Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS MENGENAI KRISIS ENERGI

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Lingkungan
Dosen Pengajar:
Evellin Dewi Lusiana, S.Si., M.Si.

Kelas: M03

Disusun Oleh :
1. Ariij Trisna Mulia (175080101111010)
2. Desi Aprilia Dewi Puspitasari (175080101111012)
3. Nur Azlina Wati (175080101111013)
4. Ryan Nugraha (175080101111014)
5. Ilham Afandi (175080101111016)

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat berdasarkan batas
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas matakuliah
Biokimia Perairan dengan harapan akan dapat memberikan pengetahuan tentang “Krisis
Energi yang di ambil dari studi kasus”.
Kami telah menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan
didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat kami
jadikan sebagai motivasi dan perbaikan dalam penyusunan tugas makalah selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, karena atas
bimbingan beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.

Malang, 7 November
2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

2. PEMBAHASAN

2.1 Krisis energi

2.2 Dampak yang terjadi akibat krisis energi

2.3 Penanggulangan Krisis Energi

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup membutuhkan energi dalam kehidupannya, energi
dibutuhkan terutama sebagai tenaga dalam melakukan kegiatan. Energi juga merupakan
salah satu unsur yang sangat krusial bagi kehidupan manusia di muka bumi. Tanpa
adanya energi, tidak akan ada kerja yang dihasilkan. Pemanfaatan energi ini sangat luas
dan mendunia, mulai dari untuk kebutuhan rumahan sehari-hari hingga proses produksi di
suatu perusahaan. Energi tidak dapat dibuat, yang ada adalah energi di dapat dari hasil
konversi suatu energi ke energi lain yang lebih praktis dan mungkin untuk digunakan.
Terdapat banyak sumber energi di seluruh belahan bumi, mulai dari minyak
bumi, gas alam, energi matahari, energi angin, energi ombak, energi air, energi panas
bumi, dan sebagainya. Akan tetapi energi utama yang paling praktis dan mudah untuk
digunakan ialah bahan bakar fosil yang didapat dari hasil penyulingan minyak dan gas
bumi. Bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama tak terbarukan yang digunakan
manusia memiliki keterbatasan jumlah. Semakin hari kebutuhan bahan bakar ini semakin
meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin menurun. Maka dari itu, perlu adanya
sumber energi alternatif yang setidaknya bisa menutupi kekurangan atau bahkan
menggantikan sumber energi utama tersebut. Apabila energi yang tidak dapat terbaharui
digunakan terus menerus tanpa adanya alternatif yang dapat diperbaharui, bisa dipastikan
bahwa manusia tentunya akan mengalami krisis energi di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan krisis energi?


2. Bagaimanakah dampak yang terjadi akibat krisis energi?
3. Bagaimanakah cara menanggulangi krisis energi yang telah terjadi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari krisis energi.


2. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat krisis energi.
3. Untuk mengetahui cara menanggulangi krisis energi yang telah terjadi.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Krisis Energi

Energi sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Manusia dalam


melakukan kegiatannya pasti membutuhkan energi. Energi daat diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan sesuatu. Energi telah mengalami berbagai perubahan
dalam pemanfaatannya, misalnya saja energi dari aliran air, cahaya matahari, bahan bakar
fosil seperti minyak bumi dan batu batu bara, gas bumi, dan juga ada bahan nuklir yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Hal ini dapat diartikan energi dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam kimia, terdapat hukum kekekalan energi yang
menyatakan bahwa jumlah total energi di alam selalu konstan atau sama. Energi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi energi tidak dapat dimusnahkan (hukum
termodinamika pertama). Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan energi secara
besar-besaran menyebabkan dunia mengalami krisis energi yang dapat bertamabh buruk
jika tidak ditangani.

Saat ini, negara di dunia yang sudah mulai sadar dan khawatir akan krisis energi
yang mengerikan ini. Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi belakangan ini telah
memberikan dampak yang sangat luas diberbagai sektor kehidupan. Seluruh dunia saat ini
mengalami krisis energi. Menurut hasil penelitian, benua pertama yang kehabisan
produksi minyak yaitu benua Eropa dan Amerika, disusul Asia dan Afrika (terakhir
Timur Tengah). Usaha-usaha yang dilakukan para ahli energi dan lembaga-lembaga
penelitian energi terbaharui (“renewable energy”) diprediksi tidak akan mampu
mengimbangi kekurangan kebutuhan energi yang bakal terjadi. Sehingga tidak ada jalan
lain yang bisa ditempuh kecuali dua hal utama yaitu gerakan penghematan energi dan
program penemuan sumber energi baru. Dua program besar inilah saat ini menjadi
perhatian besar bagi beberapa Negara maju seperti Jepang, Amerika, Jerman, dan lain-
lain.

Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan


sumber daya energy ke ekonomi . Krisis ini biasanya menunjuk kekurangan minyak bumi
, listrik , atau sumber daya alam lainnya. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan
sumber daya alam (energi) yang melimpah dan beraneka ragam jenisnya, baik yang
terkandung di dalam laut maupun perut bumi Indonesia. Namun, kekayaan alam tersebut
tidak dikelola dengan bijak dan terpadu. Sehingga kekayaan alam ini tidak bisa dinikmati
secara murah/gratis oleh rakyatnya yang sebagian besar miskin.
Mengapa krisis energi ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah terlalu
besarnya ketergantungan penyediaan energi Indonesia pada bahan bakar minyak. Saat ini,
sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil,
seperti minyak bumi dan batu bara. Sedangkan bila dilihat dari sisi supply, sumur-sumur
minyak yang ada di Indonesia sudah sangat tua dan tidak layak lagi untuk dioperasikan.
Selain itu, munculnya kelangkaan serta tidak adanya jaminan ketersediaan pasokan
minyak dan gas (Migas) di negeri sendiri, merupakan kenyataan paradoks dari sebuah
negeri yang kaya sumber energi. Hal ini antara lain disebabkan tingginya ketimpangan
antara produksi dan konsumsi energi nasional. Berdasarkan laporan Kementrian ESDM
tahun 2009, rata-rata produksi minyak bumi dan kondensat sebesar 963.269 barel per hari
(bph). Sedangkan laporan BP Migas, produksi minyak secara nasional pada tahun 2010
hanya naik pada kisaran 965.000 bph. Artinya terdapat angka kenaikan hanya 1.731 bph.
Sementara kebutuhan konsumsi energi nasional sekitar 1.400.000 bph. Artinya terdapat
selisih cukup tajam antara tingkat produksi yang ideal dengan kebutuhan. Selain itu,
pesatnya pembangunan di bidang teknologi, industri, dan informasi memicu peningkatan
kebutuhan masyarakat akan energi.

Dalam memahami krisis energi, umumnya orang awam menganggap ia adalah


sebuah situasi di mana energi akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Mulai dari
pangan, migas, mineral, hingga ketersediaan air bersih. Hal ini disebabkan energi-energi
tersebut telah habis dieksploitasi. Oleh karenanya dianjurkan untuk segera mencari
sumber energi baru atau menemukan energi alternatif.

Pertama, di dalam ilmu Fisika kita mengenal hukum Joule yang menyatakan
bahwa energi itu bersifat kekal, ia tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, ia
hanya dapat berubah. Ada dua jenis perubahan energi, yaitu perubahan fisikawi (energi
hanya berubah wujud, namun tidak menghasilkan zat kimia baru. Misalkan dari kayu
menjadi meja) dan perubahan kimiawi (energi berubah wujud sekaligus menghasilkan zat
kimia baru. Misalkan dari premium kemudian menjadi gerak mobil dan asap knalpot).
Seluruh kesatuan kosmos adalah energi, bahkan manusia sendiri juga bagian darinya
(manusia terdiri dari zat protein, air, mineral,dan lain lain). Ketika manusia mati, energi-
energi ini akan terurai dan kemudian kembali melekat pada energi-energi di dekatnya. Ini
sekaligus meruntuhkan paradigma yang selama ini ada di Indonesia, bahwa ada energi
yang tidak dapat diperbaharui. Semua energi sebenarnya bisa diperbarui. Namun ada
yang waktunya lama dan ada yang sebentar.
Jika energi bersifat kekal, maka tidak tepat jika dikatakan ia bisa habis. Lalu jika
energi tidak dapat habis, mengapa ada krisis? Krisis energi memang ada, namun
berdasarkan pemahaman di atas, pengertian yang paling tepat untuk krisis energi
sebenarnya adalah sebuah situasi di mana hilangnya keseimbangan antara alam dan
manusia (disharmoni kosmos). Banyak pengamat dan ilmuwan yang memahami krisis
energi seperti ini, namun masyarakat umum masih banyak yang tidak memahaminya
dengan tepat.

2.1.1 Krisis Energi Listrik

Krisis energi yang terjadi di Indonesia menjelang akhir abad 20 mengisyaratkan


bahwa suplai energi tidak dapat mengimbangi tingginya laju permintaan. Menurut data
statistik Kementrian Sumber Daya Indonesia tahun 2012 permintaan energi di Indonesia
sebesar 200 juta TOE pada tahun 2011 sedangkan suplai energi di Indonesia tahun 2011
hanya 161 juta TOE .Kebergantungan terhadap bahan bakar fosil sebagai sumber energi,
memiliki tiga ancaman serius, yakni menipisnya cadangan minyak bumi, ketidak stabilan
harga akibat laju permintaan yang lebih besar, dan polusi gas rumah kaca akibat
pembakaran bahan bakar fosil. Energi listrik menjadi salah satu alternatif terbaik untuk
suplai energi masa depan. Penggunaan energi listrik setiap tahunnya dalam jumlah besar
yaitu 200 Juta TOE/tahun dan terus meningkat maka dibutuhkan media penyimpanan
energi listrik yang dapat memuat daya yang besar, aman, dan tahan lama.
Adapun berbagai media penyimpanan energi yang ada adalah dengan
menggunakan baterai, dan kapasitor (Guizhou, 2014). Media penyimpanan baterai
memiliki kelemahan yaitu memiliki rapat energi yang besar namun memiliki rapat daya
yang kecil, artinya baterai tahan lama namun hanya dapat memuat daya listrik yang
rendah (Brasetya, 2010). Sedangkan kapasitor memiliki rapat daya yang besar namun
memiliki rapat energi yang kecil. Dari berbagai fakta tersebut maka dibutuhkan media
penyimpanan energi listrik yang memiliki rapat energi dan rapat daya yang besar, yaitu
media penyimpanan yang mampu menyimpan energi listrik skala besar dan dalam jangka
waktu yang lama, Storage tersebut diberi nama superkapasitor, yang saat ini sedag
dikembangkan untuk pengembangan pengembangan seperti teknologi militer, Pesawat
luar angkasa, dan mobil listrik (Du, 2013)
Nano teknologi di dunia saat ini berkembang begitu pesat. Dalam beberapa tahun
terakhir, pemanfaatan superkapasitor sedang ramai dikaji dan dieksplorasi.
Superkapasitor merupakan media penyimpan energi listrik yang memiliki daya
kapasitansi listrik yang tinggi, rapat daya dan rapat energi yang besar (Wang, 2013).
Superkapasitor tersusun atas elektroda potensial, separator celgard dan pengumpul
muatan berupa stainless steel foil. Nanokomposit Carbon nanotubes (CNT) merupakan
bahan elektroda potensial untuk dijadikan superkapasitor. CNT memiliki sifat mekanik
yang sangat baik dan konduktivitas listrik (Aswardi, 2013).Wang dkk(2011) melaporkan
pembuatan nanokomposit CNT dapat difabrikasi menjadi sebuah elektroda superkapasitor
yang merupakan material terpenting dalam kapasior, karena elektroda merupakan elemen
yang menyimpan medan listrik dalam superkapasitor, semakin tinggi konduktivitasnya,
semakin baik pula kualitas kapasitor tersebut(aswardi, 2013) Penggunaan nanokomposit
CNT sebagai elektroda superkapasitor akan meningkatkan kinerja akses ion ke
permukaan sehingga dapat meningkatkan konduktivitas elektronik dan elektrokimia.

2.1.2. Krisis Energi Air Bersih

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui namun seiring
pertambahan penduduk dan pembangunan perkotaan yang sangat pesat, keberadan air
mulai menurun baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perilaku boros air bersih
menyebabkan semakin banyak orang yang kehilangan akses terhadap air bersih. Banyak
cara yang bisa dilakukan untuk menghemat air diantaranya dengan cara membatasi
penggunaan air.
Kelangkaan air bersih adalah situasi saat terjadinya kekurangan air untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Suatu negara dikatakan sedang mengalami water stress saat suplai
3
air tahunan kurang dari 1.700 m per orang. Kemudian apabila suplai air tahunan kurang
3
dari 1.000 m per orang, negara tersebut dikatakan mengalami water scare. Bila
diperhitungkan hampir 2 milyar orang mengalami kekurangan air saat ini, sehingga
dengan pertambahan 1 milyar orang lagi diperkirakan akan terjadi kelangkaan air bersih
pada tahun 2025.
Negara-negara yang dihadapkan pada kondisi Water Stress atau Water Scarce
pada tahun 1995 dan 2025 (proyeksi) tertera pada Gambar 1, yang menjelaskan bahwa
pada tahun 2025 jumlah negara yang mengalami water scarcity akan bertambah.
Sementara itu water stress akan menyebabkan penurunan dari sumber daya air bersih
secara kuantitas hal ini bisa terjadi karena eksploitasi yang berlebihan dari airtanah,
sungai yang kering, dan lain-lain. Sedangkan kualitas air bersih ditentukan oleh polusi
materi organik, eutrofikasi, instrusi air laut dan lain-lain.
Jika diasumsikan rata-rata jumlah air yang digunakan dalam sekali berwudhu sebesar 3
L/org maka dalam sehari menghabiskan 15 Liter (5x3Liter /orang/wudhu) air bersih.
Sebagai perbandingan, kebutuhan air bersih rata-rata terendah di dunia ada di benua
Afrika yaitu sekitar 47 Liter/orang/hari, sehingga kebutuhan berwudhu kita mencapai
31% dari kebutuhan air bersih rata-rata penduduk Afrika. Dengan jumlah umat Islam di
Indonesia yang saat ini mencapai 200 juta lebih, maka kebutuhan air bersih yang harus
disediakan hanya untuk keperluan berwudhu sangatlah besar.
Salah satu upaya penghematan energi khususnya penghematan air telah
diperkenalkan oleh Teknik Lingkungan Universitas Bakrie dengan memperkenalkan alat
sederhana untuk membatasi aliran air yaitu plug valve yang dipasang pada keran air yang
paling sering dan banyak digunakan yaitu pada keran yang digunakan untuk berwudhu
pada mushola kampus Universitas Bakrie. Melihat adanya potensi penghematan air yang
dapat dilakukan di kampus Universitas Bakrie dan untuk menciptakan perilaku hemat
energi dan hemat air di lingkungan kampus,maka telah dilakukan penelitian dengan
tujuan menganalisa potensi penghematan air yang dipakai untuk berwudhu dengan
pemasangan alat pembatas aliran (plug valve).
2..2.3 Krisis Energi Fosil (BBM)

Permasalahan energi di Indonesia, sebagaimana juga pada komunitas global,


sangat kompleks dan sarat muatan politis sehingga perlu penanganan serius. Sebagai
contoh, kenaikan harga BBM pada tanggal 23 Mei 2008 telah memicu gelombang
demonstrasi yang anarkis dan bahkan persetujuan hak angket di DPR. Permasalahan
energi juga saling terkait dengan kemiskinan, penurunan kualitas hidup, keresahan sosial
dan kerusakan lingkungan hidup. Beberapa permasalahan energi yang dihadapi
Indonesia, adalah :
1. Konsumsi dan ketergantungan pada BBM sangat tinggi sehingga memaksa
Indonesia menjadi importir BBM;
2. Perilaku boros masyarakat menggunakan BBM;
3. Rendahnya akses masyarakat (daya beli) untuk memperoleh energi;
4. Industri energi belum optimal dan produksi cenderung menurun;
5. Maraknya penyeludupan BBM bersubsidi dan pengoplosan BBM;
6. Pasokan dan distribusi BBM sering tidak lancar dan tidak merata;
7. Konversi dan diversifikasi energi berjalan lambat;
8. Penggunaan bahan bakar nabati (BBN, biofuel) dan energi biomassa masih
rendah (Departemen ESDM, 2005).
Perpres No.5/2006 tentang KEN dan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional
perlu dicermati dalam kaitannya dengan pengembangan energi biomassa. Tujuan KEN
adalah di satu sisi untuk mengamankan pasokan energi dalam negeri dan secara gradual
mengurangi kontribusi BBM terhadap konsumsi energi nasional, dan di sisi lain,
meningkatkan kontribusi energi alternatif. Substansi KEN meliputi penyediaan energi
(penjaminan ketersediaan, optimalisasi produksi, konservasi energi), pemanfaatan energi
(efisiensi pemanfaatan dan diversifikasi energi), penetapan harga keekonomian dan
pelestarian lingkungan. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional mengelaborasi sasaran
kuantitatif bauran energi nasional untuk tahun 2025, penetapan empat kebijakan (jaminan
keamanan pasokan energi dalam negeri, kewajiban pelayanan publik (public service
obligation), pengelolaan sumber daya energi dan pemanfaatannya), lima strategi
(mekanisme harga keekonomian energi, meningkatkan keamanan pasokan energi dengan
upaya peningkatan efisiensi energi, tata kelola yang baik, mendorong investasi swasta,
dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat) dan kemudian diuraikan ke dalam 16
Program Utama.
Implementasi kebijakan energi, khususnya Perpres No.5/2006 mempunyai
implikasi teknis pengelolaan energi, sosial, ekonomi, lingkungan dan politik. Implikasi
kebijakan energi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengamanan pasokan energi menuntut keseimbangan supply side management
dan demand side management;
2. Kenaikan harga BBM dan pengurangan subsidi dapat dilakukan jika penghasilan
masyarakat telah meningkat. Kalau tidak akan menimbulkan resesi ekonomi,
kemiskinan, kerusakan lingkungan, keresahan sosial dan instabilitas politik;
3. Kenaikan harga BBM yang terkendali dan dampaknya dapat diatasi dengan
mendorong percepatan diversifikasi energi;
4. Secara gradual terjadi pergeseran ekonomi berbasis minyak bumi menjadi
berbasis bahan hayati;
5. Peningkatan produksi dan pemanfaatan biofuel dan energi biomassa berdampak
pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan agroindustri dan pengurangan
kerusakan lingkungan hidup;
6. Pengembangan energi alternatif dapat berlangsung dengan baik jika dilakukan
penataan kelembagaan, pembenahan sistem fiskal, pajak, insentif dan subsidi
yang memihak ke energi alternatif, perbaikan infrastruktur, penguasaan
advanced energy technology dan pembenahan sistem pemasaran energi;
a. Hubungan antara keamanan pangan dan keamanan produksi energi (food
security/energy nexus) harus dikelola secara baik termasuk menangani isu
deforestasi, degradasi hutan dan perubahan iklim.

2.2 Dampak Krisis Energi

Krisis ekonomi biasanya memicu krisis sosial, politik, ekonomi dan lingkungan.
Umumnya krisis energi berkaitan dengan merosotnya pasokan BBM dan pasokan energi
lainnya seperti listrik dan sumber-sumber alam lain. Dampak yang ditimbulkan dari krisis
energi ini sudah mulai terasa di kalangan masyarakat. Khususnya masyarakat kelas
menengah ke bawah. Krisis bahan bakar berbasis fosil ini telah berdampak pada
melonjaknya harga bahan bakar. Tidak berhenti di situ saja. Akibat melonjaknya harga
bahan bakar dengan berbagai macam produk turunannaya harga sembako ikut
melambung. Akhirnya beban masyarakat semakin berat. Nasib masyarakat pun semakin
menderita. Krisis Energi BBM sangat meresahkan masyarakat. Krisis Energi ini
menimbulkan kelangkaan dan naiknya harga BBM.

Dampak dari krisis BBM dapat dirasakan disegala sektor. Salah satu masalah
terbesar yang muncul dari dinaikkannya harga BBM adalah kekhawatiran akan
terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang
terjadi akibat komponen biaya yang naik. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari krisis
energy BBM saling berkesinambungan. Krisis energi ini mengakibatkan kenaikan harga
BBM yang sangat menekan kesejahteraan buruh. Sebab kenaikan BBM sebesar 35% itu
tidak hanya meningkatkan beban ongkos transportasi tetapi juga biaya kebutuhan
makanan pokok dan biaya sewa rumah. Adanya kenaikan BBM bukan hanya ongkos
transportasi yang naik, tetapi juga biaya rumah dan sembako juga otomatis naik. Daya
beli buruh akan semakin turun.

Dampak kenaikan BBM lebih besar adalah saat industri mengalami gulung tikar
atau kolaps sebagai akibat penurunan daya beli masyarakat dan bertambahnya biaya
produksi. Terjadi peningkatan jumlah pengangguran nasional, akibat maraknya pabrik-
pabrik dan perusahaan yang memutuskan hubungan kerja para karyawannya. Otomatis
jumlah orang miskin semakin membengkak. Akibatnya kesempatan berinvestasi dalam
bentuk infrastruktur dan pembangunan nonfisik, termasuk kesehatan dan pendidikan,
menjadi lebih sedikit. Tidak hanya berakibat pada sisi ekonomi tetapi lebih dari itu
dampak social akan merejalela. Rakyat yang sudah miskin akan dimiskinkan dengan
ketidakmampuan mereka mencari nafkah hidup. Harga-harga barang akan mengikuti
kenaikan harga BBM.

Kebutuhan rumah tangga akan menanjak mengikuti harga penunjang transportasi.


Semua barang, kebutuhan harian, sayur mayur, buah, dan komoditi pertanian juga akan
naik. Hasil-hasil kerajinan masyarakat juga tidak lepas dari itu karena bahan dasar pasti
akan naik. Belum lagi kaum petani akan menjerit karena kenaikan pupuk dan obat-
obatan. Selain itu kenaikan BBM akan memicu bidang-bidang lain untuk menaikkan
biaya. Pendidikan misalnya, karena beban operasional yang tinggi mungkin juga akan
menggenjot biaya agak tinggi. Itu semua karena para guru, terutama guru swasta juda
sebagai korban kenaikan BBM itu. Ini merupakan salah satu contoh mengenai efek imbas
atau dampak lanjutan dari suatu krisis energi yang melanda sejumlah negara selama ini.

2.3 Penanggulangan Krisis Energi


Salah satu upaya dari pemerintah adalah dengan menerbitkan Peraturan Presiden
Nomor 41 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi
dan Darurat Energi. Penanggulangan krisis energi yang mencakup terdiri energi untuk
kepentingan publik, yakni bahan bakar minyak (BBM), listrik, liquefied petroleum gas
(LPG), dan gas bumi. Faby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services
Reform, mengatakan perpres penanggulangan krisis energi memang dibutuhkan. Namun,
kondisi krisis dan teknis operasionalnya harus ditentukan secara transparan. Perpres yang
ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 4 Mei 2016 ditetapkan berdasarkan kondisi
teknis operasional dan kondisi nasional. Kondisi teknis operasional ditetapkan dengan
mempertimbangkan cadangan operasional minimum BBM pada wilayah distribusi niaga,
daya mampu tenaga listrik pada sistem setempat, LPG pada wilayah distribusi, kebutuhan
pelanggan gas bumi pada wilayah distribusi gas bumi setempat dan ditetapkan apabila
pemenuhan cadangan operasional minimum atau kebutuhan minimum diperkirakan tidak
terpenuhi dan tidak tertanggulangi oleh badan usaha. Darurat Energi berdasarkan kondisi
teknis oeprasional, ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan dan lama
waktunya penanganan gangguan untuk memulihkan pasokan energi serta apabila
gangguan pada sarana dan prasarana energi tidak dapat dipulihkan oleh badan usaha.

Krisis energi atau darurat energi berdasarkan kondisi nasional ditetapkan jika
mengakibatkan terganggunya fungsi pemerintahan, terganggunya kehidupan social
masyarakat dan/atau terganggunya kegiatan perekonomian. Dan ketentuan lebih lanjut
mengenai krisis energi dan/atau darurat energi berdasarkan kondisi teknis operasional dan
kondisi nasional akan diatur dalam Peraturan Menteri. Nantinya yang akan bertanggung
jawab untuk melakukan identifikasi dan memantau kondisi penyediaan dan kebutuhan
energi baik langsung ataupun tidak langsung adalah Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Dewan Energi Nasional (DEN) dan badan pengatur serta badan usaha.

Untuk tindakan penanggulangan krisis energi atau darurat energi meliputi


pelepasan cadangan penyangga energi, penambahan impor energi, kerja sama
internasional, pembatasan ekspor energi, penghematan energi, pembatasan konsumsi
energi, percepatan proyek infrastruktur energi, pengalihan penggunaan jenis energi
dengan cara penggantian bahan bakar dengan menggunakan bahan bakar lain (fuel
switching), diversifikasi dan subsitusi, pembelian kelebihan tenaga listrik (excess power)
dan tindakan lain sesuai dengan rekomendasi DEN.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Energi telah mengalami berbagai perubahan dalam pemanfaatannya, misalnya


saja energi dari aliran air, cahaya matahari, bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan
batu batu bara, gas bumi, dan juga ada bahan nuklir yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi. Energi juga dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi energi
tidak dapat dimusnahkan (hukum termodinamika pertama). Namun, seiring berjalannya
waktu, penggunaan energi secara besar-besaran menyebabkan dunia mengalami krisis
energi yang dapat bertamabh buruk jika tidak ditangani. Dampak yang ditimbulkan dari
krisis energi ini sudah mulai terasa di kalangan masyarakat. Khususnya masyarakat kelas
menengah ke bawah. Krisis bahan bakar berbasis fosil ini telah berdampak pada
melonjaknya harga bahan bakar. Tidak berhenti di situ saja. Akibat melonjaknya harga
bahan bakar dengan berbagai macam produk turunnya harga sembako ikut melambung.
Akhirnya beban masyarakat semakin berat. Nasib masyarakatpun semakin menderita.
penanggulangan krisis energi atau darurat energi meliputi pelepasan cadangan penyangga
energi, penambahan impor energi, kerja sama internasional, pembatasan ekspor energi,
penghematan energi, pembatasan konsumsi energi, percepatan proyek infrastruktur
energi, pengalihan penggunaan jenis energi dengan cara penggantian bahan bakar dengan
menggunakan bahan bakar lain (fuel switching), diversifikasi dan subsitusi, pembelian
kelebihan tenaga listrik (excess power) dan tindakan lain sesuai dengan rekomendasi
DEN.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2007. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Darari,A., Arifin., H.R Ardiansah.,A.Subagio., A.N Ningrum dan


N.Rismaningsih . Fabrikasi Thin Film Nano CNT- MnO2
menggunakan Metode Electrophoretis Deposition sebagai Elektroda
Superkapasitor . 1-5.

Ja’far, M. 2009. ENERGYNOMICS; Ideologi Baru Dunia. Gramedia Pustaka Utama:


Jakarta.

Kamajaya. 2007. Fisika. Grafindo Media Pratama: Bandung.

Madonna, S. 2014. Efisiensi energi melalui penghematan penggunaan air . Jurnal


Teknik Sipil. 12(4):267-274 .

Tampubolon, A.2008. Kajian kebijakan energi biomassa kayu bakar. Jurnal


Analisis Kebijakan Kehutanan. 5 (1): 29 – 37.

Anda mungkin juga menyukai