Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang
membahayakan dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah
sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup
jantung yang disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung
tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan
infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa
menyebabkan demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut
bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal
jantung, perikarditis (radang selaput jantung), bahkan kematian.Dengan
penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis
katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia
(gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang
jantung).Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup
mitral dan penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru
demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok
anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara
dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang
memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun
karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit
lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985
menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita
yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini
merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40
tahun.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari RHD ?

1
2. Bagaimana etiologi dari RHD ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari RHD ?
4. Bagaimana patofisiologi dari RHD ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari RHD ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari RHD ?
7. Apa saja komplikasi yang ada pada RHD ?
1.3 TUJUAN
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami baik konsep
penyakit RHD maupun konsep keperawatan pada klien dengan
Reumatoid Heart Disease( RHD ).

BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian

2
Rematoid heart disease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa.
Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh
peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan
kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut
kira-kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A (Pusdiknakes, 1993).
RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan
konektif seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah
dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi streptococcus
hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus
golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat
menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub (LAB/UPF Ilmu
Kesehatan Anak, 1994)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang
berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2000)
Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit
peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi
autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang
mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul
subkutan dan Eritema marginatum

2.2 Etiologi
Disebabkan oleh karditis rheumatic akut dan fibrosis, dan beberapa factor
predisposisi lainnya, menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak,
1994;83seperti :
1. Faktor Genetik

3
Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu keluarga
maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang
factor genetic pada penyakit jantung rheumatic ini tidak lengkap,
namun pada umumnya disetujui bahwa ada factor keturunan pada
penyakit jantung rheumatic, sedangkan cara penurunannya belum
dapat dipastikan
2. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak
wanita dibanding anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar
menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin.Kelainan katub
sebagai gejala sisa penyakit jantung rheumatic menunjukkan
perbedaan jenis kelamin.Pada orang dewasa gejala sisa berupa
stenosis mitral sering didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi
aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki
3. Golongan Etnik dan Ras
Di Negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-
tahun setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India
menunjukkan bahwa stenosis mitral organic yang berat sering kali
tejadi dalam waktu yang singkat, hanya 6 bulan – 3 tahun.
4. Umur
Umur agaknya merupakan factor predisposisi terpenting pada
timbulnya penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering
mengenai anak berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun, tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan
sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun

2.3 Manifestasi klinis


Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah,
radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan
tangan, siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum

4
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak
gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari,
lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit
jantung reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi;
pasien kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. C-Reaktif Protein (CRP) positif
7. P-R interval memanjang
8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

2.4 Patofisiologi
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah
infeksistreptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini
menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan
sub kutan.Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung.
Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap
kuman Beta Streptococcus HemolyticusGrup A sudah berkembang pesat,
namun mekanisme terjadinya demam reumatik yangpasti belum diketahui.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk
dalam penyakit autoimun.

2.5 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat
terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi

5
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran
pada jantung.
3. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
4. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
5. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali
diantaranya adalah :
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara
bertahap
2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian
antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan
dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat
dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada
jantung)

2.7 Komplikasi
Komplikasi rheumatic heart disease menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan
Anak, 1994;88 adalah:

a. Kambuh demam reumatik


b. Gagal jantung
c. Endokarditis bakterial subakut
d. Fibrilasi atrium
e. Pembentukan trombus yang dapat lepas atau menimbulkan obstruksi
f. Robekan korda tendiena

BAB III

6
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang,
4. Riwayat penyakit dahulu,
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik

a Kepala : ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, bentuk


kepala normal
b Mata : ada gerakan yang tidak disadari
c Hidung : terdapat napas cuping hidung
d Kulit : Turgor kulit kembali setelah 3 detik
e Paru
Inspeksi : terdapat edema, ptekie
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat pericardial friction rub, ronki, krekels
f Jantung

Inspeksi : iktus kordis tampak


Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat murmur, gallop

g Abdomen

Inspeksi : perut simetris


Palpasi : kadang-kadang dapat terjadi hepatomegali
Perkusi : tympani
Auskultasi: bising usus normal

h Genetalia : tidak ada kelainan


i Ekstermitas : pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada
gerakan yang yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan
terjadi kelemahan otot

7. Pemeriksaan penunjang

7
a. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan
ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis,
dan dapat terjadi penurunan hemoglobin .
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran
pada jantung.
c. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada
penutupan katup mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis

8
Diagnosa Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi Rasional
Diagnosa I Tujuan: 1. Kaji frekuensi nadi,
1. Memonitor adany
Penurunan curah Setelahdiberikan asuhanRR, TD secara teraturperubahan sirkulasi jantun
jantung keperawatan,penurunan setiap 4 jam. sedini mungkin da
berhubungan curah jantung dapat terjadinya takikardia
dengan adanya diminimalkan. disritmia sebag
gangguan pada Kriteria hasil: kompensasi meningkatka
penutupan katup
1. Menunjukkan tanda-tanda curah jantung
mitral vital dalam batas yang Kaji perubahan warna
2. Pucat menunjukka
( stenosiskatup ) dapat diterima (disritmiakulit terhadap sianosisadanya penurunan perfu
terkontrol atau hilang). dan pucat. perifer terhadap tida
2. bebas gejala gagal jantung adekuatnya curah jantung
(mis : parameter Sianosis terjadi sebag
hemodinamik dalam batas akibat adanya obstruk
normal, haluaran urine
3. Batasi aktifitas secaraaliran darah pada ventrike
adekuat). adekuat. 3. Istirahat memad
3. Melaporkan penurunan diperlukan untu
episode dispnea,angina. memperbaiki efisien
Ikut serta dalam akyivitas kontraksi jantung da
yang mengurangi beban
4. Berikan kondisimenurunkan komsumsi O
kerja jantung. psikologis lingkungandan kerja berlebihan.
yang tenang. 4. Stres emosi menghasilka
vasokontriksi yan
meningkatkan TD da
5. Kolaborasi untukmeningkatkan ker
pemberian oksigen jantung.
5. Meningkatkan sediaa
6. Kolaborasi untukoksigen untuk fung
pemberian digitalis miokard dan mencega
hipoksia.
6. Diberikan untu

9
meningkatkan
kontraktilitas miokard da
menurunkan beban ker
jantung.
Diagnosa II Tujuan : nyeri dapat
1. Kaji keluhan nyeri, catat
1. R/ membantu dalam
Nyeri akut/kronis berkurang/hilang lokasi dan intensitasmemetukankebutuhan da
berhubungan Kriteria hasil: ( skala 0-10).Catat faktormanajemen nyeri da
dengan distensi
1) Menunjukkan nyeroiyang memcepat dankeefektifan program.
jaringan oleh berkurang/hilang tanda sakit non verbal.
akumulasi 2) Terlihat rileks, dapat
Biarkan pasien mengambil
2. Pada penyakit yang ber
cairan/proses tidur/istirahat posisi yang nyaman. torah baring sang
inflamasi, destruksi
3) Berpartisipasi dalam diperlukan untu
sendi. aktifitas sesuai
3. Beri obat sebelummembatasi nyeri/cider
kemampuan. aktifitas/latihan yangberlanjut.
direncanakan. 3. Menigkatkan relaksas
mengurangi keteganga
4. Observasi gejalaotot/spasme.
kardinal. 4. Gejala kardin
menunjukkan keadaan fisi
dari organ-organ vit
tubuh, juga dap
memberikan gambara
kondisi pasien.
Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status
1. Menyediakan data dasa
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakannutrisi( perubahan BB<untuk memanta
nutrisi ; kurang dari keperawatan masalahpengukuran perubahan da
kebutuhan tubuh ketidakseimbangan nutrisiantropometrik dan nilaimengevaluasi intervensi
berhubungan kurang dari kebutuhanHB serta protein 2. Membantu dalam
dengan dapat teratasi. 2. Kaji pola diet nutrisimempertimbangkan
peningkatan asam Kriteria hasil : klien( riwayat diet,penyusunan menu sehingg
lambung akibat Klien mengatakan mualmakanan kesukaan) klien berselera makan

10
kompensasi sistem dan anoreksia berkuarang / 3. Menyediakan informa
saraf simpatis hilang, masukan makanan
3. Kaji faktor yangmengenai faktor yan
adekuat dan kelemahanberperan untukharus ditanggulang
hilang. BB dalam rentangmenghambat asupansehingga asupan nutri
normal. nutrisi ( anoreksia, mual) adekuat.
4. Membantu mengurang
4. Anjurkan makanproduksi asam
dengan porsi sedikitlambnung/HCl akib
tetapi sering dan tidakfaktor-faktor perangsan
makan makanan yangdari luar tubuh
merangsang
pembentukan Hcl seperti
5. Membantu mengurang
terlalu panas, dingin,produksi HCL oleh epit
pedas lambung
5. Kolaborasi untuk
pemberian obat penetral
6. Mendorong peningkata
asam lambung sepertiselera makan.
antasida
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien

3.3 Intervensi

3.4 Implementasi
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa
yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam
mentolerir tindakan yang akan dilakukan.

3.5 Evaluasi

11
1. Interview dengan keluarga pasien tentang pengetahuan dalam
menghindari faktor pencetus terjadinya jantung reumatik
2. Observasi gejala dan serangan kelemahan kontrktilitas jantung.
3. Observasi klien dan bicarakan dengan keluarga tentang macam –
macam permasalahan yang dihadapi dan komplikasi lain
4. Interview dengan klien tentang kegiatan sehari-dari
5. Tentukan persetujuan dimana keluarga dan klien mengerti kondisi
klien dan perpanjangan terapi yang dilaksanakan.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A.Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang

13
biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta
hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.Demam
reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A,
sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik
akut.Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu.
Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
4.2 Saran
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami
demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan
antibiotika, hal ini untuk menghindari kemungkinanserangan kedua
kalinya bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik.

14

Anda mungkin juga menyukai