Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah swt yang telah memberikan nikmat
tak terhingga kepada kita yang sampai saat ini kita masih diberi umur panjang dan
kesehatan sehingga kita dapat melakukan aktivitas-aktivitas kita sebagaimana biasanya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad saw,
keluarga, sahabat, tabiin dan para pengikutnya samapai akhir zaman dimana karena
perjuangan beliau dan para pewarisnyalah pada hari ini kita masih diberi kesempatan
untuk memeluk agama yang dibawanya dan mempelajari ilmu-ilmu yang terkandung
didalamnya.

Alhamdulillah berkat karunia Allah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini adalah salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah sejarah peradaban islam fakultas agama Islam UNISSULA Semarang, bapak
Ahmad Mujib, MA dengan tema “perkembangan islam pada masa bani abbasiyah”

Untuk itu, penulis sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
sejarah peradan islam, bapak Ahmad Mujib, MA. Dengan pembuatan makalah ini kami
diharapkan mampu memahami sejarah dengan benar. Tak lupa pula terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah banyak membantu terselesainya makalah ini, serta terima kasih
kepada kedua orang tua kami yang telah membimbing kami sampai kami menjadi seperti
sekarang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan yang membangun dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini kedepan.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
masyarakat pada umumnya. Amin.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
2. Permasalahan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
A. Sejarah Kelahiran Dinasti Abbasiyah ............................................................... 2
B. Perkembangan Dan Kemajuan Peradaban Dinasti Abbasiyah ......................... 3
C. Zaman Keemasan dan Tradisi Ilmu Masa Dinasti Abbasiyah ......................... 4
D. Kemunduran Dinasti Abbasiyah ....................................................................... 9
E. Jatuhnya Bani Abbasiyah ............................................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah adalah akumulasi rekaman pengalaman manusia. Mempelajari sejarah


mempelajari segala bentuk puncak pengalaman dan perubahan yang telah dicapai manusia
sepanjang abad. Dari sejarah masa lampau manusia memperoleh bekal dan titik pijak
untuk membangun sejarah baru. Kehidupan manusia selalu harus berdialog dengan sejarah
masa lalu untuk dapat membangun sejarah di masa sekarang, serta memproyeksikan
pandangan ke dalam sejarahnya di masa mendatang. Dimensi kesejarahan menuntut
manusia untuk selalu melakukan pembaharuan dan berupaya mencapai kemajuan.

Kita tentunya tahu arti kata “jasmerah” yang diungkapkan sang proklamator Bung
Karno. Jasmerah yang merupakan singkatan dari jangan sekali-kali melupakan sejarah
merupakan kata yang penuh makna. Dengan mempelajari sejarah peradaban Islam, kita
mampu mengambil banyak manfaat dari peristiwa masa lalu tersebut. Hal itu membuat kita
menilai dan mengevaluasi kehidupan kita dalam berislam, dengan sejarah banyak orang
termotivasi sehingga membuat hidupnya lebih cemerlang, dengan belajar sejarah kita dapat
memetik ibrah yang sangat sarat makna untuk memperbaiki hidup. Meneladani kisah
hidup cendikiawan-cendikiawan muslim masa lalu, seperti Ibn Sina, Al Khawarizmi, al
Battani, dan lain-lain. Mengambil ibrah dari panglima paling berani dengan strategi
perangnya yang mengagumkan seperti perjuangan para sahabat Rasulullah dalam jihad fi
sabilillah pada awal perkembangan Islam, sang penakluk konstantinopel, Muhammad Al
Fatih, dan lain-lain yang ketika kita membaca sejarah tokoh-tokoh tersebut mampu
menumbuhkan semangat kita dalam era modern ini untuk berjuang melanjutkan apa yang
telah diperjuangkan oleh mereka.

Begitu juga dengan makalah ini kami mencoba menyajikan secara detail
kekholifahan bani abbasiyah semenjak berdiri hingga jatuhnya serta peradaban cemerlang
yang pernah ada dalam sejarah kebudayaan Islam. Diharapkan kita mampu memahami
bagaimana perjalanan umat islam dari waktu –kewaktu.

B. Permasalahan

a. Sejarah Kelahiran Dinasti Abbasiyah


b. Perkembnagan Dan Kemajuan Peradaban Dinasti Abbasiyah
c. Tradisi Ilmu Masa Dinasti Abbasiyah
d. Zaman Keemasan Pada Masa Dinasti Abbasiyah
e. Kemunduran Dinasti Abbasiyah
f. Jatuhnya Bani Abbasiyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelahiran Dinasti Abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Bani Abbas atau Khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan,


melanjutkan kekuasaan Dinasti Umayyah. Dinamakan Khilafah Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al Abbas paman nabi Muhammad saw.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn Al Abbas (750-754).[1] Dalam khotbah penobatannya, yang disampaikan
setahun sebelumnya di masjid Kufah, kholifah abbasiyah pertama itu menyebut dirinya as-
saffih penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu merupakan
pertanda buruk karena dinasti yang baru muncul itu mengisyaratkan bahwa mereka lebih
mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. As-saffah menjadi pendiri
dinasti Arab Islam ketiga- setelah Khulafa’ur Rasyidun dan Bani Umayyah- yang sanagat
besar dan berusia lama. Dari 750 M(132 H) hingga 1258 M(656 H). Orang abbasiyah
mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekholifahan, yaitu gagasan negara
Teokrasi, yang menggantikan pemerintahan yang sekuler (Mulk) Dinasti Umyyah. Sebagai
ciri khas keagamaan dalam istananya, dalam berbagai kesempatan seremonial seperti
dinobatkan sebagai kholifah dan pada shalat jumat, kholifah menggunakan jubah (Burdah)
yang pernah digunakan oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad saw. Akan tetapi masa
pemerintahannya begitu singkat. As-saffah meninggal (754-775 M) karena penyakit cacar
air ketika berumur 30-an.

Sebelum Abul Abbas As-Saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa


penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja’far, kemudian Isa Bin Musa, keponakannya.
Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara dinasti bani umyyah. Dan satu hal
yang baru lagi dari dinasti bani abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu Ja’far misalnya, ia
memakai gelar Al-Mansur. Para kholifah dinasti abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka
adalah:

1. Abul Abbas As-Saffah (Pendiri) 749-754 M


2. Abu Ja’far Al-Mansur 754-755 M
3. Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi 755-785 M
4. Abu Muhammad Musa Al- Hadi 755-786 M
5. Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid 786-809 M
6. Abu Musa Muhammad Al-Amin 809-813 M
7. Abu Ja’far Abdullah Al-Makmun 813-833 M
8. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tasim 833-842 M
9. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847 M
10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakkil 847-861 M
11. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz 866-869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid 892-902 M

2
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi 902-905 M
18. Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932 M
19. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Ar- Radi 934-940 M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muktaqi 940-944 M
22. Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqfi 944-946 M
23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti 946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim At-Thai 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1031 M
26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim 1031-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir 1094-1118 M
29. Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muktafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi 1170-1180 M
34. Abul Abbas Ahmad An-Nasir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir 1225-1226 M
36. Abu Ja’far Al-Mansur Al-Mustansir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tasim Billah 1242-1258 M

Selama dinasti abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-


beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan bani
abbasiyah dalam empat periode berikut:

1. Masa abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti abbasiyah tahun 132 H (750 M)
sampai meninggalnya khalifah al-watsiq 232 H (847 M).
2. Masa abbasiyah II, yaitu mulai kholifah al-mutawakkil pada tahun 232 H (847 M)
sampai berdirinya daulah buwaihiyah di Bagdad pada tahun 334 H (946 M).
3. Masa abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M).
4. Masa abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Bagdad tahun 447 H
(1055 M) sampai jatuhnya Bagdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan
Khulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M)

B. Perkembangan dan Kemajuan Peradaban Dinasti Abbasiyah

Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh


dan berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal ini
dikarenakan dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan dan

3
kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Disini letak perbedaan pokok antara dinasti
Umayyah dan sinasti Abbasiyah.

Popularitas dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-


Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Harun Al-Rasyid dilahirkan
145 H. Ia adalah khalifah yang terkenal, masyhur dari seluruh khalifah Bani Abbas.
Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah
sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya, sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga
didirikan. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Kesejahteraan sosial , kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.

Kota Bagdad, menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam
Islam sekaligus menjadi ibu kota kekhalifahan Abbasiyah. Didirikan oleh khalifah Al-
Mansur pada tahun 762 M. Setelah Al-Mansur, kota Bagdad menjadi lebih masyhur lagi
karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Ilmu
pengetahuan dan sastra sangat berkembang pesat. Pada masa khalifah Al-Makmun,
perpustakaan didirikan dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu
disebut Bait Al-Hikmah. Dissamping itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi dan
sekolah biasa yang memenuhi kota itu. Dua diantaranya adalah perguruan Nizhamiyyah,
didirikan oleh Nizham Al-Mulk pada abad ke 5 H dan perguruan Mustansyiriah, didirikan
dua abad kemudian oleh Khalifah Al-Muntashir Billah.

Dalam bidang sastra pun demikian. Diantara karya sastra yang terkenal ialah
(‫)الف ليلة وليلت‬atau kisah Seribu satu malam. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Eropa dan Amerika. Itulah sebabnya Philip K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual.
Menurutnya, diantara kota-kota di dunia Bagdad merupakan profesor masyarakat Islam.

Dibidang ekonomi, perdagangan dan industri berkembang pesat. Kehidupan


ekonomi kota ini didukung oleh 3 buah pelabuhan yang ramai dikunjungi para kafilah
dagang internasional (Cina, India, Asia Tengah, Syria, Persia, Mesir, dan negeri Afrika
lainnya). Dua di Basrah dan Sirat di teluk Persia.

C. Zaman Keemasan dan Tradisi Ilmu Masa Dinasti Abbasiyah

Rasulullah SAW. telah meninggalkan dunia nan fana ini, namun kesadaran akan
pentingnya ilmu pengetahuan masih terus melekat kuat dikalangan sahabat. Sahabat Ali
adalah satu diantara sahabat Rasulullah SAW. yang terkenal dengan kecintaannya atas
ilmu pengetahuan. Rasulullah SAW sendiri memujinya sebagai gerbangnya ilmu.[7]
Pernyataan-pernyatan dari sahabat Ali yang cukup familiar di telinga kita “Ilmu lebih lebih
utama dari harta, ilmu pengetahuan adalah warisan para Nabi, sedangkan harta kekayaan
adalah warisan Qarun, Syadad dan lain-lain.” “Ilmu lebih mulia dari harta karena ilmu lah
yang menjaga dan memelihara pemiliknya sedangkan harta yang empunyalah yang harus
memelihara dan menjaganya.” Ilmu lebih mulia daripada harta karena orang yang berilmu
banyak sahabatnya, sedangkan orang yang banyak hartanya lebih banyak musuhnya.”
“ilmu lebih mulia daripada harta karena ilmu bila disebarkan diajarkan akan bertambah
sedangkan harta kalau diberikan kepada orang lain akan berkurang.”

4
Begitu gencarnya Islam memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
dalam Al-Quran dan hadis Nabi SAW. banyak kita dapatkan dalil-dalil tentang betapa
pentingnya ilmu pengetahuan. Diantara dalil itu adalah dalam QS. At-Taubah ayat 122
yang artinya :”Tidak sepatutnya bagi kaum Mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.” Kemudian dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 Allah berfirman :”Allah
akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
menuntut ilmu beberapa derajat.” Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran tentang ilmu
pengetahuan.

Kemudian didalam As-sunnah juga terdapat banyak hadis tentang ilmu


pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut:

Dari Mu’awiyah, Rasul saw. bersabda:”Barang siapa dikehendaki oleh Allah menjadi
orang baik, maka Allah menggerakkan ia belajar Ilmu pengetahuan agama sampai benar-
benar pandai (menjadi seorang cendikiawan).” (HR. Bukhari-Muslim)

Dari Abu Musa, Nabi saw. bersabda:”Petunjuk dan ilmu pengetahuan yang diberikan
Allah kepadaku diaumpamakan seperti hujan yang turun membasahi bumi, lalu sebagian
bumi ada yang subur karenanya dan menumbuhkan aneka tanaman dan pepohonan serta
rumput-rumput yang banyak sekali..” (HR. Bukhari-Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, Nabi saw. bersabda: “sampaikanlah ilmu pengetahuan
dariku sekalipun hanya satu ayat…” (HR. Bukhari)

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasul saw. bersabda : “Barang siapa menempuh suatu
jalan demi menimba ilmu pengetahuan agama, past Allah membuat mudah baginya jalan
menuju surga.” (HR. Muslim) dan masih banyak dalil-dalil yang terkait dengan ilmu
pengetahuan.

Energi Iqra’ yang dipancarkan dari ajaran Sang Guru Utama bukannya semakin
redup, sebaliknya semakin kuat pancarannya. Al Mansur, khalifah pertama Abbasiyah
merupakan pelopor pertama gerakan intelektual Dinasti Abbasiyah. Setelah mendirikan
kota Bagdad, ia menarik banyak ulama dan para ahli untuk datang ke kota itu. Ia
merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fikih, tauhid, hadis, atau ilmu=ilmu
lain seperti ilmu bahasa dan ilmu sejarah.

Pada masa itu perhatian pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan begitu
tinggi, begitu pula perhatian rakyatnya. Di masa Dinasti Abbasiyah ini mudah sekali
menemukan halaqoh-halaqoh forum intelektual. Adakalanya halaqoh itu dilaksanankan di
masjid, adakalanya diperpustakaan, tak jarang juga berlangsung di pasar-pasar.

Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Bagdad sangat maju sebagai
pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai
bidang kehidupan dapat disebutkan sebagai berikut.

5
1. Bidang Agama

Bidang agama meliputi bidang ilmu ulumul quran, ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam,
bahasa dan fiqh.

2. Fiqh

Pada masa Dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab
antara lain sebagai berikut.

1) Imam Abu Hanifah (700-767 M)


2) Imam Malik (713-795 M)
3) Imam Syafi’i (767-820 M)
4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M)
5) Ilmu Tafsir

Diantara para ahli tafsir pada masa Dinasti Abbasiyah adalah

1) Ibnu Jarir At Thobari


2) Ibnu Athiyah Al Alusi
3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
4) Ilmu hadis

Di antara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah adalah

1) Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Bukhari


2) Imam Muslim (w.261 H), karyanya Shahih Muslim
3) Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah
4) Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud
5) Imam An Nasa’i, karyanya Sunan An Nasa’i
6) Imam Baihaqi
7) Ilmu kalam

Diantara tokoh ilmu kalam adalah

1) Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi, tokoh
Asy’ariyah
2) Washil Bin Atha, Abul Huzail Al Allaf (w. 849 M, tokoh Mu’tazilah)
3) Al Juba’i
4) Ilmu Bahasa

Diantara para ahli ilmu bahasa adalah

1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdirir dari 2 jilid setebal 1.000 halaman
2) Al Kiasi
3) Abu Zakariyyah Al Farra (w. 208 H), kitab nhwunya terdiri dari 6.000 halaman
lebih.

6
3. Bidang Umum

1) Filsafat

Kajian filsafat di kalangan umat Islam mencapai puncaknya pada masa


daulah Abbasiyah, diantaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke dalam
bahasa Arab.

a) Abu Ishak Al-Kindi (809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul
b) Abu Nasr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 1 buah judul buku. Ia
memperoleh gelar al-Muallimuts tsani (The Second Teacher), yaitu Guru yang
kedua, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles.
c) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M). Ia seorang filsuf yang
menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran Aristoteles dan Plato. Diantar
bukunya yang terkenal adalah Asy- Syifa, Al-Qanun Fi At-Thib (Canon Of
Medicene)
d) Ibnu Bajah (w. 581 H)
e) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis novel filsafat Hayy bin Yaqdzan.
f) Al-Ghazali (1058-1111 M). Al Ghazali mendapat julukan Hujjatul Islam.
Karyanya anatar lain: Maqasid Al Falasifah, Al Munkid Minadh Dholal,
Tahafut Al Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
g) Ibnu Rusyd di Barat dikenal dengan nama Averros (1126-1198 M). Ibnu
Rusyd seorang filsuf, dokter, dan ulama. Karyanya antara lain: Mabadi Al
Falasifah, Tahafut At Tahaful Al Falasifah, al Kulliyyah fi at thibb, dan
Bidayah al mujtahid.

2. Ilmu Kedokteran

a) Abu Zakaria Yahya bin Mesuwaih (w. 242 H) seorang ahli farmasi di rumah
sakit Jundhisapur, Iran.
b) Abu Bakar Ar Razi (Rhazes) (864-932 M)
c) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya karyanya yang terkenal adalah Al Qanun Fi Al
Thibb tentang teori dan praktek ilmu kedokteran serta membahas pengaruh
obat-obatan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon Of Medicine.
d) Ar Razi, adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dan
measles, Ar Razi adalah seorang penulis buku kedokteran anak.

3. Matematika

a) Al Khawarizmi, adalah pengarang kitab al jabar wal muqabalah (ilmu hitung)


dan penemu angka 0. Sedangkan angka latin : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut
angka Arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I,
II, III, IV, V, VI dan seterusnya.
b) Abul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al Abbas (940-998)
terkenal sebagai ahli matematika.

7
4. Farmasi

Diantara ahli farmasi masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang
terkenal adalah Al Mugni (berisi tentang obat-obatan), Jami’ Al Mufradat Al Adawiyah
(berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi)

1. Ilmu Astronomi

a. Abu mansur al falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah Isbat Al
Ulum dan Hayat Al Falak.
b. Jabir al Battani (w. 319 H). Al Battani adalah pecinta teropong pertama.
Karyanya yang terkenal adalah Ma’rifat Mathil Buruj Baina Arbai Al
Falak.
c. Raihan Al Biruni (w. 440 H). Karyanya adalah At Tafhim Li Awwal As Sina
At Tanjim.

2. Geografi

a. Abul Hasan Al Mas’udi (w.345 H/956 M). Seorang penjelajah yang


mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Sri Langka, Cina, dan penulis
buku Muruj Az Zahab wa Ma’adin al Jawahir.
b. Ibnu Khurdazabah (820-913 M), berasal dari persia yang dianggap sebagai
ahli geografi Islam tertua. Diantara karyanya adalah Masalik wa Al
Mamalik tentang data-data penting mengenai sistem pemerintahan dan
peraturan keuangan.
c. Ahmad El Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai
ke Armenia, Iran, India , Mesir, Magribi dan menulis buku Al Buldan.
d. Abu Muhammad Al Hasan Al Hamadani (w. 334 H/946 M), karyanya
berjudul Shifatu Jazirah Al Arab.

3. Sejarah

a. Ahmad bin al ya’kubi (w. 895 M), karyanya adalah Al Buldan( negeri-
negeri), dan At Tarikh (sejarah)
b. Abdullah bin muslim al qurtubah (w. 889 M). Penulis buku Al Imamah Wa
Assiyasah, Al Ma’arif, ‘Uyunul Ahbar, dan lain-lain.
c. Ibnu Hisyam
d. Ath Thabari (w. 923 M), penulis kitab Al Umam Wa Al Muluk
e. Al Maqrizi
f. Al baladzuri (w. 892 M), penulis buku-buku sejarah.

4. Sastra

a. Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita


humorisnya.

8
b. An Nasyasi, penulis buku Alfu Lailah Wa Lailah (The Arabian Night),
adalah buku cerita satra Seribu Satu Malam (1001 Malam) yang sangat
terkenal dan diterjemahkan ke dalam hampir seluruh bahasa dunia.

D. Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan


kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.

a. Luasnya wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dan


daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya dikalangan
para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
b. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan kepada mereka
sangat tinggi.
c. Keuangan negara sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Bagdad.

Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A.,diantar hal yang menyebabkan


kemunduruan daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.

a) Persaingan antar bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang
Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa
Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah Dinasti Abbasiyah
berdiri, Bani Abbasiyah tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini persaingan
antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing
bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah
berdiri.

b) Kemerosotan Ekonomi

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan


yang kaya. Dana yang masuk lebih besar daripada yang keluar, sehingga Baitu Mal penuh
dengan harta. Setelah khilafah mengalami kemunduran, pendapatan negara menurun dan
dengan demikian terjadi kemerosotan dalam bidang ekonomi.

c) Konflik keagamaan

Fanatisme keagamaan terkait erat dengan persoalan kebangsaan. Pada periode


Abbasiyah, konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga mengakibatkan
terjadinya perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus
Sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah
mengalami kesulitan untuk mempersatukan faham keagamaan yang ada.

9
d) Perang Salib

Perang salib merupakan sebab eksternal umat Islam. Perang salib yang berlangsung
beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintahan
Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan.

e) Serangan Bangsa Mongol (1258 M)

Serangan Bangsa Mongol ke wilayah kekusaaan Islam menyebabkan kekuatan


Islam menjadi lemah, apalagi serangan Khulagu Khan dengan pasukan Mongol yang
biadab menyebabkan kekuatan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada
kekuatan Mongol.

E. Jatuhnya Kekuasaan Bani Abbasiyah

Akhir dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Bagdad dihancurkan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 656 H/ 1258 M. Hulagu
Khan adalah salah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia
Tenggara, dan Saudara Mongke Khan yang menugskannya untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari cina ke pangkuannya. Bagdad dibumihanguskan dan
diratakan dengan tanah. Semua bangunan kota termasuk istana emas dihancurkan,
meruntuhkan perpustakaan Baitul Hikmah yang merupakan gudang ilmu, dan membakar
buku-buku yang ada di dalamnya dan di buang ke sungai Tigris sehingga warna air sungai
tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lenturan tinta yang ada pada buku-
buku itu. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tasim Billah
dibunuh.

Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran


penting dalam peraturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali
Ibn Abdullah Ibn Al Abbas (750-754). Dalam khotbah penobatannya, yang
disampaikan setahun sebelumnya di masjid Kufah, kholifah abbasiyah pertama itu
menyebut dirinya as-saffih, penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya.
Julukan itu merupakan pertanda buruk karena dinasti yang baru muncul itu
mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan
kebijakannya.

 Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai


kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal ini dikarenakan dinasti Abbasiyah pada
periode ini lebih menekankan pembinaan dan kebudayaan Islam daripada perluasan
wilayah. Popularitas dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah
Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Harun Al-
Rasyid dilahirkan 145 H. Ia adalah khalifah yang terkenal, masyhur dari seluruh
khalifah Bani Abbas. Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk
keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan.
Pada masanya, sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping
itu, pemandian-pemandian umum juga didirikan. Tingkat kemakmuran yang paling
tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial , kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada
zaman keemasannya. Dan kota Bagdad menjadi ibu kotanya dengan segala
keindahannya sebelum akhirnya di bumi hanguskan oleh Bangsa Mongol Dibawah
pimpinan Hulagu Khan.

 Golden age atau masa kejayaan Islam terjadi pada masa dinasti Abbasiyah ini.
Banyak ilmuan lahir pada masanya. Diantaranya Imam empat mazhab yang
terkenal sebagai ahli-ahli fiqih, Ibnu Jarir At Thobari sebagai seorang ahli tafsir,
beberapa ahli hadis sperti Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Bukhari,
Imam Muslim (w.261 H), karyanya Shahih Muslim, Ibnu Majah, karyanya Sunan
Ibnu Majah, Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud,Imam An Nasa’i, karyanya
Sunan An Nasa’i. Imam Baihaqi, Al Khawarizmi sang penemu angka 0, dan masih
banyak lagi ilmuan-ilmuan muslim di bidang yang lain.
 Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.

1) Luasnya wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah, sementara komunikasi pusat


dan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya
dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2) Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan kepada mereka
sangat tinggi.

11
3) Keuangan negara sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran
sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Bagdad.

 Akhir dari kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Bagdad dihancurkan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 656 H/ 1258 M.
Hulagu Khan adalah salah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina
hingga ke Asia Tenggara, dan Saudara Mongke Khan yang menugskannya untuk
mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari cina ke pangkuannya. Bagdad
dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Semua bangunan kota termasuk
istana emas dihancurkan, meruntuhkan perpustakaan Baitul Hikmah yang
merupakan gudang ilmu, dan membakar buku-buku yang ada di dalamnya dan di
buang ke sungai Tigris sehingga warna air sungai tersebut yang jernih bersih
menjadi hitam kelam karena lenturan tinta yang ada pada buku-buku itu. Khalifah
Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tasim Billah dibunuh.

B. Saran

Adapun saran yang ingin kami sampaikan disini adalah sebagai berikut

1) Mempelajari sejarah adalah sangat penting bagi kita karena dengan


mempelajari sejarah umat Islam terdahulu kita akan dapat mengambil banyak
pelajaran darinya. Sebagaimana Al Quran banayak menceritakan kondisi umat-
umat terdahulu untuk menjadi i’tibar bagi kita.
2) Betapa pentingnya kita mempelajari sejarah peradaban islam khususnya agar
semangat kita dalam berdakwah semakin besar karena umat islam sebelum kita
adalah pahlawan pembela islam dengan semangat baja. Oleh karena itu mari
kita memdalami ilmu sejarah khususnya sejarah peradaban Islam agar kualitas
hidup kita kedepan makin baik

12
DAFTAR PUSTAKA

o Kamaluddin, Laode Dkk. 2012. Bangkitkan Islam Bangkitkan Ilmu Pengetahuan.


Jakarta: Santri
o .2011. The Best Life. Jakarta: Ihwah Publishing House
o Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
o Yatim, Badri.2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers
o Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 154-156
o Ibid., hlm.156-157
o Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 49
o As-saffih artinya sang penumpah darah. Menurut prof. Dr. Hamka, al abbas as-
saffah dikenal sebagai orang yang mashur karena kedermawanannya, kuat
ingatannya, keras hati, tetapi sangat besar dendamnya kepada bani umayyah.
Sehingga dengan tidak mengenal belas kasihan dibunuhnya keturunan-keturunan
bani umayyah itu.lihat prof. Dr. Hamka, sejarah umat Islam, jilid I, Jakarta: Bulan
Bintang, hlm. 102
o Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 128
o Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 141-142
o Ibid, hlm. 141
o Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm.52-53
o Mujib El Shirazy,Bangkitkan Islam Bangkitkan Ilmu Pengetahuan, hlm.113
o Silakan baca selengkapnya dalam buku “Bangkitkan Islam Bangkitkan Ilmu
Pengetahuan” karya A. Mujib El Shirazy, hlm.113-116
o Silahkan baca selengkapnya dalam kitab Riyadhus Sholihin, dalam Bab Ilmu
o Mujib El Shirazy, Bangkitkan Islam Bangkitkan Ilmu Pengetahuan, hlm. 122

13

Anda mungkin juga menyukai