Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAPITA SELECTA

“ SANKSI PIDANA DALAM HUKUM ADMINISTRASI “

DI SUSUN

AHMAD SUPANJI
15.1.03.4.1.023

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALU
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan malakah yang berjudul : “Sanksi Pidana Dalam Hukum
Administrasi ”. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat berterima kasih yang
sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
sehingga dapat diselesaikan sesuai rencana.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata
kuliah Hukum kapita selecta. Selain itu, makalah ini didekasikan kepada seluruh
pihak yang peduli akan pentingnya sanksi pidana dalam hukum administrasi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap
makalah ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran akan makalah yang telah disusun ini, agar kedepannya dapat menjadi lebih
baik.

Palu, 10 november 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
BAB I ........................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1

BAB II .......................................................................................................... 2

2.1. Pengertian Sanksi Hukum Administrasi Negara ................................. 2


2.2. Unsur – unsur Sanksi Hukum Administrasi Negara ........................... 2
2.3. Tujuan Sanksi Hukum Administrasi Negara ....................................... 3
2.4. Subjek dan Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara ..................... 3
2.5. Jenis Sanksi hukuum Administrasi Negara ......................................... 3
2.6. Macam – macam Sanksi Hukum Administrasi Negara ...................... 6

BAB III ........................................................................................................ 10

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 10


3.2. Saran .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam negara hukum, penyelenggaraan tugas pemerintahan dan


kenegaraan terdapat aturan hukum tertulis dalam konstitusi atau peraturan-
peraturan yang terhimpun dalam Hukum Tata Negara.
Namun, HTN tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan secara efektif untuk
menyelenggarakan persoalan-persoalan yang bersifat teknis sehingga
membutuhkan hukum lain yang bersifat teknis yaitu Hukum Administrasi
Negara.
Didalam Hukum Administrasi Negara, Mengatur tantang Sanksi-sanksi
sebagai salah satu kewenangan Administrasi Negara (pemerintah) dan sebagai
alat penegakan Hukum Administrasi Negara.
Sehingga penting bagi kita mempelajari Sanksi Hukum Administrasi
Negara, untuk dapat memahami macam-macam sanksi dan pengenaan
sanksinya, Demi Pemerintahan yang baik berdasarkan Keadilan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengetian Sanksi Hukum Administrasi Negara ?
2. Apa sajah unsur- unsur sanksi hukum administrasi Negara ?
3. Apa tujuan sanksi hukum administrasi Negara ?
4. Apa sajah subjek dan objek sanksi hukum administrasi Negara ?
5. Apa sajah jenis hukum sanksi hukum administrasi Negara ?
6. Apa sajah macam-macam sanksi hukum administrasi Negara ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sanksi Hukum Administrasi Negara

Sanksi dalam Hukum Administrasi yaitu “alat kekekuasaan yang bersifat


hukum public yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum
administrasi Negara.” Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi
dalam hukum administrasi Negara, yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen),
bersifat hukum publik (publiekrechtlijke), digunakan oleh pemerintah
(overheid), sebagai reaksi atas ketidakpatuhan (reactive op niet-naleving).
Sedangkan, menurut para ahli ada beberapa pengertian sanksi administrasi
Negara, antara lain :

1. J.B.J.M. ten Berge : Sanksi merupakan inti dari penegakan hukum


administrasi. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum
administrasi.
2. P de Haan dkk : Dalam HAN, penggunaan sanksi administrasi merupakan
penerapan kewenangan pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari
aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.
3. J.J. Oosternbrink : Sanksi administratif adalah sanksi yang muncul dari
hubungan antara pemerintah – warga negara dan yang dilaksanakan tanpa
perantara pihak ketiga (kekuasaan peradilan), tetapi dapat secara langsung
dilaksanakan oleh administrasi sendiri.

2.2. Unsur-Unsur Sanksi Hukum Administrasi Negara


o Alat Kekuasaan (machtmiddelen)
o Bersifat Hukum Publik (publiekrechtelijke)
o Digunakan oleh Pemerintah (overheid)

2
o Sebagai Reaksi atas Ketidakpatuhan (reactie op niet-neleving)

2.3. Tujuan Sanksi Hukum Administrasi Negara

Tujuan Sanksi Administrasi adalah


Diantaranya, menurut :

a. J.B.J.M. ten Berge, ”Tujuannya adalah untuk menegakan hukum


administrasi. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum
administrasi” .
b. P de Haan dkk, ”Tujuannya adalah untuk Penerapan kewenangan
pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum
administrasi tertulis dan tidak tertulis.

2.4. Subjek dan Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara


 Subjek Sanksi Hukum Administrasi Negara Adalah
Adalah setiap Pejabat atau Lembaga Negara yang melanggar ketentuan
perundang-undangan dalam menjalankan tugas serta wewenangnya, dan
setiap orang atau warga Negara yang mempunyai hubungan hukum
dengan pemerintah, dimana orang atau warga Negara tersebut tidak
menjalankan suatu perbuatan berdasarkan peraturan perundang-undangn
yang dikeluarkan oleh pemerintah.
 ‘’Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara
Adalah Setiap perbuatan Pelanggaran terhadap Peraturan perundang-
undangan yang dilakukan oleh Orang-orang tertentu (yang mempunyai
kepentingan.

2.5. Jenis Sanksi Hukum Administrasi Negara


Jenis Sanksi Administrasi dari segi sasarannya yaitu :

3
1. Sanksi Reparatoir (Reparatoir Sancties)
‘’Artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma,
yang ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula sebelum
terjadinya pelanggaran, misalnya bestuursdwang, dwangsom).
2. Sanksi Punitif (Punitieve Sancties)
‘’Artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada
seseorang, misalnya adalah berupa denda administrative.
3. Sanksi Regresif
’’Artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidak patuhan
terhadap ketentuan yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan.

Jenis Sanksi Admininistrasi Menurut Pasal 80 Undang-Undang No 30 Tahun


2014

a) Sanksi Administratif Ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1)


berupa:
o Teguran lisan;
o Teguran tertulis; atau
o Penundaan kenaikan pangkat, golongan, dan/atau hak-hak jabatan.

Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan sanksi Administratif


Ringan :
‘’Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang
tidak berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan; dan AUPB’’.
Artinya (Melanggar Ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang
Admininistrasi Pemerintahan)

b) Sanksi Administratif Sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2)


berupa:
o Pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi;
o Pemberhentian sementara dengan memperoleh hak - hak jabatan; atau

4
o Pemberhentian sementara tanpa memperoleh hak-hak jabatan.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan Sanksi
Administratif Sedang :
‘’Penggunaan Diskresi yang tidak memiliki sebab dan persetujuan dari
atasan pejabat. Artinya ‘’Melanggar Ketentuan pasal 25 ayat (1)
Undang-undang Administrasi Pemerintahan yang berbunyi :
‘’Setiap Penggunaan Diskresi yang berpotensi mengubah alokasi
anggaran wajib memperoleh persetujuan dari Atasan Pejabat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Sanksi Administratif Berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3)
berupa:
o Pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas
lainnya;
o Pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas
lainnya;
o Pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas
lainnya serta dipublikasikan di media massa; atau
o Pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas
lainnya serta dipublikasikan di media massa.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan Sanksi
Administratif Berat :
Adalah setiap tindakan Administrasi Negara atau Pemerintah ‘yang
dapat menimbulkan kerugian pada keuangan negara, perekonomian
nasional, dan/atau merusak lingkungan hidup dikenai sanksi
administratif berat. Artinya melanggar ketentuan pasal 17 dan 42 ayat
(1) dan ayat (2) Undang-Undng Nomor 30 Tahun 2014.

d) Sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Penjatuhan sanksi (Pasal 82 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014) :

5
Ayat (1) dilakukan oleh :
o Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan;
o Kepala daerah apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat daerah;
o Menteri/pimpinan lembaga apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat di
lingkungannya; dan
o Presiden apabila Keputusan ditetapkan oleh para menteri/pimpinan
lembaga.

Ayat (2) dilakukan oleh :

o Gubernur apabila Keputusan ditetapkan oleh Bupati/Walikota; dan


o Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri
apabila Keputusan ditetapkan oleh gubernur.

Pemahaman mengenai Penjatuhan Sanksi (Pasal 83 Undang-Undang Nomor


30 Tahun 2014) :

o Sanksi administratif ringan, sedang atau berat dijatuhkan dengan


mempertimbangkan unsur proporsional dan keadilan.
o Sanksi administratif ringan dapat dijatuhkan secara langsung, sedangkan
sanksi administratif sedang atau berat hanya dapat dijatuhkan setelah
melalui proses pemeriksaan internal.
2.6. Macam - Macam Sanksi Hukum Administrasi Negara
Diantaranya :
 Paksaan Pemerintahan (Bestuursdwang)
‘'Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan
organ pemerintah atau atas nama pemerintah untuk memindahkan,
mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan semula
apa yang telah dilakukan atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan
kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.

6
Contoh Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1961 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa ijin yang Berhak atau Kuasanya. Bestuursdwang
merupakan Kewenangan Bebas, artinya pemerintah diberi kebebasan untuk
mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah menggunakan
bestuursdwang atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi yang lainnya.
Paksaan pemerintahan harus memperhatikan ketentuan Hukum yang
berlaku baik Hukum tertulis maupun tidak tertulis, yaitu asas-asas
pemerintahan yang layak seperti asas kecermatan, asas keseimbangan, asas
kepastian hukum dan lain-lain.. Contoh Pelanggaran yang tidak bersifat
substansial seorang mendirikan rumah tinggal di daerah pemukiman, tanpa
IMB.
Pemerintah tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan
pemerintahan, dengan membongkar rumah tersebut, karena masih dapat
dilakukan legalisasi, dengan cara memerintahkan kepada pemilik rumah
untuk mengurus IMB. Jika perintah mengurus IMB tidak dilaksanakan
maka pemerintah dapat menerapkan bestuursdwang, yaitu pembongkaran.
Contoh Pelanggaran yang bersifat substansial, misalkan pada
pengusaha yang membangun industri di daerah pemukiman penduduk, yang
berarti mendirikan bangunan tidak sesuai dengan RT/RW yang ditetapkan
pemerintah, maka pemerintah dapat langsung menerapkan bestuursdwang.
Peringatan yang mendahului Bestuursdwang, hal ini dapat dilihat pada
pelaksanaan bestuursdwang di mana wajib didahului dengan suatu
peringatan tertulis, yang dituangkan dalam bentuk Ketetapan Tata Usaha
Negara.
Isi peringatan tertulis ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut,
Peringatan harus definitif, Organ yang berwenang harus disebut, Peringatan
harus ditujukan kepada orang yang tepat, Ketentuan yang dilanggar jelas,
Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas, Memuat
penentuan jangka waktu, Pemberian beban jelas dan seimbang, Pemberian

7
beban tanpa syarat, Beban mengandung pemberian alasannya, Peringatan
memuat berita tentang pembebanan biaya.

 Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan


‘’Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang
menguntungkan dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang
isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan
yang terdahulu.
Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan
atau syarat-syarat yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah
diberikan, juga dapat terjadi pelanggaran undang-undang yang berkaitan
dengan izin yang dipegang oleh si pelanggar.
Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis,
karena di dalam HAN terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau
presumtio justea causa, yaitu bahwa pada asasnya setiap ketetapan yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dianggap benar
menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang sudah
dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai
dibuktikan sebaliknya oleh hakim di pengadilan.
Kaidah HAN memberikan kemungkinan untuk mencabut Ketetapan
Tata Usaha Negara yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si
penerima Ketetapan Tata Usaha Negara sehingga pencabutannya merupakan
sanksi baginya.
Sebab-sebab Pencabutan Ketetapan Tata Usaha Negara sebagai Sanksi
ini terjadi melingkupi jika, yang berkepentingan tidak mematuhi
pembatasan-pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau pembayaran.
Jika yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk
mendapat izin, subsidi, atau pembayaran telah memberikan data yang

8
sedemikian tidak benar atau tidak lengkap, hingga apabila data itu diberikan
secara benar atau lengkap, maka keputusan akan berlainan misalnya
penolakan izin.

 Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)

‘’N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini,


menurutnya, bahwa uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya
berdasarkan syarat dalam perjanjian, yang harus dibayar karena tidak
menunaikan, tidak sempurna melaksanakan atau tidak sesuai waktu yang
ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti kerugian, kerusakan,
dan pembayaran bunga.
Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat
dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau
melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternatif dari
tindakan paksaan pemerintahan

 Pengenaan Denda Administratif

‘’Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan


dalam hal pengenaan denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan
pengenaan uang paksa yang ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret
yang sesuai dengan norma, denda administrasi tidak lebih dari sekedar
reaksi terhadap pelanggaran norma, yang ditujukan untuk menambah
hukuman yang pasti. Dalam pengenaan sanksi ini pemerintah harus tetap
memperhatikan asas-asas hukum administrasi, baik tertulis maupun tidak
tertulis.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

‘’Didalam Pengenaan Sanksi Administrasi Negara, Tidak Perlu


menggunakan peratara pihak ketiga (dalam hal ini hakim/pengadilan), karena
sanksi merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat Concriet,
Individual dan Final, artinya dapat langsung dieksekusi atau dilaksanakan
penegakan hukumnya tanpa ada rujukan lebih lanjut berdasarkan Undang-
Undang dan Asas Umum Pemerintahan yang Baik
Dengan kata lan Perumusan dan penetapan sanksi harus dilihat sesuai
dengan undang undang tertentu yang berkaitan dengan Perbuatan atau tindakan
yang dilakukan.
Mengenai Asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea
causa, yaitu bahwa setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan
Tata Usaha Negara yang sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk
dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh hakim di pengadilan.

10
DAFTAR PUSTAKA

ü http://www.edipranoto.com/2011/05/sanksi-hukum-administrasi.html
ü http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/30TAHUN2014UU.HTM
ü Heruman Jayadi SH., MH. Dosen Hukum Administrasi Negara Universitas
Mataram
ü http://www.edipranoto.com/2011/05/sanksi-hukum-administrasi.html
ü http://sidqioe.blogspot.co.id/2014/06/sanksi-hukum-administrasi-
negara.html#sthash.7LfPeatO.dpuf

11

Anda mungkin juga menyukai