BLOK 1
SKENARIO 1
SUARANYA PELAN SEKALI
Skenario 1:
Suaranya Pelan Sekali
Seven Jumps
Mahasiswa baru
FKG Unand 2018
Proses pembelajaran
Mengalami
Kesulitan
Student Centre
Leanrning
1. A. Pengertian SCL :
- SCL atau Student Centre Learning merupakan proses pembelajaran yang
berpusat pada siswa atau mahasiswa. Dalam pengertian lain, dalam
pendekatan ini para siswa atau mahasiswa menajdi pelaku aktif dalam
kegiatan belajar. Ini berbeda dengan sistem pembelajaran TCL atau
Teacher Centre Learning dimana proses pembelajarannya lebih banyak
berpusat pada guru atau dosen.
B. Jenis-jenis SCL :
- Small group discussion : Diskusi kelompok kecil (tutorial) yang merupakan
inti dari PBL.
- Roleplay and simulation : Metode yang melibatkan interaksi antara dua
orang peserta didik atau lebih untuk memerankan suatu topik pada
situasi tertentu.
- Case study/studi kasus : Suatu teknik pada suatu pembelajaran aktif yang
aktifitas dasarnya berpusat pada peserta didik dalam suatu topik yang
mendemonstrasikan konsep teoritis pada situasi tertentu.
- Discovery learning : Mahasiswa melakukan eksplorasi, penemuan-
penemuan baru yang belum dikenal.
- Self direct learning : Usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar
sendiri maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya
sendiri untuk memecahkan masalah yang dijumpai dari dunia nyata.
- Collaboration learning : Pembelajaran dimana mahasiswa dengan variasi
bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan.
- Contextual learning : Proses pembelajaran yang membantu guru/dosen
mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari dengan cara sistesis-analisis-responsif-apresiasi.
- Project based learning : Model pembelajaran dikelas dengan melibatkan
kerja proyek, peserta dilibatkan langsung dalam memecahkan
permasalahan yang ditugaskan.
- Problem based learning and inquiry : Pendekatan pembelajaran yang
dipusatkan kepada masalah masalah yang disajikan oleh guru atau dosen
dan mahasiswa menyelesaikan masalah dengan pengetahuan dan
keterampilan mereka.
C. Manfaat SCL
- Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
- Menjadikan mahasiswa lebih independen dan bertanggung jawab
- Menjadikan mahasiswa sebagai bagian dari integral dari komunikasi
akademik.
D. Tujuan SCL :
- Mahasiswa memeroleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat
membangun sendiri pengetahuannya sehingga akan memeproleh
pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas mahasiswa.
2. A. Pengertian komunikasi :
- Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang
lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai
pikiran-pikiran atau informasi.
B. Jenis-jenis komunikasi :
- Komunikasi verbal : Komunikasi dengan lisan atau kata-kata.
- Komunikasi non verbal : Komunikasi tidak menggunakan kata kata,
tetapi menggunakan gerakan tubuh, body language, atau tindakan
perbuatan.
- One-up Communication : Percakapan yang bergerak untuk
mendapatkan kontrol dari lawan bicara.
- One-down Communication : Percakapan yang bergerak untuk
mengizinkan kontrol dari lawan bicara.
- One-cross Communication : Percakapan yang bergerak untuk
menetralisasi, apabila hanya satu pihak yang melakukannya maka
interaksi tersebut disebut sebagai transitory.
C. Fungsi Komunikasi :
- Fungsi informasi : Untuk memberitahukan sesuatu (pesan) kepada pihak
tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
- Fungsi ekspresi : Sebagai wujud ungkapan perasaan atau pemikiran
komikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau
permasalahan.
- Fungsi kontrol : Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan,
dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian, dan lain
sebagainya.
- Fungsi sosial : Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di
antara komunikator atau komunikan.
- Fungsi ekonomi : Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang
berkaitan dengan finansial, barang, dan jasa.
- Fungsi dakwah : Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan
perjuangan bersama.
D. Pedoman dalam berkomunikasi
- Nilai-nilai agama,
- Umpan balik,
- Banyak orang yang terlibat,
- Persamaan persepsi,
- Orang yang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang
diharapkan.
E. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
- The Act (Perbuatan) : Perbuatan komunikasi menuntut penggunaan
lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik (Bahasa atau
tanda lainnya)
- The Scene (adegan) : menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang
digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Adegan adalah sesuatu
yang akan dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu
dapat dikomunikasikan.
- The Agent (pelaku) : Individu-individu yang mengambil bagian dalam
hubungan komunikasi
- The Agency (Perantara) : Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi
(Komunikasi lisan, tatap muka, seperti surat perintah, memo, buletin,
nota, surat tugas, dll)
- The Purpose (Tujuan)
F. Unsur-unsur komunikasi
- Komunikator/sender/encoder Perorangan atau lembaga
- Pesan Lisan/tulisan/lambang/gambar/isyarat
- Media/Channel Media umum (telephone, fax) & media massa
(televisi, radio, koran)
- Komunikan/decoder/receiver Perorangan atau lembaga
- Efek/Pengaruh hasil penerimaan pesan (lisan, lambang, simbol)
sehingga menimbulkan perubahan pada knowledge (pengetahuan),
attitude (sikap) atau behavior (tindakan/perilaku) terhadap orang atau
kelompok
3. A. Faktor hambatan komunikasi
- Fisik : Berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan media.
- Budaya : etnis, agama, dan sosial yang berbeda antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya.
- Persepsi : Perbedaan persepsi menyebabkan perbedaan dalam
mengartikan atau memaknakan sesuatu.
- Motivasi : Perbedaan tingkat motivasi penerimaan pesan, rendahnya
tingkat motivasi penerima pesan mengakibatkan komunikasi menjadi
terhambat.
- Pengalaman : Perbedaan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing
individu dapat menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi
terhadap sesuatu.
- Emosi : Berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar.
Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi
yang terjadi akan semakin besar atau sulit untuk dilalui.
- Bahasa (verbal) : Hambatan terjadi ketika pengirim pesan(sender) dan
penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa atau kata-kata yang
tidak dimengertioleh penerima pesansehingga menimbulkan
ketidaksamaan makna.
- Nonverbal : Hambatan yang berupa isyarat atau gesture.
B. Cara menghadapi hambatan komunikasi lintas budaya :
- Social competence : Kemampuan membuat jaringan sosial, pandai
bergaul, dan memiliki banyak teman.
- Openness to other ways of thinking : Keterbukaan untuk menerima
pikiran yang berbeda dari dirinya.
- Cultural adaptation : Kemampuan seseorang menerima budaya baru.
- Professional excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam
bidang tertentu.
- Language skill : Kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat.
- Flexibility : Kemampuan da;am penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan
keadaan.
- Ability to work team : Kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama
dalam satu tim.
- Self Reliance or independence : Percaya diri dan mandiri.
- Mobility : Lincah dan wawasannya luas.
- Patience : Ulet dan sabar.
- Sesivity : Peka terhadap suatu yang baru.
4. Penyebab kesuliatan dalam menjalankan metode Student Centre Learning :
Hambatan yang timbul dari dalam yaitu beberapa mahasiswa
masih pasif. Siswa pasif ini akibat dari rasa malu atau kurang percaya diri
untuk mengemukakan pendapatnya. Mahasiswa yang masih pasif dalam
proses pembelajaran juga memiliki rasa ingin tahu yang kecil, sehingga
tidak ada semangat untuk mencari tahu jawaban suatu permasalahan.
Selain masih ada beberapa mahasiswa yang pasif, proses
pembelajaran berbasis SCL yang mengutamakan keaktidan mahasiswa
tidak bisa diterapkan ke dalam suatu matero pembelajaran terutama
pada saat materi pembelajaran rumus dasar matematika atau fisika.
Pada saat materi rumus dasar matematika dan fisika guru atau dosen
harus menerangkan terlebih dahulu. Berbeda dengan materi yang tidak
ada rumusan dasar, mahasiswa bisa aktif untuk mencari sendiri jawaban
suatu permasalahan terkait pembelajaran.
Hambatan proses pembelajaran SCL tidak hanya dari dalam,
hambatan dari luar juga akan timbul dalam proses pembelajaran.
Masyarakat terbiasa akan pembelajaran konvensional atau klasikal
dimana guru atau dosen adalah pusat pembelajaran dengan metode
belajar ceramah.
5. Solusi dari sistem pembelajaran Student Centre Learning :
- Active learning : Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas murid dan
menerapkan learning by doing. Stepnya pertama pembentukan kelompok
kecil, kedua pemberian tugas, ketiga eksplorasi (diskusi, wawancara,
searching pengetahuan), keempat presentasi. Keberhasilan strategi
pembelajaran ini didukung oleh media serta sumber-sumber terpercaya.
- Contextual learning : Konsep belajar dan mengajar yang membantu guru
atau dosen mengaitkan materi pebelajaran dengan kehidupan nyata para
mahasiswa dan mendorong pada mahasiswa untuk menerapkan
pembelajaran yang diperoleh di perkuliahan dalam kehidupan nyata
mahasiswa di lingkungan keluarga ataupun masyarakat luas dengan tujuan
akhir untuk menemukan makna materi tersebut untuk kehidupan.
6. A. Peran Prior Knowledge dalam pembelajaran
Prior Knowledge merupakan langkah penting di dalam proses belajar,
dengan demikian setiap pengajar/instruktur/fasilitator perlu mengetahui
tingkat Prior Knowledge yang dimiliki para peserta didik. Dalam proses
pemahaman, Prior Knowledge merupakan faktor utama yang akan
mempengaruhi pengalaman belajar bagi para peserta didik. Dari berbagai
penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar memerlukan suasana stabil,
nyaman dan familiar atau menyenangkan. Lingkungan belajar, dalam konteks
Prior Knowledge, harus memberikan suasana yang mendukung keingintahuan
peserta didik, semangat untuk meneliti atau mencari sesuatu yang baru,
bermakna, dan menantang. Menciptakan kesempatan yang menantang para
peserta didik untuk ”memanggil kembali” Prior Knowledge merupakan upaya
yang esensial. Dengan cara-cara tersebut maka pengajar/instruktur/fasilitator
mendorong peserta didik untuk mengubah pola pikir, dari mengingat informasi
yang pernah dimilikinya menjadi proses belajar yang penuh makna dan
memulai perjalanan untuk menghubungkan berbagai jenis kejadian/peristiwa
dan bukan lagi mengingat-ingat pengalaman yang ada secara terpisah-pisah.
Dalam seluruh proses tadi, Prior Knowledge merupakan elemen esensial untuk
menciptakan proses belajar menjadi sesuatu yang bermakna.
Dalam proses belajar, Prior Knowledge merupakan kerangka di mana
peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang
sedang dipelajari olehnya. Proses membentuk makna melalui membaca
didasarkan atas PK di mana peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya.
B. Cara mengaktifkan Prior Knowledge
- Brain storming : Peserta didik diberi suatu topik dan mengajak mereka
untuk mengeluarkan pendapatnya tentang topik tadi.
- Know, Want, Learn (KWL) : Dirinci sebagai what I know, what I want to
know dan what I learn.
- Cognitive mapping : Suatu grafik yang menggambarkan model mental
individu atau sekelompok individu.
C. Peran Prior Knowledge dalam problem-based learning
Di dalam problem-based learning (PBL) para peserta didik mencari
dan menggali pengetahuan baru melalui diskusi kelompok kecil di
bawah bimbingan tutor/fasilitator (tutorial). Tutorial merupakan jantung
PBL; apabila jantung ini berhenti berdenyut (tutorial terhenti atau
macet) maka PBL tidak akan mencapai tujuannya. Kunci utama tutorial
adalah Prior Knowledge yang dimiliki oleh para peserta didik. Prior
Knowledge ini akan keluar dari simpanan para peserta didik apabila ada
trigger atau pemicu. Trigger dalam PBL dikenal sebagai skenario yang
merupakan subtopik dari topik tertentu. Skenario dibuat sedemikian
rupa untuk mengarahkan para peserta didik agar dapat mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. PK akan keluar dari memori
peserta dan kemudian akan mengalam organisasi melalui langkah-
langkah terstruktur yang dikenal sebagai seven-jump. Sementara itu,
salah satu peran pokok tutor/fasilitator adalah mengaktifkan Prior
Knowledge sesuai dengan misi yang terkandung dalam skenario dan
sekaligus sesuai dengan tujuan belajar.
Prior Knowledge mempunyai implikasi yang sangat kuat dalam
interaksi dengan tugas-tugas dan pembelajaran. Hal ini sangat sesuai
dengan proses pembelajaran dalam PBL. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan Prior Knowledge dan PBL adalah
adanya lingkungan yang kondusif, termasuk kemampuan fasilitator
dalam mengendalikan tutorial.
Daftar Pustaka