MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Lingkungan
Dosen Pengajar:
Evellin Dewi Lusiana, S.Si., M.Si.
Kelas: M03
Disusun Oleh :
1. Ariij Trisna Mulia (175080101111010)
2. Desi Aprilia Dewi Puspitasari (175080101111012)
3. Nur Azlina Wati (175080101111013)
4. Ryan Nugraha (175080101111014)
5. Ilham Afandi (175080101111016)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat berdasarkan batas
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas matakuliah
Biokimia Perairan dengan harapan akan dapat memberikan pengetahuan tentang “Krisis
Energi yang di ambil dari studi kasus”.
Kami telah menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan
didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat kami
jadikan sebagai motivasi dan perbaikan dalam penyusunan tugas makalah selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, karena atas
bimbingan beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
Malang, 7 November
2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2. PEMBAHASAN
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Saat ini, negara di dunia yang sudah mulai sadar dan khawatir akan krisis energi
yang mengerikan ini. Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah
memberikan dampak yang sangat luas diberbagai sektor kehidupan. Seluruh dunia saat ini
mengalami krisis energi. Menurut hasil penelitian, benua pertama yang kehabisan
produksi minyak yaitu benua Eropa dan Amerika, disusul Asia dan Afrika (terakhir
Timur Tengah). Usaha-usaha yang dilakukan para ahli energi dan lembaga-lembaga
penelitian energi terbaharui (“renewable energy”) diprediksi tidak akan mampu
mengimbangi kekurangan kebutuhan energi yang bakal terjadi. Sehingga tidak ada jalan
lain yang bisa ditempuh kecuali dua hal utama yaitu gerakan penghematan energi dan
program penemuan sumber energi baru. Dua program besar inilah saat ini menjadi
perhatian besar bagi beberapa Negara maju seperti Jepang, Amerika, Jerman, dan lain-
lain.
Pertama, di dalam ilmu Fisika kita mengenal hukum Joule yang menyatakan
bahwa energi itu bersifat kekal, ia tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, ia
hanya dapat berubah. Ada dua jenis perubahan energi, yaitu perubahan fisikawi (energi
hanya berubah wujud, namun tidak menghasilkan zat kimia baru. Misalkan dari kayu
menjadi meja) dan perubahan kimiawi (energi berubah wujud sekaligus menghasilkan zat
kimia baru. Misalkan dari premium kemudian menjadi gerak mobil dan asap knalpot).
Seluruh kesatuan kosmos adalah energi, bahkan manusia sendiri juga bagian darinya
(manusia terdiri dari zat protein, air, mineral,dan lain lain). Ketika manusia mati, energi-
energi ini akan terurai dan kemudian kembali melekat pada energi-energi di dekatnya. Ini
sekaligus meruntuhkan paradigma yang selama ini ada di Indonesia, bahwa ada energi
yang tidak dapat diperbaharui. Semua energi sebenarnya bisa diperbarui. Namun ada
yang waktunya lama dan ada yang sebentar.
Jika energi bersifat kekal, maka tidak tepat jika dikatakan ia bisa habis. Lalu jika
energi tidak dapat habis, mengapa ada krisis? Krisis energi memang ada, namun
berdasarkan pemahaman di atas, pengertian yang paling tepat untuk krisis energi
sebenarnya adalah sebuah situasi di mana hilangnya keseimbangan antara alam dan
manusia (disharmoni kosmos). Banyak pengamat dan ilmuwan yang memahami krisis
energi seperti ini, namun masyarakat umum masih banyak yang tidak memahaminya
dengan tepat.
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui namun seiring
pertambahan penduduk dan pembangunan perkotaan yang sangat pesat, keberadan air
mulai menurun baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perilaku boros air bersih
menyebabkan semakin banyak orang yang kehilangan akses terhadap air bersih. Banyak
cara yang bisa dilakukan untuk menghemat air diantaranya dengan cara membatasi
penggunaan air.
Kelangkaan air bersih adalah situasi saat terjadinya kekurangan air untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Suatu negara dikatakan sedang mengalami water stress saat suplai
3
air tahunan kurang dari 1.700 m per orang. Kemudian apabila suplai air tahunan kurang
3
dari 1.000 m per orang, negara tersebut dikatakan mengalami water scare. Bila
diperhitungkan hampir 2 milyar orang mengalami kekurangan air saat ini, sehingga
dengan pertambahan 1 milyar orang lagi diperkirakan akan terjadi kelangkaan air bersih
pada tahun 2025.
Negara-negara yang dihadapkan pada kondisi Water Stress atau Water Scarce
pada tahun 1995 dan 2025 (proyeksi) tertera pada Gambar 1, yang menjelaskan bahwa
pada tahun 2025 jumlah negara yang mengalami water scarcity akan bertambah.
Sementara itu water stress akan menyebabkan penurunan dari sumber daya air bersih
secara kuantitas hal ini bisa terjadi karena eksploitasi yang berlebihan dari airtanah,
sungai yang kering, dan lain-lain. Sedangkan kualitas air bersih ditentukan oleh polusi
materi organik, eutrofikasi, instrusi air laut dan lain-lain.
Jika diasumsikan rata-rata jumlah air yang digunakan dalam sekali berwudhu sebesar 3
L/org maka dalam sehari menghabiskan 15 Liter (5x3Liter /orang/wudhu) air bersih.
Sebagai perbandingan, kebutuhan air bersih rata-rata terendah di dunia ada di benua
Afrika yaitu sekitar 47 Liter/orang/hari, sehingga kebutuhan berwudhu kita mencapai
31% dari kebutuhan air bersih rata-rata penduduk Afrika. Dengan jumlah umat Islam di
Indonesia yang saat ini mencapai 200 juta lebih, maka kebutuhan air bersih yang harus
disediakan hanya untuk keperluan berwudhu sangatlah besar.
Salah satu upaya penghematan energi khususnya penghematan air telah
diperkenalkan oleh Teknik Lingkungan Universitas Bakrie dengan memperkenalkan alat
sederhana untuk membatasi aliran air yaitu plug valve yang dipasang pada keran air yang
paling sering dan banyak digunakan yaitu pada keran yang digunakan untuk berwudhu
pada mushola kampus Universitas Bakrie. Melihat adanya potensi penghematan air yang
dapat dilakukan di kampus Universitas Bakrie dan untuk menciptakan perilaku hemat
energi dan hemat air di lingkungan kampus,maka telah dilakukan penelitian dengan
tujuan menganalisa potensi penghematan air yang dipakai untuk berwudhu dengan
pemasangan alat pembatas aliran (plug valve).
2..2.3 Krisis Energi Fosil (BBM)
Krisis ekonomi biasanya memicu krisis sosial, politik, ekonomi dan lingkungan.
Umumnya krisis energi berkaitan dengan merosotnya pasokan BBM dan pasokan energi
lainnya seperti listrik dan sumber-sumber alam lain. Dampak yang ditimbulkan dari krisis
energi ini sudah mulai terasa di kalangan masyarakat. Khususnya masyarakat kelas
menengah ke bawah. Krisis bahan bakar berbasis fosil ini telah berdampak pada
melonjaknya harga bahan bakar. Tidak berhenti di situ saja. Akibat melonjaknya harga
bahan bakar dengan berbagai macam produk turunannaya harga sembako ikut
melambung. Akhirnya beban masyarakat semakin berat. Nasib masyarakat pun semakin
menderita. Krisis Energi BBM sangat meresahkan masyarakat. Krisis Energi ini
menimbulkan kelangkaan dan naiknya harga BBM.
Dampak dari krisis BBM dapat dirasakan disegala sektor. Salah satu masalah
terbesar yang muncul dari dinaikkannya harga BBM adalah kekhawatiran akan
terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang
terjadi akibat komponen biaya yang naik. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari krisis
energy BBM saling berkesinambungan. Krisis energi ini mengakibatkan kenaikan harga
BBM yang sangat menekan kesejahteraan buruh. Sebab kenaikan BBM sebesar 35% itu
tidak hanya meningkatkan beban ongkos transportasi tetapi juga biaya kebutuhan
makanan pokok dan biaya sewa rumah. Adanya kenaikan BBM bukan hanya ongkos
transportasi yang naik, tetapi juga biaya rumah dan sembako juga otomatis naik. Daya
beli buruh akan semakin turun.
Dampak kenaikan BBM lebih besar adalah saat industri mengalami gulung tikar
atau kolaps sebagai akibat penurunan daya beli masyarakat dan bertambahnya biaya
produksi. Terjadi peningkatan jumlah pengangguran nasional, akibat maraknya pabrik-
pabrik dan perusahaan yang memutuskan hubungan kerja para karyawannya. Otomatis
jumlah orang miskin semakin membengkak. Akibatnya kesempatan berinvestasi dalam
bentuk infrastruktur dan pembangunan nonfisik, termasuk kesehatan dan pendidikan,
menjadi lebih sedikit. Tidak hanya berakibat pada sisi ekonomi tetapi lebih dari itu
dampak social akan merejalela. Rakyat yang sudah miskin akan dimiskinkan dengan
ketidakmampuan mereka mencari nafkah hidup. Harga-harga barang akan mengikuti
kenaikan harga BBM.
Krisis energi atau darurat energi berdasarkan kondisi nasional ditetapkan jika
mengakibatkan terganggunya fungsi pemerintahan, terganggunya kehidupan social
masyarakat dan/atau terganggunya kegiatan perekonomian. Dan ketentuan lebih lanjut
mengenai krisis energi dan/atau darurat energi berdasarkan kondisi teknis operasional dan
kondisi nasional akan diatur dalam Peraturan Menteri. Nantinya yang akan bertanggung
jawab untuk melakukan identifikasi dan memantau kondisi penyediaan dan kebutuhan
energi baik langsung ataupun tidak langsung adalah Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Dewan Energi Nasional (DEN) dan badan pengatur serta badan usaha.
3.1 Kesimpulan