Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUDI KASUS

FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

‘’ANGINA STABIL KRONIS”

Kelompok 3 (B3) :

1. Maria Imaculata Ida Corebima (1720333635)


2. Maria Plasida Ngatu (1720223636)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. DEFENISI
Angina adalah sindrom klinis yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di dada,
rahang, bahu, punggung, atau lengan. Hal ini diperburuk oleh aktivitas berat dan stres
emosional. Angina stabil kronis adalah angina yang tidak mengalami perubahan
dalam frekuensi, kuat dan lamanya
B. PATOFISIOLOGI
Angina pectoris disebabkan oleh aliran darah koroner yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen miokardium sehingga menyebabkan iskemia.
Ketidakseimbangan antara penghantaran oksigen dan penggunaanya dapat terjadi
selama pengerahan tenaga akibat spasme otot polos vaskuler atau akibat obstruksi
pembuluh darah oleh lesi aterosklerosis. Pada angina pektoris, penderita sering
merasakan sakit pada daerah dada. Rasa sakit dadai ni disebabkan karena adanya
iskemia miokard akibat suplai darah dan oksigen yang berkurang. Berkurangnya
aliran darah pembuluh darah koroner.
C. KLASIFIKASI
1. Angina stabil
Angina stabil merupakan bentuk angina yang paling sering dijumpai sehingga
disebut sebagai angina pectoris khas/tipikal. Angina jenis ini ditandai dengan
perasaan terbakar, terdapat perasaan berat atau seperti diremas pada dada.
Keadaan ini disebabkan oleh penurunana perfusi koroner akibat obstruksi menetap
yang dihasilkan aterosklerosis koroner. Jantung akan menjadi rentan terhadap
iskemia kapan pun terjadi peningkatan kebutuhan oksigen, seperti pada saat
aktivitas fisik, rangsangan emosi, atau oleh penyebab lain yang meningkatkan
kerja jantung.
2. Angina tidak stabil
Angina tidak stabil pada satu sisi berada antara angina stabil dan infark
mikoardium. Angina tidak stabil ditandai oleh serangan angina berulang dengan
frekuensi dan lama serangan angina yang progresif, serangan infark jantung akut
dan kematian mendadak (kematian yang terjadi dalam 1 jam sejak timbulnya
gejala).Serangan angina terjadi baik sewaktu istirahat maupunkerja
fisik.Mekanisme dasar dari angina ini adalah ketidakstabilan (berupa
fissuring,spliting, rupturing) plak aterosklerotik koroner (Suyatna, 2007).
3. Angina prinzmetal atau varian atau vasospastik
Angina prinzmetal merupakan pola dari angina episodik yang jarang dijumpai,
yang terjadi pada saat istirahat dan disebabkan oleh spasme arteri koroner. Gejala
yang muncul diakibatkan oleh penurunan aliran darah menuju otot jantung akibat
spasme arteri koroner. Walaupun orang yang mengalami angina jenis ini mungkin
mempunyai ateresklerosis koroner yang bermakna, serangan angina tidak
berhubungan dengan aktivitas fisik, kecepatan denyut jantung, atau tekanan darah.
Angina prinzmetal umumnya berespon baik terhadap pemberian vasodilator
koroner seperti nitrogliserin dan penghambat kanal kalsium.
D. FAKTOR RESIKO
Pencegahan primer melalui modifikasi faktor risiko harus secara signifikan
mengurangi prevalensi IHD. Intervensi sekunder efektif untuk mengurangi morbiditas
dan mortilitas yang mengikuti.
Faktor resiko untuk IHD adalah aditif dan bisa digolongkan sebagai bisa
diubah atau tidak bisa diubah. Faktor risiko yang tak bisa diubah termasuk jenis
kelamin, usia, riwayat keluarga atau komposisi genetik, pengaruh lingkungan, dan,
sampai tingkatan tertentu, diabetes melitus. Faktor risiko yang bisa diubah termasuk
merokok, hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, gaya hidup sedentary, hiperurisemi,
faktor psikososial seperti stress dan penggunaan obat yang bisa memperburuk seperti
progestin, kortikosterod, dan siklosporin. Meski thiazide dan β blocker (nonselektif
tanpa aktivitas simpatomimetik intrinsik) bisa meningkatkan kolesterol dan
trigliserida 10-20%, dan efek ini bisa fatal, tidak ada bukti dari studi yang telah
dilakukan untuk tidak menggunakan obat tersebut.
E. TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Revaskularisasi
Keputusan untuk melakukan PCI atau CABG untuk revaskularisasi adalah
didasarkan pada luasnya penyakit koroner meliputi jumlah stenosis dan fungsi
ventrikel.
2. CABG (Coronary Artery Bypas Grafting)
Coronary artery bypas grafting dilakuakan dengan cara membuat saluran baru
yang bertujuan untuk mengatasi kurang atau terhambatnya artery koronaria
akibat penyempitan atau penyumbatan ke otot jantung. Pemastian daerah
penyempitan dilakuakan menggunakan kateterisasi arteri koronaria dengan
cara membuka dinding dada melalui pemotongan sternum dan dilakukan
pemasangan pembuluh darah baru dari arteri radialis atau arteri mamaria
interna ataupun vena saphenous tergantung kebutuhan dan keadaan anatomi
pembuluh darah pasien.
3. PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty)
PTCA adalah suatu prosedur terapi untuk memperbaiki aliran darah ke
miokard dengan menempatkan balon kateter pada daerah penyempitan koroner
dan mengembangkannya. Pengisian balon akan menekan plaque dinding arteri
sekaligus membuka dan melebarkan sumbatan. Diharapkan lumen tersebut
akan lebih lebar dari semula sehingga terjadi perbaikan aliran darah.
F. TERAPI FARMAKOLOGI
1. Nitrat
 Kerja nitrat tampaknya dipengaruhi secara tidak langsung pengurangan
kebutuhanoksigen myocardial sekunder setelah venodilatasi dan dilasi arterial-
arteriolar,sehingga terjadi pengurangan pada tekanan (stress) dinding dari
penguranganvolume dan tekanan ventricular. Kerja langsung pada sirkulasi
koroner termasukdilasi arteri koroner intramural besar dan kecil, dilasi
kolateral, dilasi stenosisarteri koroner, hilangnya tonus normal pada pembuluh
yang menyempit, danhilangnya spasme.
 Ciri farmakokinetik umum dari nitrat termasuk metabolisme lintas pertama
yangbesar, waktu paruh yang singkat sampai sangat singkat (kecuali untuk
isosorbidesmononitrates, ISMN), volume distribusi yang besar, laju kliren
yang besar, danvariasi antar individu pada konsentrasi darah atau plasma yang
besar. Waktu paruh nitrogliserin adalah 1-5 menit pada berbagai rute, sehingga
bisa didapat keuntungan dari sediaan lepas lambat dan transdermal. Isosorbide
dinitrates (ISDN) dimetabolisme menjadi isosorbide 2 mono- dan 5-
mononitrate (ISMN).ISMN mempunyai waktu paruh sekitar 5 jam dan bisa
diberikan sekali atau duakali sehari, tergantung pada pilihan produk.
 Terapi nitrat bisa digunakan untuk menghilangkan serangan angina akut,
untukmencegah serangan karena stress atau usaha (effort), atau profilaksis
jangkapanjang. Produk nitrogliserin sublingual, bukal, atau semprotan disukai
untukmengurangi serangan angina karena absorpsi yang cepat (Tabel 10-1).
Simtombisa dicegah dengan profilaksis produk oral atau transdermal (biasanya
dalamkombinasi dengan β blocker atau Ca channel blocker), tapi munculnya
toleransibisa menjadi masalah.
 Nitorgliserin sublingual 0,3-0,4 mg, mengurangi sakit pada sekitar 75% pasien
dalam 3 menit, dengan 15% lainnya hilang rasa sakitnya dalam 5-15 menit.
Rasasakit yang bertahan lebih dari 20-30 menit setelah pemberian dua atau
tiga tablet nitrogliserin mungkin merupakan sindrom koroner akut, dan pasien
harus mendapatkan bantuan darurat.
 Produk kunyah, oral, dan transdermal bisa digunakan untuk profilaksis angina
jangka panjang. Dosis untuk preparat yang kerjanya lama sebaiknya
disesuaikanuntuk memberikan respon hemodinamik. Ini membutuhkan dosis
ISDN oral dari10-60 mg setiap 3-4 jam karena toleransi atau FPM. Terapi
nitrogliserin transdermal dalam interval (10-12 jamon, 10-12 jam off) bisa
menghasilkan perbaikan yang ringan tapi signifikan pada exercise time pada
angina stabilkronik.

 Efek samping termasuk hipotensi postural dengan simtom terkait CNS,


reflektakikardi, sakit kepala dan wajah memerah, dan terkadang mual.
Hipotensi berlebih bisa menyebabkan MI atau stroke. Efek samping
noncardiovasculartermasuk kulit kemerahan (terutama dengan nitrogliserin
transdermal) danmethemoglobinemia dengan dosis tinggi yang diberikan
dalam waktu terbatas.
 Karena onset dan offset toleransi terhadap nitrat terjadi dengan cepat, ada
strategiuntuk mecegahnya seperti tidak memberikan nitrat dalam interval 8-12
jam. Sebagai contoh, ISDN sebaiknya tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali
sehariuntuk untuk menghindari toleransi.
 Nitrat bisa digabungkan dengan obat lain dengan mekanisme kerja
yangmelengkapi untuk terapi profilaktik kronik. Terapi kombinasi
umumnyadigunakan pada pasien dengan simtom yang lebih sering atau
simtom yang tidakmerespon terhadap pemberian β blocker tunggal (nitrat dan
β blocker atau Cachannel blocker), pada pasien yang tidak bisa mentolerir β
blocker atau Cachannel blocker, dan pasien yang mempunyai vasospasme
sehingga supplyberkurang (nitrat dan Ca channel blocker).
2. Agen β Adrenergic Blocker
Penurunan denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah
mengurangi MVO2 dan kebutuhan oksigen pada pasien dengan angina yang
diinduksi usaha (effort). β blocker tidak meningkatkan suplay oksigen dan,
pada beberapa perkecualian, stimulasi α-adrenergic bisa menyebabkan
vasokontriksi koroner.
 β blocker memperbaiki simtom pada sekitar 80% pasien dengan chronic
exertional stable angina, dan pengukuran objektif pada efek didapatkan
perbaikan durasi latihan dan penundaan pada waktu dimana ST-segmen
berubah dan mengawali atau membatasi terjadinya simtom. Dengan
penggunaan β blockerpasien yang awalnya dibatasi simtom bisa melakukan
latihan lebih dan pada akhirnya meningkatkan tampilan cardiovascular
melalui efek latihan.
 Calon ideal untuk pengguna β blocker termasuk pasien yang aktivitas fisiknya
merupakan penyebab serangan; mereka yang sebelumnya mengalami
hipertensi, aritmia supraventricular, atau post-MI angina; dan mereka dengan
ansietas yang dihubungkan dengan episode angina. β blocker bisa digunakan
dengan aman pada angina dan gagal jantung.
3. Ca Channel Antagonis
Aksi langsung termasuk vasodilatasi arteriole sistemik dan arteri
koroner, sehingga tekanan arteri dan tahanan vascular koroner berkurang dan
juga depresi pada kontraktilitas myocardial dan kecepatan konduksi SA dan
AV node. Reflek terhadap stimulasi β-adrenergik melampaui efek inotropik
negatif, dan depresi kontraktilitas hanya terlihat secara klinik jika terdapat
disfungsi LV dan ketika obat inotropik negatif lainnya sedang digunakan.
Verapamil dan diltiazem menyebabkan vasodilatasi perifer lebih lemah
dari dihydropyridines seperti nifedipine tapi pengurangan konduksi AV node
lebih hebat. Penggunaannya harus hati-hati pada pasien yang sebelumnya
mengalami kelainan konduksi atau dengan obat lain dengan sifat kronotropik
negatif. MVO2 dikurangi dengan semua Ca channel antagonis terutama karena
pengurangan regangan (tension) dinding sekunder setelah pengurangan
tekanan arterial. Secara umum, manfaat dari Ca channel antagonis terkait
dengan pengurangan MVO2 daripada perbaikan supply oksigen.
Kontras dengan β blocker, Ca channel antagonis berpotensi meningkatkan
aliran darah koroner melalui area pada pembuluh koroner yang terkena
obstruksi dengan ihibisi vasomotion dan vasospasm arteri koroner.
Kandidat untuk pemberian Ca channel antagonis termasuk pasien
dengan kontraindikasi atau intolerasnsi dengan β blocker, telah mengalami
penyakit sistem konduksi (sehingga tidak bisa menggunakan verapamil dan
mungkin diltiazem), angina Prinzmetal, penyakit vascular perifer, disfungsi
ventricular akut, dan hipertensi. Amiodipine mungkin agen pilihan pada
disfungsi ventricular akut, dan dihydropyridine lain sebaiknya digunakan
dengan hati-hati jika EF<40%.

Perawatan angina stabil kronik


Setelah menaksir dan mengubah faktor resiko, program latihan rutin harus dilakukan
dengan hati-hati secara bertahap dan dengan pengawasan yang cukup untuk
meningkatkan fitness cardiovascular dan otot.
 Terapi nitrat sebaiknya menjadi langkah pertama dalam penanganan serangan akut
angina stabil kronik jika serangan jarang. Jika angina terjadi tidak lebih dari sekali
dalam beberapa hari, pemberian tablet sublingual atau semprotan atau bukal
nitrogliserin sudah cukup.
 Untuk profilaksis ketika menjalani aktivitas yang mungkin bisa menyebabkan serangan,
nitrogliserin 0,3-0,4 mg sublingual bisa digunakan sekitar 5 menit sebelum aktivitas.
Semprotan nitrogliserin bisa berguna ketika ludah yang diproduksi tidak cukup untuk
melarutkan nitrogliserin sublingual atau jika pasien mempunyai kesulitan membuka
kemasan tablet. Respon biasanya bertahan selama 30 menit.
 Ketika angina terjadi lebih sering dari satu kali sehari, terapi profilaktik kronik harus
dimulai. Agen blocking β-adrenergic disukai karena pemberian lebih jarang dan sifat
lain (seperti, potensi efek cardioprotective, efek antiaritmia, kurangnya kemungkinan
toleransi, manfaat antihipertensi). Dosis yang sesuai sebaiknya ditentukan dengan
tujuan untuk denyut jantung dan DP. Agen yang dipilih sebaiknya dipilih yang bisa
ditolerir pasien dengan ongkos yang bisa diterima. Pasien yang umumnya merespon
baik terhadap blokade β adalah mereka dengan denyut jantung istirahat yang tinggi dan
mereka dengan ambang angina yang relatif tetap (yaitu, simtom mereka muncul pada
tingkat yang sama dengan latihan atau workload pada dasar yang tetap).
 Ca channel antagonis berpotensi untuk memperbaiki aliran darah koroner melalui
vasodilatasi arteri koroner dan juga mengurangi MVO2 dan bisa digunakan daripada β
blocker untuk terapi profilaktik kronik. Agen ini sama efektifnya dengan β blocker dan
paling berguna pada pasien dengan berbagai ambang untuk exertional angina. Ca
antagonis bisa memberikan oksigenasi otot rangka yang lebih baik, sehingga fatigue
(kelelahan) bisa berkurang dan toleransi terhadap latihan yang lebih baik. Ca antagonis
bisa digunakan dengan aman pada pasien yang kontraindikasi terhadap terapi β blocker.
Obat yang tersedia mempunyai efek yang serupa pada penanganan angina stabil kronik.
Pasien dengan kelainan Konduksi dan disfungsi LV sedang sampai parah (EF <35%)
sebaiknya tidak memdapat verapamil, dimana amiodipine bisa digunakan dengan aman
pada pasien ini. Diltiazem mempunyai efek signifikan pada AV node dan bisa
menimbulkan heart block pada pasien yang mengalami penyakit konduksi atau ketika
obat lain dengan efek pada konduksi (seperti, digoksin, β blocker) sedang digunakan.
Nifedipine bisa menyebabkan peningkatan denyut jantung yang berlebih, terutama jika
pasien tidak menerima β blocker, dan efeknya yang bermanfaat pada MVO2 bisa
hilang. Kombinasi calcium channel blocker dan β blocker adalah rasional karena efek
hemodinamik Ca antagonis merupakan komplemen terhadap efek blokade β. Tetapi,
terapi kombinasi bisa tidak selalu lebih efektif dari terapi agen tunggal.
 Terapi profilaktik kronik dengan nitrogliserin kerja lama (oral atau transdermal), ISDN,
ISMN, dan pentaerythritol trinitrate bisa juga efektif ketika angina terjadi lebih dari
sekali sehari. Monoterapi dengan nitrat sebaiknya bukan merupkan terapi pertama
kecuali β blocker dan Ca channel blocker dikontraindikasikan atau tidak bisa ditolerir.
Interval bebas pemberian nitrat selama 8 jam per hari atau lebih lama harus diberikan
untuk menjaga efek. Titrasi dosis sebaiknya berdasar pada perubahan pada DP. Pilihan
diantara produk nitrat harus berdasar pada pengalaman, harga, dan penerimaan pasien
VII.1 Algoritma penatalaksanaan terapi pada pasien angina
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyelesaian Kasus

I. Identitas Pasien

Nama : ny.BB No Rek


Medik :
Umur : 76 tahun
Diagnosa :
Ras :-
Pekerjaan : -
Sosial :-
Riwayat masuk RS
Riwayat penyakit terdahulu : Acute Anterior Wall MI, Dislipidemia

II. Subyektif (saat MRS)

Keluhan utama : nyeri dada terutama setelah melakukan aktivitas dan perlahan
hilang jika aktivitas dikurangi, batuk, rasa tidak enak terasa di
pusat dada dan tingkat nyerinya 3/10-4/10, pusing, kepala terasa
ringan

Riwayat penyakit dahulu : Acute Anterior Wall MI, Dislipidemia

Riwayat pengobatan : Telah menjalani operasi CABG

Riwayat penyakit keluarga : -

Alergi obat : -

III. Obyektif (saat MRS)

Tanda vital

Tanda Kondisi Pasien Normal


Vital
Tekanan Darah 105/68 120/80
Denyut 50 60-100
Nadi
Kecepatan Napas 22 12-20

Suhu 36.4°C 36,5-37,5 °C

BMI 31.07 18.50 - 24.99

Hasil pemeriksaan laboratorium

Data lab Kondisi pasien Nilai Normal


Na 137 mEq/L 135-145
K 4,8 mEq/L 3,5-5
Cl 103 mEq/L 95-108
Co2 21 mEq/L 22-32
BUN 24 mEq/L 10-34
Data lab Kondisi pasien
SCr 1,2 mg/dL 0,5-1,5
Glukosa 98 mg/dL 70-100
Hgb 11,8 mg/dL 12-16
Hct 35,1% 35-50
Plt 187x103/mm3 150,000-440,000
WBC 7,9x103/mm3 3,2–10,0 x 109/L

Kolesterol 200 mg/dL <200mg/dl


LDL 121 mg/dL 65-175
HDL 38 mg/dL 35-65
Trig 215mg/dL 50-250

IV. Terapi

Nama Obat Tanggal


20-2-16 21-2-16 22-2-16 23-2-16 24-2-16 25-2-16 26-2-16
ISDN 120 V V
mg (1x1)
0,4 mg V V
Nitrogliserin
SL
Lisinopril 5 V V V V v
mg
Po (1x1)
Carvedilol V V V V V
6,25 mg Po
(2x1)
Aspirin 325 V V V V v
mg Po (1x1)
Diltiazem V V V
extended
release 240
mg Po (1x1)
Celecoxib V V V V V
200 mg Po
(1x1)
Simvastatin V V V V v
40 mg Po
(1x1)
Ranolazin V V

B. Analisis Kasus

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.BB No Rek Medik :-
Tempt/tgl lahir : - (76 tahun) Dokter yg merawat :-
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial :-

Riwayat masuk RS : -
Riwayat penyakit terdahulu : acute anterior MI wall, dislipidemia

Riwaya sosial :
Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian -

Merokok -
Meminum Alkohol -
Meminum Obat herbal -

Riwayat alergi : -
Keluhan /tanda umum :

Tanggal Subyektif Obyektif


Saat nyeri dada terutama setelah
MRS melakukan aktivitas dan perlahan
hilang jika aktivitas dikurangi,
batuk, rasa tidak enak enak terasa
di pusat dada dan tingkat nyerinya
3/10-4/10, pusing, kepala terasa
ringan
Obat yang digunakan
Outcome
Nama Obat Indikasi Dosis RP Interaksi Eso
Terapi
Sakit kepala,
ISDN 120 Nyeri dada
Antiangina 120 mg Oral Mual, Muntah,
mg (1x1) Palpitasi berkurang
0,4 mg Suplai
Hipotensi, nyeri
Nitrogliserin Antiangina 0,4 mg SL - oksigen
kepala
SL bertambah
Lisinopril 5 Hiperkalemia,
mg Antihipertensi 5 mg Oral - batuk kering,
Po (1x1) ruam,demam
Carvedilol
6,25 mg Po Antihipertensi 6,25 mg Oral -
(2x1)
Aspirin 325 Diklorfenam
mg Po (1x1) id,
Mifepriston,
Ibuprofen,
Amoxicilin, Nyeri
Analgesik 325 mg Oral Furosemid, Mual, muntah punggung
Gliquidon, berkurang
Hidroklortia
zid,
Spironolakto
n
Diltiazem
Antiangina
extended 200 mg 3 Ritme jantung
dan Oral
release 240 kali sehari normal
Antiipertensi
mg Po (1x1)
Celecoxib Osteoartritis,
Mengurangi
200 mg Po rematoid 200 mg Oral Alkohol
nyeri
(1x1) artritis
Simvastatin pemakain
40 mg Po obat Mengurangi
(1x1) Antikolesterol 40 mg Oral dengan terjadinya
NSAID aterosklerosis
dosis tinggi
Ranolazin Menurunkan Hindari
tekanan darah pemakain
500- 1000
dengan Oral obat
mg
mereduksi dengan
kalsium AINS
Assessment

Problem medik Subyektif Objektif Terapi DRP


Angina stabil - nyeri dada - Denyut Nadi - ISDN (120 mg) - ISDN oral
kronik terutama setelah (50) - Nitrogliserin SL yang diberikan
melakukan - kecepatan (0,4 mg) kepada pasien
aktivitas dan nafas(RR) 22 tidak tepat
perlahan hilang - Nitrogliserin
jika aktivitas SL, onset
dikurangi kerjanya cepat
dan durasi obat
juga cepat.

- Nyeri punggung - tingkat - Aspirin (325 mg) celecoxib


bagian bawah nyerinya menimbulkan
kronik 3/10-4/10 efek samping
pada pasien
cardiovaskuler

- kolesterol di - Simvastatin Pemilihan obat


atas normal sudah tepat
(<200)

PLAN (Care Plan)

1. Obat golongan ACE inhibitor (lisinopril) dapat menyebabkan efek samping batuk dan
pasien mempunyai keluhan batuk jadi lisinopril dihentikan.
2. Dosis obat ranolazin yang digunakan 500-1000 mg
3. Pemberian ISDN oral diganti dengan nitrogliserin sublingual 0,4 mg sehari karena
onset nitrogliserin sublingual lebih cepat utk penanganan pertama pada pasien angina
stabil yang sedang kambuh. Selain itu ISDN oral akan mengalami metabolisme lintas
pertama (first pass effect).
4. Celecoxib merupakan obat golongan AINS selektif cox-2 namun memiliki efek
samping yang dapat memeperparah pasien dengan penyakit kardiovaskuler sehingga
pada kasus ini dihentikan.
5. Aspirin tetap digunakan sebagai analgesik untuk mengurangi nyeri punggung bawah
kronis pada pasien.
6. Simvastatin tetap digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol.
7. Perlu penambahan terapi ranitidin karena efek samping dari aspirin. Selain itu
berdasarkan keluhan pasien, pasien sering mengalami depresi yang dapat
meningkatkan asam lambung.

MONITORING

1. Monitoring nyeri dada dan tekanan darah


2. Monitoring nyeri punggung dilihat dari nilai T score
3. Monitoring efek samping obat (hipotensi, asam lambung)
4. Monitoring obat antagonis kalsium seperti diltiazem yang digunakan secara
bersamaan dengan carvedilol, perlu dilakukan pengawasan bertahap terhadap
tekanan darah dan EKG secara seksama karena dapat terjadi penurunan tekanan
darah yang tajam, penurunan denyut jantung (bradikardi) atau gangguan irama
jantung lainya.

KIE :

1. Mengurangi aktivitas fisik yang berat


2. Mengatur pola makan dan pola hidup yang sehat
3. Mengurangi stress
DAFTAR PUSTAKA

Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia volume 50 tahun 2016.

Harvey, Richard A dan Champe, Pamela C. 2009. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000198.htm

Nigam, A. and Tardif, J., 2008, The Place of Exercise in The Patient with Chronic Stable Angina,
Heart Metab, 38, 34-37.

Sukandar,Y.Elin. 2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. PT.ISFI Penerbitan; Jakarta Barat.

Wells, Barbara G. Dkk. 2015. Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition. Mc Graw Hill
Education. Page 490-499. BPOM. 2008.Informatorium Obat Nasional Indonesia,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai