Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesejahteraan ibu dan anak sangat penting tidak saja bagi pemenuhan

hak hidup sehat, tetapi juga dalam mengatasi masalah ekonomi, sosial, dan tantangan

pembangunan. Ketika ibu dan anak meninggal atau sakit, maka keluarga, masyarakat, dan

negara akan ikut merasakan penderitaan. Kematian ibu berpengaruh terhadap kesejahteraan

keluarga, masyarakat dan kesehatan reproduksi karena masa depan untuk kesehatan anak ada

pada kesehatan ibu.

Kematian ibu adalah kematian wanita saat hamil sampai 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan, tidak tergantung pada umur kehamilan dan letak kehamilan di dalam atau di luar

kandungan disebabkan oleh kehamilannya atau kondisi tubuhyang memburuk akibat

kehamilan atau disebabkan oleh kesalahan dalam persalinan, tetapi tidak termasuk kematian

yang disebabkan oleh kecelakaan dan kelalaian.

Setiap ibu memiliki resiko kesakitan dan kematian maternal, baik dalam masa kehamilan,

persalinan maupun nifas. Angka kematian maternal tersebut merupakan ukuran penting

dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan di suatu negara. Karena angka kematian

tersebut menggambarkan derajat kesehatan masyarakatnya. Dalam pernyataan yang

diterbitkan WHO dijelaskan bahwa, untuk mencapai target Millenium Development Goal’s

(MDGs) penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per

tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian

ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun

Sampai saat ini data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap

tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan,

1
fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian

tersebut terjadi di negara-negara berkembang (WHO,2007). Indonesia adalah salah satu

negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang

tinggi.Bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor

tertinggi di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,

angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti

setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi

kehamilan dan persalinan.

Propinsi di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi

Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat

sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup,

sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah

kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar 104/100.000

kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sulawesi-Selatan, 2008).Di DKI Jakarta di dapat data AKI

selama 1 tahun 2007-2008 yaitu 246 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Propinsi

Banten sendiri pada tahun 2011 yaitu 168,8 per 100.000 kelahiran hidup.

Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat

kompleks, secara garis besar faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua

faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor

medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi

lebih berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan

(28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%),

2
emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan,

melahirkan dan sesaat setelah melahirkan.

Faktor reproduksi ibu turut menambah besar risiko kematian maternal. Jumlah

paritas satu dan Paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal

dibanding paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko

kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat

melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap kehamilan

yang dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian

diidentifikasi sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan

terlalu banyak).

Selain faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah parah risiko

kematian maternal.faktor non-medis/tidak langsung tersebut yaitu kondisi sosial budaya,

ekonomi, pendidikan, Kedudukan dan peran wanita, kondisi geografis, dan transportasi, ini

kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T).

Selain angka kematian ibu (AKI) Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka

kematian bayi (AKB), Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi

lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir

3,3 juta bayi lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama

kehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah Asia Tenggara (1,4 juta

kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati). Walupun jumlah kematian tertinggi terjadi di Asia tapi

angka kematian bayi dan angka lahir mati paling besar terjadi di sub-sahara Afrika.

Angka kematian bayi baru lahir menurut WHO dan UNICEF tahun 2000 adalah 25/1000

kelahiran hidup. Masih cukup tingginya angka kematian bayi tersebut disebabkan karena

3
berbagai hal, diantaranya : asfiksia neonatorum ( 50-60 % ), BBLR ( 25-30 % ), Infeksi ( 25-

30 % ), trauma persalinan ( 5-10 % ). ( Manuaba, 1998 : 19 ). Selain itu angka Kematian

Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dan Surkesnas/Susenas. Dalam beberapa tahun

terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun

pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda

Indonesia. Pada tahun 1971 AKB diperkirakan sebesar 152 per 1.000 kelahiran hidup,

kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran

hidup pada tahun 2000. Sedangkan AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut

pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per

1.000 kelahiran hidup. Selain itu, tingginya AKB di Indonesia disebabkan kurangnya

keterampilan dalam melakukan penanganan komplikasi obstetri pada ibu ataupun BBL serta

masih rendahnya status kesehatan ibu yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang akan dilahirkannya. Oleh sebab itu, pentingnya memberikan asuhan pada bayi baru

lahir.

Pernyataan bersama antara WHO, ICM, dan FIGO pada tahun 2004, menegaskan

pentingnya peranan tenaga kesehatan yang terlatih, yaitu bahwa tenaga kesehatan yang

terlatih merupakan pusat ke-berlangsungan perawatan. Ada 3 kunci penting dalam persalinan

yang sehat yaitu setiap komplikasi harus ditangani oleh tenaga yang adekuat dan pada

wanita usia subur harus mempunyai akses pencegahan kehamilan dan penanganan

komplikasi keguguran.

Dalam mencapai persalinan dan masa nifas yang sehat maka ibu sejak hamil harus

memeriksakan kesehatan kehamilannya secara teratur agar kemajuan dan ketidak-normalan

4
selama hamil dan tumbuh kembang bayi dapat terdeteksi sedini mungkin. Melahirkan dengan

selamat baik ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin, masa nifas dan pemberian

ASI eksklusif berjalan baik.

Pemerintah Indonesia juga mengupayakan beberapa kebijakan untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi yang dilakukan secara berkesinambungan dari masa hamil, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir. Adapun kebijakan dalam kehamilan, kunjungan antenatal

setidaknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama selama kehamilan yaitu 1 kali dalam

trimester I (antara 0 sampai 12 minggu), 1 kali dalam trimester II ( antara 12 sampai 28

minggu) dan 2 kali dalam trimester III (antara 28 sampai 40 minggu). ( Rustam Mochtar,

1998 ). Selain itu, untuk menurunkan angka kematian ibu, perlu dilakukan deteksi dini

terhadap faktor resiko pada semua ibu hamil melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin (

Sarwono, 2008 : 28 ).Sebagai tenaga profesional bidan harus memberikan pelayanan

antenatal sesuai dengan standar agar mampu mendeteksi secara dini, mencegah dan

mengantisipasi kejadian yang menyimpang.

Kebijakan pemerintah dalam pelayanan asuhan persalinan yaitu semua persalinan harus

dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih, rumah bersalin dan tempat rujukan

dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal harus

tersedia 24 jam.Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh

petugas kesehatan yang terlatih.

Sedangkan kebijakan pemerintah terhadap pelayanan asuhan masa nifas. Diharapkan

pada ibu nifas melakukan kunjungan nifas paling sedikit 4 kali, kunjungan yang dilakukan

pertama 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan

dan 6 minggu setelah persalinan, kunjungan nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan

5
bayi guna mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang mungkin dapat

terjadi.

Oleh karena mengingat pentingnya pemeriksaan kehamilan yang baik dan

tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu

maupun bayi.Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan kegiatan

Praktikum Kesehatan Masyrakat dengan melalui pendekatan manajemen pada Program

Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) secara komprehensif di Puskesmas

Kragilan Kabupaten Serang.

1.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat ini yaitu pada ibu bersalin di

Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang sejak tanggal 2 sampai 31Maret 2015.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran secara nyata mengenai pelaksanaan Program dan

Manajemen Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) secara komprehensif

di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui gambaran kegiatan PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar

(PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang.

2.Untuk mengetahui gambaran Program kegiatanPelayananObstetri Neonatus Esensial

Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang.

6
3.Mengetahui gambaran cakupan Semua Kasus Persalinan yang di tangani pada program

PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten

Serang yang telah di capai.

4.Mengetahui gambaran cakupan Kasus Rujukan pada program PelayananObstetri

Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang yang telah

di capai.

5.Mengetahui gambaran cakupan Kasus Jenis Persalinan pada program PelayananObstetri

Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang yang telah

di capai.

6.Mengetahui gambaran cakupan Kunjungan pasien yang di tangani pada program

PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten

Serang yang telah di capai.

7.Mengetahui gambaran masalah dan hambatan selama pelaksanaan Program

PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten

Serang.

8.Mengetahui gambaran Solusi permasalahan dalam pelaksanaan Program

PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten

Serang.

9.Mengetahui gambaran Rencana Kegiatan dalam pelaksanaan Program PelayananObstetri

Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang di tahun

yang akan datang.

7
1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan mampu menerapkan Sistem Menejemen Program

PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten

Serang.Guna menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

khususnya untuk wilayah Kecamatan Kragilan.

1.4.2 Untuk Pendidikan

Sebagai laporan Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan

Reproduksi dan dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, informasi, dan acuan mahasiswa

Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Reproduksi agar dapat termotivasi untuk

lebih kompeten dan disiplin dalam menjalani pendidikan di Kampus serta dikemudian hari

Penulis berharap ini bisa di gunakan sebagai bahan literature angkatan selanjutnya.

1.4.3 Untuk Masyarakat

Sebagai bahan masukan bagi pengetahuan dan wawasan masyarakat serta bahan evaluasi

kinerja PelayananObstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan

Kabupaten Serang, guna perbaikan perencanaan kegiatan pada tahun selanjutnya.

1.4.4 Untuk Penulis

Untuk menerapkan ilmu yang di dapat selama di perkuliahan dengan praktek di

lapangan serta untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang ilmu kesehatan masyarakat

khususnya di bidang kesehatan reproduksi.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PUSKESMAS PONED

2.1.1 DEFINISI

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

a. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatankabupaten/kota

dan merupakan unit pelaksana Tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan

diIndonesia.

b. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

c. Penanggungjawab Penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah

kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sedangkanPuskesmas

bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh

Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

d. Wilayah Kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di

satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja

dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/ kelurahan

9
atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab

langsung kepada Dinas Kesehatan

kabupaten/kota.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Dasar (PONED) adalah puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk

melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dasar, siap melayani 24

jam, memiliki tenaga kesehatan/tim PONED yang terdiri dari dokter, bidan, perawat terlatih.

Puskesmas PONED berfungsi sebagai tempat rujukan atau rujukan antara kasus

kegawatdaruratan obstetric dan neonatal dari polindes dan puskesmas.

2.1.2 KEBIJAKAN KEMENKES RI TENTANG PUSKESMAS PONED

1. Dinas Kesehatan kabupaten/kota Memilih Puskesmas rawat inap yang ada di

wilayahnya untuk dikembangkan menjadi Puskesmas PONED

Dinas kesehatan memilih Puskesmas rawat inap yang ada di wilayahnya dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawat-daruratan, sesuai dengan

kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana prasarana yang

dibutuhkan.

2. Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya untuk

memfungsikan Puskesmas PONED

3. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetric dan neonatal

emergensi/komplikasi dalam satu regional wilayah rujukan

10
2. Jumlah pasien yang bisa di tangani

PuskesmasPONED harus mampu Melayani 50.000-100.000 penduduk (kecuali

puskesmas dikepulauan) serta dapat dijangkau dengan waktu tempuh paling lama 2

jam dengan transportasi umum setempat.

3. Sumber daya kesehatan yang di butuhkan puskesmas PONED

Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya, harus dapat menggali potensi-potensi sumberdaya khususnya SDM dengan

perannya masingmasing, termasuk potensi para mitra kerja yang berada diwilayah kerja

Puskesmasnya. Proses ini dapat dilakukan melaluiLokakarya Mini, baik yang

diselenggarakan di Puskesmas maupun di tingkat Lintas Sektor. Penyiapan tenaga yang

berperan dalam PONED di Puskesmas melalui pertemuan Lokakarya Mini

Puskesmas.Perhitungan kebutuhan tenaga-tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas

dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim

Inti PONED.Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi

dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau

dirujuk melalui Puskesmas PONED.Berikut ini adalah sumber daya kesehatan yang harus

ada di Puskesmas PONED:

 Tim Kesehatan

Tim kesehatan terdiri atas:

a) Tim inti sebagai pelaksana PONED

Tenaga kesehatan yang bertugas sebagai tim inti pelaksana PONED harus yang

sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang telah mendapat

11
sertifikasi sebagai penyelenggara diklat PONED. Tenaga tim inti pelaksana PONED

harus selalu siap (On Side) selama 24 jam/hari dan 7 hari/minggu. Tim inti pelaksana

PONED minimal terdiri atas :

1. Dokter Umum (1Orang),

2. Bidan Minimal D3 (1 Orang),

3. Perawat Minimal D3 (1 Orang),

b) Tim pendukung

Untuk terselenggaranya PONED di Puskesmas dengan baik, diperlukan tenaga-

tenaga kesehatan pendukung.Tenaga kesehatan pendukung tersebut dapat diambil dari

tenaga yang ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang

bertugas difasilitas rawat jalan. Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai Tim Pendukung

Terdiri dari :

1. Dokter Umum (1-2 Orang),

2. Bidan Minimal D3 (5 Orang),

3. Perawat Minimal D3 (5 Orang),

4. Analis Laboratorium (1 Orang),

5. Petugas Administrasi (1 Orang)

12
 Tim Non Kesehatan

Tenaga-tenaga non kesehatan sebagai penunjang pelayanan diperlukan dalam

penyelenggaraan pelayanan di fasilitasperawatan, sebagai tenaga penunjang

untukkelancaranpenyelenggaraan PONED di Puskesmas. Tenaga penunjangdimaksud

antara lain berupa:

a) Petugas dapur

b) Petugas laundry

c) Penjaga malam

d) Cleaning service

e) Pengemudi Ambulan 1 orang (bertugas bergantian dengan pengemudi Puskesmas

keliling)

4. Distribusi Puskesmas PONED

Untuk setiap kabupaten/kota Minimal memiliki 4 Puskesmas PONED, tetapi didahului

dengan pemetaan untuk mengetahui kebutuhan didaerah tersebut.Puskesmas PONED yang

berada diperbatasan dengan kabupaten/kota tetangga, perlu melakukan koordinasi dengan

RS dikedua kabupaten/kota.

5. Sarana dan Prasarana

Berikut ini adalah beberapa Sarana dan Prasarana yang ada di Puskesmas PONED

No Parameter Persyaratan

SARANA (BANGUNAN)

1 Ruang  Kebutuhan luas ruang untuk 1 (satu) tempattidur (tt) pasien


Perawatan adalah minimal 7,2 m2
Kebidanan  Di dalam ruang rawat pasien yang memiliki lebihdari 1 (satu)
,jarak antar tt adalah 2,4m2,
 Cat dinding dan wama lantai harus cerah

13
untukmemudahkandibersihkan,
 Ruang Perawatan Kebidanan harus dekat denganpas jaga
perawat (;nurse station)
􀀀Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai
melengkung (;hospital plint)untuk memudahkan pembersihan,
􀀀Harus dilengkapi toilet pasien yang berada di dalam ruang
perawatan(tidak harusmenyatu dengan kamar), dengan pintu
toilet membuka ke arah luar toilet.
 Pintu ruang rawat min, 90 cm, atau dapat dilaluibrankar.
 Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidakporous.
2 Ruang Tindakan  Kebutuhan luas ruangan min. 12 m2
Obstetri  Disarankan pertemuan antara dinding denganlantai melengkung
(;hospital plint) untukmemudahkan pembersihan
 Pintu ruang tindakan min. 90 cm, atau dapat
dilalui brankar.
􀀀Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidak porous, disarankan
menggunakan bahan penutup lantai vinyl.
 Ruang 􀀀 ndakan dilengkapi washtafel (fasilitasgeneral prequofi
on)
 Dilengkapi 'email untuk menyimpan instrumentdan obat- obatan
untuk tindakan kegawatdaruratan kebidanan.
3 Ruang Tindakan  Kebutuhan luas ruangan min. 9 m2
Neonatus  Disarankan pertemuan antara dinding denganlantai melengkung
(;hospital plint) untukmemudahkan pembersihan.
 Pintu ruang tindakan min. 90 cm, atau dapatdilalui brankar.
o Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidakporous,
disarankan menggunakan bahanpenutup lantai vinyl.
o Ruang tindakan dilengkapi washtafel (fasilitasgeneral
prequotion)
o Dilengkapi lemari untuk menyimpaninstrument dan obat-
obatan untuk tindakankegawat daruratan neonates.
4 Ruang  Merupakan ruang rawat gabung ibu dan bayinormal. Kebutuhan
Perawatan luas ruang untuk 1 (satu)tempat tidur (tt)pasien dan tt bayi adalah
Pasca Persalinan minimal8 m2
o Di dalam ruang rawat pasien yang memiliki lebih dari 1
(satu) tt , jarak antar 􀀀 adalah2,4m2.
o Cat dinding dan warna lantai harus cerahuntuk
memudahkan dibersihkan.
o Ruang Perawatan Pasca Persalinan harusdekat dengan
posjaga perawat (;nurse station)
o Disarankan pertemuan antara dinding denganlantai
melengkung (hospital glint) untukmemudahkan
pembersihan.
o Harus dilengkapi toilet pasien yang berada didalam ruang
perawatan, dengan pintu toilet membuka ke arah luar
toilet, dan dilengkapi kloset duduk.
14
o Pintu ruang rawat min. 90 cm, atau dapatdilalui brankar.
o Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidakporous.
5 Ruang Jaga  Lokasi ruang jaga perawat dokter harus dekatdengan ruang rawat
Perawat pasien kebidanan dan pascapersalinan sehingga dapat memonitor
Dokter kondisipasien secara cepat.
 Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrumentdan obat-obatan
untuk keperluan pasien rawatinap.
PRASARANA (UTILITAS)

1 Ventilasi dan  Bangunan Puskesmas harus mempunyai jendelayang dapat


Pengkondisian dibuka untuk kepentingan ventilasialami.
Udara  Ruanqan yang dilenqkapi dengan ventilasimekanik harus
diberikan pertukaran udaraminimal 6(enam) kali per jam
(ACH/Air Change Hour = 6 times)
 Tata udara untuk ruangan yangdapatmenimbulkan pencemaran
atau penularanpenyakit ke ruangan lainnya, harus langsung
dibuang ke luar.

2 Fasilitas Cuci  Fasilitas cuci tangan harus tersedia pada tiap-tiap ruang
Tangan pelayanan pasien (poliklinik, lab,ruangtindakan, dll).
(;General  Pada Ruang perawatan kebidanan dan pascapersalinan harus
Preguotion) dilengkapi dengan fasilitas cucitangan. dengan perletakkannya
tidak di dalamruang perawatan tersebut.
 Fasilitas cuci tangan dilengkapi setidaknyadengan cairan
desinfeksi (sabun), handuk pribadi/tissue untuk mengeringkan
tangan
 Pada ruang tindakan, ruang sterilisasi,laboratorium, dll
disarankan dilengkapi keran airpanas.
3 Kelistrikan  Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah
dioperasikan diamati , dipelihara,tidak membahayakan, tidak
menggangudan tidak merugikan linqkungan, baqianbangunan
dan instalasi lain, serta perancangandan pelaksanaannya harus
berdasarkanPUILISNI.04-0225 edisi terakhir dan
peraturanyang berlaku
- Sumber daya listrik pada Puskesmas mampuPONED terdiri :
(1) Sumber Daya Listrik Normal Yaitu sumberlistrik berasal dari
Perusahaan Listrik Negara.
(2) Sumber Daya Listrik Siaga Yaitusumber listrik cad angan
berupa dieselgenerator(Genset). Disarankan memilikigenset
dengan kapasitas minimal 40% darijumlah daya terpasang.
4 Tata Suara  Pada tiap-tiap tempat tidur pasien dalam ruang perawatan
(;nurse call) dilengkapi dengan sistem panggilperawat (;nurse sta􀆟 on) yang
bertujuan menjadialat komunikasi antara perawat dan pasien
dalambentuk visual dan audible (suara), dan memberikansinyal
pada kejadian darurat pasien.

15
5 Koridor dan  Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontalantar ruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsikoridor, fungsi ruang, dan
Tangga jumlah pengguna.Ukuran koridor yang aksesibilitas brankar
pasienminimal 2,4 m.
 Sistem aksesibilitas harus mempertimbangkantersedianya
aksesevakuasi, termasuk bagipenyandang cacat.
 Apabila terdapat akses ver􀆟 kal (tangga), harusmemiliki dimensi
pijakan dan tanjakan yangberukuran seragam. Tinggi masing
masing tanjakanadalah 15 —17 cm, lebar pijakan 28 — 30 cm.
 Harus memiliki kemiringan tangga kurang dad 60°.
 Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawausungan dalam
keadaan darurat, untukmengevakuasi pasien dalam kasus
terjadinyakebakaran atau bencana.
 Harus dilengkapi dengan pegangan rambat(handrail).

6. Kesiapan Alat

Berikut ini adalah beberapa daftar alat Maternal dan Neonatal yang Puskesmas PONED
harus miliki :

No Alat Maternal Jumlah Satuan


1 Meja instrumen 2 rak 1 Buah
2 Bak instrumen tertutup kecil 1 Buah
3 Bak instrumen tertutup medium 1 Buah
4 Bak instrumen tertutup besar (Obsgin) 1 Buah
5 Tromol kasa 2 Buah
6 Nierbekken/Kidney disk diameter sekitar 20-21 cm 2 Buah
7 Nierbekken/Kidney disk diameter sekitar 23-24 cm 2 Buah
8 Timbangan injak dewasa 1 Buah
9 Pengukur tinggi badan (microtoise) 1 Buah
10 Standar infus 1 Buah
11 Lampu periksa hallogen 1 Unit
12 Tensimeter/sphygmomanometer dewasa 1 Buah
13 Stetoskop dupleks dewasa 1 Buah
14 Termometer klinik (elektrik) 1 Buah
15 Tabung oksigen + Regulator 1 Unit
16 Masker oksigen + kanula nasal 2 Unit
17 Tempat tidur periksa (examination bed) 2 Unit
18 Rak alat serbaguna 1 Buah
19 Penutup baki rak alat serbaguna 2 Buah
20 Lemari obat 1 Buah
21 Meteran/metlin 1 Buah

16
22 Pita pengukur lengan atas (LILA) 1 Buah
23 Stetoskop janin pinard/leenec 1 Buah
24 Pocket fetal hearth rate monitor (Doppler) 1 Unit
25 Tempat tidur untuk persalinan (Partus Bed) 2 Unit
26 Plastik alas tidur 1 Buah
27 Klem kasa (korentang) 2 Buah
28 Tempat klem kasa (korentang) 1 Buah
29 Spekulum sims kecil 1 Buah
30 Spekulum sims medium 1 Buah
31 Spekulum sims besar 1 Buah
32 Spekulum cocor bebek grave kecil 1 Buah
33 Spekulum cocor bebek grave medium 1 Buah
34 Spekulum cocor bebek grave besar 1 Buah
No Alat Maternal Jumlah Satuan
35 Kit Resusitasi dewasa 1 Unit
36 Endotracheal tube dewasa 6,0 1 Buah
37 Endotracheal tube dewasa 7,0 1 Buah
38 Endotracheal tube dewasa 8,0 1 Buah
39 Stilet untuk pemasangan ETT no.1 2 Buah
40 Nasogastric tube dewasa 5 1 Buah
41 Nasogastric tube dewasa 8 1 Buah
42 Kacamata/goggle 2 Buah
43 Masker 1 Kotak
44 Apron 2 Buah
45 Sepatu boot 2 Pasang
46 Tong/ember dengan kran 2 Buah
47 Sikat alat 1 Buah
48 Perebus instrument (Destilasi Tingkat Tinggi) 1 Buah
49 Sterilisator Kering 1 Unit
50 Tempat sampah tertutup 3 Unit
51 Pispot sodok (stik pan) 2 Unit
52 Setengah Kocher 4 Buah
53 Gunting Episiotomi 4 Buah
54 Gunting talipusat 4 Buah
55 Gunting benang 4 Buah
56 Pinset anatomis 4 Buah
57 pinset sirurgis 4 Buah
58 needle holder 4 Buah
59 nelaton kateter 4 Buah
60 jarum jahit tajam (cutting) G9 1 Amplop
61 jarum jahit tajam (cutting) G11 1 Amplop

17
62 Bak/baskom plastik tempat plasenta 2 Buah
63 Ekstraktor vakum manual 1 Unit
64 Aspirator Vakum manual 1 Unit
65 Baskom 2 Unit
66 klem kelly/klem kocher lurus 1 Buah
67 klem fenster/klem ovum 4 Buah
68 needle holder 2 Buah
69 Pinset anatomis 1 Buah
70 pinset sirurgis 1 Buah
71 mangkok iodin 1 Buah
No Alat Maternal Jumlah Satuan
72 tenakulum schroder 1 Unit
73 klem kasa lurus (sponge foster straight) 1 Buah
74 gunting mayo CVD 1 Buah
75 aligator ekstraktor AKDR 1 Buah
76 klem penarik benang AKDR 1 Buah
77 sonde uterus sims 1 Buah
78 hemoglobin meter elektronik 1 Kit
79 tes celup urinalisis glukose & protein 1 Kit
80 Tes celup HCG (tes kehamilan) 200 Buah
81 tes golongan darah (ABO, Resus) 2 Kit
82 Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 1 Kotak
83 Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0 1 Kotak
84 Spuit disposable (steril) 1 ml 100 Buah
85 Spuit disposable (steril) 3 ml 200 Buah
86 Spuit disposable (steril) 5 ml 200 Buah
87 Spuit disposable (steril) 10 ml 50 Buah
88 Spuit disposable (steril) 20 ml 50 Buah
89 Three-way stopcock (steril) 1 Buah
90 Infusset dewasa 50 Buah
91 Kateter intravena 16 G 50 Buah
92 Kateter intravena 18 G 50 Buah
93 Kateter intravena 20 G 50 Buah
94 kateter penghisap lendir dewasa 8 1 Buah
95 kateter penghisap lendir dewasa 10 1 Buah
96 kateter folley dewasa 16 G 5 Buah
97 kateter folley dewasa 18 G 5 Buah
98 kantong urin 10 Buah
99 sarung tangan steril 7 50 Pasang
100 sarung tangan steril 7,5 50 Pasang
101 sarung tangan steril 8 50 Pasang

18
102 sarung tangan panjang (manual plasenta) 10 Pasang
103 sarung tangan rumah tangga (serbaguna) 2 Pasang
104 plester non woven 1 Buah
105 sabun cair untuk cuci tangan 1 Buah
106 povidon iodin 10% 1 Buah
107 alkohol 75% 1 Buah
108 Cuvette hemoglobin meter elektronik 1 Set
No Alat Neonatal Jumlah Satuan
1 Tensimeter/sphygmomanometer bayi 1 Buah
2 Tensimeter/sphygmomanometer neonatus 1 Buah
3 Stetoskop dupleks bayi 1 Buah
4 Stetoskop dupleks neonatus 1 Buah
5 Termometer klinik (elektrik) 1 Buah
6 Timbangan neonatus + bayi 1 Buah
7 ARI timer standar (respiratory rate timer) 1 Buah
8 Lampu emergensi 4 Buah
Meja Resusitasi dengan pemanas (Infant radiant
9 warmer 1 Buah
10 Kit resusitasi neonatus 1 Unit
Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri,
11 dengan selang reservoir 1 Set
12 Sungkup resusitasi 1 Buah
13 Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) 1 Buah
14 T piece Resusitator 1 Buah
15 Endotracheal tube anak 1 Buah
16 Nasogastrik tube neonatus 1 Buah
17 Tabung Oksigen + Regulator 1 Unit
18 Pompa penghisap lendir elektrik 1 Set
19 Penghisap lendir deLee (neonatus) 2 Unit
20 Handuk pembungkus neonatus 6 Buah
21 kotak kepala neonatus (head box) 1 Buah
22 klem arteri kocher mosquoito lurus 1 Buah
23 klem arteri kocher mosquoito lengkung 1 Buah
24 klem arteri pean mosquito 1 Buah
25 pinset sirurgis 1 Buah
26 pinset jaringan kecil 1 Buah
27 pinset bengkok kecil 1 Buah
28 Needle holder 2 Buah
29 Gunting Jaringan mayo ujung tajam 1 Buah
30 Gunting Jaringan mayo ujung tumpul 1 Buah
31 gunting jaringan iris lengkung 1 Buah
32 skalpel 1 Buah

19
33 bisturi 1 Buah
34 baskom kecil 1 Buah
No Alat Neonatal Jumlah Satuan
35 Needle holder matheiu 1 Buah
36 Jarum ligasi Knocker 1 Buah
37 Doyere probe lengkung 1 Buah
38 pinset jaringan semken 1 Buah
39 Pinset kasa (anatomis) 1 Buah
40 pinset jaringan (sirurgis) 1 Buah
41 gunting iris lengkung 1 Buah
42 gunting operasi lurus 1 Buah
43 retraktor finsen tajam 1 Buah
44 Klem mosquito halsted lurus 2 Buah
45 Klem mosquito halsted lengkung 2 Buah
46 Klem linen backhauss 2 Buah
47 klem pemasang klip hagenbarth 1 Buah
48 kantong metode kanguru 10 Buah
49 inkubator ruangan dengan termostat sederhana 1 Buah
50 infusset pediatrik 1 Kotak
51 Three-way stopcock (steril) 1 Buah
52 kanula penghisap lendir neonatus 2 Buah
53 klem tali pusat 100 Buah
54 kateter intravena 50 Buah
55 kateter umbilicus 3 Set
PONED set dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berlaku.

7. Kesiapan Obat dan Bahan Habis Pakai

Disediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya harus cukup,

dengan buff er stock minimal sesuai ketentuan. Serta ketersediaan obat dan bahan habis

pakai di fasilitas rawatinap sesuai dengan kebutuhan.

Berikut adalah Kebutuhan Obat yang diperlukan dalam pelayanan PONED.

A. Kebutuhan Obat Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar

Perdarahan
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)

20
Dextran 70,6 % (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Hipertensi dalam kehamilan
Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml)
MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10 % injeksi (20 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nipedipine 10 mg injeksi (2 ml)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml
Infeksi
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
Ampisilin 1 g injeksi
Gentamisin 80 mg injeksi
Amoxcilin 500 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Aquadest pro injeksi (25 ml)
Paracetamol 500 mg (tablet)
Infusset dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Abortus

21
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
Sulfas atropin injeksi (2 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Pethidine injeksi (2 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Amoxcilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Infusset dewasa
Kateter folley no.18
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Robekan jalan lahir
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
Lidocain HCL 2 % injeksi (2 ml)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Amoxcilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Chromic catgut no.1, atraumatik (sachet)
Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik
(sachet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Syok anafilatik
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
Dexamethasone 5 mg injeksi (1 ml)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml

22
B. Kebutuhan Obat Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar

No Nama Obat Bentuk Sediaan

1 Vit.K/Pithomenadion inject Ampul

2 Spuit 1 ml (untuk Vit.K) Unit

3 Salep mata tetrasiklin 1 % Tube

4 Cairan Infus RL Botol infus 500 ml

5 Cairan Infus NaCl 0,9 % Botol infus 500 ml

6 Cairan infus Dextrose 10 % Botol infus 500 ml

7 Aquadest untuk pelarut Botol

8 Alkohol 70 % Botol

9 Povidone iodine Botol

10 Peniciline procain Vial

11 Ampicilin injeksi Vial

12 Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 20 mg

13 Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 80 mg

14 Fenobarbital injeksi Ampul

15 Diazepam injeksi Ampul 1 ml dan 2 ml

16 Abbocath/wing needle Unit

17 Vaksin Hepatitis uniject Sesuai Kebutuhan


Perlu dicatat bahwa persedian obat baik obat meternal maupun neonatal haruslah

mencukupi untuk 1 bulan kedepan.Dan kebutuhan obat pelayanan maternal maupun

neonatal dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

serta kebijakan dan ketentuan yang berlaku.

23
8. Sarana Pendukung

Sarana Pendukung yang ada di Puskesmas PONED antara lain :

1. Sarana transportasi rujukan pasien berupa Ambulan Gadar/Emergensi

2. Ambulans dilengkapi sarana perlengkapan medis (kit emergensi, O2 portable,

transportable incubator)

3. Tersedia perangkat komunikasi (Radio medik/Tele rujukan):

a. Yang dapat difungsikan setiap waktu dengan baik, untuk mendukung pelaksanaan

rujukan.

b. Statis berada di ruang tindakan dan mobile di ambulans rujukan emergensi

9. Dukungan Pihak Lain

Keberadaan Puskesmas PONED harus didukung oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,

RS kabupaten/kota, organisasi profesi seperti IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI. Tidak

ketinggalan juga dukungan dari lembaga swadaya masyarakat.

10. Pembiayaan

Biaya operasional Puskesmas mampu PONED :

 Biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanan kesehatan di era JKN ataupun

sumber dana lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

 Biaya operasional rutin (biaya listrik, air, alat komunikasi dll) utamanya disediakan

oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota sekalipun ada kemungkinan diterima bantuan

dari sumber danalainnya.

Semua dana yang diterima oleh Puskesmas untuk pembiayan PONED harus dikelola

dengan sebaik-baiknya dan dilaporkan sesuai ketentuan yang berlaku.

24
2.1.3 BATASAN KEWENANGAN DALAM PELAYANAN PONED

No Kewenangan Kemampuan
MATERNAL
1 Perdarahan pada  Diagnosis abortus, mola hiaditosa, kehamilan ektopik
kehamilan muda  Resusitasi, stabilisasi
 Evakuasi sisa mola dengan verbocain
 Culdocentesis
 Pemberian cairan
 Evaluasi
 Kontrasepsi pasca keguguran
2 Perdarahan post partum  Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan lahir, sisa
plasenta, kelainan pembekuan darah
 Kompresi bimanual
 Kompresi aortal
 Manual plasenta
 Penjahitan jalan lahir
 Restorasi cairan
 Pemantauan keseimbangan cairan
 Pemberian antibiotika
 Pemberian zat vasoaktif
 Pemantauan pasca tindakan
 Rujukan bila diperlukan
3 Hipertensi dalam  Diagnosis hipertensi dalam kehamilan
kehamilan  Diagnosis preeclampsia-eklampsia
 Resusitasi
 Stabilisasi
 Pemberian MgSO4 dan penanggulangan intoksikasi
MgSO4
 Induksi/akselerasi persalinan

25
 Persalinan berbantu (ekstraksi vakum dan forceps)
 Pemantauan pasca tindakan
 Pemberian MgSO4 hingga 24 jam post partum
 Rujukan bila diperlukan
4 Persalinan macet  Diagnosis persalinan macet
 Diagnosis distosia bahu/kala II lama
 Akselerasi persalinan pada inersia uteri hipotonik
 Tindakan ekstraksi vakum/forceps/melahirkan distosia
bahu
5 Ketuban pecah sebelum  Diagnosis ketuban pecah sebelum waktunya
waktunya dan sepsis  Diagnosis sepsis
 Induksi/akselerasi persalinan
 Antibiotika profilaksis/terapeutik terhadap
choriamnionitis
 Tindakan persalinan berbantu (assisted labor)
Pada kala II lama/exhausted
 Pemberian zat vasoaktif
 Pemberian antibiotika pada sepsis
 Pemantauan pasca tindakan
 Rujukan apabila diperlukan
6 Infeksi nifas  Diagnosis infeksi nifas (metritis, mastitis, pelvio-
peritonitis, trombophlebitis)
 Penatalaksanaan infeksi masa nifas sesuai dengan
penyebabnya (memberikan uterotonika, antibiotika,
dan zat vasoaktif)
 Terapi cairan pada infeksi nifas/thrombophlebitis
 Drainase abses pada abses mammae dan kolpotomi
pada abses pelvis
 Pemantauan pasca tindakan
 Rujukan bila diperlukan

26
NEONATAL
1 Asfiksia pada neonatal  Peletakkan bayi pada meja resusitasi dan dibawa
radiant warmer
 Resusitasi (ventilasi dan pijat jantung) pada asfiksia
 Terapi oksigen
 Koreksi asam basa akibat asfiksia
 Intubasi (apabila diperlukan)
 Pemantauan pasca tindakan termasuk menentukan
resusitasi berhasil atau gagal.
2 Gangguan nafas pada  Penyebab dan tingkatan gangguan nafas pada bayi
bayi baru lahir baru lahir
 Terapi oksigen
 Resusitasi bila diperlukan
 Manajemen umum dan spesifik (lanjut) gangguan
pernafasan
 Pemantauan pasca tindakan
 Rujukan bila diperlukan
3 Bayi berat lahir rendah  Diagnosis BBLR dan penyulit yang sering timbul
(BBLR) (hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia,
infeksi/sepsis, dan gangguan minum)
 Penyebab BBLR dan factor predisposisi
 Pemeriksaan fisik
 Penentuan usia gestasi
 Komplikasi pada BBLR
 Pengaturan pemberian minum/jumlah cairan yang
dibutuhkan bayi.
 Pemantauan kenaikan BB
 Penilaian tanda kecukupan pemberian ASI
4 Hipotermi pada bayi baru  Diagnosis hipotermi
lahir  Menghangatkan bayi dengan inkubator

27
5 Hipoglikemi dari ibu  Diagnosis hipoglikemi berdasarkanhasil pengukuran
dengan diabetes mellitus glukosa darah
 Pemberian glukosa menurut GIR (Glikosa Infusion
Rate), termasuk pemberian ASI apabila
memungkinkan
6 ikterus  Diagnosis icterus berdasarkan hasil pengukuran kadar
bilirubin serum atau metode kremer
 Pemeriksaan klinis icterus pada hari pertama, hari
kedua, hari ketiga dan seterusnya untuk perkiraan
klinis derajat icterus
 Diagnosis banding icterus
 Pemberian ASI
 Penyinaran
7 Kejang pada neonates  Diagnosis kejang pada neonates
 Tatalaksana penggunaan fenobarbital atau fenitoin
 Pemeriksaan penunjang
 Pemberian terapi supportif
 Pemantauan hasil penatalaksanaan
8 Infeksi neonatus  Diagnosis infeksi neonatal
 Pemberian antibiotic
 Menjaga fungsi respirasi dan kardiovaskuler
Kewenangan puskesmas PONED diatas dapat berubah sesuai dengan kebijakan/ketentuan

yang berlaku.

2.1.4 BATASAN DILUAR KEWENANGAN PUSKESMAS PONED

Kasus – kasus yang harus di rujuk Ke Rumah Sakit

1. Kasus Ibu hamil yang memerlukan rujukan segera ke Rumah Sakit

a. Ibu hamil dengan panggul sempit

b.Ibu hamil dengan riwayat bedah sesar

28
c. Ibu hamil dengan perdarahan antepartum

d.Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi berat/ eklamsi)

e. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya meconium kental

f. Ibu hamil dengan tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia,polihidramnion,

kehamilan ganda)

g.Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunankepala 5/5

h.Ibu hamil dengan anemia berat

i. Ibu hamil dengan disproporsi Kepala Panggul

j. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancam jiwa(DM, kelainan jantung).

2. Kasus pada bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke RumahSakit:

a. Bayi resti usia gestasi kurang dari 32 minggu

b.Bayi dengan asfiksis ringan dan sedang tidak menunjukanperbaikan selama 6 jam.

c. Bayi dengan kejang meningitis

d.Bayi dengan kecurigaan sepsis

e. Infeksi pra intra post partum

f. Kelainan bawaaan

g.Bayi yang butuh transfuse tukar

h.Bayi dengan distres nafas yang menetap

i. i. Meningitis

j. Bayi yang tidak menunjukan kemajuan selama perawatan

k.Bayi yang mengalami kelainan jantung

l. Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin totallebih dari 10 mg/dl

29
Dari daftar kasus-kasus tersebut diatas dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kebijakan/ketentuan yang berlaku.

2.1.5 SISTEM RUJUKAN PUSKESMAS PONED

A. SISTEM PENERIMAAN RUJUKAN

Sebagaimana disebutkan dalam pengertian, sistem rujukan adalah suatu sistem

penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik

terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik secara vertikal dalam arti dari unit

yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal dalam

arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.

1. Kasus yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari:

a. Rujukan masyarakat:

1) Datang sendiri sebagai pasien perorangan ataukeluarga

2) Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, Dukun Bayi,dan lainnya

3) Dirujuk dari ins􀆟 tusi masyarakat, seperti Poskesdes,Polindes, dll.

b. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari wilayah kerja

Puskesmas mampu PONED ,antara lain dari:

1) Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/keliling.

2) Praktek dokter atau bidan mandiri

3) Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tingkatpertama lainnya

c. Rujukan dari Puskesmas sekitar

2. Alur Pelayanan di fasilitas rawat inap Puskesmas.

a. Alur rujukan kasus dapat dilihat di bawah ini.

30
KASUS DATANG

Rujukan Wilayah.PKM Rujukan LW Wilayah.PKM

Puskesmas PONED

Pemeriksaan Fisik &


Penunjang

Diagnosa & Assesment


apakah kasus dpt
ditangani TIM

Kasus dapat ditangani tim Kasus tdk dapat ditangani


PONED Kasus dapat ditangani
tim PONED
dgn tuntutan dari RS
Rujukan

Tindakan/yankes sesuai Dirujuk ke RS Rujukan


SPO & bimbingan Tindakan/Yankes sesuai SPO, Terdekat
kemandirian keluarga dgn bimbingan dari RS Rujukan
terdekat, melalui komunikasi
radio-medik atau e-health

Monev hasil
tindakan yankes di
puskesmas

Belum sembuh, dirujuk ke Pasien sembuh, Pulan,


RS Rujukan dilayani Puskesmas

31
B. PELAKSANAAN RUJUKAN

Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan saja,

akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan rawat

inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau peralatan yang

diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup berat dan

atau kegawat-daruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip utama yaitu :

1. Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang harus dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan

tenaga dan fasilitas pelayanan.

2. Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secaratepat sesuai rencana

yang disusun.

3. Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat danmudah dijangkau dari

lokasi.

Model pola rujukan kegawat-daruratan medik/PONED yang idealadalah dengan

regionalisasi pelayanan kesehatan dengan cara :

1. Pemetaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukandalam wilayah kabupaten/kota:

Setiap Puskesmas dengan jejaring pelayanan dalam lingkup wilayah kerjanya,

perlu dipetakan secara jelas dengan jalur rujukan pelayanan dasar yang memungkinkan

dapat dibangun. Puskesmas non PONED/Puskesmas mampu PONED, bersama RS

kabupaten/kota dalam satu wilayah kabupaten/kota atau dengan RS Kabupaten/kota

tetangganya, perlu dipetakan dalam membangun sistem rujukan medik spesialistik pada

tingkat kabupaten/kota. Puskesmas non PONED di sepanjang perbatasan negara tetangga

dan fasilitas rujukan medik di negara tetangga,perlu dipetakan dalam rangka membangun

32
satu sistem rujukan medik/PONED terdekat, bilamana dianggap perlu, didukung dengan

satu kebijakan khusus, melaluihubungan antar pemerintahan. Keterlibatan Provinsi dalam

kondisi wilayah kabupaten mempunyai daerah-daerah sulit yang harus dilayani Tim

Pelayanan Kesehatan Bergerak (TPKB) Provinsi melalui Flying Health Care perlu

dipetakan dalam sistem rujukan medik di Provinsi.

2. Pemetaan sumber daya

Tenaga kesehatan: Medis, Keperawatan (Bidan, Perawat) dan tenaga pendukung

lainnya, dengan kemampuan pelayanan dan kewenangannya. Kelengkapan peralatannya,

dipetakan di setiap fasilitas pelayanan dalam peta sistem rujukan, sehingga dapat

digambarkan kondisi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan dimaksud dalam satu

sistem rujukan medik.

3. Alur rujukan kasus obstetric dan neonatal secara timbal-balik.

a. Dari tingkat Masyarakat/UKBM

Masyarakat hendaknya telah terdidik dengan baikuntuk mengenal tanda bahaya

kehamilan, persalinan,nifas dan bayi baru lahir, tahu kemana mencaripertolongan segera,

tepat waktu, tepat tujuan.Posyandu, UKBM lainnya, Kader Kesehatan, dapatmembantu

pasien untuk menunjukkan dan ataumengantarkannya menuju fasilitas

pelayanankesehatan yang tepat serta mampu memberikanlayanan sesuai kebutuhannya.

b. Mekanisme rujukan pasien maternal dan atau neonatal,dalam kondisi bermasalah

atau kegawat-daruratan medik:

Pasien maternal/neonatal dari Keluarga, MasyarakatUmum, Polindes, Poskesdes, dengan

masalah danatau emergensi/komplikasi, dapat memanfaatkanfasilitas pelayanan

kesehatan untuk mendapatlayanan sesuai kebutuhan layanan.Pasien obstetri dan neonatal,

33
dalam kondisi “kegawatdaruratanmedik obstetrik/neonatal”, dapat dibawake semua

fasilitas pelayanan kesehatan yang mampumenangani kasusnya, misalnya ke Puskesmas

mampuPONED dan bila dipandang perlu dapat langsung keRS rujukan PONEK/RSSIB

terdekat.

c. Puskesmas akan mengirimkan pasiennya tepat waktu dantepat tujuan ke:

Puskesmas dengan fasilitas rawat inap mampuPONED, dengan kinerja (performance)

yang baik,atauRS rujukan medik spesialis􀆟 k/PONEK, RSSIB terdekat.Pada kondisi

Puskesmas yang difungsikan sebagai pusatrujukan-antara tidak mampu memberi layanan

rujukanmedis pada kasus obstetri dan neonatal (PONED), pasienharus secepatnya dirujuk

ke RS rujukan (PONEK/RSSIB)dan secepatnya diberikan latihan ulang.

4. Pada lokasi-lokasi tertentu seperti di lokasi terpencil /sangatterpencil, merujuk pasien ke

RS rujukan medik spesialistik/PONEK terdekat hampir tidak mungkin, dan atas dasar

kebutuhanpelayanan rujukan, Puskesmas dengan fasilitas rawat inap dilokasi-lokasi

terpencil dan sangat terpencil di pusat gugus pulauatau pusat cluster daratan

terpencil/sangat terpencil, perludipertimbangkan untuk ditingkatkan kemampuannya,

sebagaipusat rujukan medik spesialistik terbatas.

5. Pada kondisi kabupaten berada di daerah terpencil, atausebagian wilayah kabupaten

berada di daerah terpencil, maka:Apabila RS Kabupaten 􀆟 dak memiliki dokter

spesialis(SpOG dan Sp.A), maka RS tidak dapat difungsikan sebagaipusat rujukan medik

spesialistik/PONEK,Pada kondisi demikian, pasien yang membutuhan rujukanspesialistik

maternal/obstetri dan neonatal emergensi tidak dapat dilayani. Dinas Kesehatan

Kabupaten melalui Pemda Kabupaten,dapat meminta bantuan Provinsi,

mendukungpenyelenggaraan pelayanan rujukan obstetri danneonatal, di RS Kabupaten

34
dan pelayanan kesehatan bagimasyarakatnya di daerah terpencil/sangat terpencil.Provinsi

harus membantu kabupaten untuk mendukungpenyelenggaraan pelayanan melalui

kunjungan TimPelayanan Kesehatan Bergerak (TPKB) Provinsi dalamupaya skreening

kasus risiko maternal/neonatal sesuaistandar yang mewajibkan ibu hamil minimal 1 kali

diperiksadokter.TPKB daerah terpencil, yang datang ke RS Kabupatenatau Puskesmas

perawatan, dapat memberikan layananrujukan medik spesialistik, dan umpan balik serta

tindaklanjutnya.

6. Rujukan yang dikirim ke fasilitas pelayanan rujukan medikspesialistik/spesialistik

terbatas (PONEK), harus menerimaumpan balik rujukan, sehingga kebutuhan pelayaan

kesehatandapat secara tuntas dilayani,

2.1.6 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A. PERAN PEMBINA

Puskesmas PONED bertanggung jawab membina fasilitas kesehatan di wilayahnya antara

lain Puskesmas non perawatan, Poskesdes, Polindes dan Bidan Desa dalam rangka

membangun sistem rujukan dan melakukan penilaian kinerja terhadap pelayanaan

kesehatan yang telah dilakukan.

Pembinaan ini meliputi :

a. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data cakupan pelayanan kesehatan di

Puskesmas mampu PONED

b. Melakukan penilaian diri kesesuaian tindakan dengan SOP

c. Melakukan penilaian kinerja berdasarkan cakupan program dan pelayanan

Sebagai bagian dari regional rujukan di wilayah kabupaten/kota, maka Puskesmas mampu

PONED dapat memberikan informasi ataupun umpan baik hasil pelayanan kasus yang

35
dirujuk dari Puskesmas jejaring di sekitarnya.Sekalipun bukan berupa pembinaan kepada

Puskesmas jejaring disekitarnya, tetapi sebagai hubungan kerjasama melalui rujukan kasus

yang bermasalah, maka peningkatan hasil kerjasama melalui pendekatan yang tepat yaitu

collaborati ve improvement dalam pelayanan KIA, KB, PONED dan rujukannya.

B. PEMBINAAN

Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu dan profesional

perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan

Dinas Kesehatan Provinsi.Pembinaan ini dilakukan secara berjenjang dan simultan dengan

melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.

1. Pembinaan Puskesmas mampu PONED diarahkan untuk :

a. Meningkatkan mutu pelayanan (Teknis dan Non Teknis yang terintegrasi dengan baik)

b. Meningkatkan kemampuan manajerial Puskesmas

c. Meningkatkan kemampuan membangun kerjasamadengan mitra kerja terkait

2. Pembinaan dapat diberikan dalam bentuk :

a. Pelatihan Ulang (retraining), untuk teknis dan non teknis

b. Pendampingan, dalam kemampuan teknis, non teknis dan manajemen, antara lain

melaluimagang dan bimbingan untuk kemampuan teknis,

c. Supervisi fasilitatif

3. Aspek yang Dibina

a. Aspek teknis yang dibina adalah:

1) Kemampuan/ ketrampilan teknis medis, keperawatan

2) Kepatuhan pada SOP dalam memberikan pelayanan yang sesuai standar mutu,

3) Mengimplementasikan konsep collaborative improvement, dalam upaya meningkatkan

36
Mutupelayanan yang berkelanjutan.

b. Aspek Non Teknis:

1) Kemampuan KIE, KIP/K,

2) Behavioural Change Communication (BCC),

3) Kemampuan Pemasaran, Public Relation,

4) Kemampuan advokasi, kolaborasi, koordinasi, Integrasi, dan lainnya

5) Kemampuan manajemen alat kesehatan

c. Aspek manajemen yang dibina adalah :

1) Menyusun rencana penyelenggaraan PONED di Puskesmas dibahas secara Lintas

Programdan Lintas Sektor melalui forum DTPS atau bentuk forum lain dari hasil

analisa data yang ada.

2) Menyusun kerangka kegiatan dalam upaya mencapai tujuan, berdasarkan rencana yang

disusun, mencakup kegiatan-kegiatan teknis, non teknis dan manajemen

3) Membangun dan menggerakkan peran sertamasyarakat,

4) Membangun sistem rujukan yang berfungsi baik, mantap, efektif dan efisien

5) Penyelenggaraan (manajemen) PONED di Puskesmas, dalam rangka mencapai target

cakupan dan keberhasilan PONED,

6) Pencatatan dan pelaporan

C. PENGAWASAN

Pengawasan dilakukan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan

kegiatan penyelenggaraan Puskesmas PONED akan terlaksana sesuai dengan

kebijakan, rencana, dan peraturan perundangan yang berlaku. Pengawasan dilaksanakan

secara berjenjang oleh Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan, Konsil Kedokteran

37
Indonesia), pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota) sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing dan dapat

berkoordinasi dengan organisasi profesi terkait. Pengawasan terdiri dari pengawasan

internal dan pengawasan external. Sedangkan dalam kinerja pelayanannya, maka

masyarakat pengguna juga akan memberikan penilaian atas pelayanan yang

diberikannya, terutama pada aspek kualitas personal/fungsionalnya

(personal/functionalquality of the process)

38
BAB III

ANALISA SITUASI

3.1 GAMBARAN UMUM KECAMATAN KRAGILAN

3.1.1 GEOGRAFIS

Kecamatan Kragilan merupuakan daerah industri di daerah bagian timur, berada

di bagian timur dari Kabupaten serang, di lewati jalan Tol dari transit dari Sumatra ke

Jakarata( Jawa )

Secara Geografis Kecamatan Kragilan berbatasan dengan :

 Sebelah Utara berbatasab dengan Kecamatan Pontang

 Sebelah Timur berbatasab dengan Kecamatan Kibin

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pematang

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciruas

3.1.2 DATA UMUM PUSKESMAS

A. Wilayah Administrasi

Puskesmas kragilan mempunyai wilayah kerja di 6 desa dengan jumlah posyandu 34

Posyandu dan dengan jumlah kader aktif 170 orang

B. Batas wilayah puskesmas kragilan

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Carenang dan Kecamatan Pontang

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kibin

- Sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas Pematang

39
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciruas

C. Jarak antara desa ke puskesmas kragilan adalah:

No DESA JARAK (KM) WAKTU TEMPUH

(Menit)

1 Kragilan 1 20
2 Undar Andir 3 30

3 Sentul 1 10

4 Kendayakan 3 30

5 Tegal Maja 2 20

6 Jeruk Tipis 3 30

D. Demografi

Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kragilan tahun 2014 terdiri dari :

- Jumlah total penduduk baik laki-laki dan perempuan : 51216

- PUS : 8706

- WUS : 18898

- Neonatal : 979

- Bayi : 932

- Balita : 5378

- Bumil : 1025

- Bulin : 979

40
E. Mata Pencaharian

Sebagian mata pencaharian penduduk wilayah Puskesmas Kragilan berpengasilan sebagai

Karyawan (20.5%), Pedagang (15 %), PNS/ABRI (24.1%), Pegawai Swasta/ Industri

(10,5%), Buruh Tani (8,5%)

F. Tingkat Kepercayaan

Hampir semuanya penduduk wilayah Puskesmas kragilan beragama Islam, tapi ada pula

penduduk yang beragama Kristen, Budha dan Hindu

G. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan penduduk wilayah Puskesmas Kragilan sebagian besar lulusan SMA

(20,61%)

NO DESA TK/PAUD SD MADRASAH SMP SMA


1 Kragilan 3/4 3 2 4 3
2 Undar Andir 2 2 1 1 0
3 Sentul 1/5 5 3 0 0
4 Kendayakan 3/6 2 2 1 1
5 Tegal Maja 1 3 0 0 0
6 Jeruk Tipis 1 2 0 1 0

H. Sumber Daya Tenaga

- Dokter Umum : 1 Orang

- Dokter Gigi : 2 Orang

- Ka.Tata Usaha : 1 Orang

- Bidan Puskesmas : 11 Orang

- Bidan Desa : 4 Orang

- Perawat : 5 Orang

41
- Perawat Gigi : 1 Orang

- Sanitarian : 0 Orang

- Petugas Laboratorium : 1 Orang

- Sukwan : 10 Orang

- Kader : 170 Orang

- Dukun Bayi :

o Terlatih :21 Orang

o Tidak Terlatih : 0 Orang

I. Sarana dan Prasarana

a. Puskesmas :1

b. Pustu :0

c. Polindes :0

d. Posyandu aktif : 34

e. Rumah dinas :4

f. Faskes : 33

42
3.2 VISI DAN MISI PUSKESMAS KRAGILAN

VISI, MOTTO DAN MISI PUSKESMAS KRAGILAN

VISI

‘’’’Terwujudnya kragilan sehat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang


optimal’’’’

MOTTO

‘’’’Dengan Kebersamaan Wujudkan Layanan Prima’’’’

MISI

 Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan yaitu mengupayakan agar


pelaksanaan pembangunan mengacu berorientasi dan memperhatikan faktor
kesehatan sebagai pertimbangan utama
 Memberdayakan serta mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan dengan mengupayakan agar prilaku hidup bersih dan sehat
menjadi kebutuhan masyarakat
 Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata dan
terjangkau
 Meningkatkan profesionalitas dan kompetensi SDM Puskesmas
 Meningkatkan Kinerja SDM Puskesmas
 Membangun semangat kekeluargaan dan kebersamaan semua karyawan
 Memantapkan dan meningkatkan PONED serta pelayanana kegawatdaruratan yang
ramah, cepat, tepat dan ikhlas
 Menjadi tempat pelayanan kesehatan terpilih di wilayah kecamatan kragilan

43
3.3 SITUASI UPAYA KESEHATAN PROGRAM PONED PUSKESMAS KRAGILAN

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat

diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya

kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan puskesmas di

selenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan

berkesinambungan.Kebijakan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita (KIBLA) di

kabupaten serang mengacu pada kebijakan nasional KIBLA upaya menyelamatkan ibu yaitu

yang di kenal dengan 3 pesan kunci antara lain:

1.Setiap persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan

2.Setiap komplikasi Obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat

3.Setiap WUS punya akses untuk pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan

penanganan komplikasi keguguran.

Dalam hal ini Puskesmas kragilan yang merupakan salah satu dari empat Puskesmas

PONED di Kabupaten serang akan terus melakukan perbaikan-perbaikan demi

meningkatnya derajat kesehatan masyarakat khususnya masyarakat wilayah Kecamatan

Kragilan. ProgramPelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar (PONED) merupakan

program unggulan yang ada di Puskesmas Kragilan selain karena peningkatan cakupan yang

di perolehnya alasan lain yang menjadi alasan kenapa PONED menjadi program unggulan

adalah karena Tingginya angka kematian ibu, Tingginya angka kematian dan kesakitan bayi

balita. Berikut ini adalah beberapa cakupan indicator pencapaian dari program PONED.

44
3.3.1 Cakupan Kunjungan Pasien Yang Ditangani Di PONED Puskesmas Kragilan

A. Cakupan

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN YANG DI TANGANI


DI PONED PUSKESMAS KRAGILAN
TAHUN 2014

No Bulan persalinan di PKM di rujuk di rawat Total

1 Januari 5 7 5 17

2 Februari 9 4 2 15

3 Maret 4 9 3 16

4 April 9 8 7 24

5 Mei 7 16 2 25

6 Juni 20 11 5 36

7 Juli 21 13 1 35

8 Agustus 11 16 1 28

9 September 14 21 5 40

10 Oktober 12 23 6 41

11 Nopember 13 15 3 31

12 Desember 8 11 6 25

Total 133 154 46 333

45
B. Grafik

Jumlah Kunjungan Pasien yang di tangani


di Poned Puskesmas Kragilan
25

20

15

10

0
Janu Febr Mar Apri Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nop Des
ari uari et l stus emb obe emb emb
er r er er
persalinan di PKM 5 9 4 9 7 20 21 11 14 12 13 8
di rujuk 7 4 9 8 16 11 13 16 21 23 15 11
di rawat 5 2 3 7 2 5 1 1 5 6 3 6

3.3.2 Cakupan Jenis Persalinan Yang Ditangani Di PONED Puskesmas Kragilan

A. Cakupan

JENIS PERSALINAN YANG DI TOLONG DI PONED PUSKESMAS KRAGILAN


JANUARI S/D DESEMBER 2014

JUMLAH TOTAL
SEPTEMBER

NOPEMBER

DESEMBER
FEBRUARI

OKTOBER
AGUSTUS
MARET
Januari

JENIS
APRIL

JUNI

JULI
MEI

NO
PERSALINAN

1 Persalinan 1 7 2 2 7 13 15 6 13 8 8 2 84
Spontan

2 Persalinan 4 2 2 7 0 7 6 5 2 4 5 6 50
dengan Drip Oksi
Persalinan
3 Dengan tindakan 4 2 0 3 0 6 1 2 2 3 5 0 28
Vaccum

46
Jumlah 9 11 4 12 7 26 22 13 17 15 18 8 162

B. Grafik

JENIS PERSALINAN YANG DI TOLONG DI PONED PUSKESMAS KRAGILAN


JANUARI S/D DESEMBER 2014

84
90
80
70
60 50
50
40 28
30
20
10
0
Persalinan Spontan Persalinan dengan Drip Persalinan Dengan
Oksi tindakan Vaccum

3.3.3 Cakupan Kasus Rujukan Yang Ditangani Di PONED Puskesmas Kragilan

A. Cakupan

CAKUPAN KASUS RUJUKAN PONED PUSKESMAS KRAGILAN


JANUARI S/D DESEMBER 2014
SEPTEMBER

NOPEMBER

DESEMBER

JUMLAH
FEBRUARI

OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI

TOTAL
MARET

N
APRIL

JUNI

JULI
MEI

KASUS
O

1 PEB ( Pre Eklampsi Berat ) 2 0 3 1 3 0 1 1 3 4 3 5 26


2 PER ( Pre Eklampsi Ringan ) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3
3 KPD ( Ketuban Pecah Dini ) 1 0 4 4 1 3 3 3 5 7 2 3 36
4 Kala 1 Memanjang 0 0 0 0 2 2 2 0 2 4 1 0 13
5 kala 2 memanjang 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 Presentasi Bokong 0 0 0 2 1 2 0 1 0 1 1 0 8
7 Presentasi Kaki 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

47
8 HAP 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3
9 HPP 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 HEG 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
11 Anemia berat 0 0 0 0 0 2 1 0 2 0 0 0 5
12 Abortus 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4
13 Susp CPD 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5
14 Susp Bayi Besar 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 0 0 9
15 PTM (persalinan Tak Maju) 0 0 2 1 0 1 1 0 0 0 0 2 7
16 Gimeli/ Kembar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 Riwayat SC 0 0 0 0 1 0 0 0 2 2 0 1 6
18 Prolap Porsio 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
19 Riwayat TBC Tulang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
20 IUFD 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
21 Obs Febris 0 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6

22 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Kehamilan dengan Sesak Nafas
23 Retensio Plasenta 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3
24 Retensio Urine 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
25 Gagal Induksi 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 4

26 kehamilan dengan Penyakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1


Asma
27 Presentasi Lintang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
28 Presentasi Oblig 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 Fetal Distres 0 0 0 0 0 0 1 1 0
SEPTEMBER 0 0 0 2

NOPEMBER

DESEMBER

JUMLAH
FEBRUARI

OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI

TOTAL
MARET

APRIL

JUNI

JULI
MEI

No KASUS

30 Kehamilan Dengan penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1


Malaria
31 Plasenta Previa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
32 BBLR 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
33 bayi Dengan aspiksia Berat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2
34 Bayi dengan Infeksi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
35 Bayi Dengan Hiperbilirubin 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
36 Bayi dengan GED 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
37 Kehamilan Primitua 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4

38
Persalinan dgn Riwayat Infertil 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
39 kehamilan Serotinus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
Jumlah Total 0 5 6 1 6 4 8 4 0 3 2 3 172

48
B. Grafik

CAKUPAN KASUS RUJUKAN PONED PUSKESMAS KRAGILAN


JANUARI S/D DESEMBER 2014

40
35
30
25
20
15
10
5
0

3.3.4 Cakupan Kasus Pasien yang Ditangani Di PONED Puskesmas Kragilan

A. Cakupan

JUMLAH KASUS YANG DI TANGANI PONED PUSKESMAS KRAGILAN


JANUARI S/D DESEMBER 2014
SEPTEMBER

NOPEMBER

DESEMBER

JUMLAH
FEBRUARI

OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI

TOTAL
MARET

N
APRIL

JUNI

JULI
MEI

KASUS
O

1 1
1 1 3 5 6 4 3 4 3 3 4 58
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) 2 0
1
2 2 5 1 0 2 4 0 7 5 7 2 45
Persalinan Normal 0
3 PEB ( Pre Eklampsi Berat ) 2 0 4 1 5 1 4 4 3 5 3 5 37
4 persalianan dengan Inersia Uteri 3 2 1 7 0 3 5 5 2 3 1 0 32
5 PTM ( persalinan Tak Maju ) 0 1 2 3 0 2 2 2 1 1 3 2 19
6 HEG 3 1 1 3 1 2 0 0 2 2 2 1 18
7 Obs Febris 3 2 2 1 1 1 1 1 1 4 0 1 18

49
8 Kala 1 Memanjang 0 0 0 0 2 2 2 0 2 4 1 1 14
9 PER ( Pre Eklampsi Ringan ) 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 2 4 12
10 Presentasi Bokong 0 0 0 2 1 2 1 1 0 1 1 0 9
11 Abortus 1 0 2 0 1 0 1 0 1 2 1 0 9
12 Susp Bayi Besar 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 0 0 9
13 Anemia berat 0 0 0 0 0 2 2 0 3 0 0 0 7
14 Riwayat SC 0 0 0 0 1 1 0 0 2 2 0 1 7
15 Susp CPD 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5
16 Gagal Induksi 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 4
17 Fetal Distres 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4
18 bayi Dengan aspiksia Berat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 4
19 Kehamilan Primitua 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
20 kala 2 memanjang 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3
21 IUFD 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
22 Retensio Plasenta 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3
23 HAP 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3
24 HPP 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3
25 Kehamilan dengan Sesak Nafas 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2
26 Retensio Urine 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
27 BBLR 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
28 Gimeli/ Kembar 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
29 Prolap Porsio 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2

SEPTEMBER

NOPEMBER

DESEMBER

JUMLAH
FEBRUARI

OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI

TOTAL
MARET

N
APRIL

JUNI

JULI
MEI

KASUS
O

30 Persalinan dgn Riwayat Infertil 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2


31 Manual Plasenta 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2
32 Riwayat TBC Tulang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
33 Presentasi Kaki 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

34 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
kehamilan dengan Penyakit Asma
35 Presentasi Lintang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
36 Presentasi Oblig 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

37 Kehamilan Dengan penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1


Malaria
38 Plasenta Previa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
39 Bayi dengan Infeksi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
40 Bayi Dengan Hiperbilirubin 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

50
41 Bayi dengan GED 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
42 kehamilan Serotinus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
43 Hamil dengan Disentri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 1 2 2 2 3 4 2 4 3 2 2
Jumlah Total 2 7 3 7 6 9 2 7 2 9 9 3 356

B. Grafik

JUMLAH KASUS YANG DI TANGANI PONED PUSKESMAS KRAGILAN


JANUARI S/D DESEMBER 2014
70
58
60

50 45

40 37
30
30
191818
20 1412
9 9 9 7 7
10 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0

51
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM KECAMATAN KRAGILAN

4.1.1 GEOGRAFIS

52

Anda mungkin juga menyukai