BAB I-III Magang SKM LISA
BAB I-III Magang SKM LISA
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesejahteraan ibu dan anak sangat penting tidak saja bagi pemenuhan
hak hidup sehat, tetapi juga dalam mengatasi masalah ekonomi, sosial, dan tantangan
pembangunan. Ketika ibu dan anak meninggal atau sakit, maka keluarga, masyarakat, dan
negara akan ikut merasakan penderitaan. Kematian ibu berpengaruh terhadap kesejahteraan
keluarga, masyarakat dan kesehatan reproduksi karena masa depan untuk kesehatan anak ada
Kematian ibu adalah kematian wanita saat hamil sampai 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tidak tergantung pada umur kehamilan dan letak kehamilan di dalam atau di luar
kehamilan atau disebabkan oleh kesalahan dalam persalinan, tetapi tidak termasuk kematian
Setiap ibu memiliki resiko kesakitan dan kematian maternal, baik dalam masa kehamilan,
persalinan maupun nifas. Angka kematian maternal tersebut merupakan ukuran penting
dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan di suatu negara. Karena angka kematian
diterbitkan WHO dijelaskan bahwa, untuk mencapai target Millenium Development Goal’s
(MDGs) penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per
tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian
ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun
Sampai saat ini data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap
tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan,
1
fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian
negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang
tinggi.Bahkan jumlah perempuan Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor
tertinggi di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu berarti
setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi
Propinsi di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah Propinsi
Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup,
kejadian kematian maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar 104/100.000
kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Sulawesi-Selatan, 2008).Di DKI Jakarta di dapat data AKI
selama 1 tahun 2007-2008 yaitu 246 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di Propinsi
Banten sendiri pada tahun 2011 yaitu 168,8 per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat
kompleks, secara garis besar faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua
faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor
medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi
lebih berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan
(28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%),
2
emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan,
Faktor reproduksi ibu turut menambah besar risiko kematian maternal. Jumlah
paritas satu dan Paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal
dibanding paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko
kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat
melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap kehamilan
yang dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian
diidentifikasi sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan
terlalu banyak).
Selain faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah parah risiko
ekonomi, pendidikan, Kedudukan dan peran wanita, kondisi geografis, dan transportasi, ini
Selain angka kematian ibu (AKI) Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka
kematian bayi (AKB), Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir
3,3 juta bayi lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama
kehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah Asia Tenggara (1,4 juta
kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati). Walupun jumlah kematian tertinggi terjadi di Asia tapi
angka kematian bayi dan angka lahir mati paling besar terjadi di sub-sahara Afrika.
Angka kematian bayi baru lahir menurut WHO dan UNICEF tahun 2000 adalah 25/1000
kelahiran hidup. Masih cukup tingginya angka kematian bayi tersebut disebabkan karena
3
berbagai hal, diantaranya : asfiksia neonatorum ( 50-60 % ), BBLR ( 25-30 % ), Infeksi ( 25-
Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dan Surkesnas/Susenas. Dalam beberapa tahun
terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun
pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda
Indonesia. Pada tahun 1971 AKB diperkirakan sebesar 152 per 1.000 kelahiran hidup,
kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2000. Sedangkan AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut
pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per
1.000 kelahiran hidup. Selain itu, tingginya AKB di Indonesia disebabkan kurangnya
keterampilan dalam melakukan penanganan komplikasi obstetri pada ibu ataupun BBL serta
masih rendahnya status kesehatan ibu yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang akan dilahirkannya. Oleh sebab itu, pentingnya memberikan asuhan pada bayi baru
lahir.
Pernyataan bersama antara WHO, ICM, dan FIGO pada tahun 2004, menegaskan
pentingnya peranan tenaga kesehatan yang terlatih, yaitu bahwa tenaga kesehatan yang
terlatih merupakan pusat ke-berlangsungan perawatan. Ada 3 kunci penting dalam persalinan
yang sehat yaitu setiap komplikasi harus ditangani oleh tenaga yang adekuat dan pada
wanita usia subur harus mempunyai akses pencegahan kehamilan dan penanganan
komplikasi keguguran.
Dalam mencapai persalinan dan masa nifas yang sehat maka ibu sejak hamil harus
4
selama hamil dan tumbuh kembang bayi dapat terdeteksi sedini mungkin. Melahirkan dengan
selamat baik ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin, masa nifas dan pemberian
kematian ibu dan bayi yang dilakukan secara berkesinambungan dari masa hamil, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir. Adapun kebijakan dalam kehamilan, kunjungan antenatal
setidaknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama selama kehamilan yaitu 1 kali dalam
minggu) dan 2 kali dalam trimester III (antara 28 sampai 40 minggu). ( Rustam Mochtar,
1998 ). Selain itu, untuk menurunkan angka kematian ibu, perlu dilakukan deteksi dini
terhadap faktor resiko pada semua ibu hamil melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin (
antenatal sesuai dengan standar agar mampu mendeteksi secara dini, mencegah dan
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan asuhan persalinan yaitu semua persalinan harus
dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih, rumah bersalin dan tempat rujukan
dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal harus
tersedia 24 jam.Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh
pada ibu nifas melakukan kunjungan nifas paling sedikit 4 kali, kunjungan yang dilakukan
pertama 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan
dan 6 minggu setelah persalinan, kunjungan nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
5
bayi guna mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang mungkin dapat
terjadi.
tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu
maupun bayi.Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan kegiatan
Ruang lingkup kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat ini yaitu pada ibu bersalin di
1.3 Tujuan
6
3.Mengetahui gambaran cakupan Semua Kasus Persalinan yang di tangani pada program
Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang yang telah
di capai.
Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas Kragilan Kabupaten Serang yang telah
di capai.
Serang.
Serang.
7
1.4 Manfaat Penulisan
Serang.Guna menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Reproduksi dan dapat di gunakan sebagai bahan bacaan, informasi, dan acuan mahasiswa
Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Reproduksi agar dapat termotivasi untuk
lebih kompeten dan disiplin dalam menjalani pendidikan di Kampus serta dikemudian hari
Penulis berharap ini bisa di gunakan sebagai bahan literature angkatan selanjutnya.
Sebagai bahan masukan bagi pengetahuan dan wawasan masyarakat serta bahan evaluasi
lapangan serta untuk menambah wawasan pengetahuan di bidang ilmu kesehatan masyarakat
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 DEFINISI
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan
dan merupakan unit pelaksana Tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan
diIndonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di
satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja
dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/ kelurahan
9
atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
kabupaten/kota.
Dasar (PONED) adalah puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk
jam, memiliki tenaga kesehatan/tim PONED yang terdiri dari dokter, bidan, perawat terlatih.
Puskesmas PONED berfungsi sebagai tempat rujukan atau rujukan antara kasus
Dinas kesehatan memilih Puskesmas rawat inap yang ada di wilayahnya dengan
dibutuhkan.
2. Adanya komitmen dari para stakeholder yang berkaitan dengan upaya untuk
10
2. Jumlah pasien yang bisa di tangani
puskesmas dikepulauan) serta dapat dijangkau dengan waktu tempuh paling lama 2
perannya masingmasing, termasuk potensi para mitra kerja yang berada diwilayah kerja
dipisahkan dari kebutuhan pelayanan rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim
dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau
dirujuk melalui Puskesmas PONED.Berikut ini adalah sumber daya kesehatan yang harus
Tim Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bertugas sebagai tim inti pelaksana PONED harus yang
sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang telah mendapat
11
sertifikasi sebagai penyelenggara diklat PONED. Tenaga tim inti pelaksana PONED
harus selalu siap (On Side) selama 24 jam/hari dan 7 hari/minggu. Tim inti pelaksana
b) Tim pendukung
tenaga yang ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang
bertugas difasilitas rawat jalan. Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai Tim Pendukung
Terdiri dari :
12
Tim Non Kesehatan
a) Petugas dapur
b) Petugas laundry
c) Penjaga malam
d) Cleaning service
keliling)
RS dikedua kabupaten/kota.
Berikut ini adalah beberapa Sarana dan Prasarana yang ada di Puskesmas PONED
No Parameter Persyaratan
SARANA (BANGUNAN)
13
untukmemudahkandibersihkan,
Ruang Perawatan Kebidanan harus dekat denganpas jaga
perawat (;nurse station)
Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai
melengkung (;hospital plint)untuk memudahkan pembersihan,
Harus dilengkapi toilet pasien yang berada di dalam ruang
perawatan(tidak harusmenyatu dengan kamar), dengan pintu
toilet membuka ke arah luar toilet.
Pintu ruang rawat min, 90 cm, atau dapat dilaluibrankar.
Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidakporous.
2 Ruang Tindakan Kebutuhan luas ruangan min. 12 m2
Obstetri Disarankan pertemuan antara dinding denganlantai melengkung
(;hospital plint) untukmemudahkan pembersihan
Pintu ruang tindakan min. 90 cm, atau dapat
dilalui brankar.
Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidak porous, disarankan
menggunakan bahan penutup lantai vinyl.
Ruang ndakan dilengkapi washtafel (fasilitasgeneral prequofi
on)
Dilengkapi 'email untuk menyimpan instrumentdan obat- obatan
untuk tindakan kegawatdaruratan kebidanan.
3 Ruang Tindakan Kebutuhan luas ruangan min. 9 m2
Neonatus Disarankan pertemuan antara dinding denganlantai melengkung
(;hospital plint) untukmemudahkan pembersihan.
Pintu ruang tindakan min. 90 cm, atau dapatdilalui brankar.
o Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidakporous,
disarankan menggunakan bahanpenutup lantai vinyl.
o Ruang tindakan dilengkapi washtafel (fasilitasgeneral
prequotion)
o Dilengkapi lemari untuk menyimpaninstrument dan obat-
obatan untuk tindakankegawat daruratan neonates.
4 Ruang Merupakan ruang rawat gabung ibu dan bayinormal. Kebutuhan
Perawatan luas ruang untuk 1 (satu)tempat tidur (tt)pasien dan tt bayi adalah
Pasca Persalinan minimal8 m2
o Di dalam ruang rawat pasien yang memiliki lebih dari 1
(satu) tt , jarak antar adalah2,4m2.
o Cat dinding dan warna lantai harus cerahuntuk
memudahkan dibersihkan.
o Ruang Perawatan Pasca Persalinan harusdekat dengan
posjaga perawat (;nurse station)
o Disarankan pertemuan antara dinding denganlantai
melengkung (hospital glint) untukmemudahkan
pembersihan.
o Harus dilengkapi toilet pasien yang berada didalam ruang
perawatan, dengan pintu toilet membuka ke arah luar
toilet, dan dilengkapi kloset duduk.
14
o Pintu ruang rawat min. 90 cm, atau dapatdilalui brankar.
o Persyaratan lantai harus kuat, rata &tidakporous.
5 Ruang Jaga Lokasi ruang jaga perawat dokter harus dekatdengan ruang rawat
Perawat pasien kebidanan dan pascapersalinan sehingga dapat memonitor
Dokter kondisipasien secara cepat.
Dilengkapi lemari untuk menyimpan instrumentdan obat-obatan
untuk keperluan pasien rawatinap.
PRASARANA (UTILITAS)
2 Fasilitas Cuci Fasilitas cuci tangan harus tersedia pada tiap-tiap ruang
Tangan pelayanan pasien (poliklinik, lab,ruangtindakan, dll).
(;General Pada Ruang perawatan kebidanan dan pascapersalinan harus
Preguotion) dilengkapi dengan fasilitas cucitangan. dengan perletakkannya
tidak di dalamruang perawatan tersebut.
Fasilitas cuci tangan dilengkapi setidaknyadengan cairan
desinfeksi (sabun), handuk pribadi/tissue untuk mengeringkan
tangan
Pada ruang tindakan, ruang sterilisasi,laboratorium, dll
disarankan dilengkapi keran airpanas.
3 Kelistrikan Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah
dioperasikan diamati , dipelihara,tidak membahayakan, tidak
menggangudan tidak merugikan linqkungan, baqianbangunan
dan instalasi lain, serta perancangandan pelaksanaannya harus
berdasarkanPUILISNI.04-0225 edisi terakhir dan
peraturanyang berlaku
- Sumber daya listrik pada Puskesmas mampuPONED terdiri :
(1) Sumber Daya Listrik Normal Yaitu sumberlistrik berasal dari
Perusahaan Listrik Negara.
(2) Sumber Daya Listrik Siaga Yaitusumber listrik cad angan
berupa dieselgenerator(Genset). Disarankan memilikigenset
dengan kapasitas minimal 40% darijumlah daya terpasang.
4 Tata Suara Pada tiap-tiap tempat tidur pasien dalam ruang perawatan
(;nurse call) dilengkapi dengan sistem panggilperawat (;nurse sta on) yang
bertujuan menjadialat komunikasi antara perawat dan pasien
dalambentuk visual dan audible (suara), dan memberikansinyal
pada kejadian darurat pasien.
15
5 Koridor dan Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontalantar ruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsikoridor, fungsi ruang, dan
Tangga jumlah pengguna.Ukuran koridor yang aksesibilitas brankar
pasienminimal 2,4 m.
Sistem aksesibilitas harus mempertimbangkantersedianya
aksesevakuasi, termasuk bagipenyandang cacat.
Apabila terdapat akses ver kal (tangga), harusmemiliki dimensi
pijakan dan tanjakan yangberukuran seragam. Tinggi masing
masing tanjakanadalah 15 —17 cm, lebar pijakan 28 — 30 cm.
Harus memiliki kemiringan tangga kurang dad 60°.
Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawausungan dalam
keadaan darurat, untukmengevakuasi pasien dalam kasus
terjadinyakebakaran atau bencana.
Harus dilengkapi dengan pegangan rambat(handrail).
6. Kesiapan Alat
Berikut ini adalah beberapa daftar alat Maternal dan Neonatal yang Puskesmas PONED
harus miliki :
16
22 Pita pengukur lengan atas (LILA) 1 Buah
23 Stetoskop janin pinard/leenec 1 Buah
24 Pocket fetal hearth rate monitor (Doppler) 1 Unit
25 Tempat tidur untuk persalinan (Partus Bed) 2 Unit
26 Plastik alas tidur 1 Buah
27 Klem kasa (korentang) 2 Buah
28 Tempat klem kasa (korentang) 1 Buah
29 Spekulum sims kecil 1 Buah
30 Spekulum sims medium 1 Buah
31 Spekulum sims besar 1 Buah
32 Spekulum cocor bebek grave kecil 1 Buah
33 Spekulum cocor bebek grave medium 1 Buah
34 Spekulum cocor bebek grave besar 1 Buah
No Alat Maternal Jumlah Satuan
35 Kit Resusitasi dewasa 1 Unit
36 Endotracheal tube dewasa 6,0 1 Buah
37 Endotracheal tube dewasa 7,0 1 Buah
38 Endotracheal tube dewasa 8,0 1 Buah
39 Stilet untuk pemasangan ETT no.1 2 Buah
40 Nasogastric tube dewasa 5 1 Buah
41 Nasogastric tube dewasa 8 1 Buah
42 Kacamata/goggle 2 Buah
43 Masker 1 Kotak
44 Apron 2 Buah
45 Sepatu boot 2 Pasang
46 Tong/ember dengan kran 2 Buah
47 Sikat alat 1 Buah
48 Perebus instrument (Destilasi Tingkat Tinggi) 1 Buah
49 Sterilisator Kering 1 Unit
50 Tempat sampah tertutup 3 Unit
51 Pispot sodok (stik pan) 2 Unit
52 Setengah Kocher 4 Buah
53 Gunting Episiotomi 4 Buah
54 Gunting talipusat 4 Buah
55 Gunting benang 4 Buah
56 Pinset anatomis 4 Buah
57 pinset sirurgis 4 Buah
58 needle holder 4 Buah
59 nelaton kateter 4 Buah
60 jarum jahit tajam (cutting) G9 1 Amplop
61 jarum jahit tajam (cutting) G11 1 Amplop
17
62 Bak/baskom plastik tempat plasenta 2 Buah
63 Ekstraktor vakum manual 1 Unit
64 Aspirator Vakum manual 1 Unit
65 Baskom 2 Unit
66 klem kelly/klem kocher lurus 1 Buah
67 klem fenster/klem ovum 4 Buah
68 needle holder 2 Buah
69 Pinset anatomis 1 Buah
70 pinset sirurgis 1 Buah
71 mangkok iodin 1 Buah
No Alat Maternal Jumlah Satuan
72 tenakulum schroder 1 Unit
73 klem kasa lurus (sponge foster straight) 1 Buah
74 gunting mayo CVD 1 Buah
75 aligator ekstraktor AKDR 1 Buah
76 klem penarik benang AKDR 1 Buah
77 sonde uterus sims 1 Buah
78 hemoglobin meter elektronik 1 Kit
79 tes celup urinalisis glukose & protein 1 Kit
80 Tes celup HCG (tes kehamilan) 200 Buah
81 tes golongan darah (ABO, Resus) 2 Kit
82 Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 1 Kotak
83 Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0 1 Kotak
84 Spuit disposable (steril) 1 ml 100 Buah
85 Spuit disposable (steril) 3 ml 200 Buah
86 Spuit disposable (steril) 5 ml 200 Buah
87 Spuit disposable (steril) 10 ml 50 Buah
88 Spuit disposable (steril) 20 ml 50 Buah
89 Three-way stopcock (steril) 1 Buah
90 Infusset dewasa 50 Buah
91 Kateter intravena 16 G 50 Buah
92 Kateter intravena 18 G 50 Buah
93 Kateter intravena 20 G 50 Buah
94 kateter penghisap lendir dewasa 8 1 Buah
95 kateter penghisap lendir dewasa 10 1 Buah
96 kateter folley dewasa 16 G 5 Buah
97 kateter folley dewasa 18 G 5 Buah
98 kantong urin 10 Buah
99 sarung tangan steril 7 50 Pasang
100 sarung tangan steril 7,5 50 Pasang
101 sarung tangan steril 8 50 Pasang
18
102 sarung tangan panjang (manual plasenta) 10 Pasang
103 sarung tangan rumah tangga (serbaguna) 2 Pasang
104 plester non woven 1 Buah
105 sabun cair untuk cuci tangan 1 Buah
106 povidon iodin 10% 1 Buah
107 alkohol 75% 1 Buah
108 Cuvette hemoglobin meter elektronik 1 Set
No Alat Neonatal Jumlah Satuan
1 Tensimeter/sphygmomanometer bayi 1 Buah
2 Tensimeter/sphygmomanometer neonatus 1 Buah
3 Stetoskop dupleks bayi 1 Buah
4 Stetoskop dupleks neonatus 1 Buah
5 Termometer klinik (elektrik) 1 Buah
6 Timbangan neonatus + bayi 1 Buah
7 ARI timer standar (respiratory rate timer) 1 Buah
8 Lampu emergensi 4 Buah
Meja Resusitasi dengan pemanas (Infant radiant
9 warmer 1 Buah
10 Kit resusitasi neonatus 1 Unit
Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri,
11 dengan selang reservoir 1 Set
12 Sungkup resusitasi 1 Buah
13 Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) 1 Buah
14 T piece Resusitator 1 Buah
15 Endotracheal tube anak 1 Buah
16 Nasogastrik tube neonatus 1 Buah
17 Tabung Oksigen + Regulator 1 Unit
18 Pompa penghisap lendir elektrik 1 Set
19 Penghisap lendir deLee (neonatus) 2 Unit
20 Handuk pembungkus neonatus 6 Buah
21 kotak kepala neonatus (head box) 1 Buah
22 klem arteri kocher mosquoito lurus 1 Buah
23 klem arteri kocher mosquoito lengkung 1 Buah
24 klem arteri pean mosquito 1 Buah
25 pinset sirurgis 1 Buah
26 pinset jaringan kecil 1 Buah
27 pinset bengkok kecil 1 Buah
28 Needle holder 2 Buah
29 Gunting Jaringan mayo ujung tajam 1 Buah
30 Gunting Jaringan mayo ujung tumpul 1 Buah
31 gunting jaringan iris lengkung 1 Buah
32 skalpel 1 Buah
19
33 bisturi 1 Buah
34 baskom kecil 1 Buah
No Alat Neonatal Jumlah Satuan
35 Needle holder matheiu 1 Buah
36 Jarum ligasi Knocker 1 Buah
37 Doyere probe lengkung 1 Buah
38 pinset jaringan semken 1 Buah
39 Pinset kasa (anatomis) 1 Buah
40 pinset jaringan (sirurgis) 1 Buah
41 gunting iris lengkung 1 Buah
42 gunting operasi lurus 1 Buah
43 retraktor finsen tajam 1 Buah
44 Klem mosquito halsted lurus 2 Buah
45 Klem mosquito halsted lengkung 2 Buah
46 Klem linen backhauss 2 Buah
47 klem pemasang klip hagenbarth 1 Buah
48 kantong metode kanguru 10 Buah
49 inkubator ruangan dengan termostat sederhana 1 Buah
50 infusset pediatrik 1 Kotak
51 Three-way stopcock (steril) 1 Buah
52 kanula penghisap lendir neonatus 2 Buah
53 klem tali pusat 100 Buah
54 kateter intravena 50 Buah
55 kateter umbilicus 3 Set
PONED set dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berlaku.
Disediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya harus cukup,
dengan buff er stock minimal sesuai ketentuan. Serta ketersediaan obat dan bahan habis
Perdarahan
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
20
Dextran 70,6 % (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Hipertensi dalam kehamilan
Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml)
MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10 % injeksi (20 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nipedipine 10 mg injeksi (2 ml)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml
Infeksi
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
Ampisilin 1 g injeksi
Gentamisin 80 mg injeksi
Amoxcilin 500 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Aquadest pro injeksi (25 ml)
Paracetamol 500 mg (tablet)
Infusset dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Abortus
21
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
Sulfas atropin injeksi (2 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Pethidine injeksi (2 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Amoxcilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Infusset dewasa
Kateter folley no.18
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Robekan jalan lahir
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
Lidocain HCL 2 % injeksi (2 ml)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Amoxcilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Chromic catgut no.1, atraumatik (sachet)
Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik
(sachet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Syok anafilatik
Ringer Laktat (500 ml)
NaCl 0,9 % (500 ml)
adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
Dexamethasone 5 mg injeksi (1 ml)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no.18 G
Kateter folley no.18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
22
B. Kebutuhan Obat Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar
8 Alkohol 70 % Botol
neonatal dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
23
8. Sarana Pendukung
transportable incubator)
a. Yang dapat difungsikan setiap waktu dengan baik, untuk mendukung pelaksanaan
rujukan.
RS kabupaten/kota, organisasi profesi seperti IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI. Tidak
10. Pembiayaan
Biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanan kesehatan di era JKN ataupun
Biaya operasional rutin (biaya listrik, air, alat komunikasi dll) utamanya disediakan
Semua dana yang diterima oleh Puskesmas untuk pembiayan PONED harus dikelola
24
2.1.3 BATASAN KEWENANGAN DALAM PELAYANAN PONED
No Kewenangan Kemampuan
MATERNAL
1 Perdarahan pada Diagnosis abortus, mola hiaditosa, kehamilan ektopik
kehamilan muda Resusitasi, stabilisasi
Evakuasi sisa mola dengan verbocain
Culdocentesis
Pemberian cairan
Evaluasi
Kontrasepsi pasca keguguran
2 Perdarahan post partum Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan lahir, sisa
plasenta, kelainan pembekuan darah
Kompresi bimanual
Kompresi aortal
Manual plasenta
Penjahitan jalan lahir
Restorasi cairan
Pemantauan keseimbangan cairan
Pemberian antibiotika
Pemberian zat vasoaktif
Pemantauan pasca tindakan
Rujukan bila diperlukan
3 Hipertensi dalam Diagnosis hipertensi dalam kehamilan
kehamilan Diagnosis preeclampsia-eklampsia
Resusitasi
Stabilisasi
Pemberian MgSO4 dan penanggulangan intoksikasi
MgSO4
Induksi/akselerasi persalinan
25
Persalinan berbantu (ekstraksi vakum dan forceps)
Pemantauan pasca tindakan
Pemberian MgSO4 hingga 24 jam post partum
Rujukan bila diperlukan
4 Persalinan macet Diagnosis persalinan macet
Diagnosis distosia bahu/kala II lama
Akselerasi persalinan pada inersia uteri hipotonik
Tindakan ekstraksi vakum/forceps/melahirkan distosia
bahu
5 Ketuban pecah sebelum Diagnosis ketuban pecah sebelum waktunya
waktunya dan sepsis Diagnosis sepsis
Induksi/akselerasi persalinan
Antibiotika profilaksis/terapeutik terhadap
choriamnionitis
Tindakan persalinan berbantu (assisted labor)
Pada kala II lama/exhausted
Pemberian zat vasoaktif
Pemberian antibiotika pada sepsis
Pemantauan pasca tindakan
Rujukan apabila diperlukan
6 Infeksi nifas Diagnosis infeksi nifas (metritis, mastitis, pelvio-
peritonitis, trombophlebitis)
Penatalaksanaan infeksi masa nifas sesuai dengan
penyebabnya (memberikan uterotonika, antibiotika,
dan zat vasoaktif)
Terapi cairan pada infeksi nifas/thrombophlebitis
Drainase abses pada abses mammae dan kolpotomi
pada abses pelvis
Pemantauan pasca tindakan
Rujukan bila diperlukan
26
NEONATAL
1 Asfiksia pada neonatal Peletakkan bayi pada meja resusitasi dan dibawa
radiant warmer
Resusitasi (ventilasi dan pijat jantung) pada asfiksia
Terapi oksigen
Koreksi asam basa akibat asfiksia
Intubasi (apabila diperlukan)
Pemantauan pasca tindakan termasuk menentukan
resusitasi berhasil atau gagal.
2 Gangguan nafas pada Penyebab dan tingkatan gangguan nafas pada bayi
bayi baru lahir baru lahir
Terapi oksigen
Resusitasi bila diperlukan
Manajemen umum dan spesifik (lanjut) gangguan
pernafasan
Pemantauan pasca tindakan
Rujukan bila diperlukan
3 Bayi berat lahir rendah Diagnosis BBLR dan penyulit yang sering timbul
(BBLR) (hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia,
infeksi/sepsis, dan gangguan minum)
Penyebab BBLR dan factor predisposisi
Pemeriksaan fisik
Penentuan usia gestasi
Komplikasi pada BBLR
Pengaturan pemberian minum/jumlah cairan yang
dibutuhkan bayi.
Pemantauan kenaikan BB
Penilaian tanda kecukupan pemberian ASI
4 Hipotermi pada bayi baru Diagnosis hipotermi
lahir Menghangatkan bayi dengan inkubator
27
5 Hipoglikemi dari ibu Diagnosis hipoglikemi berdasarkanhasil pengukuran
dengan diabetes mellitus glukosa darah
Pemberian glukosa menurut GIR (Glikosa Infusion
Rate), termasuk pemberian ASI apabila
memungkinkan
6 ikterus Diagnosis icterus berdasarkan hasil pengukuran kadar
bilirubin serum atau metode kremer
Pemeriksaan klinis icterus pada hari pertama, hari
kedua, hari ketiga dan seterusnya untuk perkiraan
klinis derajat icterus
Diagnosis banding icterus
Pemberian ASI
Penyinaran
7 Kejang pada neonates Diagnosis kejang pada neonates
Tatalaksana penggunaan fenobarbital atau fenitoin
Pemeriksaan penunjang
Pemberian terapi supportif
Pemantauan hasil penatalaksanaan
8 Infeksi neonatus Diagnosis infeksi neonatal
Pemberian antibiotic
Menjaga fungsi respirasi dan kardiovaskuler
Kewenangan puskesmas PONED diatas dapat berubah sesuai dengan kebijakan/ketentuan
yang berlaku.
28
c. Ibu hamil dengan perdarahan antepartum
kehamilan ganda)
g.Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunankepala 5/5
j. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancam jiwa(DM, kelainan jantung).
2. Kasus pada bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke RumahSakit:
b.Bayi dengan asfiksis ringan dan sedang tidak menunjukanperbaikan selama 6 jam.
f. Kelainan bawaaan
i. i. Meningitis
l. Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin totallebih dari 10 mg/dl
29
Dari daftar kasus-kasus tersebut diatas dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik secara vertikal dalam arti dari unit
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal dalam
a. Rujukan masyarakat:
b. Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari wilayah kerja
30
KASUS DATANG
Puskesmas PONED
Monev hasil
tindakan yankes di
puskesmas
31
B. PELAKSANAAN RUJUKAN
akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan rawat
inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau peralatan yang
diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup berat dan
atau kegawat-daruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip utama yaitu :
1. Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang harus dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
yang disusun.
lokasi.
perlu dipetakan secara jelas dengan jalur rujukan pelayanan dasar yang memungkinkan
tetangganya, perlu dipetakan dalam membangun sistem rujukan medik spesialistik pada
dan fasilitas rujukan medik di negara tetangga,perlu dipetakan dalam rangka membangun
32
satu sistem rujukan medik/PONED terdekat, bilamana dianggap perlu, didukung dengan
kondisi wilayah kabupaten mempunyai daerah-daerah sulit yang harus dilayani Tim
Pelayanan Kesehatan Bergerak (TPKB) Provinsi melalui Flying Health Care perlu
dipetakan di setiap fasilitas pelayanan dalam peta sistem rujukan, sehingga dapat
kehamilan, persalinan,nifas dan bayi baru lahir, tahu kemana mencaripertolongan segera,
33
dalam kondisi “kegawatdaruratanmedik obstetrik/neonatal”, dapat dibawake semua
mampuPONED dan bila dipandang perlu dapat langsung keRS rujukan PONEK/RSSIB
terdekat.
rujukanmedis pada kasus obstetri dan neonatal (PONED), pasienharus secepatnya dirujuk
RS rujukan medik spesialistik/PONEK terdekat hampir tidak mungkin, dan atas dasar
terpencil dan sangat terpencil di pusat gugus pulauatau pusat cluster daratan
spesialis(SpOG dan Sp.A), maka RS tidak dapat difungsikan sebagaipusat rujukan medik
34
dan pelayanan kesehatan bagimasyarakatnya di daerah terpencil/sangat terpencil.Provinsi
kasus risiko maternal/neonatal sesuaistandar yang mewajibkan ibu hamil minimal 1 kali
perawatan, dapat memberikan layananrujukan medik spesialistik, dan umpan balik serta
tindaklanjutnya.
A. PERAN PEMBINA
lain Puskesmas non perawatan, Poskesdes, Polindes dan Bidan Desa dalam rangka
Sebagai bagian dari regional rujukan di wilayah kabupaten/kota, maka Puskesmas mampu
PONED dapat memberikan informasi ataupun umpan baik hasil pelayanan kasus yang
35
dirujuk dari Puskesmas jejaring di sekitarnya.Sekalipun bukan berupa pembinaan kepada
Puskesmas jejaring disekitarnya, tetapi sebagai hubungan kerjasama melalui rujukan kasus
yang bermasalah, maka peningkatan hasil kerjasama melalui pendekatan yang tepat yaitu
B. PEMBINAAN
perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi.Pembinaan ini dilakukan secara berjenjang dan simultan dengan
a. Meningkatkan mutu pelayanan (Teknis dan Non Teknis yang terintegrasi dengan baik)
b. Pendampingan, dalam kemampuan teknis, non teknis dan manajemen, antara lain
c. Supervisi fasilitatif
2) Kepatuhan pada SOP dalam memberikan pelayanan yang sesuai standar mutu,
36
Mutupelayanan yang berkelanjutan.
Programdan Lintas Sektor melalui forum DTPS atau bentuk forum lain dari hasil
2) Menyusun kerangka kegiatan dalam upaya mencapai tujuan, berdasarkan rencana yang
4) Membangun sistem rujukan yang berfungsi baik, mantap, efektif dan efisien
C. PENGAWASAN
37
Indonesia), pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
38
BAB III
ANALISA SITUASI
3.1.1 GEOGRAFIS
di bagian timur dari Kabupaten serang, di lewati jalan Tol dari transit dari Sumatra ke
Jakarata( Jawa )
A. Wilayah Administrasi
39
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciruas
(Menit)
1 Kragilan 1 20
2 Undar Andir 3 30
3 Sentul 1 10
4 Kendayakan 3 30
5 Tegal Maja 2 20
6 Jeruk Tipis 3 30
D. Demografi
Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kragilan tahun 2014 terdiri dari :
- PUS : 8706
- WUS : 18898
- Neonatal : 979
- Bayi : 932
- Balita : 5378
- Bumil : 1025
- Bulin : 979
40
E. Mata Pencaharian
Karyawan (20.5%), Pedagang (15 %), PNS/ABRI (24.1%), Pegawai Swasta/ Industri
F. Tingkat Kepercayaan
Hampir semuanya penduduk wilayah Puskesmas kragilan beragama Islam, tapi ada pula
G. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan penduduk wilayah Puskesmas Kragilan sebagian besar lulusan SMA
(20,61%)
- Perawat : 5 Orang
41
- Perawat Gigi : 1 Orang
- Sanitarian : 0 Orang
- Sukwan : 10 Orang
- Dukun Bayi :
a. Puskesmas :1
b. Pustu :0
c. Polindes :0
d. Posyandu aktif : 34
e. Rumah dinas :4
f. Faskes : 33
42
3.2 VISI DAN MISI PUSKESMAS KRAGILAN
VISI
MOTTO
MISI
43
3.3 SITUASI UPAYA KESEHATAN PROGRAM PONED PUSKESMAS KRAGILAN
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
selenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
berkesinambungan.Kebijakan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita (KIBLA) di
kabupaten serang mengacu pada kebijakan nasional KIBLA upaya menyelamatkan ibu yaitu
3.Setiap WUS punya akses untuk pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
Dalam hal ini Puskesmas kragilan yang merupakan salah satu dari empat Puskesmas
program unggulan yang ada di Puskesmas Kragilan selain karena peningkatan cakupan yang
di perolehnya alasan lain yang menjadi alasan kenapa PONED menjadi program unggulan
adalah karena Tingginya angka kematian ibu, Tingginya angka kematian dan kesakitan bayi
balita. Berikut ini adalah beberapa cakupan indicator pencapaian dari program PONED.
44
3.3.1 Cakupan Kunjungan Pasien Yang Ditangani Di PONED Puskesmas Kragilan
A. Cakupan
1 Januari 5 7 5 17
2 Februari 9 4 2 15
3 Maret 4 9 3 16
4 April 9 8 7 24
5 Mei 7 16 2 25
6 Juni 20 11 5 36
7 Juli 21 13 1 35
8 Agustus 11 16 1 28
9 September 14 21 5 40
10 Oktober 12 23 6 41
11 Nopember 13 15 3 31
12 Desember 8 11 6 25
45
B. Grafik
20
15
10
0
Janu Febr Mar Apri Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nop Des
ari uari et l stus emb obe emb emb
er r er er
persalinan di PKM 5 9 4 9 7 20 21 11 14 12 13 8
di rujuk 7 4 9 8 16 11 13 16 21 23 15 11
di rawat 5 2 3 7 2 5 1 1 5 6 3 6
A. Cakupan
JUMLAH TOTAL
SEPTEMBER
NOPEMBER
DESEMBER
FEBRUARI
OKTOBER
AGUSTUS
MARET
Januari
JENIS
APRIL
JUNI
JULI
MEI
NO
PERSALINAN
1 Persalinan 1 7 2 2 7 13 15 6 13 8 8 2 84
Spontan
2 Persalinan 4 2 2 7 0 7 6 5 2 4 5 6 50
dengan Drip Oksi
Persalinan
3 Dengan tindakan 4 2 0 3 0 6 1 2 2 3 5 0 28
Vaccum
46
Jumlah 9 11 4 12 7 26 22 13 17 15 18 8 162
B. Grafik
84
90
80
70
60 50
50
40 28
30
20
10
0
Persalinan Spontan Persalinan dengan Drip Persalinan Dengan
Oksi tindakan Vaccum
A. Cakupan
NOPEMBER
DESEMBER
JUMLAH
FEBRUARI
OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI
TOTAL
MARET
N
APRIL
JUNI
JULI
MEI
KASUS
O
47
8 HAP 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3
9 HPP 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 HEG 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
11 Anemia berat 0 0 0 0 0 2 1 0 2 0 0 0 5
12 Abortus 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4
13 Susp CPD 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5
14 Susp Bayi Besar 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 0 0 9
15 PTM (persalinan Tak Maju) 0 0 2 1 0 1 1 0 0 0 0 2 7
16 Gimeli/ Kembar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 Riwayat SC 0 0 0 0 1 0 0 0 2 2 0 1 6
18 Prolap Porsio 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
19 Riwayat TBC Tulang 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
20 IUFD 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
21 Obs Febris 0 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6
22 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Kehamilan dengan Sesak Nafas
23 Retensio Plasenta 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3
24 Retensio Urine 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
25 Gagal Induksi 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 4
NOPEMBER
DESEMBER
JUMLAH
FEBRUARI
OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI
TOTAL
MARET
APRIL
JUNI
JULI
MEI
No KASUS
38
Persalinan dgn Riwayat Infertil 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
39 kehamilan Serotinus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
Jumlah Total 0 5 6 1 6 4 8 4 0 3 2 3 172
48
B. Grafik
40
35
30
25
20
15
10
5
0
A. Cakupan
NOPEMBER
DESEMBER
JUMLAH
FEBRUARI
OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI
TOTAL
MARET
N
APRIL
JUNI
JULI
MEI
KASUS
O
1 1
1 1 3 5 6 4 3 4 3 3 4 58
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) 2 0
1
2 2 5 1 0 2 4 0 7 5 7 2 45
Persalinan Normal 0
3 PEB ( Pre Eklampsi Berat ) 2 0 4 1 5 1 4 4 3 5 3 5 37
4 persalianan dengan Inersia Uteri 3 2 1 7 0 3 5 5 2 3 1 0 32
5 PTM ( persalinan Tak Maju ) 0 1 2 3 0 2 2 2 1 1 3 2 19
6 HEG 3 1 1 3 1 2 0 0 2 2 2 1 18
7 Obs Febris 3 2 2 1 1 1 1 1 1 4 0 1 18
49
8 Kala 1 Memanjang 0 0 0 0 2 2 2 0 2 4 1 1 14
9 PER ( Pre Eklampsi Ringan ) 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 2 4 12
10 Presentasi Bokong 0 0 0 2 1 2 1 1 0 1 1 0 9
11 Abortus 1 0 2 0 1 0 1 0 1 2 1 0 9
12 Susp Bayi Besar 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 0 0 9
13 Anemia berat 0 0 0 0 0 2 2 0 3 0 0 0 7
14 Riwayat SC 0 0 0 0 1 1 0 0 2 2 0 1 7
15 Susp CPD 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5
16 Gagal Induksi 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 4
17 Fetal Distres 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4
18 bayi Dengan aspiksia Berat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 4
19 Kehamilan Primitua 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 4
20 kala 2 memanjang 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3
21 IUFD 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3
22 Retensio Plasenta 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3
23 HAP 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3
24 HPP 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3
25 Kehamilan dengan Sesak Nafas 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2
26 Retensio Urine 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
27 BBLR 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2
28 Gimeli/ Kembar 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
29 Prolap Porsio 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2
SEPTEMBER
NOPEMBER
DESEMBER
JUMLAH
FEBRUARI
OKTOBER
AGUSTUS
JANUARI
TOTAL
MARET
N
APRIL
JUNI
JULI
MEI
KASUS
O
34 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
kehamilan dengan Penyakit Asma
35 Presentasi Lintang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
36 Presentasi Oblig 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
50
41 Bayi dengan GED 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
42 kehamilan Serotinus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
43 Hamil dengan Disentri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 1 2 2 2 3 4 2 4 3 2 2
Jumlah Total 2 7 3 7 6 9 2 7 2 9 9 3 356
B. Grafik
50 45
40 37
30
30
191818
20 1412
9 9 9 7 7
10 5 4 4 4 4 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0
51
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1 GEOGRAFIS
52