Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan menyelenggarakan

kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,

pelayanan gawat darurat, pelayanan rujukan yang mencakup pelayanan rekam

medis dan penunjang medis serta dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan,

dan penelitian bagi para tenaga kesehatan.

Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan

yang diberikan kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Dengan adanya bukti tertulis tersebut, maka rekam medis yang diberikan

dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan menunjang tertib administrasi

dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam medis.

Rekam medis dapat diartikan juga sebagai suatu dokumen yang berisi

catatan mengenai identitas pasien, pemeriksaan pengobatan tindakan dari

rekam medis lain pada sarana kesehatan yang dicatat secara

berkesinambungan, selama diberikan pelayanan di rumah sakit baik rawat

jalan, rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat.


Pengelolaan Rekam Medis akan baik apabila memiliki Sumber Daya

Manusia yang proporsional baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Untuk

itu perlu dikaji Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan sesuai dengan beban

kerjanya.

Salah satu metode pengkajian kebutuhan Sumber Daya Manusia di

Unit Pelayanan Kesehatan seperti Rumah Sakit adalah metode WISN (Work

Load Indikator Staff Need) yaitu suatu metode perhitungan kebutuhan SDM

Kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh

tiap kategori SDM Kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan

kesehatan. Penulis memilih metode ini karena metode ini lebih mudah

dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah di terapkan,

komprehensif dan realistis.

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan yang akan diangkat oleh penulis yaitu

bagaimana Analisis kebutuhan Sumber Daya Manusia di unit Rekam Medis

dengan metode WISN (Work Load Indikator Staff Need) di Rumah sakit

Muhammadiyah Bandung.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang diturunkan dari pokok permasalahan

adalah sebagai berikut:


1) Bagaimana perhitungan kebutuhan SDM di unit Rekam Medis dengan

menggunakan metode WISN (Work Load Indikator Staff Need)?

2) Permasalahan apa saja yang ada dalam analisis kebutuhan atau pola

ketenagaan di unit Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah

Bandung?

3) Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan

Analisis Kebutuhan SDM di unit Rekam Medis Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung?

1.4 Tujuan Dan Manfaat Membuat Laporan

A. Tujuan Laporan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perencanaan kebutuhan SDM di unit Rekam

Medis dengan metode WISN (Work Load Indikator Staff Need) di

Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kebutuhan SDM dengan menggunakan

dengan metode WISN (Work Load Indikator Staff Need) di

unit Rekam Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

b. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada

penghitungan kebutuhan SDM dengan metode WISN (Work


Load Indikator Staff Need) di unit Rekam Medis Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan

oleh pihak RS untuk mengatasi permasalahan yang ada pada

penghitungan kebutuhan SDM dengan metode WISN (Work

Load Indikator Staff Need) di unit Rekam Medis Rumah Sakit

Muhammadiyah Bandung.

B. Manfaat Laporan

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

masukkan bagi RS Muhammadiyah Bandung mengenai

kapasitas tenaga Rekam Medis agar sesuai dengan beban

kerjanya. Sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bisa

maksimal.

2. Bagi Mahasiswa Dan Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa

tentang bagaimana cara melakukan perencanaan kebutuhan

tenaga Rekam Medis dan mengetahui perbedaan antara teori

yang didapat dengan mengaplikasikannya secara langsung

dilapangan sehingga dapat menambah wawasan dan

pengetahuan di unit Rekam Medis.


3. Bagi Akademik

Dapat menambah bahan kajian Khususnya bagi

lingkungan akademik mengenai penghitungan tenaga kerja

dengan menggunakan dengan metode WISN (Work Load

Indikator Staff Need).

1.5 Kajian Ilmiah

A. Konsep Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Menurut Huffman (1994:28) mengemukakan bahwa:

The medical record is “a pertinent facts of patient’s life and health


history, including past and present illness (es) and treatment (s),
written y the health professionals contributing to that patients’s care”.

(Rekam Medis saat ini adalah “fakta yang berkaitan dengan keadaan

pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang

tertulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada

pasien tersebut”).

Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.

269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis, rekam medis adalah

“Berkas yang berisikan catatan tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan yang lain yang telah diberikan

kepada pasien”.
2. Tujuan Rekam Medis

Tujuan Rekam Medis menurut Direktorat Jendral Pelayanan

Medis Departemen Kesehatan RI (1997:7) adalah: “untuk menunjang

tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan

pelayanan kesehatan di rumah sakit”.

3. Kegunaan Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (1997:7) beberapa aspek dari

kegunaan Rekam Medis, diantaranya:

a. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan

wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para

medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan

b. Aspek Medis

sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan

yang harus diberikan kepada seorang pasien.

c. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena

isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum


atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan

hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan

keadilan.

d. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena

isinya mengandung data / informasi yang dapat dipergunakan

sebagai aspek keuangan.

d. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian,

karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat

dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan dibidang kesehatan.

e. Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan,

karena isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan

kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada

pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan

atau referensi pengajaran dibidang profesi si pemakai.


f. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi,

karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung

jawaban dan laporan rumah sakit.

B. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi,

apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi

untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola oleh

manusia. Jadi manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan

institusi/ organisasi.

Menurut Soedjadi (2000:6) Sumber Daya Manusia adalah:

“Manusia yang mempunyai kekuatan (Daya) alam arti kemampuan


yang bersumber dari dirinya, bagi organisasi atau instansi dimana manusia
tersebut berkarya serta bagi masyarakat dan lingkungannya dimana
kemampuan tersebut diterapkan”.

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003:9) yang dimaksudkan

Sumber Daya Manusia adalah meliputi tiga pengertian, yaitu:

1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan

suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau

karyawan)
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak

organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan

berfungsi sebagai modal (non material/non finansial di dalam

organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real)

secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

C. Langkah-Langkah Perhitungan Perencanaan SDM Unit Rekam

Medis Dengan Metode WISN (Work Load Indikator Staff Need)

1. Pengertian Metode WISN (Work Load Indikator Staff Need)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 81/MENKES/SK/I/2004, metode WISN (Work Load Indikator

Staff Need) adalah “ indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan

tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga

alokasi/relokasi akan lebih mudah rasional”. Kelebihan metode ini,

yaitu mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah

diterapkan, komprehensif dan realistis.

2. Langkah-langkah Metode WISN (Work Load Indikator Staff

Need)

Adapun langkah perhitungan kebutuhan sumber daya manusia

berdasarkan WISN (Work Load Indikator Staff Need) menurut


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

81/MENKES/SK/I/2004, yaitu:

a. Menetapkan waktu kerja tersedia

Menetapkan waktu kerja tersedia masing-masing kategori

SDM yang bekerja di RS selama kurun waktu satu tahun.

Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia

adalah sebagai berikut:

1) Hari kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku di rumah sakit

atau peraturan daerah setempat, pada umumnya dalam 1

minggu 5 hari kerja, dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari X 50

minggu).(A)

2) Cuti tahunan sesuai kebutuhan SDM memiliki hak cuti 12 hari

kerja setiap tahun.(B)

3) Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS

untuk mempertahankan dan meningkatkan

kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki hak

untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/lokakarya dalam 6

hari kerja. (C)


4) Hari libur nasional, berdasarkan keputusan bersama menteri

terkait tentang hari libur nasional dan cuti bersama, tahun

2002-2003 ditetapkan 15 hari kerja dan 4 hari cuti bersama.(D)

5) Ketidakhadiran kerja, sesuai data-data ketidakhadiran kerja

(selama kurun waktu 1 tahun) karena sakit tidak masuk dengan

atau tanpa pemberitahuan/ijin.(E)

6) Waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau

peraturan daerah, pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari

adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu).(F)

Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilanjutkan perhitungan untuk

menetapkan waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut:

Waktu Kerja Tersedia = {A + (B+C+D+E) X F}

Keterangan:

A = Hari kerja D = Hari libur nasional

B = Cuti tahunan E = Ketidakhadiran kerja

C = Pendidikan dan latihan F = Waktu Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaan rata-rata harian kerja

atau rumah sakit menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu

dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lama dibanding

dengan kategori SDM lainnya.


b. Menetapkan Unit Kerja Dan Kategori SDM

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah

diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang bertanggungjawab

dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan

pada pasien, keluarga dan masyarakat, di dalam dan luar RS. Data dan

Informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori

SDM adalah sebagai berikut:

1) Bagian Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi

masing-masing unit dan sub unit kerja.

2) Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural

dan fungsional misalnya: Komite medik, Komite Pengendalian

Mutu RS, Bidang/ bagian informasi.

3) Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit

kerja di RS

4) PP 32 tentang SDM Kesehatan.

5) Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan

fungsional SDM kesehatan.

6) Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional

prosedur (SOP) p tiap unit kerja RS.

Fungsi utama Rumah Sakit adalah menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan


perorangan meliputi pelayanan kuratif, rehabilitative secara serasi

dan terpadu dengan pelayanan preventif dan promotif. Berdasarkan

fungsi utama tersebut, unit kerja RS dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1) Unit kerja fungsional langsung adalah unit dan sub unit kerja

yang langsung terkait dengan penyelenggaraan pelayanan

kesehatan perorangan didalam dan di luar RS, misalnya:

Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, Instalasi Gawat

Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi,

Instalasi Farmasi/Apotik, Unit Pelayanan Home Care dan

lain-lain.

2) Unit kerja fungsional Penunjang adalah unit dan sub unit

kerja yang tidak langsung terkait dengan penyelenggaraan:

a) Pelayanan kesehatan perorangan di RS, misalnya

instalasi Tata Usaha Rawat Inap/Jalan, Instalasi

Pemeliharaan sarana RS.

b) Pelayanan Kesehatan Promotif di dalam dan di luar RS,

Misalnya: unit penyuluhan kesehtan masyarakat (PKM-

RS)

Apabila ditemukan unit dan sub unit kerja fungsional yang belum

diatur atau ditetapkan oleh Direktur, Depkes, Pemda (pemilik RS), perlu
ditelaah terlebih dahulu sebelum ditetapkan/disepakati keberadaannya.

Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan-kegiatannya dapat digabung atau menjadi

bagian unit kerja yang telah .

Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah

selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi/pendidikan

untuk menjamin mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan

kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.

Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan

pengalaman yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat

membantu proses penetapan kategori SDM di tiap unit kerja RS.

Untuk menghindari hambatan atau kesulitan perhitungan kebutuhan

SDM berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak menggunakan metode analisis

jabatan untuk menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi yang

dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan/ kegiatan di tiap unit RS.

c. Menyusun Standar Beban Kerja

Standar beban kerja adalah Volume/kuantitas selama 1 tahun

perkategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata

waktu) dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-

masing kategori tenaga.


Pelayanan kesehatan di RS bersifat individual, sfesifik dan unik

sesuai karakteristik pasien (umur, jenis kelamin) jenis dan berat ringannya

penyakit, tidaknya komplikasi. Disamping itu harus mengacu pada standar

pelayanan dan standar operasional prosedur serta penggunaan tekhnologi

kedokteran dan prasarana yang tersedia secara tepat guna. Oleh karena itu

pelayanan kesehatan RS membutuhkan SDM yang memiliki berbagai jenis

kompetensi, jumlah dan distribusinya tiap unit kerja sesuai beban kerja.

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja

masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:

1) Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja RS sebagaimana hasil

yang telah ditetapkan pada langkah kedua

2) Standar Profesi, standar pelayanan yang berlaku di RS.

3) Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk

melaksanakan/menyelesaikan berbagai pelayanan RS

4) Data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap unit kerja RS.

Beban kerja masing-masing kategori SDM di tiap unit kerja RS adalah

meliputi:

1) Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori

SDM.
2) Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan

pokok.

3) Standar beban kerja per 1 tahun masing-masing kategori SDM.

Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai

standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk

memudahkan dalam menetapkan beban kerja masing-masing kategori SDM,

perlu disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan yang berkaitan

langsung/tidak langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.

Rata-rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM

pada tiap unit kerja. Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat

bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur

(SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi SDM.

Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman

selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data Rata-rata

waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan

pokok oleh SDM yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar

pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan memiliki etos kerja

yang baik.
Secara bertahap RS dapat melakukan studi secara intensif untuk

menyusun standar waktu yang dibutuhkan menyelesaikan tiap kegiatan oleh

masing-masing kategori SDM.

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1

tahun per-kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu Kegiatan pokok

disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya

(waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh masing-masing

kategori SDM.

Adapun rumus perhitungan Standar beban kerja adalah sebagai

berikut:

Standar Beban Kerja= Waktu yang tersedia


Rata-rata waktu per-kegiatan pokok

d. Menyusun Standar Kelonggaran

Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor

kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu

untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau

dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

Penyusunan faktor kelonggaran dapat dilaksanakan melalui

pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tentang:


1) Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada

pasien misalnya: rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun

kebuituhan obat/bahan habis pakai.

2) Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.

3) Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah

selanjutnya adalah menyusun Standar Kelonggaran dengan melakukan

perhitungan berdasarkan rumus di bawah ini:

Standar Kelonggaran = Rata-rata waktu per-Faktor Kelonggaran


Waktu kerja Tersedia

e. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Per Unit Kerja

Perhitungan SDM perunit kerja tujuannya adalah diperolehnya

jumlah dan jenis/ kategori SDM perunit kerja sesuai beban kerja selama 1

tahun.

Sumber data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM

perunit kerja meliputi:

1) Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:

a) Waktu kerja tersedia.

b) Standar beban kerja.


c) Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM.

2) Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun satu tahunan.

Rumus perhitungan kebutuhan sumber daya manusia:

Kebutuhan SDM = Kuantitas kegiatan pokok + Standar kelonggaran


Standar Beban Kerja

D. Konsep Dasar Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat

perlu disertai dengan adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Peningkatan kesehatan harus disertai adanya sarana penunjang yang

memadai. Salah satu sarana penunjang tersebut adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh Rumah Sakit. beberapa pengertian rumah sakit yang

dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

Menurut Undang-undang Republik Indonesia NO. 44Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit adalah :

“Institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik


tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya”.
Menurut American Hospital Assosiation ( Azwar, 1996:82) Rumah
Sakit adalah:

“Suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang


terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan,
diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien”.

2. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas dan fungsi rumah sakit menurut undang-undang RI No. 44

tahun 2009 pasal 4 adalah:

a. Tugas Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna.

b. Fungsi Rumah Sakit

1) penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis.

3) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.
4) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

Kesehatan.

3. Jenis Dan Klasifikasi Rumah Sakit

Jenis dan kualifikasi rumah sakit menurut undang-undang RI No. 44 tahun

2009 pasal 4 adalah:

a. Berdasarkan jenis pelayanan

1) Rumah Sakit Umum

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :

a) Rumah Sakit umum kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang

medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas)

subspesialis.

b) Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling


sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang

medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c) Rumah Sakit umum kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis

penunjang medik.

d) Rumah Sakit umum kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling

sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

2) Rumah Sakit Khusus.

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit

atau kekhususan lainnya.

Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :

a) Rumah Sakit khusus kelas A

b) Rumah Sakit khusus kelas B

c) Rumah Sakit khusus kelas C


b. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi:

1) Rumah Sakit publik

Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang

bersifat nirlaba.

2) Rumah Sakit privat

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh

badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan

Terbatas atau Persero.

Anda mungkin juga menyukai