Dalam beberapa terjemahan, Kejadian 2:19 kelihatannya mencatat Allah menciptakan
binatang setelah Dia menciptakan manusia.

Anda mungkin juga menyukai