Anda di halaman 1dari 102

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn PADA

KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR


NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA MELALUI METODE TANYA
JAWAB DENGAN MENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DI KELAS
VIII B SMP NEGERI 1 CIHURIP

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


( Classrom Action Research )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Pegembangan Profesi

Oleh :
Drs.EJE PURADIMAJA,M.Pd.
NIP. 196012151982041008
Pembina Utama Madya IV/d

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 CIHURIP


( SMPN 1 CIHURIP GARUT )
2014
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1.Judul Penelitian
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PPKn PADA KOMPETENSI DASAR
MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA
MELALUI METODE TANYA JAWAB
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP
NEGERI 1 CIHURIP

2.Peneliti
a.Nama Drs Eje Puradimaja,M.Pd.
b. Jenis Kelamin Laki-Laki
c.Pangkat Golongan NIP Pembina Utama Madya IV/d/19601215
1982041008
d.Sekolah SMPN 1 Cihurip
e.Alamat Jalan Cihurip No.100 Kec.Cihurip
f.Alamat Rumah Kp.SaarRT/RW 02/01 Desa Citeras
Kecamatan Malangbong
g. Nomor HP 085223553415

Mengetahui

Cihurip, Juli 2014


Kepala Dinas Pendidikan Peneliti,

Drs.H Mahmud M.Si,,M.M.Pd. Drs. EJE PURADIMAJA,M.Pd.


NIP. 19630606 198305 1 004 NIP. 19601215 198204 1008

i
PERNYATAAN
KEASLIAN PTK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

Nama : Drs. Eje Puradimaja, Mpd.


NIP. : 19601215 198204 1008
Pangkat/Gol : Pembina Utama Madya Gol IV/d
Alamat Kerja : SMP Negeri 1 Cihurip Garut
Alamat Sekolah : Jln. . Cihurip No. 100 Kec. Cihurip

Menyatakan bahwa judul PTK” UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn


PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN
MENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1 CIHURIP

Dimana Penelitian ini dilakukan dengan Studi Deskriptif Analitik di SMP Negeri 1 Cihurip
Kabupaten Garut, Adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan plagiatisme
atau pengutipan dengan cara tidak sesuai dengan etika yang yang berlaku dalam tradisi keilmuan.
Atas pernyataan ini,saya siap menerima tindakan atau sangsi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika akademik dalam karya saya ini, atau
ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Yang membuat pernyataan,

Drs. Eje Puradimaja,MP.d.


NIP. 19601215 198204 1008

ii
ABSTRAK

Siswa kelas VIII/B SMP Negeri 1 Cihurip mengalami kesulitan dan hambatan dalam
pembelajaran PKn , hampir sebagian dari mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal – soal yang berhubungan dengan mata pelajaran PPKn sehingga hasil yang diperoleh
siswa sangat rendah. masih rendahnya minat belajar siswa, Oleh karena itu untuk mengatasi hal
tersebut memerlukan upaya pemahaman siswa terhadap Materi . Adapun penyebab munculnya
masalah lain guru lebih banyak membicarakan ceramah dalam menyajikan pelajaran sehingga
dalam proses berlangsung belajar mengajar monoton dan menjenuhkan siswa. Berdasarkan
gejala – gejala diatas maka kami melakukan penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa yang berjudul :” UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn PADA
KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
DAN IDEOLOGI NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN
MENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1
CIHURIP”.Sedangkan yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Untuk
memperoleh data tentang peningkatannya digunakan instrument berupa lembaran obsevasi,
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal tes. Sedang pengolahan data dilakukan dengan cara
menghitung setiap indikator yang berhasil dilakukan siswa. Hasil penelitian menunjukan
adanya peningkatan kemampuan siswa. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan hasil belajar
PPKn melalui Metode Tanya Jawab dengan menggunakan Media yaitu perolehan nilai rata-
rata yang setiap siklusnya mengalami peningkatan. Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh sebesar
6,62 , pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 7,21, dan mengalami peningkatan lagi pada
siklus III yaitu memperoleh nilai rata-rata 8,50. Selain nilai rata-rata, aktivitas siswa juga
mengalami peningkatan diantaranya aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar
10,93%, siklus II sebesar 30,30%, dan siklus III sebesar 60.19%. Aspek menanggapi respon
siswa lain pada siklus I sebesar 7,81%, siklus II sebesar22,72%, dan silklus III sebesar 36,76%.
Aspek menjawab pertanyaan pada siklus I sebesar 14,03%, siklus II sebesar 34,84%, dan pada
siklus III sebesar 69,11%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 54,68%,
siklus II sebesar 66,66%, dan silus III sebesar 86,76%. Aspek diskusi kelompok pada siklus I
46,87%, siklus II sebesar 60,60%, dan siklus III 91,17%.Aspek diskusi kelas pada siklus I
sebesar 49,99%, siklus II sebesar 65,14%, dan pada siklus III sebesar 97,05%.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji dan syukur penulis panjatkan pada hadirat Allah Subhanahu Wata ‘ala yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) ini dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PPKn PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB
DENGAN MENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1
CIHURIP ”
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa PTK ini jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan . Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki,
walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin mengerahkan tenaga dan
pikiran agar PTK ini dapat diselesaikan dan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Dalam penyusunan PTK ini penulis banyak memperoleh petunjuk, bantuan, dan bimbingan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, terutama penulis sampaikan
kepada yang terhormat :
1. Bapak H.Mahmud ,Drs.M.Si,M.M.Pd. ,Selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut
yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Penelitian Tindakan
Kelas ini.
2. Bapak Drs.Dede Sutisna, Selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Garut yang
telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini.
3. Bapak ,Drs.H. Mahdar,M.Pd.,Selaku Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Kabupaten Garut
yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan Penelitian Tindakan
kelas ini.
4. Bapak Engkus,S.Pd.,M.Pd. Selaku Kasi kurikulum Kurikulum Dinas pendidikan
Kabupaten Garut yang telah mencurahkan pemikiran serta perhatian dalam
penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini.
5. Bapak Drs. Ela Halimin,SH.,M.Si.selaku Pengawas Binaan di wilayah SMP Negeri Cihurip
Kab.Garut yang telah memberikan semangat, perhatian dan sumbangan pemikiran
dalam penyusunan Penetian Tindakan Kelas ini.
IV
Dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis menyadari sepenuhnya masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Hanya
kepada Allah SWT Yang Maha Adil dan Bijaksana penulis serahkan, dan semoga amal baik dari
semua pihak diberi imbalan yang berlipat ganda.
Semoga Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi kita semua.Amin

Cihurip, Juli 2014

V
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting untuk mencapai perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegana kearah yang lebih baik oleh karena itu perlu mendapat perhatian
bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan dimana pendidikan berperan dalam upaya
menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh dan membangun manusia seutuhnya sebagai
alat untuk mengimbangi kemajuan jaman. Dewasa ini dalam dunia pendidikan yang paling
utama adalah meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa sesuai dengan arah kebijakan
pendidikan , dimana pendidikan yang kita yakini sebagai alat untuk membenahi segala aspek
kehidupan akan tercipta jika kesadaran dari semua pihak secara kontinyu melakukan inovasi ke
arah perubahan yang lebih baik dan sesuai dengan harapan bangsa dan cita-cita nasional bangsa
Indonesia.
Adapun dasar,fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-
Undang SISDIKNAS No. 20 Th 2003 : 10-11 Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :
“Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
.Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa .Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berakhlak mulia
,sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

Dalam penyusunan Penelitian Tindakan kelas ini dimana fungsi peran guru harus mampu
menciptakan situasi belajar mengajar yang harmonis sesuai dengan tuntutan
kurikulum,sedangkan Kosasih Djahiri ( 1986 :1 ) mengatakan bahwa kurikulum adalah “suatu
rencana pengajaran yang memuat sejumlah komponen pengajaran ke arah membawa siswa
mencapai tujuan yang sudah dipersiapkan dan diteliti secara baik,berencana dan teratur”.
Dengan demikian dalam pendidikan nasional diperlukan adanya suatu kajian kurikulum
Pendidikan Kewarganegaraan,dimana kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama , sosial, cultural, bahasa,
usia , dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

1
2
berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945 Kurikulum Berbasis Kompetensi
(2004:2).
Dalam proses belajar mengajar didalamnya terdapat serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi educatif untuk mencapai
tujuan tertentu, sehingga guru merupakan pejabat profesi yang harus mempunyai keahlian
khusus sebagai guru.
Berlangsungnya proses pembelajaran Kewarganegaraan ditingkat sekolah perlu
mendapat perhatian khusus oleh karena penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan akan
berpengaruh terhadap strategi belajar mengajar yang efektif dan efisien, seperti penggunaan
metode, alat peraga, dan media dalam mengajarkan Kewarganegaraan.
Adapun pengertian metode sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pasaribu Simajuntak (1983
: 91 ) :”Menjelaskan bahwa Metode merupakan suatu cara sistematik yang digunakan demi
tercapainyasebuah tujuan “.
Sedangkan menurut Qonita Alya ( 2009 :469 ) :
“Cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”

Lebih jauh lagi menurut WJS Poerwadarminta (1976 : 649 ) :


“Cara yang telah teratur terpikir baik-baik untuk mencapai maksud ( dalam ilmu
pengetahuan dan sebagainya); misalnya berbagai untuk menyelidiki sejarah kebudayaan”
Dari ketiga definisi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa Metode adalah cara tertentu
yang utama,teratur,terpikir baik-baik dalam menyampaikan suatu bahan pelajaran untu mencapai
tujuan.
Adapun yang dimaksud pengertian tanya jawab seperti yang dikemukakan WJS
Poerwadarminta ( 1976 : 1017,407 ) adalah sebagai berikut : Tanya ; permintaan keterangan (
penyelesaian dsb ),jawab ;balasan soal,menjawabi ; menyahut”, maka metode tanya jawab adalah
cara menyampaikan pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang memerlukan jawaban atau balasan.
Sedangkan pengertian Media seperti yang dikemukakan oleh Roestiyah ( 1982 : 67 ) adalah
sebagai berikut :
3
Media pendidikan ialah alat, metode dan teknik yang dipergunakan dalam rangka
meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Sejalan dengan Eka Prihatin ( 2008 : 50 ) mengatakan bahwa media pembelajaran :

Media yang dapat digunakan untuk membantu siswa didalam memahami dan
memperoleh informasi yang dapatdidengar ataupun dilihat oleh pancaindera sehingga
pembelajaran dapat berhasilguna danberdaya guna.

Lebih jauh lagi Qonita Alya ( 2009 : 462 ) mengatakan bahwa media :

1.alat;sarana komunikasi;seperti Koran,majalah,radio,televisi,film,poster, dan


spanduk;2.yang terlelak diantara dua pihak, yaitu orang,golongan,dan sebagainya;3.
perantara,penghubung,

Dalam proses belajar-mengajar Pendidikan Kewarganegaraan setiap guru harus menyadari


pentingnya penggunaan Media pengajaran sebagai alat untuk menghilangkan Verbalisme
terhadap anak didik, Dengan mempergunakan Media pengajaran yang merupakan syarat
keberhasilan dalam suatu program pengajaran, maka akan muncul keinginan-keinginan dan
minat-minat baru dalam belajar.Dengan menggunaan Media pengajaran yang memadai siswa
akan memperoleh pengalaman yang lebih luas , Dengan demikian kreativitas belajar siswa akan
lebih meningkat sehingga menghasilkan prestasi belajar yang memadai.
Berdasarkan uraian di atas , Encylopedia of Educational Research yang dikutip oleh Oemar
Hamalik ( 1980 : 27 ) mengemukakan bahwa nilai atau manfaat media pengajaran adalah
sebagai berikut :
(1) meletakan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir dan oleh karena itu mengurangi
verbalisme, (2).memperbesar perhatian para siswa,(3). Meletakan dasar-dasar penting
untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap,(4).
Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri
dikalangan siswa,(5).menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama
terdapat dalam gambar hidup, (6).membantu tumbuhnya pengertian dan demikian
membantu perkembangan berbahasa,(7). Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak
mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efesiensi yang lebih
mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
4
Dari nilai dan manfaat media di atas , keberhasilan belajar mengajar akan tergantung
kepada guru dalam hal meningkatkan kesanggupan dalam menggunakannya. Dalam hubungan
inilah media pengajaran mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap aktivitas siswa dalam
meningkatkan pretasi belajar siswa
Berdasarkan dari kenyataan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi
Pendidikan Kewaganegaraan dengan demikian penulis mengambil judul : “UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn PADA KOMPETENSI DASAR
MENJELASKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI
NEGARA MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN MENGGUNAAN MEDIA
PENGAJARAN DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1 CIHURIP”.
.
B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latarbelakang Masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang


terjadi di SMPN 1 Cihurip adalah sebagai berikut :
1. Masih rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran PPKn
2. Lemahnya daya dukung dari siswa
3. Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PPKn
4. Pelajaran PPKn masih didominasi dengan metode ceramah, monoton,menjenuhkan
5. Masih kurangnya penggunaan Media pembelajaran dalam mata pelajaran PPKn

C.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah hasil belajar PPKn
dan belum digunakan Media Pengajaran..
D.Rumusan Masalah
Dari latar belakangmasalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar PPKn melalui metode tanya jawab
dengan menggunakan Media Pengajaran ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar PKn yang terjadi pada siswa setelah
Pembelajaran dilaksanakan metode tanya jawab dengan menggunakan Media Pengajaran
5
3. pada Kompetisi Dasar Menjelaskan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi
Negara.

E.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa SMPN 1 Cihurip melalui metode tanya jawab
dengan menggunakan Media Pengajaran.
2. Mendapatkan bukti-bukti bahwa penggunaan metode tanya jawab dengan Media
Pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa SMPN 1 Cihurip.
F.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :


1. Manfaat Teoritis

Bertambahnya khazanah keilmuan yang berkaitan dengan pembelajaran

Penggunaan Metode Tanya Jawab dengan Media Pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1). Manpu menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan pembelajaran dan

mampu mengatasi masalah tersebut.

2). Mampu menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif dan meningkatkan


kemandirian siswa.
b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

Menumbuhkan minat belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa

meningkat
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.Tijauan Pustaka
1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Dalam berlangsungnya proses belajar-mengajar sudah barang tentu guru harus
memahami bebagai metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa,dalam
hal ini guru dituntut untuk meningkatkan kreativitas belajar melalui pengunaan metode yang
efektif. Adapun yang dimaksud pengertian tanya jawab seperti yang dikemukakan WJS
Poerwadarminta ( 1976 : 1017,407 ) adalah sebagai berikut : Tanya ; permintaan keterangan (
penyelesaian dsb ),jawab ;balasan soal,menjawabi ; menyahut” Dari pengertian di atas dapat
penulis simpulkan bahwa pengertian itu adalah : Permintaan keterangan atau penjelasan untuk
memperoleh suatu jawaban atau balasan. Bertanya hal yang biasa dikerjakan setiap orang akan
tetapi bertanya dalam proses belajar-mengajar merupakan suatu hal yang khusus,karena
mengajar harus membawakan pesan-pesan tertentu. Dalam berbagai teori pendidikan/belajar
banyak berbagai ragam pertanyaan yang bersifat kognetif,afektif,dan psikomotorik.
2. Tujuan dan Kegunaan Metode Tanya Jawab dalam Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.

Tujuan dan kegunaan Metode Tanya Jawab seperti yang dikemukakan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984 :
16) adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui penguasaan buku pelajaran dalam ingatan dan pengngkapan
perasaan dan sikap siswa.
2. Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematis logis dan mampu
memecahkan masalah.
3.Untuk memberikan tekanan perhatian pada bagian pelajaran yang dianggap perting
4. Untuk memperkuat lagi kaitan antara suatu pertanyaan dengan jawaban. 5.Untuk
membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang benar dan
tepat dalam rangka kelanjutan belajarnya “.

Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan metode tanya jawab adalah untuk
mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan serta mngetahui jalan berpikir siswa
secara sistematis, logis dan dapat memecahkan masalah dan mampu memperkuat antara suatu
pertanyaan dan jawaban dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini guru harus
memahami serta menguasai tujuan metode tanya jawab dalam menyampaikan bahan
pelajaran,agar tujuan metode tersebut dapat tercapai dengan baik dan hasil yang diperoleh
siswa akan berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Sehubungan dengan hal itu Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1984: 17
) mengemukakan manfaat penggunaan metode tanya jawab :
1. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat pengungkapan kembali dapat
memperkuat ingatan ( assosiasi ) antara pertanyaan dan jawaban.
2. Pertanyaan dapat membangkitkan minat,dan minat penting sekali dalam belajar.
3.Pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus dipikirkan, menganalisis dan
menarik kesimpulan dapat mengembangkan cara-cara berpikir logis dan sistematis.
4. Pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban yang diperoleh atau
dikemukakan diolah dalam suasana yang serius dan pemusatan perhatian terhadap
jawaban, Apabila jawaban dibenarkan guru,rasa gembira memperkuat jawaban,itu
tersimpan dalam ingatan siswa. Jawaban yang salah tetap dikoreksi.
5. Pertanyaan merangsang siswa berpikir dan memusatkan perhatian pada suatu pokok
perhatian.
6. Pertanyaan dapat membangkitkan hasrat melakukan penyelidikan yang
mengarah siswa dapat berpikir secara ilmiah.
7. Pertanyaan fakta atau masalah dapat mengarahkan belajar seperti yang dituju
oleh suatu mata pelajaran yang dapat membantu siswa mengetahui bagian-bagian
yang perlu diketahui dan di ingat”.

Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman (1987:119) menyatakan bahwa


metode tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan
bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar)
kepada berbagai sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus,
ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
2. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Tanya
Jawab adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan mengedepankan
pertanyaan-pertanyaan baik yang dibuat oleh siswa sendiri maupun oleh guru yang
bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.

3. 2. Manfaat Penggunaan Metode Tanya Jawab


4. Penggunaan metode Tanya Jawab dengan baik dan tepat, akan dapat
merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan metode Tanya Jawab adalah:
5. 1) Materi menarik dan menantang serta memiliki nilai aplikasi tinggi.
6. 2) Pertanyaan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang
jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan
dengan banyak kemungkinan jawaban).
7. 3) Jawaban pertanyaan itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban
siswa.
8. 4) Dilakukan dengan teknik bertanya yang baik. (Depdikbud, 1996:26).
9. Adapun manfaat penerapan metode Tanya Jawab dalam sebuah pembelajaran
yang produktif menurut buku Panduan CTL Direktirat PLP adalah, untuk
10. a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
11. b) mengecek pemahaman siswa
12. c) membangkitkan respon kepada siswa
13. d) mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa
14. e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siwa
15. f) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
16. g) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Dengan demikian manfaat dan penggunaan metode tanya jawab di atas
ialah serangkaian pertanyaan yang dapat mengungkap kembali emosi,pikiran
dan perasaan siswa sehingga siswa dapat berfikir kritis,logis, dan sistematis dan
memperkuat pada diri siswa,pertanyaan yang bersifat menggugah perasaan
akan membangkitkan hasrat untuk menjawab dalam ingatan siswa didalam
proses berlangsungnya proses belajar mengajar.
3. Syarat-Syarat Dilakukannya Metode Tanya Jawab yang dirumuskan oleh
Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1970 : 7 ) adalah sebagai berikut : ode
“Syarat-syarat Meyode Tanya Jawab agar berhasil dengan baik :
1. Guru harus mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan tepat sehingga
dapat merangsang siswa untuk berfikir.
2. Murid harus kita didik untuk memiliki keberanian didalam mengemukakan
pendapat secara bebas.
3. Didalam memberikan jawaban semua anak harus mendapat kesempatan.
4. Guru harus selalu menghargai pertanyaan dan jawaban siswa”.

Dari rumusan Syarat-syarat metode Tanya Jawab diatas dapat penulis simpulkan bahwa
penggunaan metode tersebut akan berhasil dengan baik bila guru mampu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengungkap perasaan siswa untuk berfikir kritis serta
mampu memotivasi keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatsecara bebas dengan
memberikan kesempatan dan menghargai jawaban siswa.
Keharusan dalam melaksankan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
melalui strategi belajar- mengajar yaitu keharusan dalam menerapkan pola pendekatan
mengajar yang humanistik dimana kita harus beranggapan bahwa siswa ialah insan potensial
yang terbatas, proses suasana belajar-mengajar harus dibina ke arah kekeluargaan
,obyektif,terbuka,menggairahkan,dan bebas dari segala ketakutan dan paksaan.Dalam
penerapan pendekatan pengajaan yang heuristik denga pola mengajar CBSA ( Cara Belajar
Siswa Aktif ) dan CMGK( Cara Mengajar Guru Kreatif ) diharapkan guru dapat mengundang
keterlibatan siswa dan mendialogkan segala potensi dirinya.
Oleh karena itu menentukan target nilai yang dinginkan harus memuat jiwa semangat
yang dimuat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar,sehingga terbentuk nilai-nilai
positif dan terbinanya sistem nilai/norma,budaya dan sosial yang ingin ditanamkan.
5. Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Langkah-langkah Penerapan Metode Tanya JawabBeberapa model penerapan metode
Tanya Jawab yang akan dikembangkan dalam PTK ini adalah:

1. Model “Pertanyaan Siswa” (Modifikasi model dari Siberman, 2002)


Langkah-langkah (syntak) dalam pengembangan model ini adalah:
a) Bagikan potongan kertas atau semacam kartu kepada siswa
b) Minta kepada siswa menulis identitasnya dan membuat sebuah pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas.
c) Setelah selesai, tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain di
sampingnya (biasanya teman sebangku)
d) Minta masing-masing siswa untuk menuliskan identitas dan memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut (jawaban betul diberi nilai 100), serta
memberikan tanda cek (v) apabila pertanyaan tersebut perlu dibahas lebih lanjut
dan memberi tanda silang (x) apabila pertanyaan tersebut tidak perlu dibahas.
e) Kembalikan potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat
pertanyaan. Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari temannya
(jawaban betul diberi nilai 100). Selanjutnya setiap pertanyaan siswa yang
mendapat tanda cek (v) diminta untuk dibacakan secara keras.
f) Berikan respon atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun terlebih
dahulu harus memberikan kesempatan kepada siswa yang untuk menjawabnya
(terutama kepada siswa yang membuat pertanyaan)
g) Buat rangkuman

2. Model membuat pertanyaan (modifikasi dari model Siberman, 2002)


Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah:
a) Bagi siswa dalam beberapa 6 kelompok
b) Cek kesiapan siswa, setiap kelompok harus memiliki buku teks pegangan,
apabila tidak guru dapat mempersiapkannya dengan memberikan hasil foto copy
atau rangkuman yang dibuat guru sendiri.
6. c) Perintahkan kepada setiap kelompok untuk membuat 5 pertanyaan dan
sekaligus jawaban sesuai dengan materi atau pokok bahasan yang sedang
dibahas. (Materi bahasan atau tugas setiap kelompok berbeda),
7. d) Adakan kegiatan kuis yang bertindak sebagai juri adalah kelompok tertentu yang
pertanyaan akan dibacakan, sedangkan kelompok lain sebagai peserta atau yang menjawab
pertanyaan. Setiap kelompok yang dapat menjawab pertanyaan diberi nilai 100.
e) Lakukan secara bergiliran sampai setiap kelompok mendapat giliran sebagai
juri.
f) Buatlah kesimpulan hasil diskusi
Metode Tanya Jawab seperti di atas akan penulis coba praktekkan dengan
menggunakan bantuan media pembelajaran seperti buku paket, LKS, gambar, guntingan
kasus baik dari koran maupun majalah, potongan kertas, dan berbagai media lainnya yang
dipandang perlu dan tersedia. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran dalam
prakteknya tentunya mungkin tidak selalu sama dengan langkah-langkah umum seperti
yang telah dikemukakan di atas. Hal ini akan disesuaikan berdasarkan hasil refleksi antara
peneliti dengan mitra peneliti setelah siklus penelitian dimulai.
Adapun langkah-langkah Pelaksanaan metode tanya jawab sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Depdikbud (1984: 18 ) adalah :
“1. Menentukan topik
2. Merumuskan tujuan dari kopetensi dasar
3. Menyusun pertanyaan - pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar
4. Mengidentifikasi pertanyaan – pertanyaan yang mungkin diajukan siswa”.
Pelaksanaan Metode Tanya Jawab
Dari langkah-langkah tersebut di atas dapat penulis simpulkan adalah mengkorelasikan
materi Kompetensi Dasar serta menyusun dan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan.
Pelaksanaan Metode Tanya Jawab :
1. Menjelaskan kepada siswa tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai sesudah
pelajarn berakhir.
2. Mengkomunikasikan metode Tanya Jawab (murid tidak hanya bertanya tetapi
menjawab pertanyaan guru maupun siswa lain).
3. Guru memberi permasalahan sebagai bahan apersepsi/
4. Guru mengajukan pertanyaan ke seluruh kelas/
5. Guru harus memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya,sehingga
dapat merumuskan secara sistematis.
6. Tanya Jawab harus berlangsung dalam suasana tenang dan bukan dalam suasana
tegang dan penuh persaingann yang tak sehat diantara para siswa.
7. Guru harus mengusahakan agar siswa sebanyak-banyaknya siswa memperoleh giliran
pertanyaan secara merata.
8. Guru mengusahakan agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja.
Pertanyaan harus dibedakan dalam golongan ,pertanyaan pikiran dan pertanyaan
mengngkapkan kembali pengetahuan yang dikuasai atau pertanyaan yang meminta
pendapat, perasaan ,sikap dan hanya pakta-pakta saja.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan metode
Tanya Jawab adalah pncapaian tujuan dengan menggunakan suatu permasalahan
berupa pertanyaan yang merata dengan jawaban yang dalam sistematis dalam
suasana yang tenang menggairahkan semangat belajar siswa .Diharapkan Metode
Tanya Jawab yang dikemukakan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdikbud di atas dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa melalui Proses
Belajar-Mengajar.
Adapun yang dimaksud dengan Kreatif secara bahasa yang dikemukakan oleh
Qonita Alya (2009:382):1. Memiliki daya cipta ;memiliki kemampuan untuk
mencipta;2. Bersifat (mengandung) daya cipta” misalnya suatu pekerjaan yang
menghendaki selain kecerdasan juga imajinasi.Maka dapat disimpulkan bahwa
kreatifitas adalah kemampuan daya mencipta yang menghendaki selain kecerdasan
juga daya hayal untuk berbuat,berkreasi dan mencipta.Dalam menciptakan situasi
belajar-mengajar yang harmonis maka diharapkan guru sebagai pngatur strategi
dalam proses belajar-mengajar dapat meningkatkan kreativitas siswa ,untuk
meningkatkan kreativitas tersebut maka guru harus memiliki keterampilan bertanya
dan keterampilan menjawab sedangkan Keterampilan tanya-jawab seperti yang
dikemukakan oleh oleh Kosasih Djahiri (1986:63): “Bertanya hal yang biasa dikerjakan
setiap orang pada hampir setiap kesempatan”.Selanjutnya jenis ragam yang menjadi
tuntutan keterampilan guru:
“1. Pertanyaan bertautan seperti karakter konsep yang meliputi:
a. Pertanyaan Kognetif dalam aneka jenjang taksonominya
b. Pertanyaan. Afektual dengan aneka taksonominya.
c. Pertanyaan Psikomotorik dengan aneka taksonominya.

2.Pertanyaan yang bertautan dengan obyek tanyayang meliputi orang tertentu :


1. Tidak menentukan sasaran tanya tertentu melainkan bersipat diapungkan (Floating)
bebas atau klasikal.
2. Perseorangan atau klasikal tetapi bersifat tuntas (open ended) dan bahkan tidak perlu
dijawab secara terbuka (bersifat tertutup untuk ybs.)
3. Dalam VCT (1985) diutarakan 5 jenis pertanyaan ialah :
penjajagan;klarifikasi;argumentasi.
4. Direktif ; persenopikasi dan analogi”.
Dari ketiga pertanyaan tersebut di atas adalah jenis ragam pertanyaan yang bersipat
karakter konsep yang meliputi pertanyaan kognetif,afektif,dan psikomotor yang bertautan
dengan obyek tanya ,yaitu perorangan atau klasikal.Dalam VCT kerap pula dilakukan
pertanyaan pemerataan dan pengalihan (masalah atau subyek tanya) ,dalam bertanya mutlak
harus menjadi rkemahiran guru dalam merumuskan kalimat bertanya secara jelas,mudah dan
menangkap respon jawaban siswa yang tepat terarah. Mengingat keterampilan bertanya yang
telah dijelaskan di atas ,maka penulis beranggapan apabila guru mahir dan teampil
menggunakan teknik bertanya ,maka proses belajar-mengajar akan berjalan lancar dan akan
meningkatkan kreativitas belajarsiswa.
Dalam berlangsungnya proses belajar-mengajar guru harus menganut dan menerapkan
azas humanistis ,sikap guru ramah,hangat,terbuka obyektif dan penuh kekeluargaan dari sang
guru sangat menentukan akan keterbukaan siswa. Dengan demikan suasana kelas atau belajar-
mengajar dapat memikat simpati dan keterbukaan siswa sehingga hati, emosi,
fikiran,kemauan,dan minat anak terpanggil/terungkap,terundang serta terlibat dalam apa yang
sedang berlangsung di kelas.
Adapun yang dimaksud dengan keteramplan bertanya melalui VCT (Value Clarification
Technique Teknik pengungkapan nilai/sikap/moral) yang dikemukakan oleh A kosasih Djahiri
(1985: 44-45) adalah sebagai berikut :
“1. Pertanyaan Penjajagan (dalam awal pengajaran atau ditengah atau diakhir untuk mengecek
hasil sementara/akhir). Contoh pertanyaan penjajagan :
-Apa kira-kira hakekat dari penghinaan dalam kasus tersebut?
3. Pertanyaan Klarifikasi ; yang maksudnya mencari kejelasan lebih jauh dari
nilai/jawaban/masalah.Contoh pertanyaan Klarifikasi :
-Dalam jawaban Hely tadi dikemukakan bahwa memukul pencuri yang tertangkap basah adalah tidak
baik .Mengapa demikian ?
4. Pertanyaan yang bersifat menuntun dan atau mengarahkan /direkting. Contoh pertanyaan direkting:
- Dari sejumlah jawaban kalian tadi dinyatakan bahwa pemukulan terhadap pencuri dan siapapun
juga adalah tidak dapat dibenarkan . Apakah memang nilai/moral Pancasila,hukum dan agama juga
beranggapan demikian ?
5. Pertanyaan bersifat persenopikasi atau analogi yang merupakan senjata paling ampuh (dan
hendaknya digunakan paling akhir) dalam VCT untuk mempertajam jarum pembinaan, Contoh
pertanyaan bersipat Analogi : Kamu,Rahmat,tadi menyatakan memukul pencuri kambuhan
tidak berdosa sebab merupakan pelajaran baginya. Sekarang bagaimana perasaan dan
pendapatmu seandainya yang jadi pencuri kambuhan itu ayahmu sendiri ?
Keterampilan bertanya ber-VCT ini erat kaitannya dengan penggunaan Metode tanya
Jawab, kelima bentuk pertanyaan itu lebih cenderung merangsang emosi,feeling,pikiran,dan
kemauan spswa, maka keterampilan bertanya ber-VCT juga dipergunakan dalam proses-belajar-
mengajar melalui penggunaan Metode tanya jawab. Dalam berlangsungnya proses belajar-
mengajar (PBM),seorang guru sebelumnya harus menguasai bahan/materi yang akan
disampaikan atau mempunyai perencanaan yang matang, guru mutlak harus memainkan
perannya sebagai guru inkuiri yaitu guru yang kreatif bukanlah siswa saja yang dituntut sebagai
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) tetapi gurupun dituntut sebagai CMGK (Cara Mengajar Guru
Kreatif) bukanlah guru bersifat pasif sebagai ronda malam,justru guru memonitor,menilai
setiap jenis kegiatan siswanya.
Metode tanya jawab (Quetioning atau Question Answer Peroid)

Cara lisan menyajikan pelajaran untuk mencapai tujuan,Metode tanya jawab adalah pertanyaan
lisan yang datangnya dari dua pihak atau lebih,berarti ada kala datangnya dari guru (dalam hal
ini murid yang harus menjawab),ada kala datangnya dari murid (dalam hal ini guru yang harus
menjawab), tetapi ada kalanya beberapa pertanyaan yang tertera pada buku bacaan ( dalam hal
ini pelajarlah yang harus menjawab)
Adapun tife pertanyaan yang baik yang dikemukakan oleh Ign.S.Ulih Bukit Karo-karo
Bkk (1975:23,24) :
“ 1. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta.Pertanyaan ini akan mengembangkan daya
ingatan.
2. Pertanyaan yang menuntut analisa terhadap sesuatu,daya yang dikembangkanadalah
daya analisa.
4. Pertanyaan yang menuntut perbandingan-perbandingan; daya yang dikembangkan dengan
pertanyaan demkian ini adalah daya pengenalan ,khususnya daya berfikir dan lebih khusus
lagi ialah daya analisa dan sintesa.
Pertanyaan yang menuntut pengira-iraan atau judgement. Daya yang dikembangkan ialahdaya
berfikir dan perasaan.
5. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian pengertian atau pengetahuan. Daya yang
dikembangkan dengan pertanyaan ini adalah daya berfikir dan daya sintesa.
6. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya.

Dari tipe pertanyaan tersebut di atas dapat penulis simpulkan ada;lah pertanyaan yang
menuntut fakta dengan menganalisa dan perbandingan-perbandingan serta menuntut
pengorganisasian dengan pengiraan.Pertanyaan ini mengembangkan daya berfikir
sistematis,analisis,sintetis dan dalam suatu proses berlangsungnya belajar-mengajar,siswa
dituntut untuk berkreatif dan berani mnjawab pertanyaan yang dikemukakan guru.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dari tipe pertanyaan di atas :
” 1. Pertanyaan harus dkalimatkan dalam kalimat yang mudah ditangkap oleh para pelajar.
Ini berarti bahasanya harus mudah dimengerti dan kalimatnya disusun dengan baik.
2. Pertanyaan diajukan secara klasikal ,berikan waktu untuk berfikir
mengingat/menganalisa kemudian ditunjuk salah seorang dari yang mengacngkan
tangannya yang disuruh menjawab.
- Urutan menjawab janganlah tetap ata alpabetis atau dari muka belakang/sebaliknya
- Berikan giliran yang merata kepada paa pelajar (jangan pilih kasih).
Dari syarat-syarat pertanyaan tersebut di atas adalah pertanyaan harus dikalimatkan
dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh siswa secara merata dengan nada yang enak
didengar dan dengan mka yang manis.Tipe dan syarat-syarat pertanyaan tersebut perlu
dikuasai guru dengan baik untuk menngkatkan partisipasi siswa dalam situasi kgiatan belajar
mengajar melalui metode tanya jawab.
Dalam berlangsungnya Kegiatan belajar-mengajar dimana guru harus mempergunakan
alat bantu (alat peraga) yang berfungsi membantu proses pengajaran agar tujuan dapat dicapai
sebaik-baiknya,maka De La Court dan Crijn menyebutkan bahwa penggunaan alat peraga ada
dua cara yang dikutip oleh B.Suryobroto (1985:27) adalah sebagai berikut :
“a. Penggunaan alat peraga secara klasikal (sekelas) disebut alat pengajaran klasikal,
misalnya gambar-gambar ding-ding ,peta-peta, papan tulis dll.
b. Penggunaan alat perngajaran secara seseorang disebut alat perorangan,misal buku
pelajaran,kitab, gambar ,sekrif-sekrif,catatan,alat-alat tulis dan sebagainya”.
Penggunaan alat peraga tersebut diatas akan membantu didalam proses belajar-mengajar
dengan menggunakan metode tanya jawab.
B. Kerangka Berpikir
Sebagai tolok ukur keberhasilan sekolah dalam lulusan yang berkualitas adalah daya
mengeluarkan serap, hal ini tercermin dari kemampuan siswa dalam menggunakan konsep yang
diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui sampai sejauhmana kemampuan siswa
dalam menggunakan konsep yang telah diberikan dalam proses pembelajaran; maka dilakukan
evaluasi. Dengan menguasai materi yang telah diberikan itu akan menjadi unpan balik bagi guru.
Apabila kemampuan siswa menggunakan konsep yang telah diberikan memadai ,maka
pengajaran dapat dilanjutkan dengan menggunakan strategi pengajaran yang sama dengan
strategi pada materi sebelumnya. Sebaliknya bila hasil dari evaluasi menunjukkan kurang
memadai, maka menjadi bahan kajian bagi guru untuk mengadakan remidial.
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi PPKN tercermin pada kemampuan
menjawab soal-soal yang diberikan dengan menggunakan metode tanya jawab dengan
menggunakan media pengajaran.Implementasinya dalam tindakan ini siswa diberi soal latihan
mulai dari soal yang bentuknya sederhana sampai pada soal yang komplek.Oleh karena
beranggapan bahwa siswa yang telah menjawab soal yang komplek tidak akan mengalami
kesulitan dalam menjawab soal yang sederhana. Siswa dituntut menjawab soal yang komplek
akan tetapi diarahkan dahulu untuk mampu menjawab soal yang sederhana.
1. Pengertian Media
A. Media Pengajaran
Pada prinsipnya di dalam proses belajar mengajar guru mendorong aktivitas siswanya
dalam berpikir dan bertindak, proses penerimaan pelajaran yang ditimbulkan dari lubuk hati
nuraniyang paling dalam akan memberikan pengalaman yang sukar untuk dilupakan terkenang.
Siswa akan memperoleh pengalaman melalui pelajaran dari guru, membaca buku, mengamati
sesuatu, atau meneliti sesuatu. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar pengalaman
langsung dilihat atau didengar sering digantikan dengan gambar, foto, film, buku,kaset,dan
sebagainya.
Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tanpa disadari alat-alat tersebut di atas sangat
erat sekali hubungannya sebagai suatu media pengajaran atau media komunikasi antara guru dan
siswa.
Adapun pengertian media seperti yang dikemukakan oleh Roetiyah ( 1982 : 66 ) adalah
sebagai berikut :

Media adalah sarana (prasarana) yang fungsinya dapat dipergunakan untuk mencapai sesuatu
tujuan.Karena itu media pendidikan berarti sarana (prasarana) yang membantu proses
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat berhasil dengan baik.

Sejalan dengan Eka Prihatin ( 2009 : 5 ) adalah :


:

Media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa didalam
memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar atau dilihat oleh
pancaindera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan berdaya guna.
Lebih jauh lagi pendapat Leslie J Briggs yang dikutif oleh R Rahardjo, ( 1984 : 47 ) yang
mengemukakan bahwa :

(a). media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (b). bahwa materi yang ingin
disampaikan adalah pesan pembelajaran dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah
terjadinya proses belajar.

6
7

Dari ketiga pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa media pembelajaran adalah
Alat komunikasi antara guru dan siswa yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba membantu
siswa di dalam proses pembelajaran seperti gambar, peta, bagan, film, radio, televisi,koran dan
yang lainnya.
Sehubungan dengan proses komunikasi antara guru dan siswa maka media pembelajaran
merupakan wahana penyalur pesan atau informasi, dengan kata lain media dimaksudkan sebagai
proses penyampaian lewat lambang-lambangatau tanda-tanda. Dalam hal ini tugas guru harus
mampu merancang memilih media yang tepat sesuai dengan Materi yang akan diberikan kepada
siswa sehingga dengan media tersebut dapat merangsang siswa sebagai komunikasi dalam
proses pembelajaran. Keberhasilan media pengajaran akan membawa pesan dan kesan pada
perubahan sikap siswa karena adanya kreatif dan aktivitas siswa dalam belajar.
Sedangkan pendapat Venon S Gerlach dan Donald P yang dikutif oleh Aa Karnaen ( 1980 : 2 )
Mengemukakan bahwa :
Media dalam arti luas disamping mencakup bahan dan peralatan, media mencakup juga orang
dan kegiatan yaitu kegiatan yang dapat mengucapkan kondisi yang memungkinkan
orang dapat belajar, seperti simulasi,demonstrasi, dan darmawisata.

Dari pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa media mempunyai pengertian yang luas
tidak hanya terbatas pada alat-alat seperti AVA ( Audio Visual Aids ) alat tampak dengar akan
tetapi media mencakup juga sebagai manusia yaitu orang yang mampu meragakan seperti dalam
proses pembelajaran adanya simulasi, demonstrasi exsperimen sehingga siswa
saling mempengaruhi, berkomunikasi atara guru dan siswa.
Dalam hal ini Eka Prihatin ( 2008 - 50 ) mengemukakan Penggolongan media pengajaran :
a.Media Visual Media
Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera
penglihatan yang biasanya digunakan untuk membantu guru dalam menjelaskan isi
materi pelajaran.
b.Media Audio Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan para siswa mempelajari bahan ajar.
c.Media Audio - Visual
Media Audio Visual adalah kombinasi dari kedua media di atas (pandang-
8

dengar).Dengan peran media ini guru dapat terbantu sehingga peran guru hanya sebagai
fasilitator.

Penggolonganmedia di atas merupakan alat untuk mengaktifkan siswa dalam belajar


Seperti indera penglihatannya, perasaannya, sampai kepada tindakannya ,sesuai dengan yang
diharapkan dalam proses belajar mengajar interaktif dimana ketiga ranah ( domain )
cognetif,afektif, dan psikomotorik saling mempengaruhi saling meradiasi pada diri siswa.Dalam
hal ini Oemar Hamalik ( 1980 : 50-51 ) mengemukakan tentang pola media pendidikan yaitu
terdiri dari :
(1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan ( Suplementarymateryals) , (2) Alat-alat Audio-
Visual, (3) Sumber-sumber Masyarakat , (4) kumpulan benda-benda, (5) Contoh-
contoh kelakuan yang dicontohkan oleg guru.

Dari pola media pendidikan di atas dapat penulis jabarkan sebagai berikut : ad 1. Bahan
cetakan atau bacaan ( supplementary materials) adalah berupa bahan bacaan seperti : Buku
pelajaran, Koran, majalah, komik, Novel, bulletin,folder,pamplet dalan lain-lain. Bahan-bahan
ini lebih mengutamakan kegiatan membaca Visual.ad 2 Alat-alat Audio Visual, alat-alat ini
dapat digolongkan menjadi :
- Media Pendidikan tanpa proyeksi, seperti : papan tulis, papan tempel,papan planel, bagan
diagram, grafik,poster, karton,komik dan gambar.
- Media Pendidikan tiga dimensi, seperti model, benda asli,benda tiruan, diorama,
boneka,topeng, ritatoon, rotation, standar lembar balik, peta globe, pameran dan museum
sekolah.
- Media pendidian yang menggunakan alat masipal, seperti : slide, film,strip,
film,rekaman,radio,televisi,laboratorium, elektronika dan lain-lain.

ad. 3 Sumber-sumber masyarakat yaitu berupa obyek-obyek peninggalan sejarah,


dokumentasi,bahan-bahan, dan sebagainya dari berbagai bidang meliputi daerah, penduduk,
sejarah, jenis-jenis kehidupan dan lain-lain.
ad. 4 Kumpulan benda benda atau barang-barang yang di bawa dari masyarakat ke sekolahuntuk
dipelajari seperti : potongan kaca, potongan sendok, daun,benih,bibit,dan lain-lain.

9
ad. 5 Contoh-contoh perilaku yang dicontohkan guru misalnya sewaktu mengajar : dengan
gerak-gerik raut wajah, tangan, kaki dan lain-lain. Sedangkan penggolongan Media menurut Eka
Prihatin ( 2009 : 52 ) adalah sebagai berikut :
Kelompok Media Intruksional Alat bantu Ajar
1.Audio Audio TV (Kaset) Telepon atau Interkom
2.Bahan Cetak (Foto) Pengajaran berpogram Lembaran selembaran,papan
Manual,pegangan modul tulis,peta,grafik.
3.Gambar diam Slide,FilmStrip Sile lembar tembus pandang,Fimstrip
4.Audio cetak Lembar kerja dan tape, peta
(diagram dengan narasi) -
5.Audio visual proyeksi Filmstrip dengan narasi, slide
bersuara. -
6.Gambar bergerak Film tanpa suara Film tanpa suara
7.Gambar bersuara Film bersuara,video tape Film bersuara,video tape
8.Benda (obyek) Benda nyata,model benda Contoh (specimen)benda nyata;model
(tiruan) benda (tiruan)
9.Hubungan pribadi Permainan,simulasi,karyawisata,diskusi
pengalaman langsung - kelompok
10.Komputer Pengajaran berbantuan
computer ( CA) -
Bagan 1 : Penggolongan Media
Dari beberapa pola media pendidikan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
seorang guru harus dapat memanfaatkan secara efektivitas dan efesiensi komunikasi dengan
siswa dalam proses pembelajaran.

Sering kali kegagalan dalam proses pembelajaran biasanya disebabkan kekurangan


media seperti laboratorium bahasa, televisi pengajaran,dan bahan-bahan berprogram. Adapun
pemilihan media yang harus dipertimbangkan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eka
Prihartin ( 2008- 51 ) adalah :

10
a. Apakah bahan-bahan yang diperlukan itu telah ada dengan kualitas dan bentuk yang
memadai ?
b. Berapa kira-kira harga atau pembuatannya ?
c. Berapa harga untuk membuat tiruan?
d. Berapa lama diperlukan untuk membuat sebuah media ?
e. Apa saja perlengkapan,keterampilan, dan pelayanan yang diperlukan ?
f. Apakah ada masalah dengan pemeliharaan dan penyimpanan ?
g. Apakah pilihan siswa ?
h. Apakah pilihan guru ?

Dari pertimbangan dalam pemilihan media di atas maka penulis simpulkan bahwa media yang
akan digunakan harus benar-benar berkualitas, terutama di lihat dari pembiayaan lama
pembuatannya,alat perlengkapannya, tempat penyimpanan dan pemeliharaanya sesuai dengan
pilihan baik siswa maupun guru.Oleh karena itu penggunaan media pendidikan jangan hanya
dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif akan tetapi merupakan upaya
membantu siswa dalam belajar sehingga dapat berinteraksi secara individual,kelompok maupun
klasikal. Penggunaan berbagai media ( Multy Media ) secara efektif dan bervariasi dalam
pengajaran. Sedangkan Brow yang dikutif oleh Eka Prihatin ( 2008 : 52 ) penjelasan
bahwapenggunaan mediayang baik adalah sebagai berikut :
1) Dalam pola (1) sumber kegiatan belajar peserta didik berupa orang saja. Guru kelas
memegang kendali penuh atas terjadinya kegiatan belajar-mengajar.
2) Dalam pola (2) sumber belajar berupa orang dibantu oleh sumber lain.Walaupun
demikian,dalam pola ini guru masih memegang kendali, hanya saja tidak mutlak
karena dibantu oleh sumber lain.Dalam pola pengajaran ini sumber berfungsi
sebagai alat bantu.
3) Dalam pola (3) sumber berupa orang bekerja sama dengan sumber lain berdasarkan
suatu pembagian berupa tanggung jawab. Dalam hal ini,controlterhadap kegiatan
belajar--mengajar dibagi bersama antara sumber manusia dan sumber lain.sumber
lain tersebut dinamakan media.
4) Dalam pola (4) peserta didik hanya belajar dari satu sumber yang bukan
manusia.Keadaan ini terjadi dalam suatu pengajaran melalui media. Sumber bukan
manusia tersebut dinamakan media.
11

Dari penggunaan media di atas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan media yang baik
adalah pertama guru memegang kendali dalam kegiatan belajar mengajar dimana sumber
kegiatan belajar-mengajar berupa orang saja, ke-dua sumber belajar berupa orang dibantu oleh
sumber lain, sumber pelajaran berfunsi sebagai alat bantu, ke-tiga sumber belajar bekerja sama
dengan dengan sumber lain dan merupakan tanggung jawab bersama,ke-empat Sumber belajar
bukan manusia yaitu media dikarenakan peserta didik hanya belajar dari satu sumber.
Beberapa prinsip dalam menggunakan media pembelajaran :
1. Tidak ada metode/media dalam proses belajar mengajar meniadakan yang lain.
2. Tidak ada media yang sesuai dengan segala macam kegiatan belajar
3. Penggunaan media yang terlalu banyak akan membingungkan siswa.
4. Persiapan yang matang untuk menggunakan media pengajaran
5. Media merupakan bagian intergral dari pembelajaran
6. Siswa dipersiapkan sebagai peserta yang aktif.
7. Siswa harus bertanggung jawab selama pembelajaran
8. Tidak mengggunakan media sebagai selingan,karena fungsi media harus seefisien
mungkin.

Dalam proses pembelajaran ke tidak jelasan bahan dapat dibantu dengan media sebagai
perantara, media dapat mewakili guru keabstrakan bahan dapat dikongkritkan oleh kehadiran
media, namun penggunaan media harus sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan, tujuan pengajaran itulah yang dijadikan pangkal dalam penggunaan media.

Adapun alat pembelajaran sesuai dengan yang dikemukakan oleh Eka Prihatin ( 2008 : 54 )
adalah sebagai berikut :
1. Alat pembelajaran yang merupakan benda sebenarnya,yaitu alat atau benda-benda
riil yang dipakaimanusia dalam kehidupan sehari-hari.
2. Alat-alat yang merupakan benda pengganti, berfungsi sebagai alat-alat pengajaran,
apabila karena suatu sebab, benda itu lebih praktis dari pada benda-benda yang
sebenarnya.
3. Bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa dapat memberikan pengalaman verbal
yang tinggi abstraksinya, dibanding dua golongan benda tersebut.

12
Alat pembelajaran berupa benda yang sebenarnya dan berupa benda tiruan dapat
memperjelas dalam proses berlangsungnya belajar-mengajar, sedangkan bahasa baik lisan
maupun tertulis dapat memberikan pengalaman yang tinggi abstraksinya.
2.Pretasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah proses belajar-mengajar
sebagai perubahan tingkah laku yang menyangkut asfek pengetahuan, keterampilan ,nilai, dan
sikap,kebiasaan dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan ( Moh Surya 1979 : 127 ) . Hal
tersebut diatas dapat diidentifikasi bahkan diukur melalui penampilan.Penampilan tersebut
berupa menjelaskan, menyebutkan sesuatu perbuatan.Sebagaimana dikemukakan oleh Mohamad
Ali,( 1984 : 5 ) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan
melakukan sesuatu secara permanen, dapat di ulang-ulang dengan hasil yang sama.
Setiap guru dituntut untuk mengetahui hasil belajar setiap murid melalui alat penilaian dalam
pelajaran dengan melakukan evaluasi secara terus menerus. Dengan demikian keberhasilan yang
telah dicapai oleh siswa dapat terlihat, dan evaluasi merupakan dasar unpan balik dari proses
belajar mengajar. Maka istilah prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa
yang dilakukan melalui proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang menyangkut
kognetif,afektif,dan psikomotorik.
B.Fungsi Media dalam Menunjang Proses Belajar Mengajar.
Media pengajaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam berlangsungnya proses belajar-
mengajar, dimana seorang guru berusaha untuk memilih dan menggunakan media pengajaran
yang tepat. Adapun fungsi media pengajaran dam proses belajar-mengajar seperti yang
dikemukakan Aa Karnaen ( 1980 : 2 ) adalah sebagai berikut :
1.Pengajaran mejadi lebih produktif.
2.Pengajaran menjadi lebih bersifat Individual dengan mempergunakan berbagai
alternatif dengan media.
3. Pengajaran lebih bersifat langsung.
4. Kesempatan untuk mengikuti pendidikan akan lebih berdasarkan ilmu.

Ad.1. Pengajaran menjadi lebih Produktif.


Dalam hal ini fungsi media pengajaran untuk lebih mengefisienkan bagi guru dalam
hal penggunaan bahan-bahan pelajaran seperti : slide,tave recoder, Alat media Audio
ini dapat belajar secara mandiri melalui pengalaman-pengalaman berharga bagi siswa
13

sehingga dapat meningkatkan kecepatan belajar dengan demikian pengajaran akan lebih
produktif.
ad.2,Pengajaran Menjadi Lebih Bersifat Individual Dengan Mempergunakan
Berbagai Alternatif Dengan Media.
Dalam hal ini akan terjadi suatu proses dalam pembentukan belajar yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan mental anak dan kemajuan, sehinggga siswa belajar lebih
leluasa dengan cara sendiri dan kecepatan yang lebih cocok dengan dirinya sendiri.
ad.3.Pengajaran Lebih Bersifat Langsung.
Dengan pengalaman yang nyata tidak selalu dapat dihayati dan pengalaman dengan
kata-kata tidak selalu dapat dimengerti atau karena guru sulit menjelaskan hubungan
sesuatu hal yang terjadi pada masa lampau atau hubungan sesuatu hal tersebut
merupakan benda yang sangat kecil maka dengan penggunaan media pengajaran
keadaan tersebut akan lebih cepat dapat dilalui.Misalnya Flm dan kaset Vedeo dapat
memperlihatkan kejadian.
ad. 4. Kesempatan Untuk Mengikuti Pendidikan Lebih Merata.
Dengan adanya peralatan yang modern setiap Individual akan lebih menikmati kesempatan
pendidikan dengan digunakannya radio, TV, ataupun media pengajaran lainnya.
ad.5. Pengajaran Menjadi Lebih Berdasarkan Ilmu.
Kemungkinan penggunaan media pengajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri ( 1978 : 66 ) memberikan
pendapatnya bahwa media pengajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Dapat membantu kemudahan belajar bagi siswa dan kemudahan mengajar bagi guru.
2. Melalui alat bantu pengajaran /konsep thema pelajaran yang abstrak dapat diwujudkan
dalam bentuk kongkrit.
3. Jalanya pelajaran tidak membosankan dan tidak monoton ( satu cara saja ).
4. Segala indera anak dapat diaktifkan dan turut berdialog/berproses sehingga kelemahan
dalam satu indera mata atau dengarnya dapat diimbangi dengan indera lainnya.

14

5. Lebih menarik minat, kesenangan siswa serta memberikan variasi atau mendekati Style (cara
kesenangan) belajar siswa.
6. Membantu mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita.

Dengan demikian fungsi media di atas sangat relevan dengan apa yang diharapkan
dalam interaksi belajar-mengajar, untuk mengefektifkan komunikasi guru dan siswa di dalam
proses pembelajaran di sekolah.Hal ini dapat dipahami , bahwa penggunaan media pengajaran
yang memadai dalam proses pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Media pengajaran merupakan upaya untuk membantu anak-anak dalam belajar baik
secara individual maupun kelompok atau klasikal, dalam melaksanakan tugasnya akan memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan secara tehnik penolong yang memungkinkan
terwujudnya tujuan yang akan dicapai.
Dari uraian di atas hendaknya seorang guru dalam memberikan materi pelajaran
diharuskan memilih media yang relevan agar termotivasi aktivitas belajar siswa. Dengan
pemilihan media yang tepat seorang guru akan mempertimbangkan persoalan yang menyangkut
belajar siswa sesuai dengan tingkat kematangan dan pengalaman serta tujuan yang ingin dicapai.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mudhoffir ( 1986 : 94 ) mengemukakan bahwa
didalam pemilihan media akan berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesesuaian dengan tujuan pengajaran
2. Tingkat kemampuan siswa
3. Ketersediaan media
4. Biaya
5. Mutu tehniknya.
Dari uraian tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa di dalam pemilihan media
hendaknya memperhatikan materi yang disesuaikan dengan tujuan,tingkat kematangan siswa,
keberadaan media, biaya serta mutu tehniknya. Kesemuanya itu akan mempengaruhi terhadap
aktivitas dan kreativitas belajar siswa.
Di dalam proses belajar mengajar setiap orang mempunyai minat untuk belajar, hal itu
disebabkan oleh adanya kemampuan penerimaan dan kemampuan tanggapannya,tanggapan
permulaan yang benar akan membantu belajar yang baik tapi sebaliknya bila tanggapannya tidak
benar akan menghambat seseorang dalam proses belajar-mengajar. Adapun pentingnya media
pengajaran dalam proses belajar-mengajar seperti yang dikemukakan oleh Hamzah Sulaiman (
1981 :3 ) adalah sebagai berikut :
15

Kalau seseorang menerima pelajaran atau informasi dengan kata-kata,maka pengalaman


itu disebut dengan pengalaman kata-kata,pengalaman serupa itu cenderung membuat
pelajaran atau informasi sukar ditangkap, kurang menarik dan mudah lupa.

Dengan demikian untuk mencapai suatu efektivitas komunikasi antara guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar, sebaiknya guru memiliki kemampuan untuk
mengadakan,mengoganisir,mengambil bahan-bahan dalam hal pemanfaatan dan penggunaan
media pengajaran yang tepat. Oleh karena itu dapat memperbesar arti dan fungsi
dalammenunjang efektivitas dan efesiensi dalam proses pembelajaran.
C. Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam hal ini guru merupakan factor utama dalam mengerakkan proses pembelajaran
dikarenakan guru yang sehari-hari memberikan pelayanan langsung kepada anak didiknya agar
dapat belajar dengan baik. Dikarenakan guru mempunyai tugas dan kewajiban dalam proses
belajar-mengajar memerlukan keahlian dan kemampuan tertentu dalam suatu proses
pembelajaran, guru mempunyai keahlian yang tidak dimiliki oleh orang lain yang bukan guru.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tim Didaktik Metodik ( 1982 : 12 ) adalah
sebagai berikut :
Seorang guru dalam tugasnya mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah berupa
membimbng,memberikan petunjuk,tauladan,bantuan,latihan, penerangan,pengertian,
kecakapan,keterampilan,norma-norma, kesusilaan,kebenaran, kejujuran,sikap-sikap dan
sifat-sifat yang baik dan terpuji.
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan begitu luasnya tugas-tugas seorang guru,
seorang guruterutama guruPendidikan Kewarganegaraan dituntut benar-benar memiliki
sikap, pengetahuan dan keterampilanyang luas,sehingga mampu bertindak sebagai
pendidik dan pengajar yang dapat dijadikan tauladan bagi anak didiknya dan masyarakat pada
umumnya.Seorang guru harus mampu menciptakan situasi belajar-mengajar yang harmonis
dan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dikarenakan guru merupakan subyek yang
dapat menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai moral bangsa, dalam mencapai tujuan
menjadi warga negara yang baik, guru dituntut memiliki kemampuan membimbing anak
didiknya kearah kedewasaan baik dewasa jasmani,rohani maupun sosial.
Adapun Kosasih Djahiri ( 1984 : 41 ) mengemukakan :

16
Sebagaimana kita maklumi banyak sekali hal ihwal kehidupan yang sangat bermanfaat
bagi anak didik, tetapi anak didik belum memahami dan menyadari hal tersebut, oleh
karenanya menjadi tugas guru untuk membantu penyadaran hal tersebut serta
mengajarkannya.

Dalam hal ini guru lebih memusatkan perhatiannya terhadap selesainya suatu program
pengajaran sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan, gambaran tersebut dalam PKn
tentu tidak dikehendaki lagi, sebab sebagaimana kita ketahui bahwa PKn sebagai suatu bidang
studi yang berdiri sendiri berbeda dengan bidang studi lannya yang menitik beratkan kepada
ranah afektif dengan tidak mengenyampingkan asfek kognetif,dan psikomotorik.Pernyataan
tersebut di atas sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan kewarganegaraan
yang baik sebagaimana diharapkan dalam tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan dengan
Dardji Darmodihardjo ( 1982 : 2 ) mengemukakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
adalah :
1. Memberikan pengertian,pengetahuan dan pemahaman tentang Kewarnanegaraan yang sah
dan benar.
2. Meletakan dan menanamkan pola pikir ( pattern of thought ) yang sesuai dengan
kewarganegaraan dan watak ( character) ke Indonesiaan.
3. Menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan kedalam diri anak.
4. Menggugah kesadaran diri anak didik sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia untuk
selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai kewarganegaraan.
5. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah dan tingkahlakunya bertindak sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma kewarganegaraan.
Secara interaftif Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tekanan pada ranahafektif
,anak didk diharapkan sekali menjadi warga negara yang baik yang tahu hak dan kewjiban
sebagai warga negra, dimensi inlah yang menjadi dasar pengembangan kurikulum, metodologi,
evaluasi dan media pengajarannya.

Adapun media pengajaran yang tepat digunakan pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kosasih Djahiri ( 1978/1979 : 71 )
megemukakan sebagai berikut :
1. Pengalaman kehidupan langsung
2. Penyertaan yang bersangkutan dalam suatu pengalaman buatan (artificial,simulasi ).Antara
lain : mendramatisir keadaan riil dalam kelas, analogi pengalaman,model-model dan lain-
lain.
17

3. Observasi dan partisipasi langsung dalam obyek studi. Antara lain : karyawisata,fleld trip dan
lain-lain.
4. Observasi dan partisipasi tidak langsung anta lain : TV,Film Lengkap, narrated film/slide.
5. Hampir sama dengan di atas ialah mempresentasikan/mempertontonkan/memvisuilkan
obyek dengan slow motion pictures,poto-poto,gambar slide dan lain-lain,hanya di atas lebih
hidup dan keseluruhannya langsung.
6. Melalui alat audio (pendengaran ) : radio,tape recorder dan lain-lain.
7. Bahan bacaan.
8. Kemampuan mendengarkan.

Mengingat hal tersebut di atas seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan agar dapar berhasil dalam
proses belajar-mengajar dan dapat menciptakan komunikasi interaktif antara guru dan siswa, maka
hendaknya seorang guru memperhatikan sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam
melaksanakan tugasnya. Salah satu kemampuan dasar tersebut adalah mampu mempergunakan media
dan sumber belajar yang meliputi pemanfaatan dan pembuatan alat sederhana.
Dengan melihat kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru, khususnya penggunaan media dan
sumber belajar yang meliputi pembuatan alat yang sederhana, maka kemampuan guru dituntut agar
dalam penggunaan media pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat menggugah dan menyentuh
perasaan siswa dalam proses belajar-mengajar.
D. Hubungan Penggunaan Media Pengajaran dengan Aktivitas Siswa dalam Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pada kegiatan belajar-mengajar guru dituntut harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan harmonis (Quantum Teaching and Quantum Learning) dan memotivasi belajar siswa
dengan giat,rajin dan tekun. Dalam memberikan pelajaran kepada siswa jangan bersifat verbalisme,
akan tetapi siswa dilatih dalam hal bekerja secara mandiri, pengetahuan yang diperoleh dengan cara
pengalaman dan pengamatan sendiri. Tidak selamanya siswa ketergantungan pertolongan dan bantuan
dari guru saja. Apabila siswa menemui kesulitan ia harus mampu mencari jalan keluar untuk
memecahkannya agar siswa tersebut berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Oleh sebab
itu guru harus berusaha semaksimal mungkin dalam memberikan materi kepada siswa sehingga dapat
menggugah aktivitas belajar, dimana diperlukan guru yang kreatifitas tidak bertindak sebagai ronda
malam. Guru selalu memberi bimbingan,rangsangan, dorongan, dan bantuan sehingga siswa tumbuh
dan berkembang ke arah yang diharapkan yaitu memiliki sikap seorang warga negara Indonesia yang
baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan tanah airnya sesuai dengan tujuan Pengajaran

18
Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian penggunaan media pengajaran merupakan dasar yang
sangat diperlukan dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pembelajaran tersebut.
Oleh karena pentingnya penggunaan media pengajaran dalam proses pembelajaran khususnya
pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka keberhasilan belajar tergantung kepada guru dalam
menggunakan media pengajaran agar tercipta situasi belajar yang kondusif. Dalam hal ini Darji
Darmodihardjo ( 1983 : 255) mengemukakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pembelajaran agar dapat berhasil yakni diantaranya pengadaan alat peraga dan perpustakaan.
Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Oemar Hamalik( 1980 : 30 ) yang menyatakan
sebagai berikut :
Media pendidikan membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan belajar.Media
pendidikan memberikan pengaruh-pengaruh psikologis terhadap para siswa.Periode
orientasi pengajaran akan berlangsung lebih efektif apabila guru menggunakan media
pendidikan, misalnya : dengan memasang gambar pada papan tempel, mengadakan
dramatisasi, berkaryawisata dan lain-lain.

Dari kutipan di atas menunjukkan pada hakekatnya penggunaan media pendidikan/pengajaran


dapat menciptakan situasi belajar yang aktif dan kreatif atau dengan kata lain dengan menggunakan
media pengajaran guru harus berusaha mendorong untuk membangkitkan minat siswa, baik jasmani
maupun rohani pada berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga melalui penggunaan media
pengajaran secara insidental atau terprogram akan terjadi sentuhan nilai,sikap,moral ,dan tindakan yang
mengarah kepada perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar. Dengan demikian pencapaian
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan akan dapat terwujud.
Adapun penggolongan keaktifan siswa sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mudhoffir ( 1986 :
137 ) adalah sebagai berikut :
1. Active Interaction With The Intructor
Yaitu aktivitas siswa bila pengajar selagi mengajar di depan kelas, siswa bertanya dan pengajar
menjawab.Tanya jawab tersebut mungkin menimbulkan diskusi,baik terhadap pengajar
maupun segitiga anata siswa terhadap pengajar maupun ,segi tiga antara siswa terhadap
pengajar dan antar siswa.
2. Working At The Student’s Seat
Partisipasi ini merupakan kegiatan (fisik dan mental ) siswa seperti :
- Siswa aktif mencatat apa yang ditepakan oleh pengajar.
-Mengerjakan tugas-tugas, melengkapi lembar tugas sehubungan dengan pokok bahasan yang
baru diterangkan oleh pengajar, misalnya membuat garis-garis besar isi pokok
bahasan,menyempurnakan diagram yang menyertai materi media audio visual, mencatat
jawaban pengajar atas pertanyaan siswa, mencoba latihan-latihan dan sebagainya.

19

3. Orther Mental Participation


Partisipasi mental berarti siswa selalu siap bila tiba-tiba pengajar maupun temannya
bertanya kepadanya sewaktu pengajaran berlangsung.

Segala aktivitas dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar perlu diberikan
motivasi dan rangsangan dengan menggunakan media pengajaran, seperti pendekatan melalui
diskusi kelompok atau penugasan kelompok belajar dan membuat kliping. Dengan cara tersebut
sangat menarik dan lebih banyak berinteraksi baik secara ilmu maupun secara moral dalam
pencapaian hasil prestasi belajar.Dalam menyajikan bahan pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan akan lebih bervariasi sehingga kejenuhan siswa dalam menerima materi
pelajaran teratasi.
Dengan demikian jelas kiranya bahwa aktivitas siswa dalam belajar dapat didorong oleh guru
dengan memberikan rangsangan melalui penggunaan media pengajaran yang tepat dan
berkesinambungan.Oleh karena itu penggunaan media pengajaran dalam Pendidikan
Kewarganegaraan mempunyai hubungan positif dengan peningkatan hasil belajar siswa.

E. Hubungan Media Pengajaran dalam Menunjang Prestasi Siswa dalam Belajar


Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam strategi belajar-mengajar akan nampak suatu jalinan yang erat dari berbagai aspek
pengajaran, dimana terdapatnya suatu media,metode,fasilitas,guru,evaluasi,kurikulum,silabus
siswa dan sebagainya yang berhubungan erat dengan yang lainnya sehingga merupakan kesatuan
yang tidak bisa dilepaspisahkan. Untuk memahami setiap proses interaksi tersebut terjadi suatu
ikatan situasi educatif, hal ini perlu dipahami oleh guru-guru yang mendasari interaksi edukatif
itu dengan satu hal yang mudah dipahami yaitu tentang penyediaan dan penggunaan media
pengajaran. Dalam proses belajar mengajar guru,siswa fasilitas dan media pengajaran hendaknya
dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatnya prestasi belajar.
Media pengajaran yang merupakan tehnik,alat, metode yang digunakan oleh guru dalam
mengefektivitaskan komunikasi dan interaksi edukatif yang merupakan persenyawaan terhadap
tujuan yang sama.Melalui Pendidikan Kewarganegaraan anak dipersiapkan menjadi warga
negara yang baik serta mencintai bangsa dan negaranya.Dengan demikian Pendidkan
Kewarganegaraan merupakan salah satu sarana untuk membangun watak bangsa Indonesia
20
dengan mempertebal sifat-sifat ke Indonesiaan seseorang.Penampakan sifat-sifat tingkah laku
yang dipelajari akan menimbulkansuatu katagori yang dimiliki seorang siswa.
Apabila usaha murid telah menghasilkan pola tingkah aku yang dikehendaki dalam proses
belajar mengajar, maka dapat dikatakan telah mencapai titik akhir sementara apa yang diperoleh
dari hasil belajar, oleh karena itu belajar dapat dipandang sebagai hasil, ( Winarno Surakhmad,
1984 :74 ) . Dengan hasil itulah dinamakan kemampuan atau prestasi belajar,kegiatan tersebut
merupakan perwujudan dari jalinan erat antara komponen-kmponen dari setiap proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien , maka diperlukan strategi mengajar yang sistematis dengan
serangkaian langkah-langkah yang diikuti secara teratur yaitu langkah pertama perumusan tujuan
pelajaran secara operasional yang diikuti dengan bahan pelajaran. Untuk mengetahui sampai
seberapa jauh kesiapan anak dalam menerima bahan pelajaran,langkah ini biasa dilakukan pada
tes awal atau tes pendahuluan ( post tes ).Setelah itu baru menentukan metode yang akan dipakai
misalnya metode tanya jawab,ceramah, diskusi dan sebagainya, kemudian ditentukan media
pengajaran yang akan digunakan,waktu tempat untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pada berikutnya yaitu unpan balik dan evaluasi yang mempunyai arti penting sekali dalam
strategi belajar mengajar sebab dengan evaluasi akan memperoleh penilaian terhadap anak dan
tujuan pelajaran yang diperoleh dari hasil belajar. Dengan adanya strategi belajar mengajar harus
mempunyai langkah-langkah secara sitematis,teratur,terencana akan tetapi pelaksanaannya
mempertimbangkan aspek-aspek lain yang dianggap penting.Timbulnya suatu prestasi belajar
dari siswa, antara lain : asfek keterampilan dan memiliki sikap mental yang benar, ( Yusufhadi
Miarso, dkk. ; 1984 : 34 ) sesuai dengan tingkat perkembangan system belajar yang ditunjang
dengan teknologi pendidikan yang canggih.Adapun AECT, ( 1986 : 3 ) mengemukakan bahwa
teknologi Instruksional adalah sebagai berikut :
Proses yangkompleks dan terpadu yang melibatkan orang,prosedur,ide,peralatan dan
organisasi untuk menganalisis masalah,mencari cara pemecahan masalah-masalah dalam situasi
dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Melalui teknologi instruksional
tersebut pemecahan masalah dapat dilaksanakan, yang di dalamya terdapat komponen-
komponen yang berisi : pesan,orang,bahan,peralatan,teknik,dan latar. Dalam hal ini penulis ingin
menggambarkansuatu pola Instruksional yang disadur dari (Mudhoffir 1986 : 140 ) adalah
sebagai berikut :
21

KURIKULUM

1 ALAT AUDIO VISUAL 3 4

DOSEN/GURU DOSEN/GURU DOSEN/GURU DOSEN/GURU


MEDIA MEDIA

1 2 3 4

MAHASISWA/GURU

Bagan 2 : Pola Instruksional

Gambar pola Instruksional di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut :


1. Sumber berupa orang saja. Dalam pola interaksi ini guru kelas memegang kendali penuh atas
berlangsungnya pengajaran dan bahan pendidikan.
2. Sumber berupa orang yang dibantu oleh sumber lain. Dalam hal ini guru kelas masih memegang
control, hanya saja tidak mutlak karena dia dibantu oleh sumber lain.
3. Sumber berupa orang bersama dengan sumber yang lain berdasarkan suatu pembagian
tanggung jawab. Dalam hal initerdapat control bersama.
4. Sumber lain saja tanpa sumber orang, terjadi dalam suatu pengajaran melalui media.

Selanjutnya kita dapat melihat hubungan dan interaksi antar fungsi dan antar komponen dalam
sistem pembelajaran, penulis gambarkan sebagai berikut :

22
Fungsi Pembelajaran
(Merangsang dan Mensukseskan
Belajar)
A.PENGELOLAAN BELAJAR :

1.Membangkitkan hasrat
belajar siswa.

2.Mengemukakan tujuan
belajar dan kriteria
keberhasilan.

3.Menyajikan dan menjelaskan


ajaran.

4.Memberitahukan tugas-tugas
siswa.

5.Membimbing dan melatih


siswa.

6.Menjaga ketertiban.

7.Menilai pekerjaan siswa.

8.Memberi unpan balik pada


siswa.

9.Mengoreksi kesalahan siswa.


B.Sumber-sumber Belajar
1.Rumusan tujuan belajar.
2.Kriteria keberhasilan.
3.Sajian dan penjelasan
guru/manusia sumber lainnya
4.Bahan-bahan pelajaran atau
media.
5.Petunjuk,tugas,latihan
soal/test lingkungan belajar.
6.Alat-alat
FUNGSI BELAJAR
(Pemnfaatan sumber belajar
Untuk mencapai tujuan belajar)

KEGIATAN BELAJAR SISWA


1.Memahami sajian guru dan
bahan-bahan pelajaran/
media.
Hasil Prestasi
Belajar siswa.
2.Megerjakan tugas,latihan
Dan soal-soal.
3.Memanfaatkan peralatan
dan lingkungan.

FUNGSI PENILAIAN

1.Penilaian prestasi belajar.


2.Penilaian program pelajaran.Bagan 3
Hubungan dan interaksi antar fungsi dan antar
komponen dalam sistem pembelajaran

23
Setelah penulis amati adanya keterkaitan dalam pola Instruksional maupun sistem
pembelajaran antara media dengan komponen yang lainnya dalam suatu pola educative. Sistem
pembelajaran harus dikembangkan dan merupakan hasil yang akan menjadi masukan bagi
system pembelajaran.
Dengan demikian yang perlu diperhatikan bagaimana terjadinya hubungan positif antara
guru dengan siswa setelah mengadakan pembelajaran dengan menggunakan media, bagaimana
pula pola interaksinya, adakah keterpaduannya.Dalam hal ini untuk terjadinya suatu proses
yang baik dan mempunyai daya rangsangan belajar terhadap siswa, dengan memberikan
control yang baik atau menganalisa tingkat perkembagannya,dengan adanya suatu
perkembangan sistem belajar yang mempunyai daya rangsang akan bertambah pula tingkat
prestasi yang dicapai siswa.Pemahaman guru terhadap kurikulum dan kegunaan bagi siswa-
siswa,sehingga pendidikan mempunyai peranan penting dan diharapkan memberikan
sumbangan bagi kemajuan bangsa,yaitu dengan membimbing siswa agar menguasai ilmu dan
keterampilan yang berguna dan memiliki sikap positif sesuai dengan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan, oleh karena itu dapat memberikan motivasi yang dapat menimbulkan
efesiensi dan efektivitas dalam menyajikan pelajaran. Sedangkan simulasi yang diharapkan
adalah sebagai berikut :
- Diharapkan pendidikan dapat memberikan pelajaran yang penuh variasi sehingga
mempunyai daya tarik serta merangsang keaktivan siswa untuk timbulnya berbagai
macam keaktivan siswa dan menimbulkan berbagai macam keaktivan dengan
menggunakan media tersebut.
- Pendidikan diharapkan menyajikan pelajaran yang mudah dimengerti, diingat dan
langsung dapatditerapkan yang sesuai dengan kemampuan siswa serta keadaan
lingkungannya.
Dalam hal ini guru sebagai pemegang peranan yang sangat penting, sebagai
inovator pendidikan yang efektiv dan efisien.Faktor pengalamanpun juga menunjukkan bahwa
dalam komunikasi banyak penyimpangan,disebabkan kecenderungan verbalisme, ketidak
siapan murid, kurangnya minat dan kegairahan murid yang disebabkan kurang adanya motivasi
24
dari guru dalam arti guru menyajikan materi pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan
siswa.
Oleh karena itu semakin bertambahnya isi pengetahuan yang harus diberikan guru dengan
meningkatnya jumlah murid dan semakin sulit bagi guru untuk memberikan pelayanan,
bimbingan secara individual kepada setiap murid.Salah satu jalan keluarnya adalah dengan
menggunakan media pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini penting
bagi kebutuhan guru sebagai pendidik mnyesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Penggunaan
media pengajaran ini janganlah dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif,
dalam arti penggunaannya semata-mata ditentukan oleh guru melainkan merupakan upaya
siswa-siswa untuk belajar, dan bila perlu dengan cara Individual ( berinteraksi secara Individual
dengan media ) atau kelompok-kelompok belajar siswa.Diharapkan anak bukan saja meniru apa
yang kita perbuat akan tetapi aktiv anak berupaya berbuat atas dasar keyakinan, inilah yang
dimaksud dengan adanya kreativitas belajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas ,maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
media pengajaran mempunyai hubungan yang erat dengan prestasi belajar siswa khususnya
prestasi belajar PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan )di Sekolah Menengah Pertama ( SMP
).Dengan demikian dapat dilihat suatu prestasi belajar siswa dengan menggunakan media dan
nilai usaha guru dalam suatu proses interaksi belajar- mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research).Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama.Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan

oleh siswa (Suharsimi Arikunto, dkk. 2006: 3).Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para

anggota maka penelitian ini berbentuk individual, artinya peneliti melaksanakan penelitian

tindakan kelas (PTK) di satu kelas saja. Penelitian tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus,

masing-masing siklus terdiri dari perencanaan(planning), tindakan(action),observasi(observe),

serta refleksi(reflect).

Kemmis dan McTaggart dalam Suwarsih Madya (1994:2), yang mengatakan bahwa PTK

adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi

sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat

dilakukan praktik-praktik tersebut.

Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan

McTaggart. Adapun alur kegiatan penelitian tindakan menurut Kemmis dan McTaggart adalah:

25
26

Keterangan :
1. Perencaan
2. Tindakan dan Observasi 1
3. Refleksi 1
4. Rencana terevisi 1
5. Tindakan dan Observasi II
6. Refleksi II
7. Rencana terevisi II
8. Tindakan dan Observasi III
9. Refleksi III
Gambar 3. Alur Kegiatan PTK

Langkah-langkah penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan McTaggart adalah sebagai berikut:

1. Persiapan kegiatan

a.Survey dan penjajagan


27

Survey dan penjajagan dilakukan secara langsung untuk mengetahuikemungkinan dan


ketersediaan sekolah yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian. Tujuan survey yang
lain adalah untuk mendapatkan informasi baik fisik maupun non fisik keadaan sekolah dan
suasana pembelajaran di kelas.
b. Penyusunan proposal

Penyusunan proposal atau rencana tindakan terlebih dahulu dikonsultasikan

dengan rekan seprofesi.

c. Perizinan

Perizinan diperoleh dengan prosedur yang ada dengan ijin dan rekomendasi lembaga

SMPN terkait untuk perijinan ke lapangan.

2. Perencanaan dan pelaksanaan tindakan

a. Perencanaan

Perencanaan tindakan kegiatan dimulai dengan:

1) Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu:

a) Lembar kegiatan pembelajaran, yakni urutan rencana pembelajaran bagi guru,

media dan metode/pendekatan yang akan diterapkan.

b)Lembar kegiatan dijadikan petunjuk dan arahan kegiatan pembelajaran.

2) Membuat instrumen pengumpul data

a) Lembar observasi aktivitas siswa dengan observer.

b) Post tes

3) Mempersiapkan media dan metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran.

b. Pelaksanaan dan tindakan

1) Pelajaran diawali dengan salam dan presensi.


28

2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

3) Guru menjelaskan mengenai materi yang akan dipelajari dengan menggunakan

media yang disesuaikan dengan materi.

4) Guru membentuk kelompok untuk melaksanakan Pembelajaran dengan

menggunakan Media Pengajaran

5) Guru memberikan permasalahan untuk dipecahkan semua kelompok.

6) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk memecahkan permasalahan.

7) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

8) Secara bersama-sama membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok.

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, pada tiap siklus guru

menggunakan pembelajaran dengan media yang disesuaikan materi pelajaran. Selanjutnya

memberikan evaluasi tiap siklus yang hasilnya sebagai bahan perencanaan dan perbaikan untuk

siklus selanjutnya.

c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan observasi yang dilakukan oleh

peneliti terhadap aktivitas peserta didik.

d. Refleksi

Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah dilakukan

oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian membahas dampak yang

dihasilkan dan membandingkan dengan keadaan sebelum diberi tindakan.

B. Jenis Tindakan
29

Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan Media

Pengajaran Pembelajaran dengan menggunakan Media Pengajaran bukan hanya sekedar

proses pembelajaran tetapi juga merupakan suatu cara berfikir, sebab dalam Media

Pengajarandapat menggunakan pendekatan –pendekatan lainnya dimulai dengan mencari

data sampai kepada menarik kesimpulan.

Langkah-langkah Pendekatan ini :

b. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa

sesuai dengan taraf kemampuannya.

a. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan

lain-lain.

b. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja

didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.

c. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha

memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul

cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk

menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti,

demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

d. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang

jawaban dari masalah tadi.

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar PKn siswa. Hasil belajar yang

dimaksud adalah peningkatan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran PKn setelah
30

pembelajaran dengan menggunakan Media Pengajaran.Wujud kemampuan peningkatan

kognitif meliputi: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), aplikasi

(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII/b SMPN 3 Malangbong, karena hasil belajar

pada kelas ini lebih rendah dibandingkan dengan kelas lainnya.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 136), instrumen penelitian adalah suatu alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya

lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi/pengamatan

Lembar observasi/pengamatan, yaitu lembar yang berisi indikator-indikator proses

pembelajaran dalam melaksanakan pengamatan di kelas. Lembar observasi yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran

dengan menggunakan Media Pengajaran.

2. Tes akhir siklus

Berupa tes yang diberikan setiap akhir siklus yang akan digunakan sebagai umpan

balik untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat penggunaan Media

Pembelajaranterhadap hasil belajar PKn siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data


31

Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan

teknik observasi atau pengamatan secara langsung untuk mengamati tindakan dengan

menggunakan Media Pembelajaran. Selanjutnya pada tiap siklus dilaksanakan tes untuk

mengetahui hasil belajar siswa.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan,

dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi bermakna.

2. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan

naratif, representasi tabular termasuk dalam format matriks, grafis, dan sebagainya.

3. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir

tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan atau formula yang singkat dan padat tetapi

mengandung pengertian yang luas.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi dan Situasi Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 tepatnya pada semester 3 tahun

ajaran 2014/2015 tempat pelaksanaan di kelas VIII/b SMPN 1 Cihurip Kabupaten

Garut,dengan jumlah siswa orang, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswi

perempuan . Secara keseluruhan siswa dalam satu kelas bersifat heterogen dengan tingkat

kemampuan yang berbeda-beda.

2. Situasi Tempat Penelitian

Sekolah ini berada di tepi jalan yang strategis, akan tetapi ruang kelas jauh dari jalan

raya, sehingga proses pembelajaran tidak terganggu, serta sebagian dikelilingi areal

kebun sebagai lahan pertanian masyarakat sehingga membuat suasana belajar nyaman

dan tenang.

SMP Negeri ini mempunyai 3 tingkat kelas yaitu kelas VII, VIII, dan XI. Masing-

masing tingkat terdiri dari 5 kelas. Dengan rata-rata jumlah siswa perkelas 29-36 siswa.

Pelajaran PKn di kelas VIII dipegang oleh seorang guru. Kelas VIII/ b merupakan kelas yang

akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

Sebelum dipaparkan hasil penelitian barikut ini adalah hasil observasi sebelum

diadakan penelitian. Guru sebagai pengelola pembelajaran kurang bervariasi di dalam

menggunakan metode pembelajaran tetapi metode ceramah masih mendominasi kegiatan

pembelajaran. Hal ini terjadi karena metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling

32
33

mudah untuk mengatur kelas dan menyajikan informasi. Kelebihan ini cenderung menjadikan

ceramah sebagai metode andalan dalam proses pembelajaran, sehingga komunikasi yang terjadi

dalam kegiatan pembelajaran adalah satu arah, yaitu dari guru ke siswa.

Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran PPKn menjadikan siswa pasif

sehingga pencapaian hasil belajar terlihat kurang optimal. Pada saat pembelajaran berlangsung

sebagian besar peserta didik ramai sendiri, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan atau

memberikan tanggapan terhadap materi yang disampaikan oleh guru, bahkan ketika guru

memberi kesempatan untuk bertanya, tidak ada yang bertanya. Sewaktu guru memberikan

pertanyaan, siswa hanya diam, tidak memberi respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

guru. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran PPKn.

B. Diskripsi Pelaksanaan Tindakan

1. Kegiatan Pra Tindakan

a. Identifikasi permasalahan pembelajaran

Sebelum proses penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan pra

survei pada bulan juni Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan maksud

mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode tanya jawab

dengan Media Pengajaran untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran.

b. Perencanaan kegiatan sebelum penelitian

1) Urutan tindakan

a) Survei dan penjajakan.


34

Survei dan penjajakan dilakukan secara langsung untuk mengetahui

kemungkinan dan ketersediaan sekolah yang bersangkutan untuk dijadikan

tempat penelitian. Tujuan survei yang lain adalah untuk mrndapatkan informasi

baik fisik maupun non fisik keadaan sekolah dan sarana pembelajaran.

b) Penyusunan proposal

Penyusunan proposal atau rencana tindakan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan

rekan seprofesi.

c) Perijinan

Perijinan diperoleh dengan prosedur yang ada dengan ijin dan rekomendasi lembaga

SMPN yang terkait untuk perijinan ke lapangan. Untuk melaksanakan penelitian,

diperlukan suatu rancangan yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran.

Rencana penelitian ini merupakan suatu rancangan dengan menggunakan

Metode tanya Jawab dengan Media Pengajaran sebagai upaya meningkatkan

aktivitas siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Secara umum penggunaan Metode Tanya Jawab dengan Media pengajaran berdasarkan

Pemecahan masalah, masalah ini tumbuh dari siswa sesuai taraf kemampuannya,

kemudian dikemukakan oleh guru dan siswa akan membahas dan mencari sumber-

sumber yang relevan mengenai masalah tersebut. Tugas guru selama proses pembelajaran

berlangsung adalah menyampaikan tujuan pembelajaran sejelas-jelasnya, memantau

aktivitas siswa dan memberi bantuan kepada siswa untuk memaksimalkan proses

pembelajaran, mengevaluasi kerja siswa, menerangkan materi pelajaran.


35

Dalam desain pembelajaran ini peran guru selain sebagai fasilitator juga sebagai

koordinator dan konsultan dalam memperdayakan siswa, artinya guru mempunyai

kewajiban untuk mengamati siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu siswa

dituntut untuk lebih aktif dalam menganalisa permasalahan dengan penuh tanggung jawab.

2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan selama 3 siklus/putaran dan masing-masing siklus

dilaksanakan selama 2 x pertemuan. Jadi penelitian ini dilaksanakan selama 6 x pertemuan.

Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,

dan refleksi.

a. Siklus I

1) Pertemuan 1

a) Perencanaan Tindakan

- Standar Kompetensi:1.Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila.

-Kompetensi Dasar1.1. Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.

-Materi :a.Pengertian Ideologi d. Latar belakang Pancasila sebagai


dasar negara dan Ideologi negara
b.Manfaat Ideologi e. Perumusan Pancasila dalam Sidang
BPUPKI
c.Fungsi Ideologi f. Hubungan antar sila dalam Pancasila

Hipotesis Tindakan: Upaya meningkatkan hasil belajar dengan


36

Materi Menjelaskan Pentingnya Ideologi dalam suatu negara . Dapat ditempuh dengan

penggunaan Media pelajaranyang didahulu dengan metode ceramah.

Peningkatan hasil belajar pada materi Menjelaskan Pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi negara.

 dengan menggunakan Media pelajaran dapat dibuktikan dengan

 membandingkan antara nilai rata-rata tes akhir siklus I dengan nilai rata-

rata pada akhir semester PKn kelas VII

- RPP: terdapat pada lampiaran hal

b) Pelaksanaan tindakan

- Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi

secara singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

- Sebelum guru menyampaikan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru

menjelaskan pendekatan pembelajaran yang akan

diterapkan, kemudian menyampaikan tata cara siswa melakukan kegiatan

dalam pembelajaran tersebut.

-Guru mengarahkan siswa dalam pembentukan kelompok. Masing-masing

kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen.

Kemudian guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk mencari

solusi dari permasalahan yang telah dipaparkan oleh guru. Siswa dengan

anggota kelompoknya bekerja sesuai dengan aturan pembelajaran

37
penggunaan Media pengajaran. Setiap kelompok yang sudah selesai lalu maju

untuk mempresentasikan hasil diskusi.

-Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah

disepakati dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan

informasi dan fakta yang relevan.

- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang

dirasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.

- Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru tidak menyimpulkan hasil

presentasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan

hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari.

Beberapa siswa menanyakan hal -hal yang belum dimengerti, kemudian

guru menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa

berakhir, guru kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa

untuk lebih giat dalam menyelesaikan tugasnya dipertemuan berikutnya.

Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

c) Observasi

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn.Pada pertemuan pertama ini jumlah

siswa yang masuk sebanyak 30 siswa (93,75 %) dari 32 siswa. Aktivitas siswa

pada pertemuan pertama ini masih rendah atau belum sesuai dengan

yangdiharapkan. Siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Masalah

38
yang dihadapi yaitu siswa sibuk sendiri dan mengobrol dengan teman-temannya

pada saat diskusi berlangsung, siswa ada yang melamun, siswa dalam bertanya

dan menjawab asal-asalan. Pada pertemuan pertama ini tidak semua kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas karena keterbatasan waktu.

Hasil observasi pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Aktivitas siswa pada pertemuan 1,siklus I

Aspek yang diamati f f%

1. Mengajukan pertanyaan 2 6,66


2. Menanggapi respon siswa lain 1 3,33
3. Menjawab pertanyaan guru 5 16,66
4. Memperhatikan penjelasan guru 17 56,66
5. Diskusi kelompok 15 50,00
6. Diskusi kelas 16 53,33
Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan

pertanyaan sebesar 2 siswa (6,66 %), menanggapi respon siswa lain sebesar 1 siswa ( 3,33

%), menjawab pertanyaan guru sebesar 5 siswa (16,66 %), memperhatikan penjelasan guru

sebesar 17 siswa (56,66 % ) diskusi kelompok sebesar 15 siswa (50 %), diskusikelas sebesar

16 siswa (53,33 %).

Pada pertemuan pertama ini guru belum melakukan apersepsi. Guru sudah menjelaskan

materi pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Selain itu guru

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Guru terlihat belum dapat mengelola

diskusi pemecahan masalah dengan baik, sehingga masih banyak siswa yang asyik ngobrol

39
dengan temannya. Guru selalu menganjurkan agar siswa bekerjasama dalam diskusi, tetapi

pada kenyataanya siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri. Pada pertemuan pertama ini guru

belum merangkum dan menyimpulkan masalah karena waktu yang diberikan untuk diskusi

melebihi dari waktu yang telah direncakan.

Tabel 2. Aktivitas guru pada pertemuan 1, siklus I.

Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya

diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

2) Pertemuan 2

a) Pelaksanaan tindakan

- Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi

secara singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

- Sebelum guru menyampaikan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru

menjelaskan metode pembelajaran yang akan diterapkan, kemudian

40
menyampaikan tata cara siswa melakukan kegiatan dalam pembelajaran

tersebut.

- Siswa membentuk kelompok dengan anggota yang sebagian besar sama

dengan anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru

memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk mencari solusi dari

permasalahan yang telah dipaparkan oleh guru. Siswa dengan anggota

kelompoknya bekerja sesuai dengan aturan pembelajaran dengan

menggunakan Media Pelajaran.

Setiap kelompok yang sudah selesai lalu maju untuk mempresentasikan hasil

diskusi pemecahan Masalah.

- Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah

disepakati dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan

informasi dan fakta yang relevan.

- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang

dirasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.

- Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan hasil presentasi

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari. Beberapa

siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, kemudian guru

menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa

41
berakhir,kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa untuk lebih giat

dalam menyelesaikan tugasnya dipertemuan berikutnya. Kemudian guru

menutup pelajaran dengan mengucap salam.

b) Observasi

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Pada pertemuan keduaini jumlah

siswa yang masuk sebanyak 31 siswa (96,87%) dari 32 siswa. Aktivitas siswa

pada pertemuan kedua ini masih relatif rendah atau belum sesuai yang

diharapkan, walau sudah ada peningkatan beberapa nomor item. Pertemuan

kedua ini siswa mulai terlihat agak memperhatikan dalam mengikuti pelajaran.

Pada saat diskusi kelompok masih ada beberapa siswa yang ngobrol dengan

temannya, sementara siswa yang lain sedang mengerjakan tugas. Dalam diskusi

kelompok sudah nampak kerjasama yang baik, saling menghargai dan

mendukung antara anggota kelompok. Hasil observasi pada pertemuan kedua

ini dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3. Aktivitas siswa pada pertemuan 2, siklus I.

Aspek yang diamati f F%

1. Mengajukan pertanyaan 6 19,35


2. Menanggapi respon siswa 4 12,90
3. Menjawab pertanyaan guru 6 19,35
4. Memperhatikan penjelasan guru 20 64,51
5. Diskusi kelompok 17 56,66
6. Diskusi kelas 18 58,06

42
Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan pertanyaan

sebesar 6 siswa (19,35 %), menanggapi respon siswa lain sebesar 4 siswa

(12,90%), menjawab pertanyaan guru sebesar 6 siswa (19,35 %),

memperhatikan penjelasan guru sebesar 20 siswa ( 64,51%), diskusi kelompok

sebesar 17 siswa (56,66 %), diskusi kelas sebesar 18 siswa (58,06%).

Pada pertemuan kedua ini guru belum melakukan apersepsi. Guru sudah

berusaha melaksanaan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah

ditetapkan. Selain itu guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa

mengenai permasalahan yang mereka hadapi selama diskusi berlangsung. Guru

sudah terlihat dapat mengelola diskusi dengan baik, sehingga siswa menjadi

bersemangat dalam mengerjakan tugasnya walaupun masih ada siswa yang

melamun pada saat diskusi kelompok berlangsung. Guru selalu menganjurkan

agar siswa bekerjasama dalam mengerjakan soal. Pada pertemuan kedua ini

guru sudah merangkum dan menyimpulkan hasil diskusi.

Tabel 4. Aktivitas guru pada pertemuan 2, siklus I

43
Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya

diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

Setelah memperoleh data-data hasil observasi pada pertemuan 1 dan 2,

selanjutnya akan dibandingkan aktivitas siswa, guru, dan nilai rata-rata antara

siklus I dengan nilai rata-rata semester 2 kelas VII. Penerapan pembelajaran

dengan menggunakan Media Pelajaran pada siklus I ini belum dapat

dilaksanakan secara optimal, hal ini terbukti dengan sedikitnya peningkatan

persentase aktivitas dalam pembelajaran dari pertemuan 1 ke pertemuan

berikutnya.Bahkan pada aktivitas menjawab pertanyaan guru sedikit

peningkatan persentase. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

44
Tabel 5. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I

Pertemuan Rata-rata
Aspek yang diamati 1 2
(%)
( %) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 6,66 19,33 12,99
2. Menanggapi respon siswa lain 3,33 12,90 18.11
3. Menjawab pertanyaan guru 16,66 19,33 17,99
4. Memperhatikan penjelasan guru 56,66 64,51 60,58
5. Diskusi kelompok 50,00 56,66 53,33
6. Diskusi kelas 53,33 58,06 55,69

Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengajukan

pertanyaan pada pertemuan 1 sebesar 66,66% sedangkan pada pertemuan 2

sebesar 19,33%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang disebabkan oleh

guru memberi dorongan dan motivasi agar siswa berani mengajukan

pertanyaan. Pada item menanggapi respon siswa lain menunjukkan adanya

peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar 3,33% sedangkan pada pertemuan

2 sebesar 12,90 %. Hal ini disebabkan oleh guru memberi dorongan dan

motivasi agar siswa berani menanggapi respon siswa lain. Item menjawab

pertanyaan guru mengalami sedikit kenaikan yaitu pertemuan 1 sebesar 16,66

% sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 19,33 % karena disebabkan oleh

pertanyaan yang diajukan oleh guru terlalu sulit bagisiswa sehingga sedikit dari

mereka yang bisa menjawab pertanyaan. Jumlah siswa yang memperhatikan

penjelasan guru mengalami peningkatan walaupun sedikit yaitu pertemuan 1

sebesar 56,66% sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 64,51%.

45
Item diskusi kelompok mengalami peningkatan karena guru mampu memotivasi

siswa agar saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya yaitu pada

pertemuan 1 sebesar 50,00% sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 56,66 %.

Item diskusi kelas juga mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar

53,33% sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 58,06 %.

Pada akhir pertemuan siklus I diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana

penggunaan MediaPelajaran terhadap hasil belajar siswa, dari hasil tes tersebut

akan dibandingkan dengan nilai semester 2 kelas VII yang lalu. Di bawah ini

terdapat hasil tes siswa pada siklus I.

Tabel 6. Skor tes kelas VIII/B pada siklus I

Skor f % fx
10 - - -
9 1 3,22 9
8 2 6,45 16
7 14 45,16 98
6 12 38,40 72
5 2 6,45 10
4 - - -

3 - - -
Jumlah 31 100 205

Nilai rata-rata pada siklus I adalah sebagai berikut

M 
F x

46
205
M   6,61 Dengan demikian nilai rata-rata skors kelas VIII/B menurun jika
31

dibandingkan dengan nilai rata-rata skor PKnkelas VII semester 2.

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I ini, jumlah siswa

yang memperoleh nilai 9 berjumlah 1 siswa (3,22%),

siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 2 siswa (6,45%). Jumlah siswa yang

memperoleh nilai 7 sebanyak 14 siswa (45,16%), siswa yang memperoleh nilai

6 sebanyak 12 siswa (38,40%). Kemudian perolehan nilai rata-rata siswa kelas

VIII/B pada siklus I ini adalah 6,61.

Dari perolehan tes pada siklus I di atas, kemudian dibandingkan dengan

nilai rata-rata semester 2 pada waktu kelas VII.. Dari perbandingan tersebut

dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata dari 6,85 menjadi 6,61

Nilai rata-rata PKn kelas VII semester 2 = 6,85

Nilai rata-rata siklus I = 6,61

Refleksi

Pembelajaran pada siklus I ini dilakukan agar siswa dapat memahami

materi dengan menggunakan Media Pelajaran. Pada siklus I ini belum

dilaksanakan secara optimal, karena siswa belum terbiasa dengan menggunaan

Media Pelajaran, sehingga aktivitas yang diharapkan belum maksimal. Aktivitas

siswa dalam mengikuti pembelajaran masih bingung dengan Media

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu diperoleh nilai rata-rata

turun dari 6,85 menjadi 6,61 karena siswa belum terbiasa menggunakan Media

Pelajaranyang masih baru dan asing bagi mereka.

47
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari

pembelajaran pada siklus I belum tercapai dan dari kegiatan pembelajaran perlu

dianjurkan pada siklus berikutnya. Dilihat dari aktivitas siswa pada siklus I ini,

ada beberapa dari aktivitas siswa sudah muncul, diantaranya aktivitas

mengajukan pertanyaan, diskusi kelompok, dan diskusi kelas. Sedangkan

aktivitas guru dalam mengelola kelas agar siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran, membimbing diskusi kelompok, dan mengajarkan siswa untuk

saling bekerjasama dalam kelompok masih perlu diingatkan lagi. Berdasarkan

hasil dari siklus I ini maka selanjutnya pada siklus II rancangan pembelajaran

harus dapat dilaksanakan denganlebih menarik dan menyenangkan bagi siswa

sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

b. Siklus II

1) Pertemuan 3

a) Perencanaan tindakan

- Standar Kompetensi: 1.Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila.

- Kompetensi Dasar: 1.2 Meguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara

dan ideologi negara.

- Materi : a.Nilai-nilai luhur Pancasila.

b.Contoh nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

c.Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila

- Hipotesis tindakan:

48
-Upaya meningkatkan hasil belajar dengan materi Nilai-nilai luhur

Pancasila,dapat ditempuh dengan penggunaan Media Pengajaranyang

kemudian diklarifikasi dengan metode tanya jawab.

-Peningkatan hasil belajar pada materi Nilai-nilai luhur Pancasila dengan

menggunakan Media Pengajaran dapat dibuktikan dengan

membandingkan antara nilai rata-rata tes akhiur siklus I dengan nilai rata-

rata akhir siklus II.

- RPP: terdapat pada lampiran hal ..

b) Pelaksanaan tindakan

- Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi

secara singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

- Pada pertemuan kali ini materi yang akan dibahas mengenaiNilai-nilai luhur

Pancasila . Seperti pada pertemuan sebelumnya guru masih

menyampaikan tata cara siswa melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunaan Media Pengajaran Hal ini dilakukan untuk

menghindari adanya siswa yang belum paham dengan teknik penggunaan

Media Pengajaran, sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar. Guru juga menyampaikan garis besar materi yang

akan dipelajari.

- Siswa membentuk kelompok dengan anggota yang sebagian besar sama

dengan anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya, anggota

kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

49
- Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah

disepakati dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan

informasi dan fakta yang relevan.

- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang

dirasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.

- Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru tidak menyimpulkan hasil

presentasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan

hal-hal yang belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari.

Beberapa siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, kemudian

guru menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa

berakhir, gurukemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa

untuk lebih giat dalam menyelesaikan tugasnya di pertemuan berikutnya.

c) Observasi

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn Pada pertemuan pertama ini jumlah

siswa yang masuk sebanyak 32siswa (100 %). Aktivitas siswa pada pertemuan

ketiga ini sudah ada sedikit kemajuan. Siswa sudah agak aktif dalam mengikuti

pembelajaran. Masalah yang dihadapi yaitu siswa ramai sendiri dan mengobrol

dengan teman- temannya pada saat diskusi berlangsung, siswa sudah berani

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tanpa ditunjuk terlebih dahulu,

50
siswa sudah berani mengemukakan pendapat sehingga aktivitas belajar

mengajar berjalan dengan baik, suasana kelas menjadi lebih hidup. Hasil

observasi pada pertemuan ketiga ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Aktivitas siswa pada pertemuan 3, siklus II.

Aspek yang diamati f f%

1. Mengajukan pertanyaan 8 25,00


2. Menanggapi respon siswa lain 6 18,75
3. Menjawab pertanyaan guru 9 28,12
4. Memperhatikan penjelasan guru 22 68,75
5. Diskusi kelompok 19 59,37
6. Diskusi kelas 20 62,50
.

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan

pertanyaan sebesar 8 siswa (25,00%), menanggapi respon siswa lain sebesar 6

siswa (18,75%), menjawab pertanyaan guru sebesar 9 siswa (28,12%),

memperhatikan penjelasan guru sebesar 22 siswa (68,75 %), diskusi kelompok

sebesar 19 siswa (59,37%), diskusi kelas sebesar 20 siswa (62,50%).

Pada pertemuan ketiga ini guru sudah melakukan apersepsi. Guru sudah

berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah

ditetapkan. Guru sudah bisa memunculkan dan merumuskan masalah, guru

sudah bisa mengarahkan dan memantau kerja diskusi siswa, dengan berputar

dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya. Guru dalam pertemuan ketiga ini

tidak menyimpulkan hasil diskusi dan memberi tugas karena waktu yang tidak

mencukupi. Pada akhir pertemuan ini guru hanya mengingatkan siswa agar mau

51
belajar di rumah sehingga pada pertemuan berikutnya mereka dapat lebih aktif

lagi dalam diskusi kelompok.

Tabel 8. Aktivitas guru pada pertemuan 3, siklus II

Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya

diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

2) Pertemuan 4

a) Pelaksanaan tindakan

-Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi secara singkat dan

menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

- Pada pertemuan kali ini materi yang akan dibahas mengenai Nilai-nilai

luhur Pancasila seperti pada pertemuan sebelumnya guru masih

menyampaikan tata cara siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan

52
menggunakan Media Pengajaran. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya

siswa yang belum paham dengan teknik pengunaan Media Pengajaran,

sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Guru juga menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari.

- Siswa membentuk kelompok dengan anggota yang sebagian besar sama

dengan anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya, anggota

kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

- Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah

disepakati dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan

informasi dan fakta yang relevan.

- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang

dirasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas

- Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan hasil presentasi dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang

belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari. Beberapa siswa

menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, kemudian guru menjelaskan

secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa berakhir, guru

kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa untuk lebih giat

dalam menyelesaikan tugasnya di pertemuan berikutnya. Kemudian

guru menutup pelajaran dengan mengucap .

53

b) Observasi
Selama kegiatan berlangsung diadakan observsi secara langsung terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah

siswa yang masuk sebanyak 32siswa (100%). Aktivitas siswa pada pertemuan

keempat ini siswa sudah bisa mengikuti pelajaran dengan baik, siswa sudah

aktif dalam kerja kelompok dan siswa sudah bisa bekerjasama dengan temannya

yang lain meskipun masih ada yang ramai dan mengobrol dengan temannya

yang lain. Siswa juga ada yang melamun/tidak konsentrasi. Hasil observasi pada

pertemuan keempat ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9.Aktivitas siswa pada pertemuan 4, siklus II

Aspek yang diamati f f%

1. Mengajukan pertanyaan 11 34,37


2. Menanggapi respon siswa lain 7 21,87
3. Menjawab pertanyaan guru 14 43,75
4. Memperhatikan penjelasan guru 24 75,00
5. Diskusi kelompok 23 71,87
6. Diskusi kelas 24 75,00

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan

pertanyaan sebesar 11 siswa (34,37%), menanggapi respon siswa lain sebesar 7

siswa (21,87%), menjawab pertanyaan guru sebesar 14 siswa (43,75 %),

memperhatikan penjelasan guru sebesar 24 siswa (75,00%), diskusi kelompok

sebesar 23 siswa (71,80 %), diskusi kelas sebesar 24 siswa (75,00%).

54
Pada pertemuan 4 ini diadakan tes, tujuannya untuk mengetahui bagaimana

penggunaan Media Pengajarandalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui

PKn. Adapun nilai tes pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 10.Skor tes kelas VIIIA pada siklus II

Skor f % fx

10 2 6,25 20

9 4 12,50 36

8 9 28,12 72
7 10 21,87 70
6 6 18,75 36
5 1 3,12 5
4 - - -
3 - - -
Jumlah 32 100 239
Sumber: lampiran hal .

Setelah diketahui nilai tes yang diperoleh oleh siswa pada siklus II ini,

kemudian dicari nilai rata- rata, yaitu sebagai berikut:

M 
 Fx
N

239
M   7,46
32

Dengan demikian nilai rata-rata skor tes siklus II meningkat jika dibandingkan

dengan nilai rata-rata skor tes pada siklus I.

Pada pertemuan keempat ini guru sudah melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan. Selain itu guru memberi

55
kesempatan bertanya kepada siswa mengenai permasalahan yang mereka hadapi

selama diskusi berlangsung. Guruterlihat sudah dapat mengelola diskusi dengan

baik, guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lainnya tujuannya

untuk mengontrol dan mengarahkan siswa bila ada yang bertanya tentang materi

yang belum dimengerti. Guru sudah bisa melakukan evaluasi dan kesimpulan

dengan baik, evaluasinya yaitu memberikan soal/pertanyaan lemparan kepada

siswa dan yang bisa menjawab mendapat nilai plus. Pada akhir penjelasan guru

sudah memberi kesimpulan atau hasil diskusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel aktivitas guru:

Tabel 11.Aktivitas guru pada pertemuan 4, siklus II

Aspek yang diamati Ya Tidak


1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya diskusi √
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

Setelah menganalisa data pada silkus II ini, langkah selanjutnya adalah

mengamati perbandingan aktivitas siswa, guru, dan nilai rata-rata antara siklus I

56
dengan siklus II. Dan di bawah ini terdapat tabel perbandingan rata-rata

aktivitas siswa pada siklus II

Tabel 12. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II

Pertemuan Rata-rata
Aspek yang diamati 3 4
(%)
(%) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 25,00 34,37 29,68
2. Menanggapi respon siswa lain 18,75 21,87 20,31
3. Menjawab pertanyaan guru 28,12 43,75 35,93
4. Memperhatikan penjelasan guru 68,75 75,00 71,87
5. Diskusi kelompok 59,37 71,87 65,62
6. Diskusi kelas 62,50 75,00 68,75

Pada siklus kedua ini terdapat peningkatan hampir semua item. Dari tabel

diatas ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan pada

pertemuan 3 dan 4 meningkat, yaitu pada pertemuan 3 sebesar 25,00% dan

pertemuan 4 sebesar 34,37%. Hal itu disebabkan karena siswa masih enggan

dan malu mengajukan pertanyaan. Pada item menanggapi siswa lain mengalami

sedikit peningkatan, yaitu pada pertemuan 3, yaitu sebesar 18,75 % sedangkan

pertemuan 4 sebesar 21,87%. Hal ini disebabkan karena siswa mulai berani

merespon temannya, dan menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan

yaitu pada pertemuan 3 sebesar 28,12% sedangkan pada pertemuan 4 sebesar

43,75 % karena guru sudah bisa melakukan evaluasi yaitu dengan memberikan

nilai plus bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan guru mengalami

57
peningkatanyaitu pertemuan 3 sebesar 6,75 %.Dan pertemuan 4 sebesar 75,00%

karena siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan guru. Pada Peremuan

3Jumlah siswa yang mengikuti diskusi kelompok mengalamipeningkatan yaitu

sebesar 59,37 %.Dan pada pertemuan 4 sebesar 71,87 %. Begitu juga diskusi

kelas mengalami peningkatan , yaitu pada pertemuan 3 dan 4 yaitu sebesar

62,50 % dan 75,00%

Selain itu dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata siklus I dan rata antara

siklus I dan siklus II.

Nilai rata-rata siklus I : 6,61

Nilai rata-rata siklus II : 7,46

Refleksi

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan Media Pembelajaran pada

siklus II ini telah mengalami kemajuan, siswa sudah lebih aktif dibanding pada

siklus I. Pada pertemuan siklus II ini walaupun sedikit siswa mengalami

peningkatan. Perolehan nilai rata-rata pada siklus II ini yaitu 7,46 Itu artinya

nilai rata-rata siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yang

nilai rata-ratanya 6,61. Guru dengan memberi penjelasan bahwa semua yang

aktif akan diberi nilai plus. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, langkah

selanjutnya pada siklus III adalah lebih mengaktifkan lagi siswa agar menjadi

lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran dengan menciptakan suasana kelas

yang kondusif, dan pada akhir pelajaran hendaknya guru memberikan

kesimpulan atas pelajaran yang sudah diberikan.

58
c. Siklus III

1) Pertemuan 5

a) Perencanaan tindakan

- Standar Kompetensi: Menampilan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila.

- Kompetensi Dasar : 1.3 Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

- Materi :1. Arti penting sikap positif terhadap Pancasila.

2.Contoh-contoh sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan

berbangsa;

3.Contoh-contoh sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan

bernegara;

4.Contoh-contoh sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan

politik;

5.Contoh-contoh sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan

ekonomi;

6.Contoh-contoh sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan

Sosial.

- Hipotesis tindakan:

Upaya meningkatkan hasil belajar dengan Menunjukkan sikap positif terhadap

Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

59
 dengan menggunakan Media Pembelajaranyang didahului metode

ceramah dan diklasifikasi dengan metode tanya jawab.

Peningkatan hasil belajar pada meteriArti penting sikap positif terhadap

Pancasila.

 dengan menggunakan Media Pembelajaran dapat dibuktikan dengan

membandingkan antara nilai rata-rata tes akhir siklus II dengan nilai rata-

rata tes akhir siklus III.

- RPP: terdapat pada lampiran hal ...

- Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi

secara singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

- Seperti pada pertemuan sebelumnya guru masih menyampaikan tata cara

siswa melakukan kegiatan pembelajaran . Hal ini dilakukan untuk

menghindari adanya siswa yang belum paham dengan Media

Pembelajaran, sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar.

- Guru juga menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari.

- Guru membentuk kelompok dengan anggota yang sebagian besar sama

dengan anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya, anggota

kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

- Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah

disepakati dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan

informasi dan fakta yang relevan.

60
- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang

dirasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.

- Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan hasil presentasi

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal

yang belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari. Beberapa

siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, kemudian guru

menjelaskan secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa

berakhir, guru kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa

untuk lebih giat dalam menyelesaikan tugasnya di pertemuan berikutnya.

Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

c) Observasi

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Pada pertemuan pertama ini jumlah

siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%). Aktivitas siswa pada pertemuan

kelima ini sudah banyak mengalami peningkatan. Pada pertemuan ini sudah

jarang terlihat ada anak yang duduk santai dalam kelompoknya. Siswa

mempunyai minat dan perhatian dalam menyelesaikan setiap tugas yang

menjadi tanggung jawabnya. Kerjasama siswa nampak jelas pada pertemuan ini.

Hasil

observasi pada pertemuan kelima ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

61
Tabel 13. Aktivitas siswa dalam pertemuan 5, siklus III, dengan jumlah 32siswa

Aspek yang diamati f f%

1. Mengajukan pertanyaan 13 40,62


2. Menanggapi respon siswa 8 25,00
3. Menjawab pertanyaan guru 18 56,25
4. Memperhatikan penjelasan guru 26 81,25
5. Diskusi kelompok 28 87,50
6. Diskkusi kelas 29 90,62

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan

pertanyaan sebesar 13 siswa (40,62%), menanggapi respon siswa lain sebesar 8

siswa (25,00%), menjawab pertanyaan guru sebesar 18 siswa (56,25%),

memperhatikan penjelasan guru sebesar 26 siswa (81,25%), diskusi kelompok

sebesar 28 siswa (87,50%), diskusi kelas sebesar 29 siswa (90,62%).

Pada pertemuan pertama ini guru sudah berusaha melakukan apersepsi.

Selain itu guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa mengenai

permasalahan yang mereka hadapi selama diskusi berlangsung. Guru telah

mengelola kelas dengan baik sehingga suasana diskusi kelompok lebih

kondusif. Guru terlihat lebih aktif mengawasi setiap kelompok siswa dalam

belajar. Guru selalu memberikan dorongan/ motivasi kepada siswa untuk lebih

giat bekerja dalam memberikan sumbangsih pemikiran kepada kelompoknya.

Pada akhir pembelajaran guru mengevaluasi dan menyimpulkan hasil diskusi.

62

Tabel 14. Aktivitas guru pada pertemuan 5, siklus III


Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya

diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

2) Pertemuan 6

a) Pelaksanaan tindakan

- Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, melakukan presensi

secara singkat dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai.

- Pada pertenmuan kali ini materi yang akan dibahas mengenaiArti penting

sikap positif terhadap Pancasila.Seperti pada pertemuan sebelumnya

guru masih menyampaikan dengan menggunakan Media Pembelajaran .

Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya siswa yang belum paham

dengan teknik Media pembelajaran, sehingga diharapkan proses

63

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Guru juga menyampaikan garis

besar materi yang akan dipelajari.


- Siswa membentuk kelompok dengan anggota yang sebagian besar sama

dengan anggota kelompok pada pertemuan

sebelumnya, anggota kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.

- Siswa dengan bimbingan guru, melaksanakan rencana belajar yang telah

disepakati dengan memanfaatkan sumber belajar dan mengumpulkan

informasi dan fakta yang relevan.

- Persentasi hasil diskusi kelompok dilakukan oleh beberapa kelompok yang

dirasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang sedang dibahas.

- Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan hasil presentasi dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang

belum dimengerti tentang materi yang telah dipelajari. Beberapa siswa

menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, kemudian guru menjelaskan

secara klasikal. Setelah tanya jawab guru dengan siswa berakhir, guru

kemudian menutup pelajaran sambil memotivasi siswa untuk lebih giat

dalam menyelesaikan tugasnya dipertemuan berikutnya. Kemudian guru

menutup pelajaran dengan mengucap salam.

b) Observasi

Selama kegiatan berlangsung diadakan observasi secara langsung terhadap

aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Padapertemuan pertama ini jumlah

64

siswa yang masuk sebanyak 32 siswa (100%). Aktivitas siswa pada pertemuan

keenam ini sudah banyak mengalami peningkatan. Siswa sudah dapat


bekerjasama dengan baik. Dalam bertanya dan menjawab sudah ada

keterkaitannya. Hanya ada beberapa siswa saja yang masih pasif. Siswa lebih

serius dalam mengikuti pembelajaran dibanding pada pertemuan pada siklus I

dan II. Hasil observasi pada pertemuan keenam ini dapat dililhat pada tabel

berikut ini: Tabel 15. Aktivitas siswa pada pertemuan 6, siklus III

Aspek yang diamati f f%

1. Mengajukan pertanyaan 15 46,87


2. Menanggapi respon siswa 10 31,25
3. Menjawab pertanyaan guru 26 81,25
4. Memperhatikan penjelasan guru 30 93.75
5. Diskusi kelompok 32 100
6. Diskusi kelas 32 100

Pada tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengajukan

pertanyaan sebesar 15 siswa (46,87%), menanggapi respon siswa lain sebesar

10 siswa (31,25%), menjawab pertanyaan guru sebesar 26 siswa (81,25%),

memperhatikan penjelasan guru sebesar 30 siswa (93,75%), diskusi kelompok

sebesar 32 siswa (100%), diskusi kelas sebesar 32 siswa (100%)

Pada pertemuan 6 ini diadakan tes, tujuannya untuk mengetahui bagaimana

penggunaan Media Pengajarandalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mempelajari PKn. Adapun nilai tes pada siklus III ini dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

65

Tabel 16.Skor tes kelas VIII/B pada siklus III

Skor f % fx
10 8 25,00 80
9 10 31,25 90

8 8 25,00 64

7 4 12,50 28
6 1 3,12 6
5 1 3,12 5
Jumlah 32 100 273

Nilai rata-rata pada siklus I adalah sebagai berikut

M
F x

273
M   8,53
32

Dengan demikian nilai rata-rata skor tes siklus III meningkat Pada

pertemuan 6 ini guru sudah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

rancangan yang telah ditetapkan. Guru sudah mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif. Disamping itu pada siklus III ini guru terlibat

menarik siswa untuk mengikuti pelajaran dibanding dengan siklus

sebelumnya.Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang semakin lebih baik dari

setiap pertemuan. Guru lebih aktif dalam memantau setiap kelompok dalam

kegiatan pembelajaran. Guru selalu mendorong siswa untuk meningkatkan

kerjasama antar siswa. Pada kegiatan penutup guru terlihat bersemangat dalam

66

mengevaluasi dan menyimpulkan hasil diskusi. Dan guru terlihat telah dapat

memahami dan menguasai Media Pembelajaran dengan baik. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


Tabel 17.Aktivitas guru pada pertemuan 6, siklus III.

Aspek yang diamati Ya Tidak

1. Melakukan apersepsi √
2. Menjelaskan materi √
3. Mengajukan pertanyaan √
4. Menjawab pertanyaan siswa √
5. Memberi komentar siswa √
6. Memunculkan masalah √
7. Menyimpulkan diskusi √
8. Membentuk kelompok √
9. Menentukan waktu lamanya

diskusi
10. Mengarahkan √
11. Memantau kerja siswa √

Aktivitas siswa pada siklus III ini sudah mengalami peningkatan yang

signifikan, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini

67

Tabel 18. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus III.

Pertemuan Rata-rata
Aspek yang diamati 5 6
(%)
(%) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 40,62 46,80 43,71
2. Menanggapi respon siswa lain 25,00 31,25 28,12
3. Menjawab pertanyaan guru 56,25 81,25 68,75
4. Memperhatikan penjelasan guru 81,25 93,75 87,50
5. Diskusi kelompok 87,50 100 93,75
6. Diskusi kelas 90,62 100 95,31

Pada siklus ketiga ini terdapat perubahan dari hampir semua item. Dari tabel di

atas ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan naik yaitu

pada pertemuan 5 sebesar 40,62% dan pertemuan 6 sebesar 46,80%. Hal ini

disebabkan karena guru telah berhasil mendorong dan memotivasi siswa agar

mau mengajukan pertanyaan. Pada item menanggapi respon siswa lain

mengalami sedikit peningkatan yaitu pada pertemuan 5 sebesar 25,00%

sedangkan pada pertemuan 6 sebesar 31,25%. Hal ini disebabkan karena siswa

sudah berani menanggapi respon temannya dengan

dorongan dari guru. Item menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan

yaitu pada pertemuan 5 sebesar 56,25% sedangkan pada pertemuan 6 sebesar

81,25% karena disebabkan oleh pertanyaan yang diajukan mudah dimengerti

oleh siswa, sehingga banyak dari mereka bisa menjawab. Jumlah siswa yang

memperhatikan penjelasan guru mengalami peningkatan yaitu pertemuan 5

sebesar 81,25%. Dan pertemuan 6 yaitu sebesar 93,75% karena guru sudah bisa

68

menegur siswa yang tidak memperhatikan sehingga siswa tidak ramai lagi.

Jumlah siswa yang mengikuti diskusi kelompok meningkat yaitu pada


pertemuan 87,50% dan pertemuan 6 yaitu sebesar 100%. Item diskusi kelas

tetap yaitu pada pertemuan 5 yaitu sebesar 90,62 % dan 6 sebesar 100%.

Pada setiap akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana

peranan penggunaan Media Pengajaran terhadap hasil belajar siswa. Di bawah

ini terdapat hasil tes siswa pada siklus III yang dibandingkan hasil tes siswa

pada siklus II.

Nilai rata-rata siklus II = 7,46

Nilai rata-rata siklus III = 8,53

Refleksi

Memahami materi Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara. Aktivitas

siswa dan guru pada siklus III ini telah menunjukkan kemajuan. Pada siklus III

ini siswa menjadi lebih aktif dalam kelompok, berusaha untuk meneliti dan

menganalisa data, serta memecahkan masalah. Kerjasama siswa juga

mengalami banyak peningkatan. Pada siklus III ini guru telah mampu mengelola

kelas dengan baik sehingga dapat tercipta suasana kelas yang kondusif. Pada

siklus III nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan

siklus sebelumnya . Dan pada siklus III ini tidak terdapat hambatan yang berarti

pengguaan Media pembelajaran berjalan lancar, tetapi hendaknya perlu

ditingkatkan lagi pengajaran dengan menggunakan Media pengajaran untuk ikut

berpartipasi dalam KBM. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan maka

69

dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan Media Pengajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.


C. Pembahasan

Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn telah dilaksanakan

adalah 3 siklus dalam 6 kali pertemuan, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai DesemberTahun Ajaran 2012/2013.

Adapun hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 19. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I, II, III.

Siklus I Siklus II Siklus III


Aspek yang diamati
(%) (%) (%)
1. Mengajukan pertanyaan 12,99 29,68 43,71
2. Menanggapi respon siswa lain 18,11 20,31 28,12
3. Menjawab pertanyaan guru 17,99 35,93 68,75
4.Memperhatikan penjelasan Guru 60,58 71,87 87,50
5. Diskusi kelompok 53,33 65,62 93,75
6. Diskusi kelas 55,69 68,75 95,31
Sumber: lampiran 12-17 hal 106.

Siswa yang mengajukan pertanyaan Pada siklus I, sebesar 12,99 % dan mengalami turun

pada siklus II menjadi 29,68 % kemudian naik lagi di Siklus III Menjadi 43,71

%,Menanggapi respon siswa lain Pada siklus 1 sebesar 18,11 % mengalami kenaikan sedikit

di Siklus II menjadi 20,31 % kemudian mengalami

peningkatan di siklus III menjadi 28,12 %, Menjawab pertanyaan guru Pada siklus I sebesar
17,99% kemudian meningkat di siklus II menjadi 35,93% dan meningkat lagi di siklus III
menjadi sebesar 68,75%,Pada siklus I Memperhatikan penjelasan guru sebesar 60,58%
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 71,87 % kemudian lebih meningkat lagi pada
siklus III sebesar 87,50 %, Diskusi kelompok Pada siklus I sebesar 53.33% mengalami
70
peningkatan pada siklus II menjadi 65,62% kemudian lebih meningkat lagi pada siklus III
sebesar 93,75 %, Diskusi kelas Pada siklus I sebesar 55,69% mengalami peningkatan pada
siklus II menjadi 68,75% kemudian lebih meningkat lagi pada siklus III sebesar 95,31%
Gambar 3. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Mengajukan Pertanyaan.

50
P 45
e
r 40
s 35
e 30
n 25
t
20
a
s 15
e 10
5
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan

Gambar 4. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Menanggapi Respon Siswa Lain.

35

P 30
e
25
r
s 20
e
n 15
t
a 10
s
5
e
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan
71
Gambar 5. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Menjawab Pertanyaan Guru.
90
P
80
e
r 70
s 60
e 50
n
t 40
a 30
s 20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan

Gambar 6. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Memperhatikan Penjelasan Guru.

100
90
P
e 80
r 70
s 60
e
50
n
t 40
a 30
s 20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan

72
Gambar 7. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Diskusi Kelompok.

100
P 90
e 80
r
70
s
e 60
n 50
t 40
a 30
s
20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan

Gambar 8. Persentase Aktivitas Siswa Dalam Diskusi Kelas.

100
P 90
e 80
r
70
s
e 60
n 50
t 40
a 30
s
20
e
10
0
1 2 3 4 5 6
Pertemuan

73
Pada akhir pertemuan setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana

penggunaan Media Pengajarandapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Yang kemudian

dicari nilai rata-rata tes per siklus. Adapun nilai rata-rata tes siklus I, II, dan III adalah

sebagai berikut:

Tabel 20. Perbandingan nilai rata-rata tes siklus I, II, dan III

Siklus I Siklus II Siklus III

6,61 7,46 8,53

Sumber: hasil observasi.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa skor nilai rata-rata nilai PKn mengalami

peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 6,61, siklus II sebesar 7,46 dan siklus III sebesar 8,53

Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga selain melakukan pengamatan terhadap siswa,

peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru di kelas.

Guru telah berusaha menciptakan suasana pelajaran yang kondusif. Hal ini terlihat

adanya peningkatan peran guru pada setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 5 dan 6 peran

guru dalam kelas dapat dikatakan sempurna.Hanya saja pada pertemuan 1 sampai 3 ada aktivitas

guru yang belum muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan pertanyaan siswa.Hal ini terjadi

karena guru baru pertama kali sehingga masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memberi

kesimpulan tidak mencukupi.

Dapat diketahui bahwa setiap aktivitas guru pada siklus akhir mengalami peningkatan,

walaupun ada yang pada siklus I dan siklus II pertemuan 1 guru tidak melakukannya yaitu

74
mengajukan pertanyaan siswa. Selain itu pada pertemuan 3 siklus II guru tidak melakukan

kesimpulan karena waktu habis oleh evaluasi kerja kelompok dengan tanya jawab.

Siswa mempelajari sendiri materi pelajaran dengan Media Pengajaran dalam diskusi

kelompok masing-masing. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar sendiri

tanpa diberikan terlebih dahulu oleh guru, disini guru hanya mengarahkan dan membimbing saja.

Sedangkan pada siklus III yang digunakan adalah Media Pengajarandan dipadukan dengan

ceramah dan tanya jawab, sehingga hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan

siklus-siklus sebelumnya.

Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Media Pengajaranuntuk

meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VIII/B telah berhasil. Hal ini dapat dibuktikan

dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 6,61, siklus II sebesar

7,46, dan siklus III sebesar 8,53.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa SMPN 3 Malangbong dapat

ditempuh menggunakan Media Pengajarandengan memadukan metode ceramah dan

tanya jawab. Media Pengajaran dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut: adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, menetapkan jawaban sementara

dari masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, menarik

kesimpulan.Dengan menggunakan multi media, multi metode mendorong guru lebih

kreatif dan siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran pada siklus I pada awal

pelajaran didahului dengan menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutkan dengan

Penggunaan Media pengajaran. Pada siklus II menggunakan Media Pengajaran yang

kemudian diklarifikasi dengan metode tanya jawab. Dan pada siklus III memadukan

keduanya yaitu didahului metode ceramah dan kemudian diklarifikasi dengan metode

tanya jawab.

2. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan hasil belajar PKn dengan menggunakan

Media Pengajaran yaitu perolehan nilai rata-rata yang setiap siklusnya mengalami

peningkatan. Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 6,61 , pada siklus II

mengalami peningkatan yaitu 7,46, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III yaitu

memperoleh nilai rata-rata8,53.Selain nilai rata-rata, aktivitas siswa juga mengalami

peningkatan diantaranya aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar 12,99 %,

75
76

siklus II sebesar 29,68 %, dan siklus III sebesar 43,71 %. Aspek menanggapi respon

siswa lain pada siklus I sebesar

18,11 %, siklus II sebesar 20,31 %, dan silklus III sebesar 28,12 %. Aspek menjawab

pertanyaan pada siklus I sebesar 17,99 %siklus II sebesar 35,93%, dan pada siklus III

sebesar 68,75%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar 60,58 %,

siklus II sebesar 71,87 %, dan silus III sebesar 87,50 %. Aspek diskusi kelompok pada

siklus I 53,33 %, siklus II sebesar 65,62 %, dan siklus III 93,75 %.Aspek diskusi kelas

pada siklus I sebesar 55,69 %, siklus II sebesar 68,75 %, dan pada siklus III sebesar

95,31 %.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai

berikut:

1. Bagi Guru

Dalam menggunakan Media Pengajaranuntuk meningkatkan hasil belajar siswa

hendaknya guru melakukan langkah-langkah: adanya masalah yang jelas untuk

dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut, menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, menguji

kebenaran jawaban sementara tersebut, menarik kesimpulan.

Sebaiknya Media Pengajaran dapat diterapkan oleh guru PKn dan guru bidang studi lain

sebagai alternatif peningkatan keaktifan dan prestasi belajar di kelas. Karena penelitian

ini membuktikan bahwa Media Pengajaran pada mata pelajaran PKn lebih efektif.

77
2. Bagi Peneliti

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Metode pembelajaran yang sesuai dengan

mata pelajaran maupun materi pelajaran dimana Pendekatan tersebut bisa menghasilkan

prestasi akademik yang maksimal.

78
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kosasih Djahiri,Teori Dan Keterampilan Belajar Mengajar ( TKBM )Lab


Pengajaran PMP IKIP Bandung ( 1986 ).

---------------------Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT Dan Games Dalam


VCT,IKIP Bandung ( 1985 ).

---------------------,Pengajaran Studi Sosial/IPS Dasar-dasar Pengertian Metodologi


Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung, LPPP-IPS,FKIS-
IKIP.( 1978).
Aziz Wahab, Evaluasi Pengajaran PMP, Lab PMPKN IKIP Bandung.

Amir Hamzah Sulaiman,Media Audio Visual Untuk Pengajaran,Penerangan dan


Penyuluhan,Jakarta, Gramedia (1981 ).

Andre Rinanto, Peranan Audio Visual Dalam Pendidikan,Yogyakarta yayasan Kanisius (


1982 ).
Aa Karnaen, Asas-asas Media Pengajaran, Bandung Jurusan Pendidikan Ekonomi
Perusahaan Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP ( 1980 ).

Abdul Majid, ( 2009 ),Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru,PT Remaja Rosdakarya Bandung( 1986 )

Aim Abdul Karim, ( 2008 ),Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan,Paniti Pendidikan


Latihan Profesi Guru UPI Bandung ( 2008 ).

Anita Lie,Cooperative Learning Mempraktekan Cooperative Learning di ruang-ruang


kelas,Grasindo Jakarta 2004.
Anonim,Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ),Depdikbud
DirjenPendidikan Tinggi Jakarta 1999.
Darji Darmodihardjo, Sekitar Pendidikan Moral Pancasila, Tim Pendidikan Moral
Pancasila Dirjen Pensdidikan Dasar dan Menengah Dep. Dikbud (1982 ).

----------------------Bahan Pendidikan Moral Pancasila sesuai dengan Ketetapan MPR


No.II/MPR/1978. Tim Pendidikan Moral Pancasila Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Depdikbud (1982).

Depdiknas,( 2002), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning, Depdikbud,


Himpunan Peraturan Dan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Kesiswaan,
Cahaya Kencana Bandung ( 1977 ).

Eka Prihatin, Guru Sebagai Fasilitator, PT Karsa Mandiri Persada Bandung


( 2008 )
79
Hamalik, Oemar,Pendekatan Baru strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,Sinar
Baru Algesindo Bandung ( 2001 ).

--------------------Media Pendidikan, Bandung Alumni (1980).

Kemmis and MC Taggart The Action Research Planner, Viktoria Dealim University.

Nana Sudjana, , Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Bandung ( 2005 ).

Roestiyah, Masalah-asalah Ilmu Keguruan,Jakarta ( 1982 ).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Pnelitian, Rineka Jakarta ( 1996 ).

Suharsimi,Suhardjono,Supardi,Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara Jakarta 2006.

Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya,Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum


Proses Beljar Mengajar, Jakarta,Rajawali ( 1984 )

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003.tentang Sistem pendidikan


Nasional,inar Grafika Jakarta
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Bandung Tarsito (1984).

--------------------Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung Jemmars (1980).

Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta Rajawali (1984).


11N DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

3. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa SMPN 4 Malangbong dapat

ditempuh menggunakan penerapan CTLdengan memadukan metode ceramah dan tanya

jawab. Penerapan CTL dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, menetapkan jawaban sementara dari

masalah tersebut, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, menarik kesimpulan.

Siklus I pada awal pelajaran didahului dengan menggunakan metode ceramah, kemudian

dilanjutkan dengan penerapan CTL. Pada siklus II menggunakan penerapan CTL yang

kemudian diklarifikasi dengan metode tanya jawab. Dan pada siklus III memadukan

keduanya yaitu didahului metode ceramah dan kemudian diklarifikasi dengan metode

tanya jawab.

4. Bukti-bukti yang menunjukkan peningkatan hasil belajar PKn dengan menggunakan

penerapan CTL yaitu perolehan nilai rata-rata yang setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Siklus I nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 6,60 , pada siklus II

mengalami peningkatan yaitu 7,41, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus III yaitu

memperoleh nilai rata-rata

86

87

8,30. Selain nilai rata-rata, aktivitas siswa juga mengalami peningkatan

diantaranya aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar 14,45%, siklus II sebesar

12,73%, dan siklus III sebesar 25%. Aspek menanggapi respon siswa lain pada siklus I

sebesar18,82 %, siklus II sebesar 15,55%, dan silklus III sebesar 18,34%. Aspek

menjawab pertanyaan pada siklus I sebesar 14,53%, siklus II sebesar 76,02%, dan pada

siklus III sebesar 90%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada siklus I sebesar

62,30%, siklus II sebesar 85,42%, dan silus III sebesar 90%. Aspek diskusi kelompok

pada siklus I 57,42%, siklus II sebesar 94,36%, dan siklus III 96,67%. Aspek diskusi

kelas pada siklus I sebesar 70,79%, siklus II sebesar 94,36%, dan pada siklus III sebesar

100%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai

berikut:

3. Bagi Guru

Dalam menggunakan penerapan CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa

hendaknya guru melakukan langkah-langkah: adanya masalah yang jelas untuk

dipecahkan, mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut, menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, menguji

kebenaran jawaban sementara tersebut, menarik kesimpulan.

88

Sebaiknya penerapan CTL dapat diterapkan oleh guru PKn dan guru bidang studi

lain sebagai alternatif peningkatan keaktifan dan prestasi belajar di kelas. Karena

penelitian ini membuktikan bahwa penerapan CTL pada mata pelajaran PKn lebih

efektif.

2. Bagi Peneliti

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penerapan Pendekatan pembelajaran yang sesuai

dengan mata pelajaran maupun materi pelajaran dimana Pendekatan tersebut bisa

menghasilkan prestasi akademik yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai