Bab 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insomnia adalah kesulitan untuk tidur bahkan ketika seseorang memiliki

kesempatan untuk melakukannya. Orang yang mengalami insomnia dapat

merasa tidak puas dengan tidur mereka dan biasanya mengalami gejala

seperti: kelelahan, sulit berkonsentrasi, energi rendah, gangguan suasana hati,

dan penurunan kinerja di tempat kerja (National Sleep Federation dalam

kertopati, 2016). Prevalensi insomnia dari Amerika Serikat dan di negara lain

dilaporkan berkisar antara 60% (Riset international cureresearch, 2010).

Sedangkan lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia) di indonesia

sebanyak 28,053 juta orang atau sekitar 11,7%. Di Dinsos Jawa Timur

tepatnya Panti Sosial Tresna Werdha Kasian terdapat 57,8% lansia mengalami

gangguan tidur dari 129 lansia pada tahun 2013 (Vitaliati, 2014). Kejadian

insomnia pada lansia mencapai 10% dari jumlah lansia di Jawa Timur 3%

diantaranya mengalami gangguan yang serius (Yunita dalam Kurniawan

2012).

Insomnia banyak terjadi pada lansia. lansia adalah seseorang yang telah

memasuki usia 60 tahun keatas (World Health Organisation (WHO)). Jumlah

lansia sejak tahun 2004-2015 memperlihatkan adanya peningkatan usia

harapan hidup di Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun dan proyeksi

tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun (KEMENKES RI, 2016).

Berdasarkan data di Indonesia, terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia

pada tahun 2017 (9,03%). Diperkirakan juga jumlah penduduk lansia tahun

1
2

2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun

2035 (48,19 juta) (Departement of Economic and social Affairs, 2017).

Persentase penduduk lansia di Jawa Timur telah mencapai 11,50% dari

keseluruhan penduduk. Menurut hasil Susenas pada tahun 2014 jumlah lansia

di Jawa Timur telah mencapai 4,45 juta orang atau sekitar 11,46% (BPS

JATIM, 2015). Berdasarkan data dari UPT PSLU Bondowoso pada tahun

2018 ada 86 lansia.

Penyebab lansia mengalami insomnia di karenakan terjadi masalah

psikologis, pemakaian obat - obatan, disorientasi waktu, perubahan hormon

yang sering terjadi pada perempuan dan penyakit tertentu (Widya, 2010:14).

Jika penyebabnya insomnia tidak segera di tangani maka akan ada dampak

yang diakibatkan oleh insomnia, dampak tersebut mengakibatkan seseorang

menjadi tidak fokus, pelupa, tidak produktif, pemarah, tidak bisa membuat

keputusan, depresi, meningkatkan resiko kematian, dan menyebabkan tubuh

rentan terhadap penyakit (Siregar 2011, hal 124).

Peran perawat dalam menangani masalah gangguan tidur (insomnia) yaitu

dengan pengobatan farmakologi dan pengobatan non farmakologi. Pengobatan

farmakologi berupa pemberian obat – obatan, Treatmen yang sering digunakan

di masyarakat untuk mengurangi insomnia memakai obat tidur. Namun

pemakaian obat tidur jangka panjang, kecanduan, dan seringkali terjadi

overdosis ini akan membahayakan lansia. Sedangkan pengobatan non

farmakologi dapat berupa terapi relaksasi. Terapi relaksasi musik banyak

digunakan baik untuk mencapai kondisi tenang. Ketika seseorang mengalami

gangguan tidur maka ada ketegangan pada otak dan otot sehingga dengan
3

mengaktifkan syaraf parasimpatis dengan teknik relaksasi musik maka secara

otomatis ketegangan berkurang sehingga seseorang akan mudah untuk masuk

ke kondisi tidur (Purwanto, 2010, : 13).

Terapi musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terdiri atas

melodi, harmoni, ritme, warna (timbre), bentuk, dan gaya. Ketika musik

diaplikasikan menjadi sebuah terapi, musik dapat memelihara kesehatan fisik,

spiritual, sosial, dan mental dari setiap individu. Musik memiliki beberapa

kelebihan seperti bersifat universal, nyaman, menyenangkan dan terstruktur.

Bagian terpenting dari musik dalah irama. Terdapat beberapa jenis musik,

misalnya musik klasik, musik rock, musik gamelan, musik jawa dan musik

instrumental. Musik klasik adalah salah satu jenis musik sesuai dengan lansia.

(Setyoadi & Kushariyadi, 2011, hlm. 43). Kebanyakan lansia mengaku lebih

menyukai musik-musik tradisional, misalnya musik klasik dan musik

instrumental. Kelebihan musik klasik dapat membuat seseorang menjadi

rileks, sejahtera, membuat tenang, melepaskan rasa gembira, menurunkan

tingkat kecemasan, dan dapat menurunkan stress. Sedangkan musik

instrumental dapat menjadikan badan, mental dan pikiran menjadi rileks

(Aditya, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004) mendengarkan

musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga tubuh

mengalami relaksasi, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan

denyut jantung (Klementinasaing, selomata, 2010). Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 maret 2018 di Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha (PSTW)


4

Bondowoso ada 86 lansia yang ditampung. Setelah dilakukan wawancara

dengan 10 lansia di UPT PSTW Bondowoso didapatkan sejumlah 7 lansia

yang mengalami insomnia. Sebagian besar insomnia yang diderita diakibatkan

oleh faktor penyakit seperti vertigo, darah tinggi, asam urat serta ada juga dari

faktor lingkungan dan juga faktor psikologis seperti kecemasan, stress dan

depresi.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis tingkat insomnia

yang diderita lansia dengan memberikan terapi musik klasik. Peneliti ingin

melakukan penelitian yang berjudul “Adakah Perbedaan Musik Klasik

Dengan Musik Instrumental Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada

Lansia di UPT PSTW Bondowoso?”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut: “Adakah Perbedaan Terapi Musik Klasik Dengan Musik

Instrumental Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lansia di UPT

PSTW Bondowoso?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara garis besar tujuan peneliti adalah untuk menganalisis perbedaan

terapi musik klasik dengan terapi musik instrumental terhadap penurunan

tingkat insomnia pada lansia di UPT PSTW Bondowoso 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi efektifitas terapi musik klasik terhadap penurunan

tingkat insomnia pada lansia


5

b. Mengidentifikasi efektifitas terapi musik instrumental terhadap penurunan

tingkat insomnia pada lansia

c. Menganalisis perbedaan efektifitas terapi musik klasik dengan musik

instrumental terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya

meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan, khususnya

perawatan gerontik.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi UPT PSTW Bondowoso dapat digunakan sebagai sumber informasi

untuk mengetahui tingkat insomnia pada lansia dipanti dan dapat

mengupayakan usaha-usaha untuk mengatasi insomnia pada lansia.


b. Bagi lansia di UPT PSTW Bondowoso merupakan sebagai salah satu

alternatif yang dapat digunakan bagi lansia untuk menangani masalah

insomnia yang dihadapi.


c. Bagi petugas kesehatan dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki

mutu pelayanan kesehatan khususnya mengurangi tingkat insomnia pada

lansia.
d. Bagi peneliti memberikan pengalaman dan wawasan dalam proses

penelitian dan diharapkan dapat menjadi data dasar untuk melakukan

penelitian selanjutnya dan memberikan terapi musik klasik dan musik

instrumental dengan waktu yang lebih lama dan dapat membandingkan

terapi musik klasik dengan terapi lain.


6

1.5 Keaslian Penelitian

Judul Penulis Metode Sampel Hasil Perbedaan


dan penelitian penelitian dengan
tahun peneliti
sebelumnya
Efektifitas Anaya metode Sampel Hasil 1. Tempat
Pemberian Resha penelitian dalam penelitian penelitian
Terapi Musik Supriyadi, Quasi penelitian yang telah di 2. Jumlah
terhadap Asti Eksperime ini uji dengan Uji responden
Penurunan Nuraeni, n, dengan sebanyak Wilcoxon 3. Metode
Gejala Insomnia Mamat rancangan 20 membuktika penelitian
pada Lansia di Supriyono pretest- responde n bahwa ada (eksperime
Panti werda (2014) posttest n lansia n semu
efektifitas
Rindang Asih II design. (quasi
antara
BONGSARI experiment
SEMARANG pemberian al design)
terapi musik dengan
terhadap mengguna
penurunan kan
gejala pendekatan
insomnia Nonequiva
pada lansia. lent
Control
Group
Design)
4. Meneliti
tentang
Perbedaan
Musik
Klasik
Dengan
Musik
7

Instrumen
tal
Terhadap
Penuruna
n Tingkat
Insomnia
Pada
Lansia di
UPT
PSTW
Bondowo
so
Pengaruh Mirna jenis besar Ada 1. Tempat
Terapi Musik Putri penelitian sampel pengaruh penelitian
Instrumental Rembulan ini adalah 14 yang 2. Jumlah
dan (2011) Quasi responde signifikan responde
AROMATHERA Eksperime n terapi musik 3. Metode
PY LAVENDER n dengan mahasisw instrumental penelitian
EYEMASK desain a terhadap (eksperime
Terhadap penelitian penurunan n semu
PenurunanTing Pre and tingkat (quasi
kat Insomnia post test insomnia experiment
pada two group pada al design)
Mahasiswa design mahasiswa dengan
Fisioterapi mengguna
D3 Angkatan kan
2011 pendekatan
Universitas Nonequiva
Muhammadi lent
yah Control
Group
Design)
4. Meneliti
tentang
Perbedaan
Musik
Klasik
Dengan
Musik
Instrument
al
Terhadap
Penurunan
Tingkat
Insomnia
Pada
Lansia di
UPT
PSTW
Bondowos
o
8

Anda mungkin juga menyukai