Anda di halaman 1dari 9

Otot yang tertarik, kaki yang terkilir, lutut yang bengkak, bahu yang lepas, tulang yang patah

atau
retak adalah contoh-contoh dari masalah yang sering kita hadapi atau temukan sehari-hari. Cara
menanganinya pun berbeda-beda.

Sebagai contoh kita ambil tulang yang patah. Tulang patah tentu saja harus dioperasi kemudian
digips, dan setelah 6 minggu bagian yang patah tersebut sudah berfungsi dengan normal lagi. Ini
selayaknya dilakukan karena adanya pengetahuan bahwa dengan mengoperasi tulang yang patah
merupakan langkah awal dari suatu penyembuhan.

Pijat atau urut atau massage merupakan suatu bagian budaya yang penting di Indonesia. Selain
enak, membuat tubuh menjadi rileks dan mengurangi rasa stress, pijat seringkali digunakan sebagai
metode untuk merawat bagian tubuh yang sakit atau dalam konteks olahraga bagian yang cedera.
Pijat/urut tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam menyembuhkan sebuah cedera, justru akan
memperparah dan memperlambat proses penyembuhan.

Kita semua tahu luka di kulit apakah hanya sebatas lecet di kulit atau sampai mengeluarkan darah.
Apakah kita akan memijat bagian yang terluka ini? Apakah luka itu akan digosok, ditekan, diberi
minyak atau ditarik? Saya yakin jawabannya adalah tidak.

Mengapa? Karena itu luka, jadi harus dibersihkan dan dirawat dengan baik agar tidak terjadi infeksi.
Ini persis sama dengan bengkak, memar, keseleo, terkilir, tertarik atau retak/patah.

Perbedaannya terletak di jenis lukanya. Hal-hal ini merupakan jenis luka yang tertutup. Artinya:
bagian kulit tidak rusak atau fungsinya tidak terganggu. Kerusakan yang terjadi terletak di bagian
dalam. Yang terlihat bukan darah, nanah atau cairan lainnya tetapi warna kulit yang menjadi biru atau
merah, struktur tubuh yang membesar secara abnormal karena bengkak atau tidak kelihatan apa-apa
tetapi begitu dipegang memberi rasa nyeri yang luar biasa.

Pertanyaan yang sangat mendasar, mengapa ini harus dipijat atau diurut? Sesuatu yang justru akan
memberi efek negative terhadap pemulihan cedera.

Ada yang mengatakan bahwa setelah dipijat rasa sakit hilang sama sekali. Itu benar tetapi bukan
karena urut-nya atau pijat-nya.
Tubuh yang normal memiliki sistem pertahanan sendiri. Contohnya bila kita sakit tubuh menjadi
panas (demam). Ini sangat tidak menyenangkan buat kita tetapi fungsi dari demam adalah untuk
membunuh bakteri atau virus yang membuat tubuh sakit. Ini adalah strategi tubuh kita dalam
bertahan sehingga tidak sakit.

Tentu saja demam tinggi yang lama tidak baik karena akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh
yang penting. Dengan menggunakan obat yang diberikan dokter akan membantu membunuh bakteri
atau virus yang ada di dalam tubuh. Dengan demikian sembuhlah tubuh kita dan bisa berfungsi
secara normal kembali.

Pada saat dipijat di bagian tubuh yang cedera tersebut sebuah zat yang berfungsi untuk membius
secara lokal bagian tubuh yang sakit tersebut. Pengaruh zat inilah yang menghilangkan rasa sakit
untuk sementara. Karena rasa sakit ini menghilang maka dengan mudahnya pijat dapat dilakukan.

Sayangnya, hasilnya hanya sementara saja. Begitu efek dari obat bius alami ini menghilang maka
rasa nyeri yang diberikan akan menjadi lebih besar. Ini saja sudah cukup untuk memperlambat
penyembuhan sebuah cedera.

Karena tubuh sudah membius diri maka dengan leluasa bagian yang sakit tersebut bisa dipijat,
ditekan, dan ditarik dengan keras tanpa menimbulkan rasa sakit. Ini tentu saja sangat
membahayakan struktur dan jaringan dari otot, ligamen dan tulang. Bayangkan saja seandainya luka
yang berdarah kita pijat dan urut selama 15 menit?

Ada seorang pemain bola yang pernah datang dan menunjukkan salah satu bagian tubuhnya. Bila
dilihat sekilas tidak kelihatan tetapi kalau diperhatikan dengan jeli terlihatlah dengan jelas bahwa
bagian tersebut pernah diperlakukan dengan kasar. Dia bercerita bahwa tulangnya pernah retak
karena jatuh, tentu saja tidak ditangani secara medis melainkan secara tradisional. Akibatnya, tulang
yang retak ini menjadi hancur dan akhirnya ketika sembuh tulangnya tumbuh dengan tidak benar.
Sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan secara medis sekitar 6-8 minggu dan sembuh total
menjadi sebuah petaka bagi tulang tersebut.

Otot yang tertarik atau sakit menunjukkan adanya kerusakan atau lebih tepatnya adanya jaringan-
jaringan yang sobek. Inilah yang menyebabkan rasa sakit. Prinsipnya sama, ini juga merupakan jenis
luka yang tertutup. Sekecil apapun itu luka bila ditarik, ditekan atau dipijet akan menjadi besar dan
akan menjadi semakin parah. Ini merupakan salah satu alasan mengapa banyak sekali pemain sepak
bola yang memiliki sakit otot yang tak kunjung sembuh-sembuh.

Adanya celetukan "kalau nggak terasa ya nggak akan sembuh!" pada saat dipijat. Tubuh yang sehat
dan normal tidak memiliki rasa sakit. Di otak pun masih menjadi misteri karena belum ada bagiannya
yang merupakan pusat dari rasa sakit. Bila tubuh mulai mengeluh sakit itu merupakan tanda bahwa
ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuh. Apakah ini harus diprovokasi dengan membuat tubuh
menjadi lebih sakit, misalnya saat bengkak, dipijat lalu harus terasa sakit supaya menjadi lebih efektif
hasilnya? Tentu saja tidak. Kebalikannya justru tubuh harus diberi waktu istrahat yang besar atau
dirawat agar lebih cepat menjadi baik.

Pijat dan urut memiliki fungsi rileksasi. Artinya saat tubuh capek, tegang, atau lelah boleh di-
massage. Ini sangat penting buat olahragawan.Tubuh yang capek perlu dirileksasikan. Cara yang
terbaik adalah dengan melalui massage. Ini pun ada aturannya, bukan hanya sembarangan saja
apalagi kalau sudah mencampur-campur jenis minyaknya. Massage untuk seorang atlet sebaiknya
dilakukan oleh seorang sport masseur yang memiliki pengetahuan dasar mengenai anatomi dan
fisiologi tubuh, mengetahui fungsi sebuah otot, cara kerjanya dan posisinya di tubuh. Hal ini sangat
krusial mengingat jenis otot yang digunakan seorang atlet berbeda mengingat jenis olahraga yang
dilakukan.

Pijat, urut, dan massage telah menjadi budaya yang menyatu dengan masyarakat. Ini merupakan
sebuah hal yang positif karena menunjukkan bahwa masyarakat tidak mau suka tegang dan ingin
hidup tanpa stress. Yang perlu ditekankan hanyalah kapan pergi ke tukang pijat dengan tujuan
relaksasi dan bukan dengan tujuan untuk merawat cedera

A. METODE KUANTITATIF

Metode Kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara
obyektif terhadap fenomena sosial. Menurut Fraenkel dan Wallen (1993) penelitian kuntitatif:

"Research in which investigator attempts to study naturally according phenomena in all their
complexity."

Untuk dapat melakukan pengukuran, fenomena social dijabarkan ke dalam beberapa komponen
masalah, variable dan indicator. Penelitian metode kuantitatif menggunakan symbol-simbol atau
angka-angka yang berhubungan dengan fenomena yang akan diteliti dan dapat dihitung
menggunakan teknik perhitungan secara matematik untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

Metode Analisis Kuantitatif

Tujuan pemecahan Alat analisis kuantitatif


Melihat perbandingan Analisis varian (Anova)
Mengetahui hubungan Analisis korelasi, regresi
Mengetahui sebab kausal Analisis jalur, Structural Equation-
Model.
Melihat kecenderungan Mean, median, modus, standar-
deviasi, tabulasi silang, table.
Mengelompokkan/mereduksi- Analisis factor
variable/Indikator
Mengelompokkan - Analisis klaster
obyek/kasus
Pemetaan obyek/kasus Analisis MDS, Klaster Kanonikal

Metode penelitian kuantitatif memiliki 4 asumsi, yaitu:

1. Fakta social memiliki realitas objektif.


2. Keunggulan metode.
3. Variabel dapat diidentifikasi dan hubungannya dapat diukur.
4. Etik/sudut pandang luar.

Tujuan dari metode ini adalah untuk menjelaskan suatu masalah dan menghasilkan generalisasi.
Generalisasi adalah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu
masalah yang diperkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat
dihasilkan oleh metode perkiraan atau estimasi yang umumnya terdapat pada statististika
induktif.

B. METODE KUALITATIF

Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok (Sukmadinata:2005). Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai
riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Teknik pengumpulan data kualitatif diantaranya
adalah interview (wawancara),quesionere (pertanyaan-pertanyaan/kuesioner), schedules (daftar
pertanyaan), dan observasi (pengamatan, participant observer technique), penyelidikan sejarah
hidup (life historical investigation), dan analisis konten (content analysis).

Karakteristik Penelitian Kualitatif yaitu :


1. Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik).
2. Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument).
3. Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama.
4. Analisis data secara induktif.
5. Proses lebih berperanan penting daripada hasil.
6. Penelitian dibatasi oleh fokus.
7. Desain penelitian bersifat sementara.
8. Laporan bernada studi kasus.
9. Interpretasi ideografik.

Metode penelitian kualitatif memiliki 4 asumsi, yaitu:


1. Realitas bentuk secara social.
2. Keunggulan subjek persoalan.
3. Variabel bersifat kompleks, saling tumpang tindih, sukar untuk diukur.
4. Emik/sudut pandang terdalam.

Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan
hipotesis penelitian kualitatif.

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE KUANTITATIF

Kelebihan
1. Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit
dibantah.
2. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya
terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai atau menisci kuisioner.
3. Kejadian serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak
observer.
4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap moleh alat pengumpul
data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil penelitian.

Kelemahan
1. Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat.
2. Kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan.
3. Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut
kehidupan pribadi yang sangat rahasia.
4. Observasi sering menemukan observer yang bertingkah laku baik dan menyenangkan
karena tahu dia sedang di observasi.
5. Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam keadaan tertentu sehingga dapat terjadi
gangguan yang menyebabkan observasi tidak dapat dilakukan.
E. MIXED METHOD

Dapatkah Metode Kuantitatif dan Kualitatif Digabung dalam suatu Penelitian? Setiap metode
penelitian memiliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena itu, metode kuantitatif dan kualitatif
keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya saling melengkapi satu sama lain.

Berdasarkan pada paradigma, karakteristik dan proses penelitiannya, kedua metode di atas
agaknya memang sulit digabungkan dalam satu proses penelitian yang bersamaan. Bahkan
secara tegas Thomas D Cook & Charles Reichardt (1978) menyimpulkan bahwa metode
kuantitatif dan kualitatif tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena kedua metode tersebut
memiliki paradigma, proses penelitian dan karakteristik yang berbeda dan perbedaannya bersifat
mutually exclusive.

Namun demikian, menurut Prof. Sugiyono (2006: 38) kedua metode tersebut dapat digunakan
bersama-sama atau digabungkan dalam suatu penelitian yang bersamaan, dengan catatan
sebagai berikut:
1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada objek yang sama, tetapi tujuannya berbeda.
Misalnya metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode
kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis;
2. Dapat digunakan secara bergantian secara bertahap. Misalnya dalam proses pengumpulan
data, penentuan sumber informan, dan lain sebagainya;
3. Dapat digunakan untuk secara bergantian untuk mengecek atau memperkuat validitas
data. Misalnya sudah terkumpul data melalui kuesioner (kuantitatif), maka untuk
memperkuatnya dilengkapi dengan observasi atau wawancara (kualitatif) kepada
responden yang menjawab kuesioner tersebut;
4. Dapat digunakan secara bersamaan, asalkan kedua metode tersebut diperjelas langkah-
langkah penggunaannya dan dipahami dengan jelas. Termasuk juga, penelitinya sudah
berpengalaman luas. Bagi peneliti pemula, sebaiknya dipikir-pikir dulu untuk
menggabungkan keduanya.

A. Pengertian Studi Kasus

Ada beberapa deskripsi menegenai makna dari pengertian studi kasus, Bila kita melakukan
penelitian yang terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu
tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus. Metode ini akan melibatkan kita dalam
penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku
seorang individu.[1] Di samping itu, studi kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-
unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, dan berbagai bentuk unit sosial
lainnya. Jadi, studi kasus, dalam khazanah metodologi, dikenal sebagai suatu studi yang bersifat
komprehensif, intens, rinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya menelaah
masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer, kekinian.

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu
latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa
tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan
dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987)
memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs,
dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha
menguji unit atau individu secara mendalarn.

Sebuah definisi dengan bersifat teknis sehingga sangat membantu tentang studi kasus diberikan
oleh Robert Yin (1996), yang menyebutkan bahwa studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang:
menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana; batas-batas antara fenomena
dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: multi sumber bukti dimanfaatkan.[2]

Jadi secara garis besar pengertian dari Studi Kasus merupakan strategi penelitian dimana
didalamnya peneliti menyeliki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasioleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan
informasisecara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995).[3]

B. Jenis – Jenis Studi Kasus

1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi


tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya.
Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang
mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.

2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi


peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu
organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu
tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.

3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara
sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir
hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.

4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community


study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas),
bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus
observasi.

Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu,
maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu
sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.

f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat
kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat
spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar. [4]

C. Langkah – Langkah Studi Kasus

1. Mengenali Gejala

Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengamati adanya suatu gejala, gejala itu
mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu :

a. Konselor sekolah menemukan sendiri gejala itu pada siswa yang mempunyai masalah.

b. Guru mata pelajaran memberikan informasi adanya siswa yang bermasalah kepada
Konselor sekolah.

c. Wali kelas meminta bantuan Konselor sekolah untuk menangani seseorang siswa yang
bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru
ataupun pihak tata usaha.

2. Mendiskripsikan Kasus

Setelah gejala itu dipahami oleh Konselor sekolah, kemudian dibuatkan deskripsi kasusnya
secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.

3. Menentukan Bidang-Bidang Bimbingan

Setelah deskripsinya dibuat, yang dipelajari lebih lanjut adalah aspek ataupun bidang-bidang
masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis
masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan berkarya
atau kehidupan beragama.

4. Membuat Perincian Kasus

Jenis masalah yang sudah dikelompokkkan itu dijabarkan dengan cara mengembangkan ide-ide
atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya secara
cermat. Adanya jabaran masalah yang lebih terrinci itu dapat membantu Konselor sekolah untuk
membuat perkiraan kemungkinan sumber penyebab masalah itu muncul.

5. Memperkirakan sebab

Perkiraan kemungkinan sumber penyebab, akan membantu kita menjelajahi jenis informasi yang
dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan
dalam pengumpulan informasi atau data. Langkah pengumpulan data itu terutama melihat jenis
informasi atau data yang diperlukan seperti kemampuan akademik, sikap atau kepribadian,
bakat, minat. Data ini bisa didapat melalui teknik tes maupun nontes,

Selanjutnya dibuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul apabila kasus itu tidak ditangani
dan jenis bantuan yang dapat diberikan merupakan langkah penting, agar kita dapat menjajaki
kemungkinan memberikan bantuan. Apakah bantuan langsung ditangani oleh Konselor sekolah
atau perlu konferensi kasus ataupun alih tangan kasus.

6. Memberikan Bantuan

Dengan berakhirnya pengumpulan data maka langkah yang selanjutnya akan diambil oleh
peneliti adalah melakukan kegiatan konseling atau pemberian bantuan (terapi). Dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan jenis masalah.

7. Kegiatan Evaluasi

Kegiatan evaluasi adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh keefektifan penerapan teori konseling dalam
mengatasi kasus yang dialami oleh siswa atau konseli.

8. Tindak Lanjut/ Follow Up

Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah langkah yang akan diambil, apabila dalam
penanganan kasus masih belum tercapai hasil yang maksimal dan belum mengalami perubahan
yang berarti. Langkah ini dilakukan apabila peneliti dan konselor tidak mampu menangani
masalahnya atau permasalahan siswa memiliki rentetan dan komplikasi dengan masalah yang
lainnya.

Terhadap kasus yang telah dicapai adanya perubahan yang signifikan, maka ada upaya untuk
terus mempoertahankan hasil tersebut, yang selanjutnya perlu untuk ditingkatkan pencapaian
hasilnya yang lebih baik. Pada kasus yang tidak mampu atau diluar kewenangan Konselor
sekolah, maka diadakan konferensi kasus atau alih tangan kasus kepada tenaga- tenaga ahli
yang kompeten terhadap kasus siswa atau konseling.[5]

D. Kelebihan dan Kelemahan Studi kasus

Adapun kelebihan dari Studi kasus yaitu:

1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.

2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus

3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti

4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan
hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya

5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik
dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah
teori.[6]

Adapun kelemahan dari studi kasus yaitu:

1. Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena


pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga
mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.

2. Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus,
maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.

3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang
menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi
kasus adalah rendah.

4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan
pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.

5. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada
studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak
daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal
ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian
kuantitatif.

6. Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi
ke rah yang tidak seharusnya.[7]

[1] Abdul Aziz.SR. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus. (Jakarta ; PT RajaGrafindo
Persada, 2003) , hal.18

[2] Abdul Aziz.SR. Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus. (Jakarta ; PT RajaGrafindo
Persada, 2003) , hal.18

[3] Suwahono, paper Metodologi Penelitian

[4]http://makalah-arsipku.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-studi-kasus.html, diakses 6
november 2012
[5] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011)
hal 47

[6] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011)


hal 112

[7] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011)


hal 116

Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.

Berbagai macam cedera[sunting | sunting sumber]

 Luka bakar adalah cedera yang diakibatkan oleh sesuatu yang panas.
 Patah tulang atau fraktur, cedera pada tulang.
 Luka pada kulit yang dapat mengakibatkan pendarahan atau hanya lecet.
 Memar adalah pendarahan di dalam tubuh, di kulit terlihat warna kebiruan.
Luka fisik serius adalah luka pada tubuh (fisik) yang dapat berakibat kematian pada korban.

Anda mungkin juga menyukai

  • INDONESIAN TEMPLATE 2021 Rev8
    INDONESIAN TEMPLATE 2021 Rev8
    Dokumen4 halaman
    INDONESIAN TEMPLATE 2021 Rev8
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Dewan Kemaritiman Indonesia
    Dewan Kemaritiman Indonesia
    Dokumen1 halaman
    Dewan Kemaritiman Indonesia
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Atp
    Atp
    Dokumen5 halaman
    Atp
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Soal Hormon
    Soal Hormon
    Dokumen1 halaman
    Soal Hormon
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Leaflet 1
    Leaflet 1
    Dokumen3 halaman
    Leaflet 1
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Label Undangan
    Label Undangan
    Dokumen1 halaman
    Label Undangan
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Soal Hormon
    Soal Hormon
    Dokumen1 halaman
    Soal Hormon
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • G 20
    G 20
    Dokumen9 halaman
    G 20
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Soal Try Out Fisioterapi-1
    Soal Try Out Fisioterapi-1
    Dokumen61 halaman
    Soal Try Out Fisioterapi-1
    Widya Rahma Calista
    88% (8)
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Undangna Home Safety
    Undangna Home Safety
    Dokumen1 halaman
    Undangna Home Safety
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Soal Try Out Fisioterapi-1
    Soal Try Out Fisioterapi-1
    Dokumen61 halaman
    Soal Try Out Fisioterapi-1
    Widya Rahma Calista
    88% (8)
  • Jadwal Dari Jakarta
    Jadwal Dari Jakarta
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Dari Jakarta
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Autism
    Autism
    Dokumen28 halaman
    Autism
    Widya Rahma Calista
    100% (1)
  • Tes
    Tes
    Dokumen164 halaman
    Tes
    fadli
    Belum ada peringkat
  • Cover Proposal KB
    Cover Proposal KB
    Dokumen1 halaman
    Cover Proposal KB
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Proposal KB
    Proposal KB
    Dokumen6 halaman
    Proposal KB
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Dapus Bab 1
    Dapus Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Dapus Bab 1
    feryda21
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen81 halaman
    Dapus
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • CP KARS SNH Jadii
    CP KARS SNH Jadii
    Dokumen6 halaman
    CP KARS SNH Jadii
    Yenti S Darya
    Belum ada peringkat
  • Soal Fisioterapi
    Soal Fisioterapi
    Dokumen16 halaman
    Soal Fisioterapi
    rs citama
    78% (9)
  • C Praoposal KB
    C Praoposal KB
    Dokumen1 halaman
    C Praoposal KB
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Lampiran PDF
    Lampiran PDF
    Dokumen18 halaman
    Lampiran PDF
    rosaulifaleria
    Belum ada peringkat
  • Artikel Skoliosis
    Artikel Skoliosis
    Dokumen4 halaman
    Artikel Skoliosis
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Atp
    Atp
    Dokumen5 halaman
    Atp
    Widya Rahma Calista
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Atas
    Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Atas
    Dokumen17 halaman
    Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Atas
    nana
    100% (3)
  • Dapus Bab 1
    Dapus Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Dapus Bab 1
    feryda21
    Belum ada peringkat
  • 40 73 1 SM
    40 73 1 SM
    Dokumen9 halaman
    40 73 1 SM
    jmjaya
    Belum ada peringkat