BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
a. BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penulisan, maksud dan tujuan, batasan masalah, waktu dan
tempat pelaksanaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
b. BAB II PROFIL PT. PAL INDONESIA
Berisi sejarah singkat, visi, misi, lokasi, dan struktur organisasi, PT PAL
Indonesia
c. BAB III DASAR TEORI
2
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Berisi dasar teori mengenai Non destructive test, metode-metode pengujian non
destructive test, dan jenis-jenis cacat pengelasan.
d. BAB IV. ANALISISDAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan mengenai Proses Kalibrasi Exit Point dan Sudut Probe,
Penentuan DAC (Distance Amplitude Correction), dan Interpretasi Data Hasil
Ultrasonic Testing
e. BAB V. PENUTUP
Berisi kesimpulan tentang Interpretasi Data Hasil Ultrasonic Testing.
3
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
BAB II
PROFIL PT PAL INDONESIA
Indonesia (Persero) dan sampai dengan saat ini telah diadakan perubahan akhir dengan akte
pendirian Nomor 1 tanggal 4 Nopember 2002.
5
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Saat ini PT. PAL Indonesia (Persero) tengah mengembangkan produk yang akan
dipasarkan di dalam negeri, terutama untuk memenuhi kebutuhan pemerintah pusaat seperti
Departemen Pertahanan, Kepolisian RI, Departemen Kelautan, Departemen Keuangan /
Direktorat Jendral Bea & Cukai Serta Otonomi Daerah maupun swasta. Produk yang telah
dikuasai antara lain :
Produk jasa harkan kapal maupun non kapal meliputi jasa pemeliharaan dan perbaikan
kapal tingkat depo dengan kapasitas docking 894.000 DWT per tahun. Selain itu jasa yang
disediakan adalah annual / special survey dan overhaul bagi kapal niaga dan kapal perang,
pemeliharaan dan perbaikan elektronika dan senjata serta overhaul kapal selam. Peluang pasar
untuk kategori pelayanan jasa seperti ini berasal dari TNI – AL , swasta, pemerintah serta
kapal-kapal yang singgah dan berlabuh di Surabaya, dengan jumlah yang mencapai 6.800 kapal
per tahun.
4. Rekayasa Umum
Pada saat ini PT. PAL Indonesia (Persero) telah menguasai teknologi produksi komponen
pendukung industri pembangkit tenaga listrik seperti Boiler dan Balance of Point. Kemampuan
ini akan terus ditingkatkan sampai pada taraf kemampuan modular dan EPC bagi industri
pembangkit tenaga listrik skala kecil menengah sampai dengan lima puluh Mega Watt. Saat ini
PT. PAL Indonesia (Persero) telah menguasai produk Rekayasa Umum seperti Steam Turbin
Assembly sampai dengan 600 MW. Sementara itu produk rekayasa umum yang sedang
6
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
dikembangkan adalah Steam Turbine Power Plant, Jacket’s Structure sampai dengan seribu
ton serta Monopod dan Anjungan (Platform) sampai dengan 1000 ton.
Sejarah telah membuktikan kemampuan insan Indonesia sebagai pelaut yang tersohor, namun
untuk dapat bersaing di arena internasional yang semakin keras, PT. PAL Indonesia (Persero)
menyadari bahwa sejarah dan tradisi dapat menjadi pendorong, namun pendidikan dan training
bagi para karyawannya adalah mutlak untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh
dan memiliki kemampuan tinggi. Sebagai tulang punggung perusahaan, bidang sumber daya
manusia mendapat perhatian yang khusus dengan beragam kegiatan yang bertujuan
meningkatkan basis kompetensi dari para karyawan PT. PAL Indonesia (Persero). Dengan
jumlah karyawan mencapai 2.685 personil, PT. PAL Indonesia (Persero) menerapkan langkah-
langkah strategis pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi :
Struktur organisasi PT PAL Indonesia (Persero) terdiri dari 5 direktorat. Bagian struktur
organisasi yang ada di PT PAL Indonesia (Persero) dapat dilihat pada bagian struktur
organisasi PT PAL Indonesia (Persero).
Divisi-divisi yang ada di PT.PAL Indonesia beserta peranannya yaitu sebagai berikut :
1. Sekretariat Perusahaan
7
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
9
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
b. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk jasa bagi fasilitas yang midle
capacity
c. Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyek) yang telah dibuat oleh Direktorat
Pembangunan Kapal menjadi jadwal pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek yang
terperinci
d. Melaksanakan Pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien sesuai
aspek QCD
e. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyek-proyek agar
mendapatkan hasil yang memenuhi standar kualitas dengan penggunaan biaya, tenaga,
material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin
9. Divisi Akuntansi
Memiliki tugas antara lain :
a. Melaksanakan dan mempersiapkan kebijakan akuntansi perusahaan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku
b. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian serta pengawasan atas biaya-biaya dan
investasi perusahaan. Menyusun rencana jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan perusahaan
c. Melaksanakan evalusi dan analisis terhadap pengelolaan aset liabilitas serta kinerja
anak perusahaan dan kerjasama usaha lainnya
d. Melaksanakan implementasi dan penengembangan software aplikasi bisnis perusahaan
10
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Untuk menunjang dalam bentuk kegiatan usaha baik pembangunan kapal niaga dan
kapal khusus maupun perbaikan dan pemeliharaan, PT.PAL Indonesia (Persero) mempunyai
fasilitas yang mendukung penuh diantaranya adalah :
- Dok kolam 20.000 DWT (Dok Irian)
- Dok kolam 50.000 DWT (Dok Semarang)
- Dok apung 5000 TLC (Dok Pare-Pare)
- Dok apung 1000 TLC (Dok Surabaya)
- Ship lift 1500 TLC
- Bengkel outfitting
11
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
BAB III
DASAR TEORI
III.1 NDT (Non Destructive Test)
III.1.1 Definisi NDT
Non destrtructive testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda
untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita
tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita
gunakan masih aman dan belum melewati batas toleransi kerusakan. Material pesawat
diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan dalam
masa penggunaannya.NDT dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan
diakhir proses fabrikasi, untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui
tahap-tahap fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua,
NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah
menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya.
seperti betatron dan akselerator linier, yang umumnya tidak sesuai untuk digunakan di luar dari
instalasi tetap. Semua sumber sinar-X menghasilkan spektrum radiasi yang terus-menerus,
yang memantulkan penyebaran energi kinetik elektron di dalam berkas elektron. Radiasi energi
rendah lebih mudah diserap dan adanya radiasi energi rendah di dalam sinar X-ray,
menimbulkan kontras radiografi yang lebih baik dan oleh karena itu sensitivitas radiografi lebih
baik dibandingkan dengan sinar gamma. Unit sinar-X konvensional mampu melakukan
radiografi berkualitas tinggi pada baja dengan ketebalan hingga 60mm, betatron dan
akselerator linier untuk yang melebihi 300mm.
III.2.3 Sinar Gamma
Sumber sinar gamma awal yang digunakan dalam radiografi industri umumnya terdiri
dari radium alami. Aktivitas sumber-sumber ini tidak terlalu tinggi sehingga jumlahnya besar
oleh standart modern bahkan untuk keluaran radiasi yang cukup sederhana dan radiografi yang
dihasilkan bukan dari standar yang sangat tinggi. Sumber radium juga sangat berbahaya bagi
pengguna karena produksi gas radon radioaktif sebagai produk reaksi fisi. Sejak kemunculan
zaman nuklir, dimungkinkan untuk memproduksi secara artifisial isotop aktivitas spesifik yang
jauh lebih tinggi daripada yang terjadi secara alami yang tidak menghasilkan produk fisi
berbahaya. Tidak seperti sumber sinar-X, sumber gamma tidak menghasilkan distribusi energi
kuantum yang terus-menerus. Sumber gamma menghasilkan sejumlah energi kuantum spesifik
yang unik untuk isotop tertentu. Empat isotop yang umum digunakan untuk radiografi lasan;
berada dalam urutan menaik energi radiasi: Thulium 90, ytterbium 169, iridium 192 dan kobalt
60. Dalam hal tulium baja 90 berguna sampai ketebalan sekitar 7mm, energinya sama dengan
X-Ray 90 keV . Untuk itu aktivitas spesifik yang tinggi sumber yang berguna dapat diproduksi
dengan dimensi fisik kurang dari 0,5 mm. Ytterbium 169 baru saja tersedia sebagai isotop untuk
keperluan industri, energinya serupa dengan sinar X 120 keV dan berguna untuk radiografi
baja hingga ketebalan sekitar 12 mm. Sumber gamma menghasilkan sejumlah energi kuantum
spesifik yang unik untuk isotop tertentu. Empat isotop yang umum digunakan untuk radiografi
lasan; berada dalam urutan menaik energi radiasi: Thulium 90, ytterbium 169, iridium 192 dan
kobalt 60. Dalam hal tulium baja 90 berguna sampai ketebalan sekitar 7mm, energinya sama
dengan sinar matahari 90 keV dan jatuh tempo. Untuk itu aktivitas spesifik yang tinggi sumber
yang berguna dapat diproduksi dengan dimensi fisik kurang dari 0,5 mm. Ytterbium 169 baru
saja tersedia sebagai isotop untuk keperluan industri, energinya serupa dengan sinar X 120 keV
dan berguna untuk radiografi baja hingga ketebalan sekitar 12 mm. Iridium 192 mungkin
adalah sumber radiasi isotop yang paling sering ditemui yang digunakan dalam pemeriksaan
radiografi lasan. Ini memiliki sumber aktivitas dan keluaran spesifik yang relatif tinggi dan
13
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
tinggi dengan dimensi fisik 2-3mm dalam penggunaan umum, energinya mendekati sinar X-
Ray 1,2 MeV, sehingga wadah sumber yang sesuai berukuran besar dan berat sehingga sumber
Cobalt 60 tidak sepenuhnya portabel. . Mereka berguna untuk radiografi baja dengan ketebalan
40-150mm. Keuntungan utama penggunaan sumber isotop terhadap sinar-X adalah:
Peningkatan portabilitas
Tidak perlu sumber listrik
Turunkan biaya peralatan awal
Terhadap kualitas radiograf yang dihasilkan oleh teknik sinar gamma ini lebih rendah daripada
radiasi X-ray, bahaya bagi personil dapat meningkat (jika peralatan tidak dipelihara dengan
baik atau jika personil operasi tidak memiliki cukup pelatihan) dan karena keterbatasannya
Isotop baru harus dibeli secara reguler sehingga biaya operasi bisa melebihi jumlah sinar-X.
14
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Sumber X-rays pada RT (b) Sumber Gamma rays pada RT
Gambar 3.2 Interpretasi hasil Radiogrhapy Test yaitu terdapat poroucity pada lasan FCAW
15
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
16
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Tabel 3.2 Daftar Tipe IQI Yang Digunakan Berdasarkan Ketebalan Material
17
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
a. Detektor Cacat :
- Pulse generator
- Generator berbasis waktu yang dapat disesuaikan dengan kontrol delay yang dapat
disesuaikan
- Layar CTR (Cathode Ray Tube) dengan tampilan yang memadai
- Amplifier yang terkalibrasi dengan kontrol gain atau attenuator yang berkala
b. Sebuah ultrasonic probe :
- Elemen kristal piezoelektrik mampu mengubah getaran elektrik menjadi getaran
mekanis dan sebaliknya.
- Probe shoe, biasanya blok Perspex dimana kristal terpasang dengan kuat
menggunakan perekat yang sesuai.
- Fasilitas redaman kristal listrik dan atau mekanis untuk mencegah dering
berlebih.
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) shear wave probe (b) compression probe
18
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
19
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Dapat dilakukan dari satu sisi saja Membutuhkan permukaan yang halus
Baik untuk mendeteksi cacat planar Tidak dapat mendeteksi cacat permukaan
Hanya untuk ketebalan material diatas 8 mm
20
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
21
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
diskontinuitas untuk keluar. Jika ada kontras yang sesuai antara penetran dan developer
maka indikasi cacat yang dapat terlihat oleh mata akan terbentuk. Penggunaan pewarna
fluorescent sangat meningkatkan sensitivitas teknik ini. Teknik ini tidak berlaku pada
temperatur yang ekstrem seperti di bawah 5o C kendaraan penetran, biasanya minyak, akan
menjadi terlalu kental sehingga menyebabkan waktu penetrasi meningkat akibat penurunan
sensitivitas. Di atas 60oC penetran akan mengering dan teknik tidak akan berhasil.
22
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Dapat diterapkan untuk komponen kecil Tidak bisa diterapkan untuk permukaan
dengan geometri yang kompleks berpori
Sederhaba Bergantung pada temperatur
Murah Tidak bisa melakukan pengujan ulang
Sensitif Menggunakan zat kimia yang berpotensi
bahaya
Hasil indikasi mudah untuk diinterpretasikan Record tidak permanen
Ada jeda waktu antara penerapan dengan
hasil
III.6.2 Retak
23
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Retak (Crack) adalah imperfeksi yang dihasilkan oleh pecah lokal dalam keadaan padat,
yang mana dapat meningkat dari efek pendinginan atau tegangan. Crack adalah tipe imperfeksi
yang paling signifikan dibanding tipe yang lain dimana pada geometri tersebut menghasilkan
konsentrasi tegangan yang sangat besar di ujung retak membuat mereka lebih cenderung
menyebabkan patah. Crack terbagi menjadi beberapa tipe : Longitudinal, Transverse,
Radiatimg ,Crater, Branching. Crack dapat terejadi di daerah : Weld Metal, HAZ, Parent Metal
(Base Metal).
III.6.3 Cavities
Cavities adalah rongga dalam lasan. Cavities dapat disebabkan oleh dua hal karena gas
yang terjebak dan shrinkage yang disebabkan selama proses pendinginan. Cavities disebabkan
dari gas yang terjebak contohnya Gas Pore, sedangkan Cavities yang disebabkan oleh
shrinkage contohnya Crater Pipe.
(a) (b)
Gambar 3.11 (a) Crater Pipe (b) Gas Pore
III.6.4 Solid Inclusions
Solid Inclusions adalah zat padat asing yang terjebak dalam logam las, pada kasus ini
zat padat dapat berupa : slag, flux, oxide ataupun metallic
24
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
(a) (b)
Gambar 3.12 (a) Lack of Fushion (b) Lack of Penetration
25
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
BAB IV
METODOLOGI ULTRASONIC TEST
26
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Probe digerakkan hingga memperoleh pulsa yang mengindikasikan cacat berupa lubang
yang ada pada blok klaibrasi, setelah itu sound distance dari cacat yang tercatat pada alat
diselisihkankan terhadap hasil pengukuran secara manual jarak antara posisi cacat terhadap
ujung probe sehingga diperolehlah nilai X-value.
27
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
kalibrasi dimana terdapat angka berupa sudut. Exit point probe ditempatkan berdasarkan besar
sudut probe, jika probe yang akan dikalibrasi adalah probe 60o maka exit point probe
diposisikan ke skala nilai 60o pada blok kalibrasi.
Setelah exit point di posisikan pada skala tersebut, maka akan diperoleh nilai sound
distance,dimana sound distance yang diperoleh adalah sound distance exit point terahadap
backwall dari blok kalibrasi setelah itu nilai sound distance dimasukkan kedalam persamaan
berikut :
Untuk Probe Sudut 45o dan 60o Untuk Probe Sudut 70o
𝑋 − 35 𝑋 − 35
𝑇𝑎𝑛 𝛼 = 𝑇𝑎𝑛 𝛼 =
70 30
Dimana nilai X merupakan nilai sound distance yang terbaca pada alat. Setelah itu dilakukan
perhitungan sehingga diperoleh nilai α. Jika nilai α lebih kecil atau lebih besar 2o dari sudut
probe, maka berarti probe tersebut sudah tidak layak pakai.
28
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
Pada pembahasan ini, hasil joint yang akan dianalisa adalah hasil joint CW 1 pada
proyek High Pressure Heater Pelabuhan Ratu, dengan design joint sebagai berikut:
Gambar IV.1 Design Joint Pada Proyek High Pressure Heater Pelabuhan Ratu
Untuk joint yang di inspeksi ialah Joint CW 1, dan S2 dengan tipe joint beserta
metode pengelasan yang diterapkan sebagai berikut :
29
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
- Crack
- Incomplete penetration
- Lack of fusion
- Undercut
- Incomplete fusion
- Slag line
- Slag inclusion
Indikasi cacat tersebut juga dapat di deteksi dengan Ultrasonic Test.Apabila terdapat
cacat maka untuk code ASME langkah-langkah menjastifikasi apakah cacat tersebut masih
diterima atau tidak mengacu pada artikel UW-51 dan UW-52 ASME Section VIII dimana pada
UW-51 dijelaskan :
30
Laporan Kerja Praktik
Jurusan Teknik Material Dan Metalurgi
22-33 , 44-55 , 77-88 , 88-99 , 154-165 , 165-176 , 176-187 dan ketebalan las ini adalah 50
mm.
Pada rentang titik uji (marking point) ke 0-11 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 55
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) ke 11-22 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 37
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 22-33 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 45 mm
seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 44-55 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 55 mm
seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 77-88 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 55
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 88-99 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 80
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 154-165 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 30
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 165-176 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 25
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Pada rentang titik uji (marking point) 176-187 di indikasi Slag Inclusion sepanjang 55
mm seharusnya berdasarkan aturan ASME diatas maksimal 1/3 t = 16,67 mm sehingga
UNACCEPTABLE dan harus di REPAIR
Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat bahwa ada garis-garis hitam, garis tersebut
merupakan slag yang masuk kedalam weld metal. Berdasarkan informasi yang
diperoleh, diketahui bahwa slag tersebut muncul akibat flux filler metal yang terkorosi
selama pengelasan sehingga selama proses peleburan filler metal, produk korosi flux
tersebut masuk bersama aliran filler metal yang mencair dan terjebak didalam weld
metal setelah proses solidifikasi. Hasil lasan diatas merupakan hasil pengelasan FCAW
(Flux Core Arc Welding), dimana kawat filler metal dilapisi langsung oleh flux,
meskipun WPS dari joint tersebut menggunakan MAW, GMAW dan SAW. Hal
tersebut dikarenakan proses pengelasan FCAW lebih cepat dibandingkan ketiga jenis
metode pengelasan tersebut.
31