Anda di halaman 1dari 18

RESUME MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM)

“KONSEP KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN DAYA SAING”

DISUSUN OLEH :

1. Dyah Ayu Ningtias 1413010126


2. Meina Violeta R.A 1513010042
3. Nikita Legato R.P 1513010052
4. Suci Indah Setyorini 1513010082
5. Baby Novianis 1513010089
6. Bernike Sara Yuristanti 1513010094
7. Lasmi Nurul Suci 1513010134
8. Paramita Intan P.P 1513010201

KELAS C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2018
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan banyak
nikmat serta hidayahnya serta sahalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, karena atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah Manajemen Mutu Terpadu ini. Dalam pembuatan
makalah ini, penulis tidak terlepas dari kendala-kendala yang sempat menghambat
penyusunannya, baik dalam pendahuluan, pembahasan dan penutup serta aspek-aspek
lainnya. Namun, dengan niat dan usaha yang tulus dan ikhlas serta dukungan do’a dan
bantuan lainnya baik berupa bimbingan, nasihat maupun bantuan materil dari pihak orangtua
penulis, guru pembimbing dan juga teman-teman, kendala-kendala yang penulis dapatkan,
Alhamdulillah dapat diatasi.

Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Orang tua penulis, yang tiada henti-hentinya mendukung penyusunan makalah ini
dengan bantuan berupa do’a, bantuan moril maupun materil.

2. Ibu Dwi dan Pak Deddy selaku Dosen mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

3. Serta tak lupa penulis haturkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu tetapi tidak
mengurangi rasa hormat penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis menerima kritik maupun saran yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas makalah ini dan sebagai batu
loncatan agar penulis dapat membuat makalah yang lebih berkualitas di masa yang akan
datang.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan menjadi sumber referensi bagi pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 01 September 2018

Tim Penulis
DEFINISI KUALITAS

Dari segi konvensional kualitas merujuk langsung pada karakteristik dari suatu
produk yang terdiri dari keandalan (reliability), estetika (esthetics), performansi
(performance), dan lain sebagainya. Dari segi definisi strategik, kualitas adalah segala
sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of
customer). Kualitas juga didefinisikan sebagai hal yang menentukan kepuasan konsumen dan
disertai upaya terus menerus ke arah perbaikan atau dikenal dengan istilah Q-MATCH
(Quality = Meets Agreed Terms and Changes).

Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa kualitas mengacu pada
pengertian pokok yaitu kualitas terdiri dari keistimewaan produk yang memenuhi keinginan
konsumen dan memberikan kepuasan kepada konsumen serta terdiri dari segala sesuatu yang
bebas dari kekurangan dan kerusakan.

KUALITAS, PROFITABILITAS dan DAYA SAING

Di era perdagangan bebas seperti ini, intesitas persaingan semakin naik dan jumlah
pesaing semakin banyak. Untuk iitu setiap perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan koncumn agar konsumen merasa lebih puas dengan segala cara
yang dilakukan oleh perusahaan. Saat ini perhatian perusahaan tidak hanya terfokus pada
pada produk atau jasa yang ditawarkan, tetapi juga memperhatikan aspek di dalam proses,
sumber daya dan lingkungan.

Menurut Porter (1985), pada dasarnya perusahaan menghadapi lima kekuatan atau
faktor persaingan meliputi pesaing dalam industri yang sama, bargaining power pemasok,
bargaining power pembeli, ancaman pendatang baru dan ancaman dari produk subtitusi.

Faktor – faktor penentu persaingan pada masing – masing kekuatan persaingan


tersebut adalah :

1. Faktor Penentu Persaingan


a. Pertumbuhan industri. f. Biaya beralih pemasok
b. Biaya tetap atau nilai tambah g. Konsentrasi dan keseimbangan
c. Kelebihan kapasitas intermiten h. Kompleksitas informasi
d. Diferensiasi produk i. Ragam pesaing
e. Identitas merk j. Corporate stakes
k. Hambatan keluar
2. Perintang Masuk
a. Skala ekonomis f. Akses kedalam jarigan
b. Diferensiasi produk distribusi
c. Identitas merek
d. Biaya beralih pemasok
e. Kebutuhan modal
3. Faktor Penentu Kekuatan Pemasok
a. Diferensiasi input f. Biaya relatif terhadap
b. Biaya beralih pemasok dari pembelian total dalam industri
pemasok dan perusahaan dalam g. Dampak input terhadap
industri pembelian total dalam industri
c. Adanya input subtitusi h. Ancaman intergrasi kedepan
d. Konsentrasi pemasok relatif terhadap ancaman
e. Pentingnya volume penjualan intergrasi ke belakang oleh
bagi pemasok perusahaan dalam industri
4. Faktor Penentu Ancaman Produk Subtitusi
a. Harga dan kinerja produk subtitusi
b. Biaya beralih pemasok
c. Kecenderungan pembeli terhadap produk subtitusi
5. Faktor Penentu Kekuatan Pembeli
a. Penentu posisi bargaining power pembeli
 Konsentrasi pembeli terhadap biaya beralih
dibandingkan dengan dari perusahaan
konsentrasi perusahaan  Informasi pembeli
 Volume pembelian  Kemampuan melakukan
 Biaya beralih pemasok integrasi balik
dari pembeli relatif  Produk subtitusi
 Pull-through

b. Kepekaan harga
 Harga atau total  Identitas merek
pembelian  Dampak atas
 Diferensiasi produk kualitas/kinerja
 Laba pembeli  Insentif pengambil
keputusan

Dengan semakin kompleksnya persaingan industri antar perusahaan maka kualitas


yang ingin dicapai harus dilihat dari sudut pandang konsumen atau pelanggan. Dibutuhkan
kerangka manajemen kualitas yang didasarkan pada dua alasan pokok sebagai berikut :

1. Orientasi Pemasaran
Meliputi usaha perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang
ditetapkan pelanggan, meningkatkan pangsa pasar, efisiensi dan produktivitas.
2. Orientasi Internal Perusahaan
Meliputi usaha perusahaan untuk mengurangi loses, spills,waste dan scrap. Serta
upaya untuk memaksimalkan usaha karyawan, penghematan sumber daya
manusia dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah.

Kedua faktor dapat memberikan sarana dan dana bagi investasi lebih lanjut dalam hal
perbaikan kualitas. Secara sederhana manfaat dari kualitas yang superior antara lain :

a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar


b. Pangsa pasar yang lebih besar
c. Harga saham yang lebih tinggi
d. Harga yang lebih tinggi
e. Produktivitas yang lebih besar

Semua manfaat diatas pada gilirannya mengarah pada peningkatan daya saing
berkelanjutan dalam organisasi yang mengupayakan pemenuhan kualitas yang bersifat
customer-driven.

KOMPONEN – KOMPONEN PENUNJANG DAYA SAING

Dalam suatu sistem perekonomian yang global dan saling terkait, daya saing
perusahaan-perusahaan yang ada di pengaruhi oleh kondisi makro, seperti sistem politik,
sosial, ekonomi, hankam, dan lain-lain. Dalam konteks suatu negara, indikator status daya
saing yang sering digunakan adalah:

1. Standar hidup, biasanya Gross National Product (GNP) per kapita.


2. Investasi, yaitu presentase GNP yang ditanamkan dalam sektor pendidikan, peralatan,
fasilitas, dan riset pembangunan.
3. Produktivitas pemanukfaturan, yaitu jumlah output yang dihasilkan oleh setiap
karyawan sektor pemanufakturan.
4. Perdagangan, yaitu pertumbuhan ekspor dan surplus perdagangan.

Adapun komponen dasar penunjang daya saing yaitu:

1. Kebijakan Industri

Kebijakan industri merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta
yang bertujuan untuk menyediakan insentif yang dapat mendorong bisnis untuk berperilaku
yang mengarah pada peningkatan daya saing. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam
kebijakan industri antara lain:

 Investasi dalam penelitian dan pengembangan


 Perluasan sektor industry
 Investasi dalam infrastruktur teknologi tinggi
 Alih teknologi
 Ekspor industry
 Reformasi dan investasi pendidikan
2. Teknologi

Teknologi adalah perwujudan secara fisik dari ilmu pengetahuan. Teknologi


dirancang untuk memperluas kemampuan manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing
organisasi.

Teknologi-teknologi yang memberikan daya saing di pasar global jepang antara lain :
 Assembly robots  Automated Warehouse
 CNC machine tools Equipment
 Flexible manufacturing cells
 Computer aided desaign
(CAD)
 Automated Inspection
 Material Handling Robots
3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling bernilai bagi peningkatan
daya saing. Hal ini terlihat dari pengalaman Jerman dan Jepang ketika bangkit dari
kehancuran pasca Perang Dunia II. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kesuksesan
Jerman dan Jepang, diantaranya adalah strategi yang mereka terapkan dalam mengelola
sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi
tersebut antara lain terdiri dari :

a. Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah.


Baik di Jepang maupun Jerman menggunakan social partner. Sebelum Perang Dunia
II, para eksekutif bisnis memiliki pandangan yang sama seperti Amerika yaitu
cenderung individualis. Akan tetapi adanya krisis ekonomi akibat kalah perang telah
mengubah pandangan tersebut.
b. Pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi.
Cara yang ditempuh oleh Jerman dan Jepang dalam hal penyelenggara pendidikan dan
pelatihan berbeda. Jerman menggunakan program magang yang sangat terstruktur
yang menekankan pada pengembangan keterampilan dan prestasi akademik
sedangkan Jepang mengendalikan pendidikan dasar dan lanjutan yang dilengkapi
dengan pelatihan yang bersifat industry-based.
c. Keterlibatan dan empowerment karyawan.
Baik di Jerman maupun Jepang, para keryawan dilibatkan dalam fungsi-fungsi yang
secara tradisional dipandang sebagai fungsi manajemen Amerika. Fungsi ini meliputi
penentuan jam kerja, pengenalan teknologi baru, penetapan tingkat kompensasi,
perencanaan sumber daya manusia, perancangan pekerjaan, dan pengadaan pelatihan.
d. Kepemimpinan pada setiap level.
Di Jerman dan Jepang kepemimpinan terdapat pada setiap level dan pelatihan
kepemimpinan disediakan tidak hanya bagi para manajer, tetapi juga bagi para
karyawan font-line.
e. Kerjasama Tim.
Baik di Jerman maupun Jepang, bukan hanya pekerjaan saja yang dilakukan oleh tim
karyawan, tetapi perencanaan dan perancangan pekerjaan, pengenalan teknologi baru,
penetapan tingkat kompensasi juga dilakukan oleh tim tersebut.

ISO 9000 DAN DAYA SAING

Salah satu kunci sukses aagar dapat bersaing di pasar global adalah kemampuan untuk
memenuhi atau melampaui standar-standar yang berlaku. Secara historis ada berbagai macam
standar seperti halnya banyaknya jenis produk-produk manufaktur yang dihasilkan oleh suatu
Negara. Adaanya pasar global menyebabkan situasi seperti ini tidak dapat lagi dipertahankan.

Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa semakin meningkatkan kebutuhan akan


adanya standar yang sama. Mereka menggolongkan produk ke dalam dua kategori, yaitu yang
diatur (regulated) dan yang tidak diatur (non-regulated). Produk-produk yang diatur yang
berdampak pada kesehatan, keselamatan, atau ingkungan yang mewakili 10 – 15% dqari
keseluruhan produk yang diproduksi dan yang dijual ke pasar Eropa. Termasuk setengah dari
volume barang diimpor dari Amerika Serikat. Dokumen yang disebut “EC Directive” berisi
persyaratan-persyaratan untuk produk yang diatur. Persyaratan tersebut meliputi :

1. Persyaratan esensial, yang diarahkan pada produk itu sendiri.


2. Prosedur penilaian ketaatan, meliputi pengujian prototip rancangan produk
dan untuk beberapa kasus, pengawasan terus-menerus terhadap operasi
manufaktur atau sertifikasi sistem kualitas atau registrasinya.

Apabila kualitas ditentukan oleh pelanggan, maka standar-standar kualitas sama


(ekuivalen) dengan harapan pelanggan yang tertulis. Untuk menjamin adanya keseragaman
dalam kualitas, maka perlu dibentuk standar-standar yang sama pula. Dengan cara ini maka
apa yang dianggap sebagai produk berkualitas di suatu Negara juga akan dapat diterima di
Negara lainnya. Ini merupakan aspek yang penting dalam liberalisasi perdagangan.

Salah satu standar yang paling penting adalah ISO 9000, yang dihasilkan oleh
International Organization for Standarization di Jenewa, Swiss. ISO 9000 yakni sekumpulan
standar sistem kualitas universal memberikan rerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang
dapat dipergunakan di seluruh dunia.

TUJUAN ISO 9000

Tujuan utama dari ISO 9000 ini adalah :

 Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa


yang dihasilkaan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi
kebutuhan para pembeli.
 Organisasi harus memberi keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri
bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.
 Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas
yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang
akan dijual.

MANFAAT ISO 9000

Manfaat yang didapat oleh perusahaan yang telah memiliki sertifikasi ISO 9000
adalah diperolehya akses yang lebih besar untuk memasuki pasar luar negeri dan memiliki
kesesuaian (compatibility) dengan pemasok dari luar negeri. Selain itu ada pula manfaat
tambahan lainnya. Proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai sertifikasi
cenderung meningkatkan kualitas daan keseragaman pekerjaan yang secara bersamaan juga
meningkatkaan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan pula daya saing
perusahaan.

KUMPULAN STANDAR DALAM ISO 9000

ISO 9000 mencakup standar-staandar dibawah ini :

 Standar pertama yaitu ISO 9000 merupakan suatu peta jaringan yang
memberikan definisi dasar dan konsep-konsep, serta menerangkan bagaimana
suatu perusahaan memilih dan menggunakan standar-standar yang lain dalam
seri tersebut.
 ISO 9001 adalah standar yang paling komprehensif dan digunakan untuk
menjamin kualitas pada tahap perancangan dan pengembangan, produksi,
instalasi, dan pelayanan jasa. Standar ini digunakan khususnya oleh
perusahaan manufaktur yang merancang produk dan membuatnya sendiri.
 ISO 9002 digunakan untuk memenuhi persyaratan produksi dan instalasi yang
memerlukan jaminan. Sebagai contoh, bila suatu produk dibuat dengan
spesifikasi yang ditentukan oleh pihak lain.
 ISO 9003 adalah standar yang kurang rinci. Standar ini dibutuhkan hanya
untuk menjamin pemeriksaan dan uji akhir. Standar ini juga khusus digunakan
untuk badan-badan seperti laboratorium pengujian, pusat-pusat kalibrasi, dan
distributor peralatan yang melakukan pemeriksaan dan pengujiaan produk-
produk yang dipasok.
 ISO 9004 digunakan untuk kepentingan intern dan bukan untuk situasi
kontraktual. Standar ini antara lain mencakup unsur-unsur pokok yang ikut
mempengaruhi sistem jaminan kualitas, termasuk didalamnya tanggungjawab
manajemen, pemasaraan, pengadaan, langkah pengendalian, pemanfaatan
sumber daya manusia, faktor keamanan produk, dan penggunaan metode
statistic.

Tujuan dari standar ISO 9001, 9002 dan 9003 adalah untuk memberikan jaminan
kualitas dalam hal kontraktual dengan pihak luar. Ini merupakan standar yang digunakan
untuk mencatat sistem kualitas pemasok. Ketiga standar ini bersifat saling melengkapi dan
pemilihannya tergantung pada ruang lingkup dan kompleksitas operasi perusahaan, serta
ukuran bisnisnya.

PERUBAHAN ISO 9000

Sejak pertama kali ISO 9000 diterbitkan pada tahun 1987, ISO 9000 telah beberapa
kali dilakukan revisi. Dalam hal revisi ini ISO telah menetapkan siklus revisi atau peninjauan
setiap lima tahun. Hal ini dilakukan guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan
menjadi up to date dan relevan untuk industri atau organisasi se3suai dengan perkembangan
standardisasi internasional, ilmu pengetahuan dan teknologi serta perdagangan.

Revisi pertama terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994.
Sedangkan revisi yang kedua (terakhir) dilakukan pada tahun 2000. Dengan demikian standar
ISO 9000 yang terbaru dikenal dengan ISO 9000 versi 2000 menggantikan ISO 9001, ISO
9002, ISO 9003 dan ISO 9004 versi 1994.

ISO 9000 versi 2000 (ISO 9000 : 2000) terdiri dari tiga standar sebagai berikut :

1. ISO 9000 : 2000 tentang Dasar-dasar dan Kosa Kata


2. ISO 9001 : 2000 tentang Persyaratan Sistem Manajemen Mutu
3. ISO 9004 : 2000 tentang Pdoman untuk Peningkatan Kinerja

Perubahan penting dalam ISO 9001 : 2000 dibandingkan dengan ISO 9001 : 1994
adalah penggantian 20 elemen standar menjadi suatu model proses. Model proses dari ISO
9001 : 2000 terdiri dari lima bagian utama yang menjabarkan sistem manajemen
organisasi/perusahaan :

1. Sistem manajemen mutu (bagian 4)


2. Tanggung jawab manajemen (bagian 5)
3. Manajemen sumber daya (bagian 6)
4. Realisasi produk (bagian 7)
5. Analisis, pengukuran dan peningkatan (bagian 8)

Dalam perubahan ISO 9001 : 1994 ini banyak persyaratan yang diganti, dikurangi dan
direvisi seerta ada beberapa persyaratan yang ditambahkan ke dalam ISO 9001 : 2000. Untuk
melihat elemen-elemen yang berubah dalam ISO 9001 : 1994 menjadi ISO 9001 : 2000.

1. Penerapan ISO 9000


Menurut Suminto (2005) Indonesia telah mengadopsi ISO 9000:1987 menjadi
SNI pada tahun 1992. Selanjutnya dengan diterbitkannya ISO Seri 9000:2000
maka Indonesia juga telah mengadopsi standar tersebut menjadi SNI pada tahun
2001. Bagi industri atau organisasi yang berminat untuk menerapkan ISO
9001:2000 dan sekaligus memperoleh sertifikat ISO 9001, maka sebaiknya diikuti
langkah langkah sebagai berikut :
a. Adanya komitmen dari manajemen puncak
b. Membentuk suatu komite pengarah
Komite pengarah ini akan mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan
penerapan ISO 9001 dan akan memantau prosesnya.
c. Mempelajari persyaratan-persyaratan yang ada dalam standar ISO 9001.
d. Menyelenggarakan pelatihan terhadap semu personel.
e. Memulai kaji ulang manajemen
Kaji ulang ini didelegasikan kepada personel yang diberi tanggung jawab
sebagai wakil manajemen yang biasanya diberikan kepada seorang manajer
mutu. Kajian ini difokuskan pada pemenuhan persyaratan dalam standar ISO
9001.
f. Melakukan identifikasi kebijakan mutu, prosedur dan instruksi kerja.
Biasanya dokumentasi mutu terdiri dari empat level, yaitu: maual (panduan)
mutu, prosedur, intruksi kerja dan formulir.
g. Penerapan sistem manajemen mutu (ISO 9001:2000)
h. Melakukan audit internal dan kaji ulang manajemen
Tujuan kaji ulang ini adalah untuk mengambil tindakan apabila dalan
penerapan sistem manajemen mutu masih terjadi ketidaksesuaian (non
conformance) terhadap persyaratan yang ada dalam standar ISO 9001.
i. Memilih lembaga sertifikasi.
2. Prosedur sertifikasi ISO 9000
Prosedur sertifikasi ISO 9000 ini merupakan prosedur lanjutan setelah langkah
langkah penerapan ISO 9000 diatas.
a. Setelah memilih lembaga sertifikasi, perusahaan lalu menghubungi lembaga
tersebut.
b. Lembaga sertifikasi akan mengirimkan seperangkat formulir yang harus diisi
lengkap dan ditandatangani oleh penanggung jawab pemohon serta segera
dikembalikan kepada lembaga sertifikasi
c. Lembaga sertifikasi akan memeriksa kelengkapan administrasi
d. Apabila administrasi sudah lengkap, maka lembaga sertifikasi akan
mengusulkan susunan tim auditor kepada pemohon untuk minta persetujuan
sebelum tim auditor melakukan audit kecukupan dan audit lapangan.
e. Setelah selesai melakukan audit, tim audit akan membuat laporan hasil audit
yang disampaikan kepada pemohon dan lembaga sertifikasi yang memberi
tugas.
f. Hasil laporan audit akan dibahas oleh suatu komite/panel di lembaga
sertifikasi untuk menentukan apakah pemohon mendapatkan sertifikat atau
tidak berdasarkan hasil laporan audit tersebut.
g. Sertifikat ISO 9001 biasanya berlaku selama 3 (tiga) tahun dan setelah habis
masa berlakunya sertifikat, pemohon dapat mengajukan perpanjangan
kembali.
h. Lembaga sertifikasi akan melakukan pengawasan secara berkala dan biasanya
dilakukan minimum satu tahun sekali atau dua kali dalam setahun. Tujuannya
untuk melihat konsistensi pemegang sertifikat dalam menerapkan sistem
manajemen mutu industri atau organisasinya.

KONSEP VALUE CHAIN dan KEMITRAAN


Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses pengadaan,
penyimpanan, penggunaan, transformasi, dan disposisi sumber daya, mulai dari value chain
pemasok sampai value chain pembeli.
Value chain mengidentifikasi 9 aktivitas yang dapat menciptakan nilaidan biaya
dalam bidang bisnis tertentu. Kesembilan aktivitas penciptaan nilai tersebut terdiri atas 5
aktivitas primer dan 4 aktivitas pendukung. Aktivitas primer merupakan aktivitas yang
dilakukan dalam membuat produk secara fisik, menjual dan menyampaikannya kepada
pembeli, serta aktivitas pelayanan purna jual. Aktivitas pendamping menunjang aktivitas
primer dan aktivitas pendukung lainnya dengan menyediakan input yang dibeli, teknologi,
sumber daya manusia serta fungsi-fungsi perusahaan lainnya.
Dari sudut pandang strategik, konsep value chain menekankan empat aspek utama
untuk meningkatkan laba perusahaan, yaitu:
1. Keterkaitan dengan pemasok
2. Keterkaitan dengan pelanggan
3. Keterkaitan proses dalam value chain suatu unit bisnis
4. Keterkaitan antar value chain unit bisnis yang ada dalam perusahaan

Makna yang terkandung dalam kemitraan adalah membina hubungan kerja sama
untuk mencapai suatu tujuan, dimana semua pihak yang terlibat akan memperoleh manfaat
atau keuntungan. Hubungan kemitraan akan memberikan hasil maksimum apabila semua
pihak dalam rangkaian kemitraan tersebut bekerjasama.
1. Kemitraan Internal
Kemitraan internal merupakan usaha penciptaan suatu lingkungan yang didalamnya
terdapat mekanisme terstruktur yang merangsang dan membentuk aliansi yang saling
mendukung antara manajer dan karyawan, tim, dan karyawan individual yang
memaksimumkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki suatu perusahaan.
Pembentukan kemitraan internal dilakukan pada tiga tingkatan yakni:
a. Kemitraan antara manajemen dengan karyawan
b. Kemitraan antar tim
c. Kemitraan antar karyawan
Tujuan dari kemitraan internal adalah untuk memanfaatkan kemampuan penuh dari
sumber daya perusahaan dan memfokuskannya pada perbaikan kualitas secara terus menerus.

2. Kemitraan dengan Pemasok


Tujuan kemitraan dengan pemasok yakni untuk menciptakan dan memelihara
hubungan yang loyal, saling percaya, dan dapat diandalkan sehingga akan menguntungkan
kedua belah pihak, dan meningkatkan penyempurnaan kualitas, produktivitas, dan daya saing
secara berkesinambungan.
Syarat dalam menjalin kemitraan dengan pemasok antara lain:
a. Personil pemasok harus berinteraksi dengan orang yang benar-benar
menggunakan produknya
b. The price-only approach dalam negosiasi antara pembeli dan pemasok harus
dihilangkan.
c. Kualitas produk dan proses yang dilakukan pemasok harus terjamin
d. Pemasok harus benar-benar memahami dan dapat mempraktikkan just in time
e. Kedua belah pihak harus mampu saling bertukar informasi
3. Kemitraan dengan Pelanggan
Kemitraan dengan pelanggan perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan dan daya saing perusahaan. Cara terbaik untuk menjamin kepuasan pelanggan
adalah melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pengembangan produk.
4. Kemitraan dengan Pesaing Potensial
Tujuan dari kemitraan dengan pesaing potensial adalah untuk meningkatkan daya
saing. Biasanya dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah.
CONTOH KASUS PENERAPAN TQM PADA KUALITAS SUSU PETERNAK SAPI
PERAH LOKAL

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus mendorong adanya kemitraan antara Industri


Pengolahan Susu (IPS) dan Importir dengan peternak sapi perah lokal. Program ini guna
mencapai target pemenuhan 40 persen susu segar dari dalam negeri.

Pengamat Peternakan dari Universitas Padjadjaran Didin S Tasripin mengatakan, selain soal
peningkatan kuantitas susu yang dihasilkan, kemitraan ini juga harus mengedepankan
peningkatan kualitas susu segar dalam negeri (SSDN).

“Pembenahan kualitas susu harus jadi yang utama. Kemitraan ini harus menyeluruh dan
memastikan susu yang diproduksi peternak lokal memenuhi standar untuk bisa diserap
industri,” ujar dia di Jakarta, Rabu (11/4/2018).

Menurut dia, bentuk kemitraan terbaik yang saat ini perlu dilakukan IPS adalah upaya
membantu peternak lokal menghasilkan produk yang memiliki standar.

Hal ini guna memastikan IPS tetap komitmen menyerap SSDN tanpa harus khawatir
kualitasnya tidak memenuhi standar produk olahan susu yang dihasilkan.

Didin juga menyatakan, saat ini SSDN memang bersaing dalam hal kualitas dengan produk
bahan baku susu yang biasanya diimpor. Dengan tingkat produksi yang rendah dan kualitas
yang belum memenuhi standar, tentu akan sulit bagi peternak sapi perah lokal bersaing.

“Ini kenapa transfer teknologi dan peningkatan kualitas jadi hal yang harus diutamakan.
Kemitraan IPS harus bisa meningkatkan daya saing dan kualitas peternak sapi perah lokal,”
tandas dia.

OPSI KEMITRAAN

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian (Kementan)


Fini Murfiani mengungkapkan, berdasarkan petunjuk teknis dari Peraturan Kementerian
Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2017 tentang Peredaran Susu, IPS diberikan
beberapa opsi kemitraan yang bisa dilakukan.
Selain kewajiban memanfaatkan SSDN, kemitraan juga dapat berupa upaya peningkatan
produksi dan kualitas susu, peningkatan sarana dan prasarana peternakan sapi perah seperti
kandang, pakan, dan teknologi, serta bisa berbentuk bantuan pembiayaan bagi peternak sapi
perah lokal.

Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan kebebasan pada IPS untuk menentukan jenis
kemitraan serta mitra yang akan jadi target kemitraan. "Jenis kemitraan bentuknya kita
serahkan kepada IPS, begitu pula dengan mitranya. Yang terpenting ada niat untuk
mensejahterakan peternak lokal," tandas Fini.

PEMBAHASAN

Dapat dibuktikan bahwa dalam kasus “Tingkat Kualitas Susu Peternak Sapi Perah Lokal” ini
dominan termasuk kedalam beberapa komponen dasar yang mendukung peningkatan daya
saing, yaitu:

1. Kebijakan Industri = Bentuk kerjasama pemerintah Kerja sama diantara perusahaan,


tenaga kerja, dan pemerintah Program ini guna mencapai target pemenuhan 40 persen
susu segar dari dalam negeri yang dapat mendorong bisnis untuk berperilaku yang
mengarah pada peningkatan daya saing.
2. Teknologi = Transfer teknologi dan peningkatan kualitas jadi hal yang harus diutamakan.
Kemitraan IPS harus bisa meningkatkan daya saing dan kualitas peternak sapi perah
lokal. Dengan tingkat produksi yang rendah dan kualitas yang belum memenuhi standar,
tentu akan sulit bagi peternak sapi perah lokal bersaing sehingga perlunya teknologi yang
dirancang untuk memperluas kemampuan manusia sehingga dapat meningkatkan daya
saing organisasi.
3. Sumber Daya Manusia
a. Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah

Dalam kasus ini juga adanya kerja sama perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah.
Pemerintah mendorong adanya kemitraan antara Industri Pengolahan Susu (IPS) dan
Importir dengan peternak sapi perah lokal guna meningkatkan kualitas produksi dan
daya saing.

b. Keterlibatan dan empowerment karyawan


Fungsi-fungsi ini meliputi pengenalan teknologi baru, perencanaan sumber daya
manusia, perencanaan pekerjaan dll.

c. Kerja sama tim

Dalam kasus ini tentu adanya kerja sama tim yaitu antara pemerintah, karyawan atau
tenaga kerja dan perusahaan sehingga memanfaatkan SSDN, kemitraan juga dapat
berupa upaya peningkatan produksi dan kualitas susu, peningkatan sarana dan
prasarana peternakan sapi perah seperti kandang, pakan, dan teknologi, serta bisa
berbentuk bantuan pembiayaan bagi peternak sapi perah lokal.

Selain itu dapat dibuktikan lagi bahwa dalam kasus “Tingkat Kualitas Susu Peternak
Sapi Perah Lokal” ini dominan diperlukannya kerangka dalam manajemen kualitas yang
didasarkan pada alasan pokok, yaitu:

1. Orientasi pemasaran

Dalam kasus ini peternak lokal berusaha memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan dan
persyaratan yang ditetapkan pelanggan. Di samping itu meraka juga berupaya
meningkatkan pangsa pasar dengan memberikan produk kualitas susu yang segar dan
baik. Saat ini perlu dilakukan IPS yaitu upaya membantu peternak lokal menghasilkan
produk yang memiliki standar.

Selain itu dapat dibuktikan lagi bahwa dalam kasus “Tingkat Kualitas Susu Peternak
Sapi Perah Lokal” ini dominan diperlukannya kerangka dalam manajemen kualitas yang
didasarkan pada alasan pokok, yaitu:

2. Orientasi Internal Perusahaan

Pemerintah dan peternak lokal berusaha untuk memaksimalkan usaha tersebut juga
memaksimalkan tenaga kerja atau peternak, penghematan sumber daya manusia dan
mengidentifikasi peluang pemecahan masalah seberapapun kecilnya. Yang perlu
diperhatikan di sini adalah kualitas bukan hasilnya tetapi selain soal peningkatan kualitas
susu yang dihasilkan, kemitraan ini juga harus mengedepankan peningkatan kualitas susu
segar dalam negeri (SSDN).
DAFTAR PUSTAKA

Tjiptono, fandy. 2003. Total Quality Manajemen, Yogyakarta: Penerbit Andi

https://m.liputan6.com/bisnis/read/3445941/industri-harus-bantu-tingkatkan-kualitas-susu-
peternak-sapi-perah-lokal

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 11 Neraca
    Bab 11 Neraca
    Dokumen60 halaman
    Bab 11 Neraca
    sucindhs
    0% (1)
  • Akad Murabahah
    Akad Murabahah
    Dokumen3 halaman
    Akad Murabahah
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Bab 10
    TQM Bab 10
    Dokumen24 halaman
    TQM Bab 10
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Pertemuan 9
    TQM Pertemuan 9
    Dokumen16 halaman
    TQM Pertemuan 9
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Bab 5
    TQM Bab 5
    Dokumen19 halaman
    TQM Bab 5
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Bab 5
    TQM Bab 5
    Dokumen12 halaman
    TQM Bab 5
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Bab 4
    TQM Bab 4
    Dokumen15 halaman
    TQM Bab 4
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Bab 5
    TQM Bab 5
    Dokumen12 halaman
    TQM Bab 5
    sucindhs
    Belum ada peringkat
  • TQM Bab 5
    TQM Bab 5
    Dokumen19 halaman
    TQM Bab 5
    sucindhs
    Belum ada peringkat