Anda di halaman 1dari 15

A.

LATAR BELAKANG

Sejak abad ke-19 M pemikiran modern dalam Islam muncul di kalangan


para pemikir Islam yang menaruh perhatian pada kebangkitan Islam setelah
mengalami masa kemunduran dalam segala bidang sejak jatuhnya kekhilafahan
bani Abbasiyah di Baghdad pada 1258 M, akibat serangan Hulagu Khan yang
meluluhlantakkan bangunan peradaban Islam yang pada waktu itu merupakan
mercusuar peradaban dunia. Pada masa penjajahan, Inggris terkenal sebagai
bangsa yang kuat yang terus melakukan ekspansi wilayah hingga memiliki
wilayah kekuasaan yang luas. Di Asia wilayah jajahan Inggris diantaranya
Indonesia, Malaysia, dan India. Ketika Inggris menginjakkan kakinya dan
menancapkan benderanya di India, kemudian runtuhlah perbendaharaan
Kerajaan Timur (diambil dari nama Timur Lenk pendiri kedaulatan Mongol
pada abad ke enam belas Masehi). Yang menjadi tujuan mereka adalah untuk
melemahkan aqidah umat Islam dan agar mereka (umat Islam) menganut paham
orang-orang Inggris.

B. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN AHMAD KHAN DAN ALI JINNAH


1. Sayyid Ahmad Khan
a) Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi pada tanggal 17 Oktober 1817,
ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad Sholaullahu ‘Alaihi
Wasallammelalui Fathimah bin Ali. Neneknya (Sayyid Hadi) adalah pembesar
istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Pada waktu Sayyid ahmad lahir
bapaknya yang bernama MirMuttaqi membawa dia kepada syaikh Ghulam Ali
(sahabat kental ayahnya) yang merupakan syaikh dari tarekat Mujaddidi.
Sayyid Ahmad Khan mendapat pendidikan tradisional dan pengetahuan agama.
Disamping bahasa arab ia belajar bahasa Persia, ia juga mempelajari

1
matematika, mekanika, dan sejarah. Hal ini menjadikannya sebagai orang yang
berilmu penhgetahuan luas, berfikir maju, dan dapat menerima ilmu
pengetahuan modern.1
Ayah Ahmad Khan meninggal pada tahun 1838 M, keadaan ini
memaksa ia untuk bekerja pada Serikat India Timur saat berusia 18 tahun, ia
kemudian pindah profesi menjadi hakim di Fatehpur (1841). Hampir 20 tahun
lamanya ia menduduki profesi ini dan dikenal sebagai pejabat negeri yang adil
dan cakap, disamping sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat. Pada tahun
1846 ahmad khan kembali ke Delhi, selama delapan tahun di delhi ahmad khan
melanjutkan pelajarannya. Ia memperdalam pengetahuan keagamaan yang
dipelajari setengah-setengah pada masa mudanya. Pada waktu senggang ia
sering menulis risalah agama seperti biografi nabi.2

b) Pemikiran-Pemikiran Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan


1. Bidang Sosial Politik
Pada tahun 1857, saat ahmad khan genab berusia 40 tahun terjadi satu
fase baru terhadap kehidupannya. Pada waktu itu terjadi kekacauan politik
besar yang dimulai dengan pemberontakan angkatan darat india terhadap
pemerintahan inggris di india yang kemudian merambah pada penduduk
sipil. Menurut ahmad khan sebab-sebab yang membawa kepada pecahnya
pemberontakan 1857 adalah sebagai berikut:
a. Adanya intervensi inggris dalam soal keagamaan.
Hal itu tampak pada usaha pemerintah inggris yang menyebarkan agama
Kristen terhadap warga india dengan memberikan pendidikan Kristen
untuk anak yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh pemerintah
Inggris, pembentukan sekolah0sekolah Kristen serta penghapusan
pendidikan agama pada tingkat perguruan tinggi.

1
Abu Ali An-Nadawi, Pertentangan Alam Pikiran Islam dengan Alam Pikiran Barat,
terjemahan Mahyudin Syaf, ( Bandung: Al-Ma’arif), hlm. 69.
2
Multi Ali, Alam Pikiran Islam di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 84.

2
b. Tidak dikutsertakan orang-orang india dalam lembaga-lembaga
perwakilan rakyat. Hal itu menyebabkan:
1) Munculnya anggapan dari rakyat bahwa kedatangan inggris adalah
untuk merubah agama mereka.
2) Pemerintah inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan yang dialami
rakyat.
3) Tidak adanya usaha pemerintah untuk menjalin tali persahabatan
dengan rakyat india demi kestabilan dalam pemerintahan.3
Kemudian, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Ahmad
Khan mencoba melakukan perdamaian diantara kedua belah pihak
hingga ia melakukan keberangkatan ke Inggris. Menurutnya,
mewujudkan kerjasama dengan inggris adlah langkah terbaik, karena
dengan demikian umat Islam dapat mengadopsi ketinggian kekuatan
Barat, yakni dengan cara mengambil cara berpikir barat dan
menguasaai ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Sayid Ahmad Khan menolak jika umat Islam harus bekerja sama dengan umat
Hindu untuk menetang Inggris, menurutnya apabila umat Islam bekerja sama dengan
Hindu India untuk menentang Ingris selamanya umat Islam tidak dapat berkembang.
Sayyid Ahmad Khan juga berpendapat bahwa umat Islam merupakan satu umat yang
tidak dapat membentuk suatu negara dengan umat Hindu. Umat Islam harus
mempunyai negara sendiri, menurutnya bersatu dengan umat Hindu dalam satu negara
akan membuat Islam yang rendah kemajuanya pada saat itu akan lenyap, atau tersisih
dari umat Hindu yang lebih tinggi kemjuannya.

Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam


India hanya dapat diwujudkan dengan cara bekerja sama dengan Inggris. Pada masa itu
Inggris merupakan penguasa terkuat di India, maka menentang atau melawan Inggris
pada saat itu sama sekali bukan pilihan yang baik bagi umat Islam India. Apabila umat

3
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1994), hlm. 173.

3
Islam India pada saat itu menentang Inggris maka itu hanya membuat mereka makin
mundur dan akhirnya akan tertinggal jauh dari masyarakat Hindu India. Dasar
ketinggian dan kekuatan Barat adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk
dapat maju umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi seperti
itu. Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu India
dalam menentang Inggris melainkan memperbaiki dan memperkuat hubungan baik
dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan
tahun 1857 umat Islam bukanlah pelopornya. Atas usaha-usahanya dan sikap setia yang
dia tunjukkan kepada Inggris. Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah
pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Sayyid Ahmad Khan menganjurkan
kepada umat Islam supaya jangan mengambil sikap melawan dengan Inggris, dengan
begitu umat Islam dapat ditolong dari kemudurannya.

2. Bidang Pendidikan
Ahmad Khan mendapat gelar sebagai seorang pembaharu Pendidikan dan
peletak dasar modernisasi Islam di India. Menurut pendapatnya, pendidikan adalah
satu-satunya jalan bagi umat Islam India untuk mencapai kemajuan. Dengan
pendidikan umat Islam dapat diharapkan mau merubah sikap mental mereka yang
kurang percaya pada kekuatan akal, kurang percaya pada kebebasan manusia dan
kurang percaya adanya hukum alam.
Di India pendidikan modern yang dibawa oleh Inggris pada awal abad ke-19
telah menimbulkan dualisme sikap masyarakat muslim. Yaitu sikap antagonis
(menolak) dan sikap akomodatif (menerima). Sikap penolakan ditunjukkan oleh
sebagian besar umat Islam India, terutama para pengelola lembaga pendidikan Islam
tradisional yang khusus mengajarkan ilmu-ilmu agama. Penolakan tersebut karena
mereka beranggapan bahwa apa yang dibawa oleh Inggris tidak cocok diikuti umat
Islam, sebab pendidikan modern Inggris mengabaikan bidang studi dan tradisi
keilmuan Islam.

4
Sebagian masyarakat Islam dapat menerima dengan lapang dada sistem
pendidikan modern Inggris tersebut, mereka berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi modern yang dibawa oleh Inggris dan diajarkan pada lembaga-
lembaga pendidikan Inggris tersebut merupakan sarana yang dapat membawa
kemajuan bagi umat Islam India. Sebab, mereka menyadari India sangat ketinggalan
jauh dengan Inggris dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah
satu tokoh yang mendukung sikap ini adalah Sayyid Ahmad Khan. Ia berpandangan
bahwa saat ini umat Islam harus memiliki pemikiran rasional, filosofis, dan ilmiah
seperti pada zaman islam klasik. Ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat perlu
dikuasai oleh umat Islam, sebab ilmu pengetahuanlah yang akan mampu
menghidupkan kembali orientasi keduniaan umat yang telah hilang sejak zaman
pertengahan. Untuk menguasai pengetahuan dari barat tiada lain jalan yang
ditempuh adalah dengan mengakomodasi pikira-pikiran modern termasuk
pendidikan yang dibawa oleh Inggris.
Pada tahun 1878 Sayyid Ahmad Khan mendirikan Muhammaden Anglo
Oriental College (MAOC) di Alirgarh yang pada tahun 1920 menjadi Universitas
Islam Aligarh. Kurikulum yang dipakai di MAOC mencakup ilmu-ilmu agama dan
ilmu pengetahuan barat yang diberikan dalam bahasa Inggris.Lembaga ini
merupakan karya paling bersejarah dan berpengaruh dalam memajukan umat Islam
India dan menghasilkan pemimpin-pemimpin gerakan Aligarh yang menyerukan
ide-ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan. Pada tahun 1886 Sayyid Ahmad Khan
mendirikan Muhammaden Education Confrence yang merupakan pendidikan
nasional yang seragam untuk umat Islam India.4

Sayyid Ahad Khan berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk mengubah pola
berpikir umat Islam India dari keterbelakangannya adalah melalui pendidikan.
Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam di India mundur karena mereka
tidak mengikuti perkebangan zaman. peradaban Islam klasik telah hilang` dan telah
timbul peradaban baru di Barat. dasar dari peradaban baru ini adalah ilmu

4
Ibid, 150-151.

5
pengetahuan daan teknologi berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang
berkembang dengan pesat di Barat perlu dikuasai oleh umat Islam, sebab ilmu
pengetahuanlah yang akan mampu menghidupkan kembali orientasi keduniaan
umat Islam yang telah hilang sejak zaman pertengahan. Sayyid Ahmad Khan
berpendapat bahwa ilmu pegetahuan dan teknologi adalah hasil dari penggunaan
akal yang maksimal.

3. Bidang Keagamaan
Sayyid Ahmad Khan termasuk pemikir rasionalis, cara ia menelaah dan
memberi interpretasi terhadap Al-Qur’an dan Hadits cenderung mengarah pada
pemikiran rasional. Terhadap kedua sumber hukum Islam itu ia sangat kritis,
terlebih kepada hadits yang kedudukannya sebagai sumber hukum kedua dalam
Islam, ia sangat selektif terhadap Hadits, menurutnya hadits banyak yang palsu,
yang sahih saja kalau bertentangan dengan Al-Qur’an perlu dipertimbangkan
untuk dipakai. Dari sisnilah ia memunculkan konsep ijtihad baru rasionalisme.
Pemikiran Ahmad Khan dibidang keIslaman antara lain, ia melihat bahwa umat
Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Dan ia
pun berpendapat bahwa untuk mengejar ketertinggalan itu, umat Islam harus
menghidupkan kembali pemikiran rasional agamis zaman klasik, dengan perhatian
yang besar pada sains dan teknologi.
Menurut Harun Nasution, pemikiran pembaharuan Ahmad Khan banyak
persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Sedangkan
Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal mempunyai kedudukan yang tinggi,
bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan untuk menentukan
kehendak dan melakukan perbuatan-sesuai dengan paham Qadariah, bahwa Islam
memiliki hukum alam (Sunnatullah), bahwa taqlid harus dikikis habis dan pindah
ke pintu ijtihad-yang pada umumnya dianggap sudah tertutup.5
Paradigma dalam memahami ajaran agama sebagaimana di atas telah
melahirkan fatwa-fatwa sebagai berikut:

5
Ibid, hlm. 78.

6
1. Kaum perempuan tidak boleh memakai purdah
2. Hukum perempuan dibenarkan untuk agresi dalam perang suci (jihad).
3. Poligami bertentangan dengan “semangat” islam dan hal ini tidak akan
diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
4. Bank modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan
internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun disitu ada pembayaran
bunga, tidaklah dianggap sebagai riba karena hal itu tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an.
5. Hukum pemotongan tangan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai pencuri, rajam serta cambukan seratus kali bagi pezina adalah biadab
dan hanya sesuai dengan masyarakat primitive yang kekurangan penjara.
6. Jihad adalah sesuatu yang dilarang, kecuali dalam keadaan yang memaksa.
7. Tujuan dari do’a yang sebanarnya adalah merasakan kehadiran Tuhan. Dengan
kata lain, do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketentraman jiwa. Do’a
bukan dimaksudkan untuk meminta sesuatu dari Tuhan.do’a yang demikian
tidak akan pernah dikabulkan oleh Tuhan.

Dengan pemikiran yang seperti itu, banyak tokoh-tokoh agama yang dibuat marah
olehnya, apalagi usaha Ahmad Khan dalam menerbitkan majalah berkala yang
dinamakan Tahdib al-Akhlaq. Diamana, dia mulai menafsirkan Al-Qur’an dan
mengajak memahami Al-Qur’an denga pemahaman yang sesuai dengan akal, bahkan
menganjurkan manusia untuk lebih bersandar kepada jiwa Al-Qur’an daripada
bersandar ke segi harfiahnya. Oleh sebab itu , dia diserang oleh para tokoh ulama
Mekkah yang menilainya telah kafir. Bahkan, menganjurkan kepada kaum awam
untuk memusuhinya.

Sayyid ahmad khan adalah seorang yang sangat rasionalisme. Dimana ia


menempatkan akal pada posisi yang paling tinggi, bahkan ia menolak wahyu yaitu
Al-Quran yang tidak dapat dicerna oleh akal. Pemikiran teologis Ahmad Khan juga
mempengaruhi ia dalam memahami hadits yang menempati sumber hukum kedua,
dimana ia berpendapat bahwa banyaknya hadis yang palsu sehingga ia membuka

7
pintu ijhtihad seluas-luasnya. Dalam keagamaan nya, Ahmad khan mengedepankan
rasio dan menentang semua yang bertentagan dengan logika.

2. Muhammad Ali Jinnah


a) Biografi Muhammad Ai Jinnah
Muhammad Ali Jinnah lahir di Karachi pada tanggal 25 Desember
1876. Semenjak masa remaja dia telah meninggalkan India menuju London.
Untuk melenjutkan studi di bidang hukum dan menjadi pengacara. Jinnah mulai
memasuki dunia politik pada tahun 1906, kemudian ia bergabung dengan Indian
National Congress di bawah bimbingan Dadabhai Naoroji. Pada tahun 1910 dia
terpilih menjadi ahli Viceroy’s Legislative Council mewakili masyarakat
muslim Bombay. Berbeda dengan tokoh pergerakan Islam sebelum dan
sezamannya yang biasanya melalui Islam tradisional, Ali Jinnah justru melalui
semua pendidikan di sekolah sekuler. Maka ada sebagian pendapat menyatakan
bahwa Jinnah pada awalnya tidak lebih dari seorang nasionalis moderat yang
tidak memiliki keterikatan apapun dengan gerakan Islam.
Perubahan pada diri Ali Jinnah terjadi pada April tahun 1913 saat
mengunjungi London dan bertemu dengan Maulana Muhammad Ali dan Syed
Wazir Hasan, kedua tokoh ini meminta Jinnah untuk bergabung dengan Liga
Muslim.6
b) Riwayat Pendidikan
Ketika menginjak umur sepuluh tahun, ia dikirim orang tuanya belajar di
Bombay selama satu tahun, kemudian pulang ke Karachi dan melanjutkan
pelajarannya di Sind Madrasatul Islam, setingkat dengan sekolah menengah
pertama, dan setelah itu melanjutkan sekolah menengah atas di Mission High
School. Atas nasihat Frederick Leight Croft, Meneger Graham Shipping and
Tradding Company, ia dikirim ke London oleh orang tuanya untuk belajar
bisnis pada kantor pusat Graham Shipping and Tradding Company dan waktu
ia berusia 16 tahun,( Mukti Ali, 1999 ).

6
Aisyah. A, Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam, (Makassar : 2012),Vol 7 no 2.

8
Pada tahun 1896, ia memperoleh gelar sarjana dalam bidang hukum di
London. Pada tahun itu juga ia kembai ke India dan bekerja sebagai pengacara
di Bombay. ( Harun Nasution, 1996 ).
c) Perjuangan Politik Jinnah
Karir politik Jinnah dimulai pada tahun 1906 dengan ikut sertanya ia pada
bidang kongres kalkuta ( Calcutta Congress Seassion ) sebagai sekteraris
presiden, Dhabai Naoradji. Ia memilih bergabung dengan kongres Nasional
karena menurut pendapatnya perjuangan yang paling utama bagi rakyat India
adalah kemerdekaan India dan itu hanya dapat dicapai melalui usaha bersama
kelompok Islam dan Hindu. Jinnah berkeyakinan bahwa persatuan umat Islam
dan umat Hindu India merupakan syarat unuk tercapainya kemerdekaan India.
Atas keyakinan, sikap dan upaya umat Islam dan umat Hindu ini demi
kepentingan nasional dan kemerdekaan India. Ia dijuluki sebagai Ambassador
of Hindu Muslim Unity.
Jinnah tidak memasuki liga Muslim pada saat itu, karena politik yang
terdapat pada liga muslimin tidak sesuai dengan jiwanya, dimana jiwanya
menentang pemerintah Inggris. Hal ini dapat dilihat dari tujuan didirikannya
liga Muslimin yang berbunyi :
a. Meningkatkan rasa loyalitas Muslimin terhadap Inggris dan menghilangkan
kesalahfaham yang mungkin timbul terhadap peraturan-peraturan yang di
keluarkan oleh pemerintah.
b. Melindungi dan meningkatkan hak-hak politik dan kepentingan muslim,
dan menyalurkan kepentingan-kepentingan dan aspirasi-aspiri kepada
pemerintah Inggris.
c. Menghindari meningkatnya rasa permusuhan antara orang Islam terhadap
komunitas-komunitas lainnya.
Pada tahun 1913 yaitu ketika organisasi ini merubah sikap dan
menerima ide, pemerintahan sendiri bagi India sebagai tujuan perjuangan,
mulai saat ini sampai terakhir hayatnya sejarah hidup dan perjuangannya
banyak berkait dengan Liga Muslimin dan perjuangan umat Islam India

9
untuk menciptakan Pakistan. Pada tahun 1913 itu juga Jinnah dipilih
menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada waktu itu ia masih mempunyai
keyakinan bahwa kepentingan umat Islam India dapat dijamin melalui
ketentuan-ketentuan dalam dalam undang-undang dasar untuk itu ia ia
mengadakan pembicaraan dan perundingan dengan pihak kongres Nasional
India.
Salah satu dari perundingan ialah perjanjian Luckknow 1916. menurut
perjanjian itu Umat islam India akan memperoleh daerah pemilihan
terpisah da ketentuan ini akan dicantumkan dalamm undang-undang
dasar India yang akan disusun kelak kalau tiba waktunya. Tetapi lama
kelamaan ia melihat bahwa untuk memperoleh pandangan yang sama antara
golongan Islam dengan umat Hindu sangat sulit. Ghandi mengeluarkan
konsep Nasionalisme India yang didalammnya Umat Islam tergabung
menjadi satu bangsa. Konsep Ghandi ini dan politik nonkoperasinya ia
tentang dan akhirnya, ia meninggalkan partai kongres.7
Dalam rangka kemerdekan India, pada tahun 1930 – 1932 di London
diadakan konfrensi Meja Bundar oleh Inggris. Pada Konfrensi ini Jinnah
menemui hal hal yang menimbulkan perasaan kecewanya yag mendalam.
Jinnah menyaksiakan betapa semangatnya kelompok Hindu
membicarakan masalah- masalah kemerdekaan India untuk kepentingan
orang Hindu dengan tidak memperhatikan sedikitpun kepentingan umat
Islam. Perasaan kecewa Jinnah ini di kemukakan beberapa tahun
kemudian dihadapan Mahasiswa Muslimin Aligarh dengan mengatakan:“
Selama konferensi meja Bundar saya merasakan kejutan dalam hidup saya.
Ketika saya mendengar beberapa teman Hindu, saya merasakan keadaan
tidak menguntungkan.
d) Perjuangan Politik Jinnah Dalam Pembentukan Pakistan

7
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam,( Jakarta : Bulan Bintang, 2003 ), cet. XIV,
hlm.184.

10
Kepemimpinan Liga Muslimin di bawah Jinnah mengalami
perubahan-perubahan partai. Dalam sidang tahunan yang dia adakan di
Bombai pada tahun 1936 Konstitusi partai politik di perbaiki untuk
membuat organisasi itu lebih demokratis dan lebih hidup. Untuk pertama
kalinya organisasi ini mengadakan persiapan untuk memperebutkan
pemilu atas nama Liga Muslimin. Suatu badan pemilihan pusat
dengan cabang-cabangnya di Propinsi si bentuk untuk mengatur
perjuangan pemeilihan Propinsi undang – undang pemerintahan India 1935
(goverment of India act of 1935). Jinnah mengunjungi seluruh negeri
untuk memperoleh dukungan dari calon-calon Liga Muslimin tetapi
usahanya ini hanya sebahagian yang berhasil. Disamping itu Liga
Muslimin berubah menjadi gerakan rakyat yang kuat.
e) Pemikiran Muhammad Ali Jinnah
Pemikiran pembaharuan Mohammad Ali Jinnah sebenarnya lebih pada
ranah politik. Diantaranya adalah gagasan tentang nasionalisme India,
dengan perjuangan yang dilakukan :
1. Persatuan umat Islam dan Hindu
2. Kemerdekaan India dari cekreraman penjajah (Inggris)
3. Nasionalisme
Mohammad Ali Jinnah mengatakan bahwa: ”India tidak akan
diperintah olehumat Hindu dan tidak pula oleh umat Islam, tetapi India
harus diperintah oleh rakyat India dalam arti diperintah oleh umat Islam
dan Hindu secara bersama-sama. Tuntutan kita adalah memindahkan
kekuasaan ke tengah-tengah rakyat India dalam waktu yang tidak begitu
lama, dan merupakan prinsip pembaharuan kita (semangat
nasionalisme).”Terbentuknya negara Pakistan, pemikiran pembaharuan Ali
Jinnah sebenarnya lebih pada ranah politik, pada awalnya ia beranggapan
dan menganjurkan adanya nasionalisme India, untuk melepaskan diri dari
jajahan Inggris, akan tetapi dari hasil realitas dan pengalaman yang ia
rasakan membuatnya merubah haluan politiknya sejak ia menemukan

11
kekecewaan bersama partai kongres. sejak itulah ia beranggapan bahwa
kepentingan umat Islam di India tidak bisa lagi dijamin melalui
perundingan dan terbentuknya sebuah undang-undang dasar India secara
keseluruhan. Tetapi kepentingan umat Islam akan terjamin hanya melalui
pembentukan negara tersendiri yang terpisah dari negara umat Hindu di
India.
Ali Jinnah mulai membahas masalah pembentukan negara Islam di
rapat tahunan Liga Muslimin yang diadakan di Lahore pada tahun 1940,
yang kemudianmenghasilkan persetujuan bahwa pembentukan negara
tersendiri bagi umat Islam sebagai tujuan perjuangan Liga Muslimin. Sejak
itulah Jinnah mulai memperjelas tentang negara Islam yang akan dibentuk
(Pakistan). Menurutnya negara tersebut ialah sebuah negara yang berada
dibawah kekuasaan umat Islam, tetapi tidak melupakan peran serta non-
muslim dalam pemerintahan dengan menyesuaikan jumlah mereka disetiap
daerah.
Pembentukan negara Islam (Pakistan) Jinnah dan Liga Muslimin
mendapatkan dukungan umat Islam India, hal itu terlihat dari hasil
pemilihan 1946, dimana Liga Muslimin memperoleh kemenangan di
daerah-daerah yang nantinya masuk Pakistan. Kedudukan Ali Jinnah dalam
perundingan dengan Inggris dan Partai Kongres Nasional India mengenai
masa depan Islam semakin kuat. Dan pada tahun 1947 Inggris
mengeluarkan putusan untuk menyerahkan kedaulatan kepada dua dewan
konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14
Agustus 1947 dewan konstitusi Pakistan dibuka dan pada tanggal 15
Agustus 1947 diresmikan, Ali Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral
atau Pemimpin besar bagi rakyat Pakistan, dan pada hari itulah Pakistan
lahir sebagai sebuah Negara umat Islam yang merdeka baik dari Inggris
ataupun India.8

8
Ibid.,hlm. 211.

12
C. SIMPULAN

Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi pada tanggal 17 Oktober 1817, ia


berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad Sholaullahu ‘Alaihi
Wasallammelalui Fathimah bin Ali. Sayid Ahmad Khan menolak jika umat Islam harus
bekerja sama dengan umat Hindu untuk menetang Inggris, menurutnya apabila umat
Islam bekerja sama deng Hindu India untuk menentang Ingris, selamanya umat Islam
tidak dapat berkembang. Sayyid Ahmad Khan juga berpendapat bahwa umat Islam
merupakan satu umat yang tidak dapat membentuk suatu negara dengan umat Hindu.
Sebagian masyarakat Islam dapat menerima dengan lapang dada sistem pendidikan
modern Inggris tersebut, mereka berkeyakinanbahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
modern yang dibawa oleh Inggris dan diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan
Inggris tersebut merupakan sarana yang dapat membawa kemajuan bagi umat Islam
India.
Muhammad Ali Jinnah adalah seorang tokoh Pakistan yang fenomenal dan
berkuasa sebagai pemimpin Pakistan selama kurang lebih satu tahun sebelum ia
meninggal dunia. Muhammad Ali Jinnah adalah tokoh pendiri Pakistan yang diberi
gelar Quad-i-Azam (Pemimpin Besar), yang ingin menyelamatkan umat muslim India
dari tekanan dan intimidasi umat Hindu di India, dengan mendirikan Negara tersendiri
bagi umat muslim India yaitu Pakistan. Kepeloporan Ali Jinnah dan sejarah
terbentuknya Pakistan tentu tidak dapat dilepaskan peran Sayyid Ahmad Khan dan
Muhammad Iqbal. Di mana konsep tentang pendirian Pakistan baru muncul, yang pada
akhirnya Negara baru bagi umat muslim India tersebut dapat terwujud di tangan
Muhammad Ali Jinnah.
Dalam mewujudkan cita-citanya untuk mendirikan Negara tersendiri bagi umat
muslim India, Muhammad Ali Jinnah memulai karirnya di dunia politik dengan
bergabung di dalam Liga Muslimin, yang mana sampai akhir hayatnya banyak
menghabiskan waktunya dalam pembentukan Negara Pakistan, yaitu :
1. Membentuk Pakistan menjadi Negara demokratis modern.

13
2. Negara demokratis modern yang ada di Barat menjadi contoh bagi
ketatanegaraan Muhammad Ali Jinnah.
3. Ingin mengembangkan sistem pemerintahan Pakistan seperti yang ada di Barat
(Dewan Perwakilan Rakyat, Yudikatif, Eksekutif, dan Legislatif) yang mana
pemisahan antara agama dan Negara tetap menjadi corak pemerintahan
Muhammad Ali Jinnah.
4. Telah cenderung menjalankan sistem pemerintahan yang sekuler yang dikecam
oleh sebagian umat muslim Pakistan pada khususnya dan negara-negara Islam
pada umumnya, akan tetapi Jinnah juga berhak mendapatkan penghargaan atas
usahanya dalam memperjuangkan Negara tersendiri bagi umat Islam India yaitu
Pakistan.

Pemikiran pembaharuan Mohammad Ali Jinnah sebenarnya lebih pada


ranah politik. Diantaranya adalah gagasan tentang nasionalisme India,
dengan perjuangan yang dilakukan :
a. Persatuan umat Islam dan Hindu
b. Kemerdekaan India dari cekreraman penjajah (Inggris)
c. Nasionalisme

14
DAFTAR KEPUSTAKAAN

An-Nadawi , Abu Ali. Pertentangan Alam Pikiran Islam dengan Alam Pikiran Barat.
terjemahan Mahyudin Syaf, Al-Ma’arif, Bandung.
Nasution, Harun. 1994. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.
Jakarta: Bulan Bintang.
Aisyah. A. Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam. Makassar : 2012. Vol 7 no
2.
Ali, Mukti. 1998. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan . (Bandung :
Mizan.
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

15

Anda mungkin juga menyukai