Anda di halaman 1dari 25

CRS

Senin, 11 April 2016

Skizofrenia Paranoid

Oleh : Mhicya Utami Ramadhani ( P 1820 B)


Juwi Aguarti ( P 1821 B)

Pembimbing : Dr. dr. Adnil Edwin Nurdin, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL – RSJ HB SAANIN
PADANG
Tahun 2016

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Desmon Rais
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 tahun
Tempat lahir : Batusangkar
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan/ sekolah : Perawat / D3-SPK
Alamat /Telepon : Jl. Malana Ponco, Lima Kaum, Batusangkar
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Suku : Dalimo

Pasien masuk IGD RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 6 April 2016
pukul 01.00 WIB dini hari. Ini merupakan tujuh kali pasien dibawa keluarga ke
RSUP DR M Djamil Padang.

I. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari :
 Autoanamnesis pada tanggal 9 April 2016
 Alloanamnesis dengan istri pasien Ny. S melalui telpon pada tanggal 9
April 2016 pukul 16.17 WIB selama 23 menit 16 detik

1. Keluhan Utama
Pasien gaduh gelisah dan mengamuk sejak 1 hari sebelum dibawa ke RS.

2
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien gaduh gelisah dan mengamuk sejak 1 hari sebelum dibawa ke
RS. Pasien mengaku sempat dikeroyok karena memukul kepala tukang parkir
bisu sehingga tercetuslah konflik dengan satpam, tentara, dan tukang parkir yang
berada di RSUD Batusangkar yang membuat pasien dibawa ke IGD RSUP
M.Jamil. Pasien mengatakan pelaku pengeroyokan tersebut telah bersekongkol
dengan direktur RSUD. Pasien mengatakan bahwa oli motornya telah ditukar
dengan lunai oleh tetangganya. Pasien mengaku pernah curiga bahwa istrinya
akan meninggalkannya. Pasien mengaku tidak memiliki konflik dengan tetangga,
anak-anaknya, dan istrinya.
Berdasarkan alloanamnesis dengan istri pasien, pada awalnya pasien
diam-diam sendiri dan berbicara sendiri sejak 1 minggu sebelum masuk RS
namun masih bisa dikendalikan di rumah. Pasien marah-marah pada tetangganya
dan mengatakan kalau tetangganya akan merebut istrinya. Pasien merasa curiga
seakan-akan istrinya meninggalkannnya. Pasien mengambil telepon genggam
milik istri dan menghapus banyak nomor telpon didalamnya. Pasien juga
mengambil dan menjual telpon genggam milik anak pertamanya dan mengatakan
bahwa rumahnya kemalingan. Pasien sering memaki dan berteriak-teriak pada
tetangga, anak kecil, dan hewan disekitarnya tanpa sebab yang jelas. Pasien
sempat membakar rumput hidup dihalaman rumahnya tanpa tujuan. Pasien suka
membanting pintu di dalam rumah dan sering bernyanyi keras-keras saat adzan.
Pasien marah kepada anak pertamanya dan mengatakan bahwa anak pertamanya
bukan anak kandungnya. Pasien pernah memukul istrinya sampai mata istrinya
berdarah pada 3 tahun yang lalu. Bila penyakitnya tidak kambuh, pasien tetap
bekerja seperti biasa sebagai staf keperawatan di RSUD Batusangkar.

3
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat gangguan psikiatri : Pasien sudah dikenal menderita gangguan jiwa
sejak tahun 1998. Sebelumnya pasien telah dirawat 6 kali di bangsal Jiwa RSUP
dan 6 kali dirawat di RSJ HB Saanin.
Riwayat gangguan medis : Pasien pernah menderita Hepatitis B pada
umur 10 tahun dan telah dinyatakan sembuh
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif :
-Pasien merokok sejak kelas 4 SD dan belum berhenti.
-Pasien mengkonsumsi alkohol dari kelas 2 SMP dan 4 tahun terkahir sudah
berhenti.
-Pasien pernah mengkonsumsi narkoba jenis ganja pada tahun 1993-1998, saat
pasien mengkonsumsi ganja dia merasa ketakutan ditangkap polisi. Pasien
mengaku berhenti karena kemauannya sendiri.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
Masa prenatal dan perinatal: pasien lahir dengan bantuan bidan dan lahir cukup
bulan. Tidak ada kelainan selama masa ini.
Masa kanak-kanak: pertumbuhan dan perkembangan sesuai anak seusianya.
Masa remaja: pasien memiliki banyak teman, tapi mulai merokok dan konsumsi
alkohol di masa ini.
Masa dewasa:
 Riwayat pendidikan : pendidikan terakhir D3-SPK
 Riwayat pekerjaan : staff keperawatan di RSUD Batusangkar
 Riwayat perkawinan : pasien sudah menikah 1 kali tahun 2001 dan
memiliki 2 orang anak.
 Riwayat agama : Islam
 Riwayat psikoseksual: deviasi seksual tidak ada
 Aktivitas sosial: pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang
sekitarnya tetapi cenderung membuat konflik ketika penyakitnya
kambuh.
 Riwayat pelanggaran hukum: tidak pernah dipenjara.

4
5. Riwayat Keluarga
Stroke
Hipertensi

Jantung pasien
tinggal serumah

Pada pasien tidak terdapat riwayat keluarga dengan gangguan jiwa. Nenek pasien
(dari ibu) memilki riwayat stroke dan hipertensi. Ibu pasien memiliki riwayat
penyakit jantung.
6. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal dengan istri dan dua orang anak. Pasien bekerja sebagai
staf keperawatan di RSUD Batusangkar. Istri juga bekerja sebagai pembantu
rumah tangga

7. Grafik Perjalanan Penyakit (1998 - 2016)

Periode tidak
terjadi
kekambuhan
penyakit

1998 2012 2016

Pasien pertama Pasien sudah dirawat Pasien Pasien dibawa


kali dirawat dengan keluhan yang terakhir ke IGD M.Jamil
sama sebanyak 12 kali kambuh tanggal 5 April

5
AUTO ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 9 April 2016

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


- Assalamualaikum, sore Walaikumsalam. Kesadaran:
Pak. Kami dokter muda boleh buk. Komposmentis
Mici dan Juwi. Boleh kita Silahkan. kooperatif
cerita-cerita sebentar
Pak?
- Nama Bapak siapa? Desmon Rais
- Umur Bapak berapa? 41 tahun
- Bapak tinggal dimana? Di Batusangkar
- Apa bapak bekerja? Apa Iya. Saya staf keperawatan di
pekerjaan bapak? rumah sakit Batusangkar
- Bapak sudah menikah? Sudah, tahun 2001
Tahun berapa?
- Bapak sudah punya anak? Sudah, sepasang.
- Bapak tau ini dimana? Rumah sakit .jamil
- Hari apa sekarang pak? Sabtu Orientasi :
- Tanggal berapa sekarang Sekarang tanggal 9 April Tidak terganggu
pak?
- Sudah berapa lama bapak Sudah empat hari sejak selasa
dirawat disini? malam
- Waktu itu dengan siapa Dengan istri dan satpam rumah
bapak kesini? sakit Batusangkar, buk.
- Karena apa bapak di Saya berbicara keras keras buk tapi
bawa kesini? Bisa bapak tidak sampai emosi.
ceritakan?
- Berbicara keras Iya buk, saya berbicara keras pada
bagaimana pak? Kepada satpam di rumah sakit Batusangkar
siapa? buk. Saya juga dikeroyok oeh
satpam dan tentara di rumah sakit.
Lalu saya dibawa ke IGD rumah
sakit M.Jamil
- Apa yang terjadi sampai Saya cuma bicara keras pada Waham curiga
bapak bisa dikeroyok satpam dan sedikit memukul (+)
pak? kepalanya. Lalu saya dikeroyok
oleh satpam dan tentara. Mereka
sudah bersekongkol dengan
direktur rumah sakit untuk
membawa saya kesini.
- Apakah bapak memiliki Tidak buk.
masalah dengan orang-
orang di sekitar bapak?

6
Dengan istri bapak
misalnya?
- Bapak pernah merasa Dulu buk. Saya merasa seakan istri
curiga pada istri bapak? saya akan meninggalkan saya.
Bias bapak ceritakan?
- Bapak tinggal serumah Iya buk.
berempat dengan anak-
anak bapak?
- Apa bapak pernah merasa Tidak buk. Saya sayang pada anak-
curiga dengan anak-anak anak saya. Sekarang saya
bapak? merindukan mereka.
- Kalau dengan tetangga Pernah buk, tahun 2008. Saya
bagaimana pak? Apa marah-marah sampai diluar kontrol
bapak memiliki masalah waktu itu saya sampai dirawat
dengan tetangga bapak juga. Tapi dulu saya pernah marah-
seperti bertengkar? marah. Mereka tidak baik pada Waham curiga
saya. Oli motor saya pernah diganti (+)
dengan lunai. Tapi saya diam saja
buk, saya ganti lagi dengan oli.
- Bagaimana dengan Tidak buk.
lingkungan kerja bapak?
Apa pernah mempunyai
konflik dengan teman
kerja bapak?
- Apa pekerjaan bapak Kalau kerja, saya tetap bekerja
terganggu dengan buk. Sebelum dibawa kesini hari
keluhan ini? Selasa saya masih pulang kerja.

- Apa bapak pernah sampai Tidak buk, hanya sebelum saya


memukul orang lain? dibawa kesini.
- Begitu pak. Sebelunya Sudah buk. Sebelumnya sudah 12
bapak pernah dirawat kali. 6 kali di mjamil, 6 kali di
atau dibawa ke rumah Gadut. Ini yang ke 13 kalinya.
sakit karena masalah
seperti ini?
- Apakah bapak pernah Tidak buk. Halusinasi
mendengar suara-suara auditorik (-)
seperti bisikan-bisikan?
- Apakah bapak ada Tidak buk. Mencium bau-bau juga Halusinasi visual
melihat bayang-bayang tidak ada. (-)
atau penampakan? Halusinasi
olfaktorik (-)

- Apakah bapak pernah Tidak buk.

7
merasa sedih belakangan
ini? Depresi (-)
- Apakah bapak merasa Tidak buk.
bersalah?
- Apakah bapak pernah Tidak buk
terpikir kalau hidup ini
sudah tidak berguna lagi?
- Maaf sebelumnya pak, Pernah buk.
apa bapak pernah
memakai obat-obatan
terlarang?
- Kapan pak? Sekarang Tahun 1993 sampai 1998 buk.
sudah berhenti? Apa Sudah berhenti. Saya
yang bapak konsumsi? mengonsumsi ganja.
- Mengapa bapak berhenti? Karena setiap habis mengonsumsi
narkoba itu saya merasa takut
sekali akan ditangkap satpol pp
buk.
- Bapak pernah sampai Tidak buk.
dipenjara?
- Bapak pernah Pernah buk. Sejak kelas 2 SMP.
mengonsumsi alkohol? Sudah berhenti tahun 2012.
- Bapak merokok? Iya buk.
- Sejak kapan pak? Sudah Sejak kelas 4 SD saya sudah mulai
berhenti? merokok buk. Sekarang saya masih
suka merokok. Saya pernah
merokok disini lalu dilarang oleh
perawat.
- Pak, apa bapak mengerti Iya, saya mengerti buk
kenapa bapak dirawat?
- Baik pak, mungkin Iya buk, sama-sama
sekian dulu. Terimakasih
banyak pak.

8
II. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : teraba kuat, teratur, pengisian penuh, ferekuensi 88x/menit
Suhu : 37 oC
Nafas : Thorakoabdominal, teratur, frekuensi 20 x/menit
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 65 kg

Sistem Respiratorik
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : sonor kiri dengan kanan
Aukultasi : vesikuler normal, ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada.

Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari medial linea midclavicula
sinistra RIC V
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada

Sistem Gastrointestinal :
Inspeksi : perut tidak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan ada, nyeri
lepas ada.
Perkusi : timpani

9
Auskultasi : bising usus positif normal

Kelainan Khusus : tidak ditemukan kelainan

III. STATUS NEUROLOGIKUS


Urat Syaraf kepala (panca indra)
Gejala rangsangan meningea : kaku kuduk tidak ada
Gejala tekanan intracranial :sakit kepala progresif tidak ada, muntah
proyektil tidak ada
Mata :
- gerakan (Kelumpuhan, nistagmus, dsb) : dapat bergerak ke segala
arah, nistagmus tidak ada
- persepsi (Diplopia, visus, dsb) : diplopia tidak ada
- pupil, bentuk : isokhor 3mm/3mm,bulat
- reaksi konvergensi : +/+
- reaksi cahaya : +/+
- reaksi kornea : tidak dilakukan
Pemeriksaan opthalmologi (fundus dsb) : tidak dilakukan

Motorik
- tonus : eutonus
- turgor : baik
- kekuatan : 555 555
555 555
- koordinasi : baik
- reflek fisiologis : sulit dinilai, reflek patologis : sulit dinilai

Sensibilitas : sensasi halus dan kasar baik


Susunan Syaraf vegetatif : makan cukup (3 kali 1 porsi perhari), tidur cukup
(±8jam/hari)

10
Fungsi luhur :aktivitas membaca, menulis, menggambar dan
membaca dapat dilakukan dengan baik.

Kelainan Khusus
- Kaku : tidak ada
- Tremor :+
- Nasal stiffness : tidak ada
- Occuloloirik crisis : tidak ada
- Tortikolis : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
IV. IKHTISAR DAN KESIMPULAN DARI PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. Keadaan Umum
a. Kesadaran / sensorium : komposmentis Perhatian : ada
b. Sikap : kooperatif Inisiatif : ada
c. Tingkah laku motorik : aktif
d. Ekspresi fasial : kaya
e. Verbalisasi dan cara berbicara : dapat berbicara lancar
f. Kontak psikik : dapat dilakukan, wajar

II. Keadaan Spesifik


A. Keadaan Alam Perasaan
1. Keadaan afektif : Luas
2. Hidup emosi
a. Stabilitas : stabil
b. Pengendalian : baik
c. Echt-unecht : echt
d. Einfuhlung : adekuat
e. Dalam dangkal : dalam
f. Skala differensiasi : cukup luas

11
g. Arus emosi : cepat
h. Mood : eutim

B. Keadaan dan fungsi intelek


a. Daya ingat : baik
b. Daya konsentrasi : baik
c. Orientasi : baik
d. Luas pengetahuan umum dan sekolah : sesuai
e. Discriminative insight : tidak terganggu
f. Dugaan taraf intelegensia : rata-rata normal
g. Discriminative judgment : tidak terganggu
h. Kemunduran intelek : tidak ada
C. Kelainan sensasi dan persepsi
a. Ilusi : tidak ada
b. Halusinasi :
- Akustik : tidak ada
- Visual : tidak ada
- Olfaktori : tidak ada
- Taktil : tidak ada
- Gustatorik : tidak ada

D. Kelainan proses berpikir


1. Kecepatan proses berpikir (psikomobilitas) : cepat
2. Mutu proses berpikir
a. Jelas dan tajam : jelas dan tajam
b. Sirkumstansial : tidak ada
c. Inkoherent : tidak ada
d. Terhalang : tidak ada
e. Terhambat : tidak ada

12
f. Meloncat-loncat (flight of ideas) : tidak ada

g. Verbigerasi persevarative : tidak ada

3. Isi pikiran
a. Pola sentral dalam pikirannya : tidak ada
b. Fobia : tidak ada
c. Obsesi : tidak ada
d. Delusi : waham curiga, waham kesetiaan
e. Kecurigaan : ada
f. Konfabulasi : tidak ada
g. Rasa permusuhan / dendam : tidak ada
h. Perasaan inferior : tidak ada
i. Banyak/sedikit : banyak
j. Perasaan berdosa : tidak ada
k. Hipokondria : tidak ada
l. Lain-lain : tidak ada

E. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan


a. Abulia : tidak ada
b. Stupor : tidak ada
c. Raptus / impulsivitas : tidak ada
d. Kegaduhan umum / excitement state : tidak ada
e. Deviasi seksual : tidak ada
f. Ekhopraksia : tidak ada
g. Vagabondage : tidak ada
h. Piromani : tidak ada
i. Mannerisme : tidak ada
j. Lain-lain : tidak ada

13
F. Anxietas yang terlihat secara overt
Tidak ada

G. Hubungan dengan realitas


Terganggu

DIAGNOSIS MULTIPLE AKSIS


Aksis I. F.20 Skizofrenia Paranoid
Aksis II. Ciri Kepribadian Paranoid
Aksis III. Tidak ada diagnosis
Aksis IV. Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V. GAF 70-61

DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. F. 60. 0 Gangguan Kepribadian Paranoid
2. F. 23 Gangguan Psikotik Akut

TERAPI
Olanzapin 1x 10 mg (malam)
Haloperidol 3 x 5 mg
CPZ 1 x 100 mg (malam)
THP 2x 2mg
B complex 3x 1
Vit C 3x1

PROGNOSIS
Klinis : ragu-ragu ke arah baik
Fungsional : ragu-ragu ke arah baik
Sosial : ragu-ragu ke arah baik

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan

pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh

penyimbangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oeh

afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian.1

DSM-IV menyebutkan bahwa skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan

keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang

sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe

terdisorganisasi atau katatonik.2

2.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar1persen di Amerika Serikat, yang

berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa

hidupnya.3 Skizofrenia tipe paranoid merupakan tipe paling stabil dan paling sering.

Skizofrenia paranoid mempunyai prevalensi lebih kurang 0,5% dari populasi umum,

lebih sering pada pria daripada wanita. Akan tetapi, ada perbedaan yang bergantung

pada negara dan komunitas hingga lingkungan sosial. Skizofrenia paranoid timbul

lebih sering pada pada populasi dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.4

15
2.3 Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Skizofrenia kemungkinan merupakan

suatu kelompok gangguan dengan penyebab yang berbeda dan secara pasti

memasukkan pasien yang gambaran klinisnya, respons pengobatannya, dan

perjalanan penyakitnya adalah bervariasi. Satu mode untuk integrasi faktor biologis

dan faktor psikososial dan lingkungan adalah model diatesis-stres, dimana seseorang

mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu

pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress memungkinkan perkebangan gejaa

skizofrenia. Pada mode diatesis-stres yang paling umum, diatesis atau stress dapat

biologis, lingkungan, atau keduanya. Komponen lingkungan dapat biologis atau

psikologis. Dasar biologis untuk suatu diatesis dibentuk lebih lanjut oleh pengaruh

epigenetik, seperti penyalahgunaan zat, stres psikologis dan trauma.2

Tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik pada

penderita skizofrenia. Meskipun demikian beberapa gangguan organik dapat terlihat.

Semakin banyak penelitian mengenai skizofrenia telah menemukan peranan

patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis

dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling berhubungan sehingga disfungsi

pada salah satu daerah mungkin melibatkan patologi primer pada skizofrenia.2,5

Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan

lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah terihat sebelum awitan penyakit, atropi

bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu girus parahipokampus dan

penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Lokasi menunjukkan gangguan

perilaku yang ditemui pada skizofrenia; misalnya gangguan hipokampus dikaitkan

16
dengan gangguan memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan dengan simptom

negatif skizofrenia. Penemuan lain yaitu adanya antibodi sitomegalo virus dalam

cariran serebrospinal, limfosit atipikal tipe P, gangguan fungsi hemisfer kiri,

gangguan transmisi dan pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis

serebri, penurunan aliran darah dan metabolism glukosa di lobus frontal. Hipotesis

biokimia mengenai skizofrenia yang paling banyak dipakai yaitu adanya gangguan

neurotransmitter sentral, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamin sentral

(aktivitas dopamin).5

Secara genetika, skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat keluarga.

Seakin dekat hubungan kekerabatan semakin besar risiko. Selain itu, kekacauan dan

dinamika keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan

mempertahankan remisi.5

2.4 Gejala Klinis

Pasien skizofrenia paranoid biasanaya tegang, mudah curiga, berjaga-jaga,

berhati-hati, dan terkadang bersikap bermusuhan atau agresif namu mereka kadang-

kadang dapat mengendalikan diri mereka secara adekuat pada situasi sosial.

Intelegensia mereka dalam area yang tidak dipengaruhi psikosisnya cenderung tetap

utuh. Pasien menunjukkan regresi kemampuan mental, respon emosional, dan

perilaku yang lebih ringan dibandingkan pasien skizofrenia tipe lain.3

Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih belakangan bila dibandingkan

dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Gejala terlihat sangat konsisten, sering

paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien sering

tidak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif, marah,

17
atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau

disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan

hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui:

a. Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan

cemburu.

b. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.5

Gangguan pikiran mungkin jelas dalam keadaan-keadaan akut, tetapi waham

atau halusinasi yang bersifat khas harus menonjol. Pada suatu derajat ringan

mengenai ketidakserasian umum dijumpai seperti gangguan perasaan (mood) seperti

iritabilitas, kemarahan yang tiba-tiba, ketakutan, dan kecurigaan. Gejala negatif

seperti pedataran afektif dan hendaya dalam dorongan kehendak sering dijumpai tapi

tidak mendominasi gambaran klinisnya.

2.5 Diagnosis

Perjalanan penyakit skizofrenia paranoid dapat terjadi secara episodik, dengan

remisi sebagian atau sempurna, atau bersifat kronis. Onset cenderung terjadi pada

usia yang lebih tua dibandingkan bentuk-bentuk hebefrenik dan katatonik.3 Diagnosis

skizofrenia dapat ditegakkan dengan harus memenuhi kriteria DSM-IV atau ICD 10.

Berdasarkan DSM-IV:

Tabel 2.1.Kriteria Diagnostik Skizofrenia Menurut DSM-4


1. Berlangsung paling sedikit enam bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk khas selama periode

18
tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan
mood mayor, autisme, atau gangguan organik.
Sedangkan untuk tipe Paranoid menurut DSM-IV-TR:
3. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang
sering
4. Tidak ada hal berikut ini yang prominen : bicara kacau, perilaku acau atau
katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.3

Semua pasien skizofrenia digolongkan ke dalam salah satu dari sub tipe yang

ditegakkan berdasaran atas gejala klinis yang paling menonjol.

Tabel 2.2.Kriteria Diagnostik F.20.0 Skizofrenia Paranoid Menurut PPDGJ-III


dan DSM-5
A. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
B. Sebagai tambahan :
-Halusinasi dan/atau waham harus menonjol ;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinansi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan, dipengaruhi, dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam adalah yang paling khas.
-Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaran, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.1

19
Pemeriksaan penunjang dengan teknik pencitraan yang diperlukan untuk

mendiagnosis skizofrenia seperti computed tomography (CT), magnetic resonance

imaging (MRI), dan electroencephalography (EEG), spektroskopi resonansi

magnetik, tomografi emisi position (PET) dapat dipertimbangkan.3

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding adalah penting untuk menyingkirkan diagnosis epilepsi

dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan dan harus diingat bahwa waham kejar

mungkiln hanya memiliki bobot diagnostik yang tidak berarti pada orang-orang yang

berasal dari negara atau budaya tertentu.6 Diagnosis lain yang dipertimbangkan

didalam diagnosis banding adalah sebagai berikut:

 Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan,

 Keadaan paranoid involusional (F22.8), dan

 Paronia (F22.0).1

2.7 Tatalaksana

a. Perawatan di Rumah Sakit

Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuan diagnostik, stabilisasi

pengobatan, dan untuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau

pembunuhan, serta untuk perilaku yang sangat kacau, termasuk ketidakmampuan

mengurus kebutuhan dasar. Membangun hubungan yang efektif antara pasien dan

sistem pendukung komunitas merupakan tujuan utama rawat inap. Rawat inap

mengurangi stres dan membantu pasien menyusun aktivitas hariannya. Keparahan

20
penyakit pasien serta ketersediaan fasilitas rawat jalan menentukan lamanya rawat

inap.3

b. Farmakoterapi

Pengobatan antipsikotik yang diperkenalkan pada awal tahun 1950-an sampai

saat ni digunakan hanya mengatasi gejala gangguan dan tidak menyembuhkan

skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama yaitu antagonis reseptor

dopamin dan antagonis serotonin dopamin.3

1. Antagonis reseptor dopamin

Obat ini efektif dalam penanganan skizofrenia terutama gejala positif

(contohnya, waham). Yang termasuk obat ini adalah klorpromazin dan

haloperidol. Obat ini memiliki dua kekurangan utama:

- Hanya presentasi kecil (25%) pasien cukup terbantu untuk memulihkan

fungsi mental normal secara bermakna. Tercatat 50% pasien

skizofrenia tetap menjalani kehidupan yang sangat terganggu.

- Efek samping yang paling sering adalah akatisia dan lir-parkinsonia

berupa rigiditas tarda dan sindrom neuroleptik maligna.

2. Antagonis serotonin dopamin (SDA)

SDA menimbulka gejala ekstrapiramidal minimal atau tidak ada,

berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda dengan

antipsikotik standar, dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun

glutamat. Efek samping neurologis dan endokrinologis lebih sedikit dan

lebih efektif daam menangani gejala negatif skizofrenia.

21
Beberapa SDA yang telah disetujui diantaranya adalah klozapin,

risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon.3

Jenis obat-obat Antipsikotik golongan 1 (APG-1) yaitu fenotiazine, tioxantine,

butirofenon, dibenzoxazepine, dihidronidol, dan difenilbutil piperidine. Sedangkan,

jenis obat-obat Antipsikotik golongan 2 (APG-2) yaitu clozapine, risperidone,

olanzapine, quetiapine, dan ziprasidone.5

c. Psikoterapi

Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan

kemampuan sosial, kecukupan diri, keterampilan praktis, dan komunikasi

interpersonal.3

2.8 Prognosis

Sejumlah studi menunjukkan bahwa selama periode 5-10 tahun setelah rawat

inap pskiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya 10-20% yang memiliki hasil

akhir baik. Lebih dari 50% pasien memiliki hasil akhir yang buruk, rawat ianp

berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood mayor,dan percobaan bunuh

diri. Sekitar 20-30% pasien skizofrenia mampu menjalani kehidupan kurang lebih

normal. Pasien skizofrenia memiliki prognosis lebih buruk dibanding pasien dengan

gangguan mood.

Meski kurang lebih sepertiga pasien memiliki eksistensi sosial yang

terintegrasi atau marginal, sebagian besar memiliki kehidupan yang ditandai dengan

ketiadaan tujuan, inaktivitas, sering dirawat inap, dan pada situasi urban

ketunawismaan atau kemiskinan. Pasien skizofrenia terjadi perburukan lebih lanjut

dalam keampuan dasar untuk berfungsi setelah relaps merupakan pembeda utama

22
dengan gangguan mood. Tidak hanya itu, pasien skizofrenia memiliki kerentanan

terhadap stres biasanya berlangsung seumur hidup.3

Tabel 2.3 Ciri Prognosis yang Baik pada Skizofrenia

Awitan akut

Ada fakor presipitasi yang jelas

Menikah

Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan pramorbid baik

Riwayat keluarga dengan gangguan mood

Sistem pendukung baik

Gejala positif. 3

Tipe paranoid dan katatonik mempunyai prognosis baik. Prognosis menjadi

lebih buruk bila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga tidak

harmonis.5

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2013. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas


PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta :
2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatri. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William &Wilkins.
3. Sadock BJ dan Sadock VA, 2010. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis, Ed 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
4. Torrey EF. 1981. The Epideiology of Paranoid Schizophrenia. Diunduh dari
http://schizophreniabulletin.oxfordjournals.org/ ; 7(4): 588-593
5. Elvira SD dan Hadisukanto G, 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.
Departemen Kesehatan RI

24
25

Anda mungkin juga menyukai