TINJAUAN PUSTAKA
3
Bakteri: Mycoplasma pneumonia, H. Influenza, Pneumokokus,
Stafilokokus, dan Streptokokus.
2. Proses Alergi
Bronkiolitis timbul oleh karena reaksi alergi atau defisiensi imunologis, seperti
yang ditemukan oleh:
a. Chanock (1957): pada anak dengan Ig A yang kurang akan
menyebabkan dia mudah terkena infeksi RSV sehingga akan terbentuk
antibodi. Kemudian akan timbul reaksi antigen-antibodi. Ini merupakan
rekasi alergi tipe 3.
b. Gardner (1973): apabila ada infeksi oleh virus (virus sebagai antigen)
akan membentuk reaksi antigen-antibodi, dimana antibodi tersebut
didapatkan dari ibunya. Merupakan reaksi alergi tipe 1.
c. Ross: pada anak dengan sistem imun yang belum sempurna dan
kurangnya imunoglobulin dari ibu maka akan mempermudah timbulnya
infeksi.
d. William dan Phelan: adanya faktor predisposisi terjadinya bronkiolitis
ditambah dengan adanya infeksi RSV maka anak tersebut akan
menderita bronkiolitis.
4
Proses pemulihan dimulai dengan regenerasi dari epitel bronkiolus setelah 3
sampai dengan 5 hari. Tetapi silia belum muncul dalam beberapa waktu, diperkirakan
baru muncul setelah 15 hari. Mukus plug akan dibersihkan oleh makrofag.
5
napas kecil juga dapat merangsang reseptor ”J” sehingga mengakibatkan
bronkokonstriksi. Apabila obstruksinya total maka dapat terjadi atelektasis sehingga
menggangu pertukaran udara di paru. Sebagai kompensasinya adalah peningkatan
frekuensi napas.
Total kerja pernapasan telah diteliti dan didapatkan peningkatan sampai 6 kali
anak normal pada penderita bronkiolitis sehingga anak akan capai dan dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan.
Bronkiolitis
Kegagalan pernapasan
6
2.6 Manifestasi klinis
Bronkiolitis awalnya ditandai dengan infeksi saluran napas atas dengan gejala pilek
dengan sekret encer, bersin, demam subfebril dan nafsu makan menurun. Hal ini
berlangsung beberapa hari. Kemudian bila sampai di bronkus maka manifestasi
klinisnya ringan oleh karena infeksi pada bronkus minimal. Gejala ini berlangsung
dalam 1 sampai 2 hari.
Setelah RSV sampai di bronkioli maka dapat menyebabkan bronkiolitis dengan
gejala yang ditimbulkan akibat obstruksi yang makin meningkat dalam 2 sampai 3 hari.
Batuk bersifat iritatif, repetitif dan paroksismal. Anak akan menjadi iritabel, sulit tidur
dan sulit makan dan minum. Suhu tubuh dapat kembali normal. Dapat ditemukan nafas
cuping hidung, dispneu dan takikardia. Usaha nafas meningkat (air hunger) dan dapat
terjadi sianosis. Penggunaan otot bantu pernapasan bertambah dan dapat terlihat adanya
retraksi. Pada auskultasi dapat ditemukan ronki basah halus difus pada akhir inspirasi
dan awal ekspirasi. Terdengar suara napas wheezing dan ekspirasi yang memanjang.
Gejala biasanya berlangsung 3 sampai 7 hari dengan adanya perbaikan dalam 3 sampai
4 hari pertama. Secara keseluruhan akan kembali normal dalam 1 sampai 2 minggu.
7
khas yaitu terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, didahului oleh gejala infeksi saluran
napas bagian atas kemudian disusul oleh napas cepat dengan mengi dan dapat
ditemukan retraksi dinding dada, dan ditemukan hiperinflasi dengan ronki basah halus
dan difus. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak banyak membantu. Sedangkan
pemeriksaan terhadap RSV itu sendiri sulit dan lama.
8
5. Gagal jantung
Diketahui dengan anamnesis dari perjalanan klinisnya. Biasanya terdapat
gangguan pertumbuhan, kardiomegali pada pemeriksaan radiologis, murmur,
hepatomegali dan kelainan pada EKG.
2.10 Penatalaksanaan
1. Oksigen
Oksigen diberikan dengan konsentrasi 40 %, tujuannya adalah untuk
menanggulangi dispneu, mencegah sianosis dan mengurangi kegelisahan.
Saturasi oksigen dipertahankan pada batas 95 % sampai dengan 98 %.
2. Posisi
Pasien sebaiknya dibaringkan pada posisi setengah duduk atau pada sudut 30o.
3. Terapi cairan
Diberikan terapi cairan pada pasien dengan nafsu makan dan minum yang
berkurang dan pada pasien yang kondisinya lemah.
4. Bronkodilator
Penggunaan bronkodilator ß2-agonis pada bronkiolitis masih kontroversial.
Menurut penelitian Klassen dkk menggunakan rancangan double-blind dan
mendapatkan hasil bahwa penggunaan salbutamol pada pasien bronkiolitis
dapat memperbaiki keadaan klinis pasien.
5. Adrenalin rasemik
Berdasarkan penelitian Kristjansson dkk mendapatkan bahwa penggunaan
adrenalin rasemik dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi gejal klinis
pada anak dengan umur di bawah 18 bulan.
6. Ribavirin
Penggunaan ribavirin masih kontroversial. Ribavirin ini merupakan analog
nukleosida, mempunyai efek penghambatan terhadap sintesis protein pada
virus.
7. Kortikosteroid
Injeksi deksametasone bersamaan dengan inhalasi salbutamol dapat
memperbaiki keadaan klinis tetapi penggunaannya masih kontroversial.
9
8. Antibiotika
Diberikan antibiotika spektrum luas. Penggunaan antibiotika agak kurang
rasional, tetapi karena sulitnya diagnosis untuk mengidentifikasi virus penyebab
dan ketidakpastian tentang penyebabnya maka antibiotika dapat diberikan.
2.11 Prognosis
Prognosis pasien dengan bronkiolitis biasanya baik. Kematian terjadi kurang dari 1 %
dari seluruh penderita. Kematian biasanya oleh karena apneu yang berkepanjangan,
dehidrasi berat atau bila ada kelainan seperti penyakit jantung bawaan dan
imunodefisiensi.
2.12 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan mengurangi kontak
dengan anak yang sakit. Pasien yang menjalani rawat inap seharusnya ditempatkan di
di ruang isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan penggunaan RSV
imunoglobulin sebagai profilaksis pada anak dengan risiko terkena infeksi RSV
termasuk diantaranya adalah bayi prematur, anak dengan displasia bronkopulmonar dan
pada anak yang mengalami immunocompromised. Penggunaan RSV-IGIV 750
mg/kgBB/bulan terutama pada bulan Oktober sampai April dapat menurangi insiden
rawat inap 41-63 %.
Palivizumab, antibodi monoklonal manusia terhadap RSV, masih dipelajari
sebagai profilaksis terhadap infeksi RSV. Dari hasil penelitian didapatkan penurunan
angka insiden MRS 10,6 % pada kelompok yang mendapat plasebo dan 4,8 % pada
kelompok yang mendapat palivizumab (menurun 55 % dari seluruh pasien yang
menjalani rawat inap oleh karena infeksi RSV).
10
11