“Eceng Gondok”
Makalah
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
M01
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Ekskresi dan
Osmoregulasi” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
2.2. Proses Sistem Eksresi dan Osmoregulasi Pada Hewan AirError! Bookmark not
defined.
2.3. Gangguan Pada Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi Pada Hewan Air ................. 9
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Eceng Gondok ( Eichorniacrassipes ) termasuk dalam kelompok gulma perairan.
Tanaman ini memiliki kecepatan berkembang biak vegetatif yang sangat tinggi, terutama di
daerah tropis dan subtropis. Selain itu, eceng gondok juga mempunyai kemampuan yang
sangat besar untuk menyesuaikan ditimbulkan sudah cukup mencemaskan. Namun ironisnya,
hingga sekarang belum ditemukan cara yang optimal untuk memberantasnya. Bisa
dibayangkan, selama 106 tahun berada di bumi Indonesia eceng gondok telah menyebar ke
seluruh perairan yang ada dan memenuhi setiap jengkalnya, baik waduk, rawa, danau,
maupun sungai. Berbagai gangguan yang banyak. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh
yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan
perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Akhir-akhir ini perkembangan tumbuhan air enceng gondok di perairan sungai, danau, hingga
ke perairan payau sangat pesat. Sekilas tanaman enceng gondok tidak berguna. Bagi
masyarakat di sekitar pinggiran sungai, enceng gondok adalah tanaman parasit yang hanya
mengotori sungai dan dapat menyebabkan sungai menjadi tersumbat atau meluap karena
enceng gondok terlalu banyak. Begitu pula bagi para masyakat disekitar pinggiran danau
yang menganggap enceng gondok yang banyak didanau adalah penggau yang menghalangi
aktivitas mereka di danau tersebut. Meskipun cukup merepotkan, keberadaan eceng gondok
bisa juga bermanfaat secara komersial. Tak seorang pun dapat menduga sebelumnya, bahwa
usaha pemerintah yang habis bisa untuk membasmi eceng gondok yang belum mencapai hasil
yang optimal justru membuahkan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk
mendapatkan tambahan penghasilan dari penggunaan eceng gondok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Morfologi dan bagian-bagian eceng gondok
2.1.1 Klasifikasi Eceng gondok
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia ( Kunth)
Spesies : E. crassipes
Binomial Nomenclature
Eichhornia crassipes (Mart.) Solms
2.3 Morfologi
Berikut adalah morfologi dari eceng gondok :
Akar
Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang
berserabut, berfungsi sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian
besar peranan akar untuk menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dari
dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di bawah
sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat
mengumpulkan lumpur atau partikel-partikal yang terlarut dalam air
(Ardiwinata, 1950).
Daun
Daun eceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas
permukaan air, yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan
berfungsi sebagai alat pengapung tanaman. Zatn hijau daun(klorofil) eceng
gondok terdapat dalam sel epidemis. Dipermukaan atas daun dipenuhi
oleh mulut daun(stomata) dan bulu daun. Rongga udara yang terdapat
dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat penampungan juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses fotosintesis.
Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan
dimalam hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air
(Pandey, 1980).
Tangkai
Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya
penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di
permukaan air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian
dibagian bawahnya terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel
yang tebal disebut lapisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini
terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem). Rongga-rongga udara
dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis berwarna putih
(Pandey, 1950).
Bunga
Eceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung
muda. Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan
bunga bulir dengan putik tunggal. Eceng gondok juga memiliki ciri-ciri
morfologi sebagai berikut, eceng gondok merupakan tumbuhan perennial
yang hidup dalam perairan terbuka, yang mengapung bila air dalam dan
berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan eceng gondok terjadi
secara vegetatif maupun secara generatif, perkembangan secara
vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar
dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10 tanaman eceng gondok
mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu 8
bulan, hal inilah membuat eceng gondok banyak dimanfaatkan guna
untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai ketinggian
antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.
b.Fotosintesis
c.Respirasi
Eceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan gulma air yang telah banyak dikenal orang.
Penyebarannya yang sangat cepat membuat eceng gondok menjadi sebuah masalah baru perairan
yang dapat mengganggu ekosistem. Hal ini disebabkan eutrofikasi yang terjadi di badan air.
Eutrofikasi merupakan peristiwa meningkatnya bahan organik dan nutrien (terutama unsur nitrogen
dan fosfor) yang terakumulasi di badan air. Peningkatan bahan organik dan nutrien ini berasal dari
limbah domestik, limbah pertanian, dan lain-lain (Merina dkk, 2011).
International Union for Conservation of Nature(IUCN) telah mengelompokkan eceng gondok
sebagai satu dari seratus tanaman yang termasuk spesies invasif (Te’lezz dkk, 2008), bahkan dikenal
sebagai tanaman yang penyebarannya berdampak buruk di seluruh dunia. Masalah eceng gondok
juga telah menjadi perhatian khusus di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Utara (Shanab dkk, 2010).