Oleh :
Drs.EJE PURADIMAJA,M.Pd.
NIP. 196012151982041008
Pembina Utama Madya IV/d
1.Judul Penelitian
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PPKn PADA KOMPETENSI DASAR
MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA
MELALUI METODE TANYA JAWAB
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP
NEGERI 1 CIHURIP
2.Peneliti
a.Nama Drs Eje Puradimaja,M.Pd.
b. Jenis Kelamin Laki-Laki
c.Pangkat Golongan NIP Pembina Utama Madya IV/d/19601215
1982041008
d.Sekolah SMPN 1 Cihurip
e.Alamat Jalan Cihurip No.100 Kec.Cihurip
f.Alamat Rumah Kp.SaarRT/RW 02/01 Desa Citeras
Kecamatan Malangbong
g. Nomor HP 085223553415
Mengetahui
i
PERNYATAAN
KEASLIAN PTK
ii
ABSTRAK
Siswa kelas VIII/B SMP Negeri 1 Cihurip mengalami kesulitan dan hambatan dalam
pembelajaran PKn , hampir sebagian dari mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal – soal yang berhubungan dengan mata pelajaran PPKn sehingga hasil yang diperoleh
siswa sangat rendah. masih rendahnya minat belajar siswa, Oleh karena itu untuk mengatasi hal
tersebut memerlukan upaya pemahaman siswa terhadap Materi . Adapun penyebab munculnya
masalah lain guru lebih banyak membicarakan ceramah dalam menyajikan pelajaran sehingga
dalam proses berlangsung belajar mengajar monoton dan menjenuhkan siswa. Berdasarkan
gejala – gejala diatas maka kami melakukan penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa yang berjudul :” UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn PADA
KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
DAN IDEOLOGI NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN
MENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1
CIHURIP”.Sedangkan yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Untuk
memperoleh data tentang peningkatannya digunakan instrument berupa lembaran obsevasi,
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal tes. Sedang pengolahan data dilakukan dengan cara
menghitung setiap indikator yang berhasil dilakukan siswa. Hasil penelitian menunjukan
adanya peningkatan kemampuan siswa. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan hasil belajar
PPKn melalui Metode Tanya Jawab dengan menggunakan Media yaitu perolehan nilai rata-
rata yang setiap siklusnya mengalami peningkatan. Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh sebesar
6,62 , pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 7,21, dan mengalami peningkatan lagi pada
siklus III yaitu memperoleh nilai rata-rata 8,50. Selain nilai rata-rata, aktivitas siswa juga
mengalami peningkatan diantaranya aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar
10,93%, siklus II sebesar 30,30%, dan siklus III sebesar 60.19%. Aspek menanggapi respon
siswa lain pada siklus I sebesar 7,81%, siklus II sebesar22,72%, dan silklus III sebesar 36,76%.
Aspek menjawab pertanyaan pada siklus I sebesar 14,03%, siklus II sebesar 34,84%, dan pada
siklus III sebesar 69,11%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 54,68%,
siklus II sebesar 66,66%, dan silus III sebesar 86,76%. Aspek diskusi kelompok pada siklus I
46,87%, siklus II sebesar 60,60%, dan siklus III 91,17%.Aspek diskusi kelas pada siklus I
sebesar 49,99%, siklus II sebesar 65,14%, dan pada siklus III sebesar 97,05%.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji dan syukur penulis panjatkan pada hadirat Allah Subhanahu Wata ‘ala yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) ini dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PPKn PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB
DENGAN MENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1
CIHURIP ”
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa PTK ini jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan . Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki,
walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin mengerahkan tenaga dan
pikiran agar PTK ini dapat diselesaikan dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Dalam penyusunan PTK ini penulis banyak memperoleh petunjuk, bantuan, dan bimbingan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, terutama penulis sampaikan
kepada yang terhormat :
1. Bapak H.Mahmud ,Drs.M.Si,M.M.Pd. ,Selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut
yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Penelitian Tindakan
Kelas ini.
2. Bapak Drs.Dede Sutisna, Selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Garut yang
telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini.
3. Bapak ,Drs.H. Mahdar,M.Pd.,Selaku Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Kabupaten Garut
yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan Penelitian Tindakan
kelas ini.
4. Bapak Engkus,S.Pd.,M.Pd. Selaku Kasi kurikulum Kurikulum Dinas pendidikan
Kabupaten Garut yang telah mencurahkan pemikiran serta perhatian dalam
penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini.
5. Bapak Drs. Ela Halimin,SH.,M.Si.selaku Pengawas Binaan di wilayah SMP Negeri Cihurip
Kab.Garut yang telah memberikan semangat, perhatian dan sumbangan pemikiran
dalam penyusunan Penetian Tindakan Kelas ini.
IV
Dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis menyadari sepenuhnya masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Hanya
kepada Allah SWT Yang Maha Adil dan Bijaksana penulis serahkan, dan semoga amal baik dari
semua pihak diberi imbalan yang berlipat ganda.
Semoga Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi kita semua.Amin
V
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting untuk mencapai perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegana kearah yang lebih baik oleh karena itu perlu mendapat perhatian
bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan dimana pendidikan berperan dalam upaya
menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh dan membangun manusia seutuhnya sebagai
alat untuk mengimbangi kemajuan jaman. Dewasa ini dalam dunia pendidikan yang paling
utama adalah meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa sesuai dengan arah kebijakan
pendidikan , dimana pendidikan yang kita yakini sebagai alat untuk membenahi segala aspek
kehidupan akan tercipta jika kesadaran dari semua pihak secara kontinyu melakukan inovasi ke
arah perubahan yang lebih baik dan sesuai dengan harapan bangsa dan cita-cita nasional bangsa
Indonesia.
Adapun dasar,fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-
Undang SISDIKNAS No. 20 Th 2003 : 10-11 Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :
“Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
.Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa .Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berakhlak mulia
,sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dalam penyusunan Penelitian Tindakan kelas ini dimana fungsi peran guru harus mampu
menciptakan situasi belajar mengajar yang harmonis sesuai dengan tuntutan
kurikulum,sedangkan Kosasih Djahiri ( 1986 :1 ) mengatakan bahwa kurikulum adalah “suatu
rencana pengajaran yang memuat sejumlah komponen pengajaran ke arah membawa siswa
mencapai tujuan yang sudah dipersiapkan dan diteliti secara baik,berencana dan teratur”.
Dengan demikian dalam pendidikan nasional diperlukan adanya suatu kajian kurikulum
Pendidikan Kewarganegaraan,dimana kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama , sosial, cultural, bahasa,
usia , dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
1
2
berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945 Kurikulum Berbasis Kompetensi
(2004:2).
Dalam proses belajar mengajar didalamnya terdapat serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi educatif untuk mencapai
tujuan tertentu, sehingga guru merupakan pejabat profesi yang harus mempunyai keahlian
khusus sebagai guru.
Berlangsungnya proses pembelajaran Kewarganegaraan ditingkat sekolah perlu
mendapat perhatian khusus oleh karena penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan akan
berpengaruh terhadap strategi belajar mengajar yang efektif dan efisien, seperti penggunaan
metode, alat peraga, dan media dalam mengajarkan Kewarganegaraan.
Adapun pengertian metode sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pasaribu Simajuntak (1983
: 91 ) :”Menjelaskan bahwa Metode merupakan suatu cara sistematik yang digunakan demi
tercapainyasebuah tujuan “.
Sedangkan menurut Qonita Alya ( 2009 :469 ) :
“Cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”
Media yang dapat digunakan untuk membantu siswa didalam memahami dan
memperoleh informasi yang dapatdidengar ataupun dilihat oleh pancaindera sehingga
pembelajaran dapat berhasilguna danberdaya guna.
Lebih jauh lagi Qonita Alya ( 2009 : 462 ) mengatakan bahwa media :
penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi
Pendidikan Kewaganegaraan dengan demikian penulis mengambil judul : “UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn PADA KOMPETENSI DASAR
MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI
NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN MENGGUNAAN MEDIA
PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1 CIHURIP”.
.
B.Identifikasi Masalah
C.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah hasil belajar PPKn
dan belum digunakan Media Pengajaran..
D.Rumusan Masalah
Dari latar belakangmasalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar PPKn melalui metode tanya jawab
dengan menggunakan Media Pengajaran ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar PKn yang terjadi pada siswa setelah
Pembelajaran dilaksanakan metode tanya jawab dengan menggunakan Media Pengajaran
5
3. pada Kompetisi Dasar Menjelaskan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi
Negara.
E.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa SMPN 1 Cihurip melalui metode tanya jawab
dengan menggunakan Media Pengajaran.
2. Mendapatkan bukti-bukti bahwa penggunaan metode tanya jawab dengan Media
Pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa SMPN 1 Cihurip.
F.Manfaat Penelitian
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
c. Bagi Sekolah
meningkat
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.Tijauan Pustaka
1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Dalam berlangsungnya proses belajar-mengajar sudah barang tentu guru harus
memahami bebagai metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa,dalam
hal ini guru dituntut untuk meningkatkan kreativitas belajar melalui pengunaan metode yang
efektif. Adapun yang dimaksud pengertian tanya jawab seperti yang dikemukakan WJS
Poerwadarminta ( 1976 : 1017,407 ) adalah sebagai berikut : Tanya ; permintaan keterangan (
penyelesaian dsb ),jawab ;balasan soal,menjawabi ; menyahut” Dari pengertian di atas dapat
penulis simpulkan bahwa pengertian itu adalah : Permintaan keterangan atau penjelasan untuk
memperoleh suatu jawaban atau balasan. Bertanya hal yang biasa dikerjakan setiap orang akan
tetapi bertanya dalam proses belajar-mengajar merupakan suatu hal yang khusus,karena
mengajar harus membawakan pesan-pesan tertentu. Dalam berbagai teori pendidikan/belajar
banyak berbagai ragam pertanyaan yang bersifat kognetif,afektif,dan psikomotorik.
2. Tujuan dan Kegunaan Metode Tanya Jawab dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
Tujuan dan kegunaan Metode Tanya Jawab seperti yang dikemukakan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984 :
16) adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui penguasaan buku pelajaran dalam ingatan dan pengngkapan
perasaan dan sikap siswa.
2. Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematis logis dan mampu
memecahkan masalah.
3.Untuk memberikan tekanan perhatian pada bagian pelajaran yang dianggap perting
4. Untuk memperkuat lagi kaitan antara suatu pertanyaan dengan jawaban. 5.Untuk
membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang benar dan
tepat dalam rangka kelanjutan belajarnya “.
Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan metode tanya jawab adalah untuk
mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan serta mngetahui jalan berpikir siswa
secara sistematis, logis dan dapat memecahkan masalah dan mampu memperkuat antara suatu
pertanyaan dan jawaban dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini guru harus
memahami serta menguasai tujuan metode tanya jawab dalam menyampaikan bahan
pelajaran,agar tujuan metode tersebut dapat tercapai dengan baik dan hasil yang diperoleh
siswa akan berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Sehubungan dengan hal itu Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1984: 17
) mengemukakan manfaat penggunaan metode tanya jawab :
1. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat pengungkapan kembali dapat
memperkuat ingatan ( assosiasi ) antara pertanyaan dan jawaban.
2. Pertanyaan dapat membangkitkan minat,dan minat penting sekali dalam belajar.
3.Pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus dipikirkan, menganalisis dan
menarik kesimpulan dapat mengembangkan cara-cara berpikir logis dan sistematis.
4. Pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban yang diperoleh atau
dikemukakan diolah dalam suasana yang serius dan pemusatan perhatian terhadap
jawaban, Apabila jawaban dibenarkan guru,rasa gembira memperkuat jawaban,itu
tersimpan dalam ingatan siswa. Jawaban yang salah tetap dikoreksi.
5. Pertanyaan merangsang siswa berpikir dan memusatkan perhatian pada suatu pokok
perhatian.
6. Pertanyaan dapat membangkitkan hasrat melakukan penyelidikan yang
mengarah siswa dapat berpikir secara ilmiah.
7. Pertanyaan fakta atau masalah dapat mengarahkan belajar seperti yang dituju
oleh suatu mata pelajaran yang dapat membantu siswa mengetahui bagian-bagian
yang perlu diketahui dan di ingat”.
Dari rumusan Syarat-syarat metode Tanya Jawab diatas dapat penulis simpulkan bahwa
penggunaan metode tersebut akan berhasil dengan baik bila guru mampu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengungkap perasaan siswa untuk berfikir kritis serta
mampu memotivasi keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatsecara bebas dengan
memberikan kesempatan dan menghargai jawaban siswa.
Keharusan dalam melaksankan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
melalui strategi belajar- mengajar yaitu keharusan dalam menerapkan pola pendekatan
mengajar yang humanistik dimana kita harus beranggapan bahwa siswa ialah insan potensial
yang terbatas, proses suasana belajar-mengajar harus dibina ke arah kekeluargaan
,obyektif,terbuka,menggairahkan,dan bebas dari segala ketakutan dan paksaan.Dalam
penerapan pendekatan pengajaan yang heuristik denga pola mengajar CBSA ( Cara Belajar
Siswa Aktif ) dan CMGK( Cara Mengajar Guru Kreatif ) diharapkan guru dapat mengundang
keterlibatan siswa dan mendialogkan segala potensi dirinya.
Oleh karena itu menentukan target nilai yang dinginkan harus memuat jiwa semangat
yang dimuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar,sehingga terbentuk nilai-nilai
positif dan terbinanya sistem nilai/norma,budaya dan sosial yang ingin ditanamkan.
5. Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Langkah-langkah Penerapan Metode Tanya JawabBeberapa model penerapan metode
Tanya Jawab yang akan dikembangkan dalam PTK ini adalah:
Cara lisan menyajikan pelajaran untuk mencapai tujuan,Metode tanya jawab adalah pertanyaan
lisan yang datangnya dari dua pihak atau lebih,berarti ada kala datangnya dari guru (dalam hal
ini murid yang harus menjawab),ada kala datangnya dari murid (dalam hal ini guru yang harus
menjawab), tetapi ada kalanya beberapa pertanyaan yang tertera pada buku bacaan ( dalam hal
ini pelajarlah yang harus menjawab)
Adapun tife pertanyaan yang baik yang dikemukakan oleh Ign.S.Ulih Bukit Karo-karo
Bkk (1975:23,24) :
“ 1. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta.Pertanyaan ini akan mengembangkan daya
ingatan.
2. Pertanyaan yang menuntut analisa terhadap sesuatu,daya yang dikembangkanadalah
daya analisa.
4. Pertanyaan yang menuntut perbandingan-perbandingan; daya yang dikembangkan dengan
pertanyaan demkian ini adalah daya pengenalan ,khususnya daya berfikir dan lebih khusus
lagi ialah daya analisa dan sintesa.
Pertanyaan yang menuntut pengira-iraan atau judgement. Daya yang dikembangkan ialahdaya
berfikir dan perasaan.
5. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian pengertian atau pengetahuan. Daya yang
dikembangkan dengan pertanyaan ini adalah daya berfikir dan daya sintesa.
6. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya.
Dari tipe pertanyaan tersebut di atas dapat penulis simpulkan ada;lah pertanyaan yang
menuntut fakta dengan menganalisa dan perbandingan-perbandingan serta menuntut
pengorganisasian dengan pengiraan.Pertanyaan ini mengembangkan daya berfikir
sistematis,analisis,sintetis dan dalam suatu proses berlangsungnya belajar-mengajar,siswa
dituntut untuk berkreatif dan berani mnjawab pertanyaan yang dikemukakan guru.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dari tipe pertanyaan di atas :
” 1. Pertanyaan harus dkalimatkan dalam kalimat yang mudah ditangkap oleh para pelajar.
Ini berarti bahasanya harus mudah dimengerti dan kalimatnya disusun dengan baik.
2. Pertanyaan diajukan secara klasikal ,berikan waktu untuk berfikir
mengingat/menganalisa kemudian ditunjuk salah seorang dari yang mengacngkan
tangannya yang disuruh menjawab.
- Urutan menjawab janganlah tetap ata alpabetis atau dari muka belakang/sebaliknya
- Berikan giliran yang merata kepada paa pelajar (jangan pilih kasih).
Dari syarat-syarat pertanyaan tersebut di atas adalah pertanyaan harus dikalimatkan
dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh siswa secara merata dengan nada yang enak
didengar dan dengan mka yang manis.Tipe dan syarat-syarat pertanyaan tersebut perlu
dikuasai guru dengan baik untuk menngkatkan partisipasi siswa dalam situasi kgiatan belajar
mengajar melalui metode tanya jawab.
Dalam berlangsungnya Kegiatan belajar-mengajar dimana guru harus mempergunakan
alat bantu (alat peraga) yang berfungsi membantu proses pengajaran agar tujuan dapat dicapai
sebaik-baiknya,maka De La Court dan Crijn menyebutkan bahwa penggunaan alat peraga ada
dua cara yang dikutip oleh B.Suryobroto (1985:27) adalah sebagai berikut :
“a. Penggunaan alat peraga secara klasikal (sekelas) disebut alat pengajaran klasikal,
misalnya gambar-gambar ding-ding ,peta-peta, papan tulis dll.
b. Penggunaan alat perngajaran secara seseorang disebut alat perorangan,misal buku
pelajaran,kitab, gambar ,sekrif-sekrif,catatan,alat-alat tulis dan sebagainya”.
Penggunaan alat peraga tersebut diatas akan membantu didalam proses belajar-mengajar
dengan menggunakan metode tanya jawab.
B. Kerangka Berpikir
Sebagai tolok ukur keberhasilan sekolah dalam lulusan yang berkualitas adalah daya
mengeluarkan serap, hal ini tercermin dari kemampuan siswa dalam menggunakan konsep yang
diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui sampai sejauhmana kemampuan siswa
dalam menggunakan konsep yang telah diberikan dalam proses pembelajaran; maka dilakukan
evaluasi. Dengan menguasai materi yang telah diberikan itu akan menjadi unpan balik bagi guru.
Apabila kemampuan siswa menggunakan konsep yang telah diberikan memadai ,maka
pengajaran dapat dilanjutkan dengan menggunakan strategi pengajaran yang sama dengan
strategi pada materi sebelumnya. Sebaliknya bila hasil dari evaluasi menunjukkan kurang
memadai, maka menjadi bahan kajian bagi guru untuk mengadakan remidial.
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi PPKN tercermin pada kemampuan
menjawab soal-soal yang diberikan dengan menggunakan metode tanya jawab dengan
menggunakan media pengajaran.Implementasinya dalam tindakan ini siswa diberi soal latihan
mulai dari soal yang bentuknya sederhana sampai pada soal yang komplek.Oleh karena
beranggapan bahwa siswa yang telah menjawab soal yang komplek tidak akan mengalami
kesulitan dalam menjawab soal yang sederhana. Siswa dituntut menjawab soal yang komplek
akan tetapi diarahkan dahulu untuk mampu menjawab soal yang sederhana.
1. Pengertian Media
A. Media Pengajaran
Pada prinsipnya di dalam proses belajar mengajar guru mendorong aktivitas siswanya
dalam berpikir dan bertindak, proses penerimaan pelajaran yang ditimbulkan dari lubuk hati
nuraniyang paling dalam akan memberikan pengalaman yang sukar untuk dilupakan terkenang.
Siswa akan memperoleh pengalaman melalui pelajaran dari guru, membaca buku, mengamati
sesuatu, atau meneliti sesuatu. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar pengalaman
langsung dilihat atau didengar sering digantikan dengan gambar, foto, film, buku,kaset,dan
sebagainya.
Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tanpa disadari alat-alat tersebut di atas sangat
erat sekali hubungannya sebagai suatu media pengajaran atau media komunikasi antara guru dan
siswa.
Adapun pengertian media seperti yang dikemukakan oleh Roetiyah ( 1982 : 66 ) adalah
sebagai berikut :
Media adalah sarana (prasarana) yang fungsinya dapat dipergunakan untuk mencapai sesuatu
tujuan.Karena itu media pendidikan berarti sarana (prasarana) yang membantu proses
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat berhasil dengan baik.
Media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa didalam
memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar atau dilihat oleh
pancaindera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan berdaya guna.
Lebih jauh lagi pendapat Leslie J Briggs yang dikutif oleh R Rahardjo, ( 1984 : 47 ) yang
mengemukakan bahwa :
(a). media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (b). bahwa materi yang ingin
disampaikan adalah pesan pembelajaran dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah
terjadinya proses belajar.
6
7
Dari ketiga pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa media pembelajaran adalah
Alat komunikasi antara guru dan siswa yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba membantu
siswa di dalam proses pembelajaran seperti gambar, peta, bagan, film, radio, televisi,koran dan
yang lainnya.
Sehubungan dengan proses komunikasi antara guru dan siswa maka media pembelajaran
merupakan wahana penyalur pesan atau informasi, dengan kata lain media dimaksudkan sebagai
proses penyampaian lewat lambang-lambangatau tanda-tanda. Dalam hal ini tugas guru harus
mampu merancang memilih media yang tepat sesuai dengan Materi yang akan diberikan kepada
siswa sehingga dengan media tersebut dapat merangsang siswa sebagai komunikasi dalam
proses pembelajaran. Keberhasilan media pengajaran akan membawa pesan dan kesan pada
perubahan sikap siswa karena adanya kreatif dan aktivitas siswa dalam belajar.
Sedangkan pendapat Venon S Gerlach dan Donald P yang dikutif oleh Aa Karnaen ( 1980 : 2 )
Mengemukakan bahwa :
Media dalam arti luas disamping mencakup bahan dan peralatan, media mencakup juga orang
dan kegiatan yaitu kegiatan yang dapat mengucapkan kondisi yang memungkinkan
orang dapat belajar, seperti simulasi,demonstrasi, dan darmawisata.
Dari pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa media mempunyai pengertian yang luas
tidak hanya terbatas pada alat-alat seperti AVA ( Audio Visual Aids ) alat tampak dengar akan
tetapi media mencakup juga sebagai manusia yaitu orang yang mampu meragakan seperti dalam
proses pembelajaran adanya simulasi, demonstrasi exsperimen sehingga siswa
saling mempengaruhi, berkomunikasi atara guru dan siswa.
Dalam hal ini Eka Prihatin ( 2008 - 50 ) mengemukakan Penggolongan media pengajaran :
a.Media Visual Media
Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera
penglihatan yang biasanya digunakan untuk membantu guru dalam menjelaskan isi
materi pelajaran.
b.Media Audio Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan para siswa mempelajari bahan ajar.
c.Media Audio - Visual
Media Audio Visual adalah kombinasi dari kedua media di atas (pandang-
8
dengar).Dengan peran media ini guru dapat terbantu sehingga peran guru hanya sebagai
fasilitator.
Dari pola media pendidikan di atas dapat penulis jabarkan sebagai berikut : ad 1. Bahan
cetakan atau bacaan ( supplementary materials) adalah berupa bahan bacaan seperti : Buku
pelajaran, Koran, majalah, komik, Novel, bulletin,folder,pamplet dalan lain-lain. Bahan-bahan
ini lebih mengutamakan kegiatan membaca Visual.ad 2 Alat-alat Audio Visual, alat-alat ini
dapat digolongkan menjadi :
- Media Pendidikan tanpa proyeksi, seperti : papan tulis, papan tempel,papan planel, bagan
diagram, grafik,poster, karton,komik dan gambar.
- Media Pendidikan tiga dimensi, seperti model, benda asli,benda tiruan, diorama,
boneka,topeng, ritatoon, rotation, standar lembar balik, peta globe, pameran dan museum
sekolah.
- Media pendidian yang menggunakan alat masipal, seperti : slide, film,strip,
film,rekaman,radio,televisi,laboratorium, elektronika dan lain-lain.
9
ad. 5 Contoh-contoh perilaku yang dicontohkan guru misalnya sewaktu mengajar : dengan
gerak-gerik raut wajah, tangan, kaki dan lain-lain. Sedangkan penggolongan Media menurut Eka
Prihatin ( 2009 : 52 ) adalah sebagai berikut :
Kelompok Media Intruksional Alat bantu Ajar
1.Audio Audio TV (Kaset) Telepon atau Interkom
2.Bahan Cetak (Foto) Pengajaran berpogram Lembaran selembaran,papan
Manual,pegangan modul tulis,peta,grafik.
3.Gambar diam Slide,FilmStrip Sile lembar tembus pandang,Fimstrip
4.Audio cetak Lembar kerja dan tape, peta
(diagram dengan narasi) -
5.Audio visual proyeksi Filmstrip dengan narasi, slide
bersuara. -
6.Gambar bergerak Film tanpa suara Film tanpa suara
7.Gambar bersuara Film bersuara,video tape Film bersuara,video tape
8.Benda (obyek) Benda nyata,model benda Contoh (specimen)benda nyata;model
(tiruan) benda (tiruan)
9.Hubungan pribadi Permainan,simulasi,karyawisata,diskusi
pengalaman langsung - kelompok
10.Komputer Pengajaran berbantuan
computer ( CA) -
Bagan 1 : Penggolongan Media
Dari beberapa pola media pendidikan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
seorang guru harus dapat memanfaatkan secara efektivitas dan efesiensi komunikasi dengan
siswa dalam proses pembelajaran.
10
a. Apakah bahan-bahan yang diperlukan itu telah ada dengan kualitas dan bentuk yang
memadai ?
b. Berapa kira-kira harga atau pembuatannya ?
c. Berapa harga untuk membuat tiruan?
d. Berapa lama diperlukan untuk membuat sebuah media ?
e. Apa saja perlengkapan,keterampilan, dan pelayanan yang diperlukan ?
f. Apakah ada masalah dengan pemeliharaan dan penyimpanan ?
g. Apakah pilihan siswa ?
h. Apakah pilihan guru ?
Dari pertimbangan dalam pemilihan media di atas maka penulis simpulkan bahwa media yang
akan digunakan harus benar-benar berkualitas, terutama di lihat dari pembiayaan lama
pembuatannya,alat perlengkapannya, tempat penyimpanan dan pemeliharaanya sesuai dengan
pilihan baik siswa maupun guru.Oleh karena itu penggunaan media pendidikan jangan hanya
dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif akan tetapi merupakan upaya
membantu siswa dalam belajar sehingga dapat berinteraksi secara individual,kelompok maupun
klasikal. Penggunaan berbagai media ( Multy Media ) secara efektif dan bervariasi dalam
pengajaran. Sedangkan Brow yang dikutif oleh Eka Prihatin ( 2008 : 52 ) penjelasan
bahwapenggunaan mediayang baik adalah sebagai berikut :
1) Dalam pola (1) sumber kegiatan belajar peserta didik berupa orang saja. Guru kelas
memegang kendali penuh atas terjadinya kegiatan belajar-mengajar.
2) Dalam pola (2) sumber belajar berupa orang dibantu oleh sumber lain.Walaupun
demikian,dalam pola ini guru masih memegang kendali, hanya saja tidak mutlak
karena dibantu oleh sumber lain.Dalam pola pengajaran ini sumber berfungsi
sebagai alat bantu.
3) Dalam pola (3) sumber berupa orang bekerja sama dengan sumber lain berdasarkan
suatu pembagian berupa tanggung jawab. Dalam hal ini,controlterhadap kegiatan
belajar--mengajar dibagi bersama antara sumber manusia dan sumber lain.sumber
lain tersebut dinamakan media.
4) Dalam pola (4) peserta didik hanya belajar dari satu sumber yang bukan
manusia.Keadaan ini terjadi dalam suatu pengajaran melalui media. Sumber bukan
manusia tersebut dinamakan media.
11
Dari penggunaan media di atas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan media yang baik
adalah pertama guru memegang kendali dalam kegiatan belajar mengajar dimana sumber
kegiatan belajar-mengajar berupa orang saja, ke-dua sumber belajar berupa orang dibantu oleh
sumber lain, sumber pelajaran berfunsi sebagai alat bantu, ke-tiga sumber belajar bekerja sama
dengan dengan sumber lain dan merupakan tanggung jawab bersama,ke-empat Sumber belajar
bukan manusia yaitu media dikarenakan peserta didik hanya belajar dari satu sumber.
Beberapa prinsip dalam menggunakan media pembelajaran :
1. Tidak ada metode/media dalam proses belajar mengajar meniadakan yang lain.
2. Tidak ada media yang sesuai dengan segala macam kegiatan belajar
3. Penggunaan media yang terlalu banyak akan membingungkan siswa.
4. Persiapan yang matang untuk menggunakan media pengajaran
5. Media merupakan bagian intergral dari pembelajaran
6. Siswa dipersiapkan sebagai peserta yang aktif.
7. Siswa harus bertanggung jawab selama pembelajaran
8. Tidak mengggunakan media sebagai selingan,karena fungsi media harus seefisien
mungkin.
Dalam proses pembelajaran ke tidak jelasan bahan dapat dibantu dengan media sebagai
perantara, media dapat mewakili guru keabstrakan bahan dapat dikongkritkan oleh kehadiran
media, namun penggunaan media harus sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan, tujuan pengajaran itulah yang dijadikan pangkal dalam penggunaan media.
Adapun alat pembelajaran sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eka Prihatin ( 2008 : 54 )
adalah sebagai berikut :
1. Alat pembelajaran yang merupakan benda sebenarnya,yaitu alat atau benda-benda
riil yang dipakaimanusia dalam kehidupan sehari-hari.
2. Alat-alat yang merupakan benda pengganti, berfungsi sebagai alat-alat pengajaran,
apabila karena suatu sebab, benda itu lebih praktis dari pada benda-benda yang
sebenarnya.
3. Bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa dapat memberikan pengalaman verbal
yang tinggi abstraksinya, dibanding dua golongan benda tersebut.
12
Alat pembelajaran berupa benda yang sebenarnya dan berupa benda tiruan dapat
memperjelas dalam proses berlangsungnya belajar-mengajar, sedangkan bahasa baik lisan
maupun tertulis dapat memberikan pengalaman yang tinggi abstraksinya.
2.Pretasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah proses belajar-mengajar
sebagai perubahan tingkah laku yang menyangkut asfek pengetahuan, keterampilan ,nilai, dan
sikap,kebiasaan dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan ( Moh Surya 1979 : 127 ) . Hal
tersebut diatas dapat diidentifikasi bahkan diukur melalui penampilan.Penampilan tersebut
berupa menjelaskan, menyebutkan sesuatu perbuatan.Sebagaimana dikemukakan oleh Mohamad
Ali,( 1984 : 5 ) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan
melakukan sesuatu secara permanen, dapat di ulang-ulang dengan hasil yang sama.
Setiap guru dituntut untuk mengetahui hasil belajar setiap murid melalui alat penilaian dalam
pelajaran dengan melakukan evaluasi secara terus menerus. Dengan demikian keberhasilan yang
telah dicapai oleh siswa dapat terlihat, dan evaluasi merupakan dasar unpan balik dari proses
belajar mengajar. Maka istilah prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa
yang dilakukan melalui proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang menyangkut
kognetif,afektif,dan psikomotorik.
B.Fungsi Media dalam Menunjang Proses Belajar Mengajar.
Media pengajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam berlangsungnya proses belajar-
mengajar, dimana seorang guru berusaha untuk memilih dan menggunakan media pengajaran
yang tepat. Adapun fungsi media pengajaran dam proses belajar-mengajar seperti yang
dikemukakan Aa Karnaen ( 1980 : 2 ) adalah sebagai berikut :
1.Pengajaran mejadi lebih produktif.
2.Pengajaran menjadi lebih bersifat Individual dengan mempergunakan berbagai
alternatif dengan media.
3. Pengajaran lebih bersifat langsung.
4. Kesempatan untuk mengikuti pendidikan akan lebih berdasarkan ilmu.
sehingga dapat meningkatkan kecepatan belajar dengan demikian pengajaran akan lebih
produktif.
ad.2,Pengajaran Menjadi Lebih Bersifat Individual Dengan Mempergunakan
Berbagai Alternatif Dengan Media.
Dalam hal ini akan terjadi suatu proses dalam pembentukan belajar yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan mental anak dan kemajuan, sehinggga siswa belajar lebih
leluasa dengan cara sendiri dan kecepatan yang lebih cocok dengan dirinya sendiri.
ad.3.Pengajaran Lebih Bersifat Langsung.
Dengan pengalaman yang nyata tidak selalu dapat dihayati dan pengalaman dengan
kata-kata tidak selalu dapat dimengerti atau karena guru sulit menjelaskan hubungan
sesuatu hal yang terjadi pada masa lampau atau hubungan sesuatu hal tersebut
merupakan benda yang sangat kecil maka dengan penggunaan media pengajaran
keadaan tersebut akan lebih cepat dapat dilalui.Misalnya Flm dan kaset Vedeo dapat
memperlihatkan kejadian.
ad. 4. Kesempatan Untuk Mengikuti Pendidikan Lebih Merata.
Dengan adanya peralatan yang modern setiap Individual akan lebih menikmati kesempatan
pendidikan dengan digunakannya radio, TV, ataupun media pengajaran lainnya.
ad.5. Pengajaran Menjadi Lebih Berdasarkan Ilmu.
Kemungkinan penggunaan media pengajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri ( 1978 : 66 ) memberikan
pendapatnya bahwa media pengajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar bagi guru.
2. Melalui alat bantu pengajaran /konsep thema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan
dalam bentuk kongkrit.
3. Jalanya pelajaran tidak membosankan dan tidak monoton ( satu cara saja ).
4. Segala indera anak dapat diaktifkan dan turut berdialog/berproses sehingga kelemahan
dalam satu indera mata atau dengarnya dapat diimbangi dengan indera lainnya.
14
5. Lebih menarik minat, kesenangan siswa serta memberikan variasi atau mendekati Style (cara
kesenangan) belajar siswa.
6. Membantu mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita.
Dengan demikian fungsi media di atas sangat relevan dengan apa yang diharapkan
dalam interaksi belajar-mengajar, untuk mengefektifkan komunikasi guru dan siswa di dalam
proses pembelajaran di sekolah.Hal ini dapat dipahami , bahwa penggunaan media pengajaran
yang memadai dalam proses pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Media pengajaran merupakan upaya untuk membantu anak-anak dalam belajar baik
secara individual maupun kelompok atau klasikal, dalam melaksanakan tugasnya akan memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan secara tehnik penolong yang memungkinkan
terwujudnya tujuan yang akan dicapai.
Dari uraian di atas hendaknya seorang guru dalam memberikan materi pelajaran
diharuskan memilih media yang relevan agar termotivasi aktivitas belajar siswa. Dengan
pemilihan media yang tepat seorang guru akan mempertimbangkan persoalan yang menyangkut
belajar siswa sesuai dengan tingkat kematangan dan pengalaman serta tujuan yang ingin dicapai.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mudhoffir ( 1986 : 94 ) mengemukakan bahwa
didalam pemilihan media akan berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesesuaian dengan tujuan pengajaran
2. Tingkat kemampuan siswa
3. Ketersediaan media
4. Biaya
5. Mutu tehniknya.
Dari uraian tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa di dalam pemilihan media
hendaknya memperhatikan materi yang disesuaikan dengan tujuan,tingkat kematangan siswa,
keberadaan media, biaya serta mutu tehniknya. Kesemuanya itu akan mempengaruhi terhadap
aktivitas dan kreativitas belajar siswa.
Di dalam proses belajar mengajar setiap orang mempunyai minat untuk belajar, hal itu
disebabkan oleh adanya kemampuan penerimaan dan kemampuan tanggapannya,tanggapan
permulaan yang benar akan membantu belajar yang baik tapi sebaliknya bila tanggapannya tidak
benar akan menghambat seseorang dalam proses belajar-mengajar. Adapun pentingnya media
pengajaran dalam proses belajar-mengajar seperti yang dikemukakan oleh Hamzah Sulaiman (
1981 :3 ) adalah sebagai berikut :
15
Dengan demikian untuk mencapai suatu efektivitas komunikasi antara guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar, sebaiknya guru memiliki kemampuan untuk
mengadakan,mengoganisir,mengambil bahan-bahan dalam hal pemanfaatan dan penggunaan
media pengajaran yang tepat. Oleh karena itu dapat memperbesar arti dan fungsi
dalammenunjang efektivitas dan efesiensi dalam proses pembelajaran.
C. Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam hal ini guru merupakan factor utama dalam mengerakkan proses pembelajaran
dikarenakan guru yang sehari-hari memberikan pelayanan langsung kepada anak didiknya agar
dapat belajar dengan baik. Dikarenakan guru mempunyai tugas dan kewajiban dalam proses
belajar-mengajar memerlukan keahlian dan kemampuan tertentu dalam suatu proses
pembelajaran, guru mempunyai keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain yang bukan guru.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tim Didaktik Metodik ( 1982 : 12 ) adalah
sebagai berikut :
Seorang guru dalam tugasnya mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah berupa
membimbng,memberikan petunjuk,tauladan,bantuan,latihan, penerangan,pengertian,
kecakapan,keterampilan,norma-norma, kesusilaan,kebenaran, kejujuran,sikap-sikap dan
sifat-sifat yang baik dan terpuji.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan begitu luasnya tugas-tugas seorang guru,
seorang guruterutama guruPendidikan Kewarganegaraan dituntut benar-benar memiliki
sikap, pengetahuan dan keterampilanyang luas,sehingga mampu bertindak sebagai
pendidik dan pengajar yang dapat dijadikan tauladan bagi anak didiknya dan masyarakat pada
umumnya.Seorang guru harus mampu menciptakan situasi belajar-mengajar yang harmonis
dan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dikarenakan guru merupakan subyek yang
dapat menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai moral bangsa, dalam mencapai tujuan
menjadi warga negara yang baik, guru dituntut memiliki kemampuan membimbing anak
didiknya kearah kedewasaan baik dewasa jasmani,rohani maupun sosial.
Adapun Kosasih Djahiri ( 1984 : 41 ) mengemukakan :
16
Sebagaimana kita maklumi banyak sekali hal ihwal kehidupan yang sangat bermanfaat
bagi anak didik, tetapi anak didik belum memahami dan menyadari hal tersebut, oleh
karenanya menjadi tugas guru untuk membantu penyadaran hal tersebut serta
mengajarkannya.
Dalam hal ini guru lebih memusatkan perhatiannya terhadap selesainya suatu program
pengajaran sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan, gambaran tersebut dalam PKn
tentu tidak dikehendaki lagi, sebab sebagaimana kita ketahui bahwa PKn sebagai suatu bidang
studi yang berdiri sendiri berbeda dengan bidang studi lannya yang menitik beratkan kepada
ranah afektif dengan tidak mengenyampingkan asfek kognetif,dan psikomotorik.Pernyataan
tersebut di atas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan kewarganegaraan
yang baik sebagaimana diharapkan dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan dengan
Dardji Darmodihardjo ( 1982 : 2 ) mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah :
1. Memberikan pengertian,pengetahuan dan pemahaman tentang Kewarnanegaraan yang sah
dan benar.
2. Meletakan dan menanamkan pola pikir ( pattern of thought ) yang sesuai dengan
kewarganegaraan dan watak ( character) ke Indonesiaan.
3. Menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan kedalam diri anak.
4. Menggugah kesadaran diri anak didik sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia untuk
selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai kewarganegaraan.
5. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah dan tingkahlakunya bertindak sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma kewarganegaraan.
Secara interaftif Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tekanan pada ranahafektif
,anak didk diharapkan sekali menjadi warga negara yang baik yang tahu hak dan kewjiban
sebagai warga negra, dimensi inlah yang menjadi dasar pengembangan kurikulum, metodologi,
evaluasi dan media pengajarannya.
Adapun media pengajaran yang tepat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri ( 1978/1979 : 71 )
megemukakan sebagai berikut :
1. Pengalaman kehidupan langsung
2. Penyertaan yang bersangkutan dalam suatu pengalaman buatan (artificial,simulasi ).Antara
lain : mendramatisir keadaan riil dalam kelas, analogi pengalaman,model-model dan lain-
lain.
17
3. Observasi dan partisipasi langsung dalam obyek studi. Antara lain : karyawisata,fleld trip dan
lain-lain.
4. Observasi dan partisipasi tidak langsung anta lain : TV,Film Lengkap, narrated film/slide.
5. Hampir sama dengan di atas ialah mempresentasikan/mempertontonkan/memvisuilkan
obyek dengan slow motion pictures,poto-poto,gambar slide dan lain-lain,hanya di atas lebih
hidup dan keseluruhannya langsung.
6. Melalui alat audio (pendengaran ) : radio,tape recorder dan lain-lain.
7. Bahan bacaan.
8. Kemampuan mendengarkan.
Mengingat hal tersebut di atas seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan agar dapar berhasil dalam
proses belajar-mengajar dan dapat menciptakan komunikasi interaktif antara guru dan siswa, maka
hendaknya seorang guru memperhatikan sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam
melaksanakan tugasnya. Salah satu kemampuan dasar tersebut adalah mampu mempergunakan media
dan sumber belajar yang meliputi pemanfaatan dan pembuatan alat sederhana.
Dengan melihat kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru, khususnya penggunaan media dan
sumber belajar yang meliputi pembuatan alat yang sederhana, maka kemampuan guru dituntut agar
dalam penggunaan media pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menggugah dan menyentuh
perasaan siswa dalam proses belajar-mengajar.
D. Hubungan Penggunaan Media Pengajaran dengan Aktivitas Siswa dalam Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pada kegiatan belajar-mengajar guru dituntut harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan harmonis (Quantum Teaching and Quantum Learning) dan memotivasi belajar siswa
dengan giat,rajin dan tekun. Dalam memberikan pelajaran kepada siswa jangan bersifat verbalisme,
akan tetapi siswa dilatih dalam hal bekerja secara mandiri, pengetahuan yang diperoleh dengan cara
pengalaman dan pengamatan sendiri. Tidak selamanya siswa ketergantungan pertolongan dan bantuan
dari guru saja. Apabila siswa menemui kesulitan ia harus mampu mencari jalan keluar untuk
memecahkannya agar siswa tersebut berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Oleh sebab
itu guru harus berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan materi kepada siswa sehingga dapat
menggugah aktivitas belajar, dimana diperlukan guru yang kreatifitas tidak bertindak sebagai ronda
malam. Guru selalu memberi bimbingan,rangsangan, dorongan, dan bantuan sehingga siswa tumbuh
dan berkembang ke arah yang diharapkan yaitu memiliki sikap seorang warga negara Indonesia yang
baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan tanah airnya sesuai dengan tujuan Pengajaran
18
Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian penggunaan media pengajaran merupakan dasar yang
sangat diperlukan dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pembelajaran tersebut.
Oleh karena pentingnya penggunaan media pengajaran dalam proses pembelajaran khususnya
pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka keberhasilan belajar tergantung kepada guru dalam
menggunakan media pengajaran agar tercipta situasi belajar yang kondusif. Dalam hal ini Darji
Darmodihardjo ( 1983 : 255) mengemukakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pembelajaran agar dapat berhasil yakni diantaranya pengadaan alat peraga dan perpustakaan.
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Oemar Hamalik( 1980 : 30 ) yang menyatakan
sebagai berikut :
Media pendidikan membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar.Media
pendidikan memberikan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap para siswa.Periode
orientasi pengajaran akan berlangsung lebih efektif apabila guru menggunakan media
pendidikan, misalnya : dengan memasang gambar pada papan tempel, mengadakan
dramatisasi, berkaryawisata dan lain-lain.
19
Segala aktivitas dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar perlu diberikan
motivasi dan rangsangan dengan menggunakan media pengajaran, seperti pendekatan melalui
diskusi kelompok atau penugasan kelompok belajar dan membuat kliping. Dengan cara tersebut
sangat menarik dan lebih banyak berinteraksi baik secara ilmu maupun secara moral dalam
pencapaian hasil prestasi belajar.Dalam menyajikan bahan pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan akan lebih bervariasi sehingga kejenuhan siswa dalam menerima materi
pelajaran teratasi.
Dengan demikian jelas kiranya bahwa aktivitas siswa dalam belajar dapat didorong oleh guru
dengan memberikan rangsangan melalui penggunaan media pengajaran yang tepat dan
berkesinambungan.Oleh karena itu penggunaan media pengajaran dalam Pendidikan
Kewarganegaraan mempunyai hubungan positif dengan peningkatan hasil belajar siswa.
KURIKULUM
1 2 3 4
MAHASISWA/GURU
Selanjutnya kita dapat melihat hubungan dan interaksi antar fungsi dan antar komponen dalam
sistem pembelajaran, penulis gambarkan sebagai berikut :
22
Fungsi Pembelajaran
(Merangsang dan Mensukseskan
Belajar)
A.PENGELOLAAN BELAJAR :
1.Membangkitkan hasrat
belajar siswa.
2.Mengemukakan tujuan
belajar dan kriteria
keberhasilan.
4.Memberitahukan tugas-tugas
siswa.
6.Menjaga ketertiban.
FUNGSI PENILAIAN
23
Setelah penulis amati adanya keterkaitan dalam pola Instruksional maupun sistem
pembelajaran antara media dengan komponen yang lainnya dalam suatu pola educative. Sistem
pembelajaran harus dikembangkan dan merupakan hasil yang akan menjadi masukan bagi
system pembelajaran.
Dengan demikian yang perlu diperhatikan bagaimana terjadinya hubungan positif antara
guru dengan siswa setelah mengadakan pembelajaran dengan menggunakan media, bagaimana
pula pola interaksinya, adakah keterpaduannya.Dalam hal ini untuk terjadinya suatu proses
yang baik dan mempunyai daya rangsangan belajar terhadap siswa, dengan memberikan
control yang baik atau menganalisa tingkat perkembagannya,dengan adanya suatu
perkembangan sistem belajar yang mempunyai daya rangsang akan bertambah pula tingkat
prestasi yang dicapai siswa.Pemahaman guru terhadap kurikulum dan kegunaan bagi siswa-
siswa,sehingga pendidikan mempunyai peranan penting dan diharapkan memberikan
sumbangan bagi kemajuan bangsa,yaitu dengan membimbing siswa agar menguasai ilmu dan
keterampilan yang berguna dan memiliki sikap positif sesuai dengan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan, oleh karena itu dapat memberikan motivasi yang dapat menimbulkan
efesiensi dan efektivitas dalam menyajikan pelajaran. Sedangkan simulasi yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
- Diharapkan pendidikan dapat memberikan pelajaran yang penuh variasi sehingga
mempunyai daya tarik serta merangsang keaktivan siswa untuk timbulnya berbagai
macam keaktivan siswa dan menimbulkan berbagai macam keaktivan dengan
menggunakan media tersebut.
- Pendidikan diharapkan menyajikan pelajaran yang mudah dimengerti, diingat dan
langsung dapatditerapkan yang sesuai dengan kemampuan siswa serta keadaan
lingkungannya.
Dalam hal ini guru sebagai pemegang peranan yang sangat penting, sebagai
inovator pendidikan yang efektiv dan efisien.Faktor pengalamanpun juga menunjukkan bahwa
dalam komunikasi banyak penyimpangan,disebabkan kecenderungan verbalisme, ketidak
siapan murid, kurangnya minat dan kegairahan murid yang disebabkan kurang adanya motivasi
24
dari guru dalam arti guru menyajikan materi pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan
siswa.
Oleh karena itu semakin bertambahnya isi pengetahuan yang harus diberikan guru dengan
meningkatnya jumlah murid dan semakin sulit bagi guru untuk memberikan pelayanan,
bimbingan secara individual kepada setiap murid.Salah satu jalan keluarnya adalah dengan
menggunakan media pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini penting
bagi kebutuhan guru sebagai pendidik mnyesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Penggunaan
media pengajaran ini janganlah dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif,
dalam arti penggunaannya semata-mata ditentukan oleh guru melainkan merupakan upaya
siswa-siswa untuk belajar, dan bila perlu dengan cara Individual ( berinteraksi secara Individual
dengan media ) atau kelompok-kelompok belajar siswa.Diharapkan anak bukan saja meniru apa
yang kita perbuat akan tetapi aktiv anak berupaya berbuat atas dasar keyakinan, inilah yang
dimaksud dengan adanya kreativitas belajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas ,maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
media pengajaran mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi belajar siswa khususnya
prestasi belajar PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan )di Sekolah Menengah Pertama ( SMP
).Dengan demikian dapat dilihat suatu prestasi belajar siswa dengan menggunakan media dan
nilai usaha guru dalam suatu proses interaksi belajar- mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa (Suharsimi Arikunto, dkk. 2006: 3).Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para
anggota maka penelitian ini berbentuk individual, artinya peneliti melaksanakan penelitian
tindakan kelas (PTK) di satu kelas saja. Penelitian tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus,
serta refleksi(reflect).
Kemmis dan McTaggart dalam Suwarsih Madya (1994:2), yang mengatakan bahwa PTK
adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi
sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat
Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan
McTaggart. Adapun alur kegiatan penelitian tindakan menurut Kemmis dan McTaggart adalah:
25
26
Keterangan :
1. Perencaan
2. Tindakan dan Observasi 1
3. Refleksi 1
4. Rencana terevisi 1
5. Tindakan dan Observasi II
6. Refleksi II
7. Rencana terevisi II
8. Tindakan dan Observasi III
9. Refleksi III
Gambar 3. Alur Kegiatan PTK
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan McTaggart adalah sebagai berikut:
1. Persiapan kegiatan
c. Perizinan
Perizinan diperoleh dengan prosedur yang ada dengan ijin dan rekomendasi lembaga
a. Perencanaan
b) Post tes
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, pada tiap siklus guru
memberikan evaluasi tiap siklus yang hasilnya sebagai bahan perencanaan dan perbaikan untuk
siklus selanjutnya.
c. Observasi
d. Refleksi
Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah dilakukan
oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian membahas dampak yang
B. Jenis Tindakan
29
Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan Media
proses pembelajaran tetapi juga merupakan suatu cara berfikir, sebab dalam Media
b. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa
a. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan
lain-lain.
b. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
c. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha
memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul
cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk
menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti,
d. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar PKn siswa. Hasil belajar yang
dimaksud adalah peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran PKn setelah
30
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII/b SMPN 3 Malangbong, karena hasil belajar
D. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 136), instrumen penelitian adalah suatu alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya
lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
1. Lembar observasi/pengamatan
pembelajaran dalam melaksanakan pengamatan di kelas. Lembar observasi yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran
Berupa tes yang diberikan setiap akhir siklus yang akan digunakan sebagai umpan
Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan
teknik observasi atau pengamatan secara langsung untuk mengamati tindakan dengan
menggunakan Media Pembelajaran. Selanjutnya pada tiap siklus dilaksanakan tes untuk
1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan,
2. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
naratif, representasi tabular termasuk dalam format matriks, grafis, dan sebagainya.
3. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir
tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau formula yang singkat dan padat tetapi
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 tepatnya pada semester 3 tahun
Garut,dengan jumlah siswa orang, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswi
perempuan . Secara keseluruhan siswa dalam satu kelas bersifat heterogen dengan tingkat
Sekolah ini berada di tepi jalan yang strategis, akan tetapi ruang kelas jauh dari jalan
raya, sehingga proses pembelajaran tidak terganggu, serta sebagian dikelilingi areal
kebun sebagai lahan pertanian masyarakat sehingga membuat suasana belajar nyaman
dan tenang.
SMP Negeri ini mempunyai 3 tingkat kelas yaitu kelas VII, VIII, dan XI. Masing-
masing tingkat terdiri dari 5 kelas. Dengan rata-rata jumlah siswa perkelas 29-36 siswa.
Pelajaran PKn di kelas VIII dipegang oleh seorang guru. Kelas VIII/ b merupakan kelas yang
Sebelum dipaparkan hasil penelitian barikut ini adalah hasil observasi sebelum
pembelajaran. Hal ini terjadi karena metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling
32
33
mudah untuk mengatur kelas dan menyajikan informasi. Kelebihan ini cenderung menjadikan
ceramah sebagai metode andalan dalam proses pembelajaran, sehingga komunikasi yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran adalah satu arah, yaitu dari guru ke siswa.
sehingga pencapaian hasil belajar terlihat kurang optimal. Pada saat pembelajaran berlangsung
sebagian besar peserta didik ramai sendiri, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan atau
memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan oleh guru, bahkan ketika guru
memberi kesempatan untuk bertanya, tidak ada yang bertanya. Sewaktu guru memberikan
pertanyaan, siswa hanya diam, tidak memberi respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
survei pada bulan juni Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan maksud
pembelajaran.
1) Urutan tindakan
tempat penelitian. Tujuan survei yang lain adalah untuk mrndapatkan informasi
baik fisik maupun non fisik keadaan sekolah dan sarana pembelajaran.
b) Penyusunan proposal
rekan seprofesi.
c) Perijinan
Perijinan diperoleh dengan prosedur yang ada dengan ijin dan rekomendasi lembaga
aktivitas siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Secara umum penggunaan Metode Tanya Jawab dengan Media pengajaran berdasarkan
Pemecahan masalah, masalah ini tumbuh dari siswa sesuai taraf kemampuannya,
kemudian dikemukakan oleh guru dan siswa akan membahas dan mencari sumber-
sumber yang relevan mengenai masalah tersebut. Tugas guru selama proses pembelajaran
aktivitas siswa dan memberi bantuan kepada siswa untuk memaksimalkan proses
Dalam desain pembelajaran ini peran guru selain sebagai fasilitator juga sebagai
kewajiban untuk mengamati siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam menganalisa permasalahan dengan penuh tanggung jawab.
2. Pelaksanaan Tindakan
dan refleksi.
a. Siklus I
1) Pertemuan 1
a) Perencanaan Tindakan
Pancasila.
-Kompetensi Dasar1.1. Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.
Materi Menjelaskan Pentingnya Ideologi dalam suatu negara . Dapat ditempuh dengan
membandingkan antara nilai rata-rata tes akhir siklus I dengan nilai rata-
b) Pelaksanaan tindakan
solusi dari permasalahan yang telah dipaparkan oleh guru. Siswa dengan
37
penggunaan Media pengajaran. Setiap kelompok yang sudah selesai lalu maju
guru menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa
c) Observasi
siswa yang masuk sebanyak 30 siswa (93,75 %) dari 32 siswa. Aktivitas siswa
pada pertemuan pertama ini masih rendah atau belum sesuai dengan
38
yang dihadapi yaitu siswa sibuk sendiri dan mengobrol dengan teman-temannya
pada saat diskusi berlangsung, siswa ada yang melamun, siswa dalam bertanya
dan menjawab asal-asalan. Pada pertemuan pertama ini tidak semua kelompok
Hasil observasi pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
pertanyaan sebesar 2 siswa (6,66 %), menanggapi respon siswa lain sebesar 1 siswa ( 3,33
%), menjawab pertanyaan guru sebesar 5 siswa (16,66 %), memperhatikan penjelasan guru
sebesar 17 siswa (56,66 % ) diskusi kelompok sebesar 15 siswa (50 %), diskusikelas sebesar
Pada pertemuan pertama ini guru belum melakukan apersepsi. Guru sudah menjelaskan
materi pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Selain itu guru
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Guru terlihat belum dapat mengelola
diskusi pemecahan masalah dengan baik, sehingga masih banyak siswa yang asyik ngobrol
39
dengan temannya. Guru selalu menganjurkan agar siswa bekerjasama dalam diskusi, tetapi
pada kenyataanya siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri. Pada pertemuan pertama ini guru
belum merangkum dan menyimpulkan masalah karena waktu yang diberikan untuk diskusi
1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya
√
diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √
2) Pertemuan 2
a) Pelaksanaan tindakan
40
menyampaikan tata cara siswa melakukan kegiatan dalam pembelajaran
tersebut.
Setiap kelompok yang sudah selesai lalu maju untuk mempresentasikan hasil
41
berakhir,kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa untuk lebih giat
b) Observasi
siswa yang masuk sebanyak 31 siswa (96,87%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa
pada pertemuan kedua ini masih relatif rendah atau belum sesuai yang
kedua ini siswa mulai terlihat agak memperhatikan dalam mengikuti pelajaran.
Pada saat diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang ngobrol dengan
temannya, sementara siswa yang lain sedang mengerjakan tugas. Dalam diskusi
42
Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan pertanyaan
sebesar 6 siswa (19,35 %), menanggapi respon siswa lain sebesar 4 siswa
Pada pertemuan kedua ini guru belum melakukan apersepsi. Guru sudah
sudah terlihat dapat mengelola diskusi dengan baik, sehingga siswa menjadi
agar siswa bekerjasama dalam mengerjakan soal. Pada pertemuan kedua ini
43
Aspek yang diamati Ya Tidak
1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya
√
diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √
selanjutnya akan dibandingkan aktivitas siswa, guru, dan nilai rata-rata antara
peningkatan persentase. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
44
Tabel 5. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
Pertemuan Rata-rata
Aspek yang diamati 1 2
(%)
( %) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 6,66 19,33 12,99
2. Menanggapi respon siswa lain 3,33 12,90 18.11
3. Menjawab pertanyaan guru 16,66 19,33 17,99
4. Memperhatikan penjelasan guru 56,66 64,51 60,58
5. Diskusi kelompok 50,00 56,66 53,33
6. Diskusi kelas 53,33 58,06 55,69
sebesar 19,33%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang disebabkan oleh
2 sebesar 12,90 %. Hal ini disebabkan oleh guru memberi dorongan dan
motivasi agar siswa berani menanggapi respon siswa lain. Item menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru terlalu sulit bagisiswa sehingga sedikit dari
45
Item diskusi kelompok mengalami peningkatan karena guru mampu memotivasi
siswa agar saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya yaitu pada
Item diskusi kelas juga mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar
Pada akhir pertemuan siklus I diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana
penggunaan MediaPelajaran terhadap hasil belajar siswa, dari hasil tes tersebut
akan dibandingkan dengan nilai semester 2 kelas VII yang lalu. Di bawah ini
Skor f % fx
10 - - -
9 1 3,22 9
8 2 6,45 16
7 14 45,16 98
6 12 38,40 72
5 2 6,45 10
4 - - -
3 - - -
Jumlah 31 100 205
M
F x
46
205
M 6,61 Dengan demikian nilai rata-rata skors kelas VIII/B menurun jika
31
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I ini, jumlah siswa
siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 2 siswa (6,45%). Jumlah siswa yang
nilai rata-rata semester 2 pada waktu kelas VII.. Dari perbandingan tersebut
dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata dari 6,85 menjadi 6,61
Refleksi
Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu diperoleh nilai rata-rata
turun dari 6,85 menjadi 6,61 karena siswa belum terbiasa menggunakan Media
47
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran pada siklus I belum tercapai dan dari kegiatan pembelajaran perlu
dianjurkan pada siklus berikutnya. Dilihat dari aktivitas siswa pada siklus I ini,
aktivitas guru dalam mengelola kelas agar siswa aktif dalam kegiatan
hasil dari siklus I ini maka selanjutnya pada siklus II rancangan pembelajaran
b. Siklus II
1) Pertemuan 3
a) Perencanaan tindakan
Pancasila.
- Hipotesis tindakan:
48
-Upaya meningkatkan hasil belajar dengan materi Nilai-nilai luhur
membandingkan antara nilai rata-rata tes akhiur siklus I dengan nilai rata-
b) Pelaksanaan tindakan
- Pada pertemuan kali ini materi yang akan dibahas mengenaiNilai-nilai luhur
berjalan dengan lancar. Guru juga menyampaikan garis besar materi yang
akan dipelajari.
49
- Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah
guru menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa
c) Observasi
aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn Pada pertemuan pertama ini jumlah
siswa yang masuk sebanyak 32siswa (100 %). Aktivitas siswa pada pertemuan
ketiga ini sudah ada sedikit kemajuan. Siswa sudah agak aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Masalah yang dihadapi yaitu siswa ramai sendiri dan mengobrol
dengan teman- temannya pada saat diskusi berlangsung, siswa sudah berani
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tanpa ditunjuk terlebih dahulu,
50
siswa sudah berani mengemukakan pendapat sehingga aktivitas belajar
mengajar berjalan dengan baik, suasana kelas menjadi lebih hidup. Hasil
observasi pada pertemuan ketiga ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada pertemuan ketiga ini guru sudah melakukan apersepsi. Guru sudah
sudah bisa mengarahkan dan memantau kerja diskusi siswa, dengan berputar
dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya. Guru dalam pertemuan ketiga ini
tidak menyimpulkan hasil diskusi dan memberi tugas karena waktu yang tidak
mencukupi. Pada akhir pertemuan ini guru hanya mengingatkan siswa agar mau
51
belajar di rumah sehingga pada pertemuan berikutnya mereka dapat lebih aktif
1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya
√
diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √
2) Pertemuan 4
a) Pelaksanaan tindakan
-Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi secara singkat dan
- Pada pertemuan kali ini materi yang akan dibahas mengenai Nilai-nilai
52
menggunakan Media Pengajaran. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa berakhir, guru
53
b) Observasi
Selama kegiatan berlangsung diadakan observsi secara langsung terhadap
aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah
siswa yang masuk sebanyak 32siswa (100%). Aktivitas siswa pada pertemuan
keempat ini siswa sudah bisa mengikuti pelajaran dengan baik, siswa sudah
aktif dalam kerja kelompok dan siswa sudah bisa bekerjasama dengan temannya
yang lain meskipun masih ada yang ramai dan mengobrol dengan temannya
yang lain. Siswa juga ada yang melamun/tidak konsentrasi. Hasil observasi pada
54
Pada pertemuan 4 ini diadakan tes, tujuannya untuk mengetahui bagaimana
PKn. Adapun nilai tes pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Skor f % fx
10 2 6,25 20
9 4 12,50 36
8 9 28,12 72
7 10 21,87 70
6 6 18,75 36
5 1 3,12 5
4 - - -
3 - - -
Jumlah 32 100 239
Sumber: lampiran hal .
Setelah diketahui nilai tes yang diperoleh oleh siswa pada siklus II ini,
M
Fx
N
239
M 7,46
32
Dengan demikian nilai rata-rata skor tes siklus II meningkat jika dibandingkan
sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Selain itu guru memberi
55
kesempatan bertanya kepada siswa mengenai permasalahan yang mereka hadapi
baik, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lainnya tujuannya
untuk mengontrol dan mengarahkan siswa bila ada yang bertanya tentang materi
yang belum dimengerti. Guru sudah bisa melakukan evaluasi dan kesimpulan
siswa dan yang bisa menjawab mendapat nilai plus. Pada akhir penjelasan guru
sudah memberi kesimpulan atau hasil diskusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
mengamati perbandingan aktivitas siswa, guru, dan nilai rata-rata antara siklus I
56
dengan siklus II. Dan di bawah ini terdapat tabel perbandingan rata-rata
Pertemuan Rata-rata
Aspek yang diamati 3 4
(%)
(%) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 25,00 34,37 29,68
2. Menanggapi respon siswa lain 18,75 21,87 20,31
3. Menjawab pertanyaan guru 28,12 43,75 35,93
4. Memperhatikan penjelasan guru 68,75 75,00 71,87
5. Diskusi kelompok 59,37 71,87 65,62
6. Diskusi kelas 62,50 75,00 68,75
Pada siklus kedua ini terdapat peningkatan hampir semua item. Dari tabel
pertemuan 4 sebesar 34,37%. Hal itu disebabkan karena siswa masih enggan
dan malu mengajukan pertanyaan. Pada item menanggapi siswa lain mengalami
pertemuan 4 sebesar 21,87%. Hal ini disebabkan karena siswa mulai berani
43,75 % karena guru sudah bisa melakukan evaluasi yaitu dengan memberikan
nilai plus bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
57
peningkatanyaitu pertemuan 3 sebesar 6,75 %.Dan pertemuan 4 sebesar 75,00%
sebesar 59,37 %.Dan pada pertemuan 4 sebesar 71,87 %. Begitu juga diskusi
Selain itu dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata siklus I dan rata antara
Refleksi
siklus II ini telah mengalami kemajuan, siswa sudah lebih aktif dibanding pada
peningkatan. Perolehan nilai rata-rata pada siklus II ini yaitu 7,46 Itu artinya
nilai rata-ratanya 6,61. Guru dengan memberi penjelasan bahwa semua yang
aktif akan diberi nilai plus. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, langkah
selanjutnya pada siklus III adalah lebih mengaktifkan lagi siswa agar menjadi
lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran dengan menciptakan suasana kelas
58
c. Siklus III
1) Pertemuan 5
a) Perencanaan tindakan
Pancasila.
berbangsa;
bernegara;
politik;
ekonomi;
Sosial.
- Hipotesis tindakan:
59
dengan menggunakan Media Pembelajaranyang didahului metode
Pancasila.
membandingkan antara nilai rata-rata tes akhir siklus II dengan nilai rata-
dengan lancar.
60
- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang
c) Observasi
aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah
siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%). Aktivitas siswa pada pertemuan
kelima ini sudah banyak mengalami peningkatan. Pada pertemuan ini sudah
jarang terlihat ada anak yang duduk santai dalam kelompoknya. Siswa
menjadi tanggung jawabnya. Kerjasama siswa nampak jelas pada pertemuan ini.
Hasil
observasi pada pertemuan kelima ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
61
Tabel 13. Aktivitas siswa dalam pertemuan 5, siklus III, dengan jumlah 32siswa
kondusif. Guru terlihat lebih aktif mengawasi setiap kelompok siswa dalam
belajar. Guru selalu memberikan dorongan/ motivasi kepada siswa untuk lebih
62
1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya
√
diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √
2) Pertemuan 6
a) Pelaksanaan tindakan
- Pada pertenmuan kali ini materi yang akan dibahas mengenaiArti penting
Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya siswa yang belum paham
63
secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa berakhir, guru
b) Observasi
64
siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%). Aktivitas siswa pada pertemuan
keterkaitannya. Hanya ada beberapa siswa saja yang masih pasif. Siswa lebih
dan II. Hasil observasi pada pertemuan keenam ini dapat dililhat pada tabel
berikut ini: Tabel 15. Aktivitas siswa pada pertemuan 6, siklus III
mempelajari PKn. Adapun nilai tes pada siklus III ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
65
Skor f % fx
10 8 25,00 80
9 10 31,25 90
8 8 25,00 64
7 4 12,50 28
6 1 3,12 6
5 1 3,12 5
Jumlah 32 100 273
M
F x
273
M 8,53
32
Dengan demikian nilai rata-rata skor tes siklus III meningkat Pada
pembelajaran yang kondusif. Disamping itu pada siklus III ini guru terlibat
sebelumnya.Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang semakin lebih baik dari
setiap pertemuan. Guru lebih aktif dalam memantau setiap kelompok dalam
kerjasama antar siswa. Pada kegiatan penutup guru terlihat bersemangat dalam
66
mengevaluasi dan menyimpulkan hasil diskusi. Dan guru terlihat telah dapat
1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya
√
diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √
Aktivitas siswa pada siklus III ini sudah mengalami peningkatan yang
67
Pertemuan Rata-rata
Aspek yang diamati 5 6
(%)
(%) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 40,62 46,80 43,71
2. Menanggapi respon siswa lain 25,00 31,25 28,12
3. Menjawab pertanyaan guru 56,25 81,25 68,75
4. Memperhatikan penjelasan guru 81,25 93,75 87,50
5. Diskusi kelompok 87,50 100 93,75
6. Diskusi kelas 90,62 100 95,31
Pada siklus ketiga ini terdapat perubahan dari hampir semua item. Dari tabel di
atas ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan naik yaitu
pada pertemuan 5 sebesar 40,62% dan pertemuan 6 sebesar 46,80%. Hal ini
disebabkan karena guru telah berhasil mendorong dan memotivasi siswa agar
sedangkan pada pertemuan 6 sebesar 31,25%. Hal ini disebabkan karena siswa
oleh siswa, sehingga banyak dari mereka bisa menjawab. Jumlah siswa yang
sebesar 81,25%. Dan pertemuan 6 yaitu sebesar 93,75% karena guru sudah bisa
68
menegur siswa yang tidak memperhatikan sehingga siswa tidak ramai lagi.
tetap yaitu pada pertemuan 5 yaitu sebesar 90,62 % dan 6 sebesar 100%.
Pada setiap akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana
ini terdapat hasil tes siswa pada siklus III yang dibandingkan hasil tes siswa
Refleksi
siswa dan guru pada siklus III ini telah menunjukkan kemajuan. Pada siklus III
ini siswa menjadi lebih aktif dalam kelompok, berusaha untuk meneliti dan
mengalami banyak peningkatan. Pada siklus III ini guru telah mampu mengelola
kelas dengan baik sehingga dapat tercipta suasana kelas yang kondusif. Pada
siklus sebelumnya . Dan pada siklus III ini tidak terdapat hambatan yang berarti
69
Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn telah dilaksanakan
adalah 3 siklus dalam 6 kali pertemuan, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai DesemberTahun Ajaran 2012/2013.
Adapun hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut
Siswa yang mengajukan pertanyaan Pada siklus I, sebesar 12,99 % dan mengalami turun
pada siklus II menjadi 29,68 % kemudian naik lagi di Siklus III Menjadi 43,71
%,Menanggapi respon siswa lain Pada siklus 1 sebesar 18,11 % mengalami kenaikan sedikit
peningkatan di siklus III menjadi 28,12 %, Menjawab pertanyaan guru Pada siklus I sebesar
17,99% kemudian meningkat di siklus II menjadi 35,93% dan meningkat lagi di siklus III
menjadi sebesar 68,75%,Pada siklus I Memperhatikan penjelasan guru sebesar 60,58%
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 71,87 % kemudian lebih meningkat lagi pada
siklus III sebesar 87,50 %, Diskusi kelompok Pada siklus I sebesar 53.33% mengalami
70
peningkatan pada siklus II menjadi 65,62% kemudian lebih meningkat lagi pada siklus III
sebesar 93,75 %, Diskusi kelas Pada siklus I sebesar 55,69% mengalami peningkatan pada
siklus II menjadi 68,75% kemudian lebih meningkat lagi pada siklus III sebesar 95,31%
Gambar 3. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Mengajukan Pertanyaan.
50
P 45
e
r 40
s 35
e 30
n 25
t
20
a
s 15
e 10
5
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
35
P 30
e
25
r
s 20
e
n 15
t
a 10
s
5
e
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
71
Gambar 5. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Menjawab Pertanyaan Guru.
90
P
80
e
r 70
s 60
e 50
n
t 40
a 30
s 20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
100
90
P
e 80
r 70
s 60
e
50
n
t 40
a 30
s 20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
72
Gambar 7. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Diskusi Kelompok.
100
P 90
e 80
r
70
s
e 60
n 50
t 40
a 30
s
20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
100
P 90
e 80
r
70
s
e 60
n 50
t 40
a 30
s
20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
73
Pada akhir pertemuan setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana
dicari nilai rata-rata tes per siklus. Adapun nilai rata-rata tes siklus I, II, dan III adalah
sebagai berikut:
Tabel 20. Perbandingan nilai rata-rata tes siklus I, II, dan III
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa skor nilai rata-rata nilai PKn mengalami
peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 6,61, siklus II sebesar 7,46 dan siklus III sebesar 8,53
Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam
Guru telah berusaha menciptakan suasana pelajaran yang kondusif. Hal ini terlihat
adanya peningkatan peran guru pada setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 5 dan 6 peran
guru dalam kelas dapat dikatakan sempurna.Hanya saja pada pertemuan 1 sampai 3 ada aktivitas
guru yang belum muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan pertanyaan siswa.Hal ini terjadi
karena guru baru pertama kali sehingga masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memberi
Dapat diketahui bahwa setiap aktivitas guru pada siklus akhir mengalami peningkatan,
walaupun ada yang pada siklus I dan siklus II pertemuan 1 guru tidak melakukannya yaitu
74
mengajukan pertanyaan siswa. Selain itu pada pertemuan 3 siklus II guru tidak melakukan
kesimpulan karena waktu habis oleh evaluasi kerja kelompok dengan tanya jawab.
Siswa mempelajari sendiri materi pelajaran dengan Media Pengajaran dalam diskusi
kelompok masing-masing. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar sendiri
tanpa diberikan terlebih dahulu oleh guru, disini guru hanya mengarahkan dan membimbing saja.
Sedangkan pada siklus III yang digunakan adalah Media Pengajarandan dipadukan dengan
ceramah dan tanya jawab, sehingga hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan
siklus-siklus sebelumnya.
Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Media Pengajaranuntuk
meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VIII/B telah berhasil. Hal ini dapat dibuktikan
dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 6,61, siklus II sebesar
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa SMPN 3 Malangbong dapat
berikut: adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang
kreatif dan siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran pada siklus I pada awal
kemudian diklarifikasi dengan metode tanya jawab. Dan pada siklus III memadukan
keduanya yaitu didahului metode ceramah dan kemudian diklarifikasi dengan metode
tanya jawab.
Media Pengajaran yaitu perolehan nilai rata-rata yang setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 6,61 , pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu 7,46, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III yaitu
75
76
siklus II sebesar 29,68 %, dan siklus III sebesar 43,71 %. Aspek menanggapi respon
18,11 %, siklus II sebesar 20,31 %, dan silklus III sebesar 28,12 %. Aspek menjawab
pertanyaan pada siklus I sebesar 17,99 %siklus II sebesar 35,93%, dan pada siklus III
sebesar 68,75%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 60,58 %,
siklus II sebesar 71,87 %, dan silus III sebesar 87,50 %. Aspek diskusi kelompok pada
siklus I 53,33 %, siklus II sebesar 65,62 %, dan siklus III 93,75 %.Aspek diskusi kelas
pada siklus I sebesar 55,69 %, siklus II sebesar 68,75 %, dan pada siklus III sebesar
95,31 %.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
Sebaiknya Media Pengajaran dapat diterapkan oleh guru PKn dan guru bidang studi lain
sebagai alternatif peningkatan keaktifan dan prestasi belajar di kelas. Karena penelitian
ini membuktikan bahwa Media Pengajaran pada mata pelajaran PKn lebih efektif.
77
2. Bagi Peneliti
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Metode pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran maupun materi pelajaran dimana Pendekatan tersebut bisa menghasilkan
78
DAFTAR PUSTAKA
Kemmis and MC Taggart The Action Research Planner, Viktoria Dealim University.
Nana Sudjana, , Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Bandung ( 2005 ).
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
3. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa SMPN 4 Malangbong dapat
adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat
Siklus I pada awal pelajaran didahului dengan menggunakan metode ceramah, kemudian
dilanjutkan dengan penerapan CTL. Pada siklus II menggunakan penerapan CTL yang
kemudian diklarifikasi dengan metode tanya jawab. Dan pada siklus III memadukan
keduanya yaitu didahului metode ceramah dan kemudian diklarifikasi dengan metode
tanya jawab.
penerapan CTL yaitu perolehan nilai rata-rata yang setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 6,60 , pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu 7,41, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III yaitu
86
87
diantaranya aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar 14,45%, siklus II sebesar
12,73%, dan siklus III sebesar 25%. Aspek menanggapi respon siswa lain pada siklus I
sebesar18,82 %, siklus II sebesar 15,55%, dan silklus III sebesar 18,34%. Aspek
menjawab pertanyaan pada siklus I sebesar 14,53%, siklus II sebesar 76,02%, dan pada
siklus III sebesar 90%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar
62,30%, siklus II sebesar 85,42%, dan silus III sebesar 90%. Aspek diskusi kelompok
pada siklus I 57,42%, siklus II sebesar 94,36%, dan siklus III 96,67%. Aspek diskusi
kelas pada siklus I sebesar 70,79%, siklus II sebesar 94,36%, dan pada siklus III sebesar
100%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai
berikut:
3. Bagi Guru
dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut, menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, menguji
88
Sebaiknya penerapan CTL dapat diterapkan oleh guru PKn dan guru bidang studi
lain sebagai alternatif peningkatan keaktifan dan prestasi belajar di kelas. Karena
penelitian ini membuktikan bahwa penerapan CTL pada mata pelajaran PKn lebih
efektif.
2. Bagi Peneliti
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan mata pelajaran maupun materi pelajaran dimana Pendekatan tersebut bisa