Skizofrenia Paranoid
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL – RSJ HB SAANIN
PADANG
Tahun 2016
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Desmon Rais
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 tahun
Tempat lahir : Batusangkar
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan/ sekolah : Perawat / D3-SPK
Alamat /Telepon : Jl. Malana Ponco, Lima Kaum, Batusangkar
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Suku : Dalimo
Pasien masuk IGD RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 6 April 2016
pukul 01.00 WIB dini hari. Ini merupakan tujuh kali pasien dibawa keluarga ke
RSUP DR M Djamil Padang.
I. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari :
Autoanamnesis pada tanggal 9 April 2016
Alloanamnesis dengan istri pasien Ny. S melalui telpon pada tanggal 9
April 2016 pukul 16.17 WIB selama 23 menit 16 detik
1. Keluhan Utama
Pasien gaduh gelisah dan mengamuk sejak 1 hari sebelum dibawa ke RS.
2
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien gaduh gelisah dan mengamuk sejak 1 hari sebelum dibawa ke
RS. Pasien mengaku sempat dikeroyok karena memukul kepala tukang parkir
bisu sehingga tercetuslah konflik dengan satpam, tentara, dan tukang parkir yang
berada di RSUD Batusangkar yang membuat pasien dibawa ke IGD RSUP
M.Jamil. Pasien mengatakan pelaku pengeroyokan tersebut telah bersekongkol
dengan direktur RSUD. Pasien mengatakan bahwa oli motornya telah ditukar
dengan lunai oleh tetangganya. Pasien mengaku pernah curiga bahwa istrinya
akan meninggalkannya. Pasien mengaku tidak memiliki konflik dengan tetangga,
anak-anaknya, dan istrinya.
Berdasarkan alloanamnesis dengan istri pasien, pada awalnya pasien
diam-diam sendiri dan berbicara sendiri sejak 1 minggu sebelum masuk RS
namun masih bisa dikendalikan di rumah. Pasien marah-marah pada tetangganya
dan mengatakan kalau tetangganya akan merebut istrinya. Pasien merasa curiga
seakan-akan istrinya meninggalkannnya. Pasien mengambil telepon genggam
milik istri dan menghapus banyak nomor telpon didalamnya. Pasien juga
mengambil dan menjual telpon genggam milik anak pertamanya dan mengatakan
bahwa rumahnya kemalingan. Pasien sering memaki dan berteriak-teriak pada
tetangga, anak kecil, dan hewan disekitarnya tanpa sebab yang jelas. Pasien
sempat membakar rumput hidup dihalaman rumahnya tanpa tujuan. Pasien suka
membanting pintu di dalam rumah dan sering bernyanyi keras-keras saat adzan.
Pasien marah kepada anak pertamanya dan mengatakan bahwa anak pertamanya
bukan anak kandungnya. Pasien pernah memukul istrinya sampai mata istrinya
berdarah pada 3 tahun yang lalu. Bila penyakitnya tidak kambuh, pasien tetap
bekerja seperti biasa sebagai staf keperawatan di RSUD Batusangkar.
3
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat gangguan psikiatri : Pasien sudah dikenal menderita gangguan jiwa
sejak tahun 1998. Sebelumnya pasien telah dirawat 6 kali di bangsal Jiwa RSUP
dan 6 kali dirawat di RSJ HB Saanin.
Riwayat gangguan medis : Pasien pernah menderita Hepatitis B pada
umur 10 tahun dan telah dinyatakan sembuh
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif :
-Pasien merokok sejak kelas 4 SD dan belum berhenti.
-Pasien mengkonsumsi alkohol dari kelas 2 SMP dan 4 tahun terkahir sudah
berhenti.
-Pasien pernah mengkonsumsi narkoba jenis ganja pada tahun 1993-1998, saat
pasien mengkonsumsi ganja dia merasa ketakutan ditangkap polisi. Pasien
mengaku berhenti karena kemauannya sendiri.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
Masa prenatal dan perinatal: pasien lahir dengan bantuan bidan dan lahir cukup
bulan. Tidak ada kelainan selama masa ini.
Masa kanak-kanak: pertumbuhan dan perkembangan sesuai anak seusianya.
Masa remaja: pasien memiliki banyak teman, tapi mulai merokok dan konsumsi
alkohol di masa ini.
Masa dewasa:
Riwayat pendidikan : pendidikan terakhir D3-SPK
Riwayat pekerjaan : staff keperawatan di RSUD Batusangkar
Riwayat perkawinan : pasien sudah menikah 1 kali tahun 2001 dan
memiliki 2 orang anak.
Riwayat agama : Islam
Riwayat psikoseksual: deviasi seksual tidak ada
Aktivitas sosial: pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang
sekitarnya tetapi cenderung membuat konflik ketika penyakitnya
kambuh.
Riwayat pelanggaran hukum: tidak pernah dipenjara.
4
5. Riwayat Keluarga
Stroke
Hipertensi
Jantung pasien
tinggal serumah
Pada pasien tidak terdapat riwayat keluarga dengan gangguan jiwa. Nenek pasien
(dari ibu) memilki riwayat stroke dan hipertensi. Ibu pasien memiliki riwayat
penyakit jantung.
6. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal dengan istri dan dua orang anak. Pasien bekerja sebagai
staf keperawatan di RSUD Batusangkar. Istri juga bekerja sebagai pembantu
rumah tangga
Periode tidak
terjadi
kekambuhan
penyakit
5
AUTO ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 9 April 2016
6
Dengan istri bapak
misalnya?
- Bapak pernah merasa Dulu buk. Saya merasa seakan istri
curiga pada istri bapak? saya akan meninggalkan saya.
Bias bapak ceritakan?
- Bapak tinggal serumah Iya buk.
berempat dengan anak-
anak bapak?
- Apa bapak pernah merasa Tidak buk. Saya sayang pada anak-
curiga dengan anak-anak anak saya. Sekarang saya
bapak? merindukan mereka.
- Kalau dengan tetangga Pernah buk, tahun 2008. Saya
bagaimana pak? Apa marah-marah sampai diluar kontrol
bapak memiliki masalah waktu itu saya sampai dirawat
dengan tetangga bapak juga. Tapi dulu saya pernah marah-
seperti bertengkar? marah. Mereka tidak baik pada Waham curiga
saya. Oli motor saya pernah diganti (+)
dengan lunai. Tapi saya diam saja
buk, saya ganti lagi dengan oli.
- Bagaimana dengan Tidak buk.
lingkungan kerja bapak?
Apa pernah mempunyai
konflik dengan teman
kerja bapak?
- Apa pekerjaan bapak Kalau kerja, saya tetap bekerja
terganggu dengan buk. Sebelum dibawa kesini hari
keluhan ini? Selasa saya masih pulang kerja.
7
merasa sedih belakangan
ini? Depresi (-)
- Apakah bapak merasa Tidak buk.
bersalah?
- Apakah bapak pernah Tidak buk
terpikir kalau hidup ini
sudah tidak berguna lagi?
- Maaf sebelumnya pak, Pernah buk.
apa bapak pernah
memakai obat-obatan
terlarang?
- Kapan pak? Sekarang Tahun 1993 sampai 1998 buk.
sudah berhenti? Apa Sudah berhenti. Saya
yang bapak konsumsi? mengonsumsi ganja.
- Mengapa bapak berhenti? Karena setiap habis mengonsumsi
narkoba itu saya merasa takut
sekali akan ditangkap satpol pp
buk.
- Bapak pernah sampai Tidak buk.
dipenjara?
- Bapak pernah Pernah buk. Sejak kelas 2 SMP.
mengonsumsi alkohol? Sudah berhenti tahun 2012.
- Bapak merokok? Iya buk.
- Sejak kapan pak? Sudah Sejak kelas 4 SD saya sudah mulai
berhenti? merokok buk. Sekarang saya masih
suka merokok. Saya pernah
merokok disini lalu dilarang oleh
perawat.
- Pak, apa bapak mengerti Iya, saya mengerti buk
kenapa bapak dirawat?
- Baik pak, mungkin Iya buk, sama-sama
sekian dulu. Terimakasih
banyak pak.
8
II. STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : teraba kuat, teratur, pengisian penuh, ferekuensi 88x/menit
Suhu : 37 oC
Nafas : Thorakoabdominal, teratur, frekuensi 20 x/menit
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 65 kg
Sistem Respiratorik
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : sonor kiri dengan kanan
Aukultasi : vesikuler normal, ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada.
Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari medial linea midclavicula
sinistra RIC V
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada
Sistem Gastrointestinal :
Inspeksi : perut tidak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan ada, nyeri
lepas ada.
Perkusi : timpani
9
Auskultasi : bising usus positif normal
Motorik
- tonus : eutonus
- turgor : baik
- kekuatan : 555 555
555 555
- koordinasi : baik
- reflek fisiologis : sulit dinilai, reflek patologis : sulit dinilai
10
Fungsi luhur :aktivitas membaca, menulis, menggambar dan
membaca dapat dilakukan dengan baik.
Kelainan Khusus
- Kaku : tidak ada
- Tremor :+
- Nasal stiffness : tidak ada
- Occuloloirik crisis : tidak ada
- Tortikolis : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
IV. IKHTISAR DAN KESIMPULAN DARI PEMERIKSAAN PSIKIATRI
I. Keadaan Umum
a. Kesadaran / sensorium : komposmentis Perhatian : ada
b. Sikap : kooperatif Inisiatif : ada
c. Tingkah laku motorik : aktif
d. Ekspresi fasial : kaya
e. Verbalisasi dan cara berbicara : dapat berbicara lancar
f. Kontak psikik : dapat dilakukan, wajar
11
g. Arus emosi : cepat
h. Mood : eutim
12
f. Meloncat-loncat (flight of ideas) : tidak ada
3. Isi pikiran
a. Pola sentral dalam pikirannya : tidak ada
b. Fobia : tidak ada
c. Obsesi : tidak ada
d. Delusi : waham curiga, waham kesetiaan
e. Kecurigaan : ada
f. Konfabulasi : tidak ada
g. Rasa permusuhan / dendam : tidak ada
h. Perasaan inferior : tidak ada
i. Banyak/sedikit : banyak
j. Perasaan berdosa : tidak ada
k. Hipokondria : tidak ada
l. Lain-lain : tidak ada
13
F. Anxietas yang terlihat secara overt
Tidak ada
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. F. 60. 0 Gangguan Kepribadian Paranoid
2. F. 23 Gangguan Psikotik Akut
TERAPI
Olanzapin 1x 10 mg (malam)
Haloperidol 3 x 5 mg
CPZ 1 x 100 mg (malam)
THP 2x 2mg
B complex 3x 1
Vit C 3x1
PROGNOSIS
Klinis : ragu-ragu ke arah baik
Fungsional : ragu-ragu ke arah baik
Sosial : ragu-ragu ke arah baik
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh
penyimbangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oeh
afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
kemudian.1
keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang
sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
2.2 Epidemiologi
berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa
hidupnya.3 Skizofrenia tipe paranoid merupakan tipe paling stabil dan paling sering.
Skizofrenia paranoid mempunyai prevalensi lebih kurang 0,5% dari populasi umum,
lebih sering pada pria daripada wanita. Akan tetapi, ada perbedaan yang bergantung
pada negara dan komunitas hingga lingkungan sosial. Skizofrenia paranoid timbul
lebih sering pada pada populasi dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.4
15
2.3 Etiologi dan Patofisiologi
suatu kelompok gangguan dengan penyebab yang berbeda dan secara pasti
perjalanan penyakitnya adalah bervariasi. Satu mode untuk integrasi faktor biologis
dan faktor psikososial dan lingkungan adalah model diatesis-stres, dimana seseorang
mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh suatu
skizofrenia. Pada mode diatesis-stres yang paling umum, diatesis atau stress dapat
psikologis. Dasar biologis untuk suatu diatesis dibentuk lebih lanjut oleh pengaruh
patofisiologis untuk daerah tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis
dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling berhubungan sehingga disfungsi
pada salah satu daerah mungkin melibatkan patologi primer pada skizofrenia.2,5
Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan
lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah terihat sebelum awitan penyakit, atropi
bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu girus parahipokampus dan
16
dengan gangguan memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan dengan simptom
negatif skizofrenia. Penemuan lain yaitu adanya antibodi sitomegalo virus dalam
serebri, penurunan aliran darah dan metabolism glukosa di lobus frontal. Hipotesis
biokimia mengenai skizofrenia yang paling banyak dipakai yaitu adanya gangguan
(aktivitas dopamin).5
Seakin dekat hubungan kekerabatan semakin besar risiko. Selain itu, kekacauan dan
mempertahankan remisi.5
berhati-hati, dan terkadang bersikap bermusuhan atau agresif namu mereka kadang-
kadang dapat mengendalikan diri mereka secara adekuat pada situasi sosial.
Intelegensia mereka dalam area yang tidak dipengaruhi psikosisnya cenderung tetap
paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien sering
tidak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif, marah,
17
atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau
hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui:
cemburu.
atau halusinasi yang bersifat khas harus menonjol. Pada suatu derajat ringan
seperti pedataran afektif dan hendaya dalam dorongan kehendak sering dijumpai tapi
2.5 Diagnosis
remisi sebagian atau sempurna, atau bersifat kronis. Onset cenderung terjadi pada
usia yang lebih tua dibandingkan bentuk-bentuk hebefrenik dan katatonik.3 Diagnosis
skizofrenia dapat ditegakkan dengan harus memenuhi kriteria DSM-IV atau ICD 10.
Berdasarkan DSM-IV:
18
tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan
mood mayor, autisme, atau gangguan organik.
Sedangkan untuk tipe Paranoid menurut DSM-IV-TR:
3. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang
sering
4. Tidak ada hal berikut ini yang prominen : bicara kacau, perilaku acau atau
katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.3
Semua pasien skizofrenia digolongkan ke dalam salah satu dari sub tipe yang
19
Pemeriksaan penunjang dengan teknik pencitraan yang diperlukan untuk
dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan dan harus diingat bahwa waham kejar
mungkiln hanya memiliki bobot diagnostik yang tidak berarti pada orang-orang yang
berasal dari negara atau budaya tertentu.6 Diagnosis lain yang dipertimbangkan
Paronia (F22.0).1
2.7 Tatalaksana
pengobatan, dan untuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau
mengurus kebutuhan dasar. Membangun hubungan yang efektif antara pasien dan
sistem pendukung komunitas merupakan tujuan utama rawat inap. Rawat inap
20
penyakit pasien serta ketersediaan fasilitas rawat jalan menentukan lamanya rawat
inap.3
b. Farmakoterapi
skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama yaitu antagonis reseptor
21
Beberapa SDA yang telah disetujui diantaranya adalah klozapin,
c. Psikoterapi
interpersonal.3
2.8 Prognosis
Sejumlah studi menunjukkan bahwa selama periode 5-10 tahun setelah rawat
inap pskiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya 10-20% yang memiliki hasil
akhir baik. Lebih dari 50% pasien memiliki hasil akhir yang buruk, rawat ianp
diri. Sekitar 20-30% pasien skizofrenia mampu menjalani kehidupan kurang lebih
normal. Pasien skizofrenia memiliki prognosis lebih buruk dibanding pasien dengan
gangguan mood.
terintegrasi atau marginal, sebagian besar memiliki kehidupan yang ditandai dengan
ketiadaan tujuan, inaktivitas, sering dirawat inap, dan pada situasi urban
dalam keampuan dasar untuk berfungsi setelah relaps merupakan pembeda utama
22
dengan gangguan mood. Tidak hanya itu, pasien skizofrenia memiliki kerentanan
Awitan akut
Menikah
Gejala positif. 3
lebih buruk bila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga tidak
harmonis.5
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25