BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di
Indonesia. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan
substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena
faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat menyebabkan
gejala nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat
terbentuk pada ginjal (nefrolitiasis), ureter (ureterolithiasis), vesika urinaria
(vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis)1. Ginjal adalah organ vital yang
mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam
tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam-asam
dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit,
serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali
terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat
terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesikolitiasis, batu prostat,
dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi
saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya 2. Obstruksi dapat menyebabkan
dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal sebagai hidronefrosis. Batu
dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat
aliran urin. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik
kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal. Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang
berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi
dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan
struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami
infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis1. Di Amerika Serikat, hingga
16% pria dan 8% dari wanita akan memiliki 1 atau lebih batu bergejala umur 70
2
tahun. Meskipun pria terus memiliki risiko yang lebih tinggi untuk nefrolitiasis,
dalam 2 dekade terakhir, rasio laki-laki dan perempuan telah berubah dari 3: 1
menjadi sekitar 2: 1, mungkin sekunder untuk perubahan gaya hidup 3. Di
Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 499.800 penduduk Indonesia menderita
penyakit gagal ginjal dan sebanyak 1.499.400 penduduk menderita batu ginjal 4.
Prevalensi penderita batu ginjal berdasar wawancara terdiagnosis dokter di
Indonesia sebesar 0,6 persen. Prevalensi tertinggi di DI Yogyakarta (1,2%),
diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah masing–
masing sebesar 0,8 persen.
3
Pada bagian posterior, hubungan ginjal kiri dan kanan dengan organ sekitarnya
relatif hampir serupa. Diafragma menutup bagian atas dari ginjal. Karena
diafragma berkaitan erat pula dengan pleura, maka setiap tindakan bedah dengan
pendekatan ke bagian atas ginjal, berisiko mengenai rongga pleura. Iga XII
menyilang ginjal pada bagian bawah diafragma. Batas atas kiri ginjal yang lebih
tinggi dari yang kanan, juga berhubungan dengan iga XI. Sisi medial dua pertiga
bagian bawah kedua ginjal, pembuluh darah ginjal, dan pelvis renal berada di atas
m. psoas. Di lateralnya berturut-turut terdapat m. kuadratus lumborum dan
aponeurosis m. transverses abdominis. Di bagian anterior, ginjal kanan berada di
belakang hepar, dipisahkan oleh lapisan peritoneum, kecuali pada sebagian kecil
pool atas yang langsung berhubungan dengan daerah retroperitoneal hepar.
Adanya lapisan peritoneum ini memberikan keuntungan proteksi terhadap
penyebaran kanker ginjal secara langsung ke hepar. Perluasan peritoneum parietal
yang menghubungkan fasia perirenal yang menutup pool atas ginjal kanan dengan
5
sisi posterior hepar disebut ligamentum hepatorenal. Traksi yang berlebihan pada
ligamentum ini pada saat operasi dapat menyebabkan robekan parenkim hepar.
Duodenum berbatasan dengan sisi medial dan struktur hilum ginjal kanan.
Fleksura hepatika kolon melintas pada pool bawah ginjal kanan. Kelenjar adrenal
terletak pada sisi superomedial pool atas kedua ginjal. Pada ginjal kiri, kauda
pankreas yang terletak retroperitoneal dan pembuluh darah splanknik yang
berkaitan, berbatasan dengan bagian atas, medial, dan hilum ginjal. Di atas dari
kauda pankreas, ginjal kiri berbatasan dengan dinding posterior gaster sedangkan
di bawah kauda pankreas, berbatasan dengan jejunum. Di pool bawah, ginjal kiri
berdekatan dengan fleksura lienalis kolon. Limpa dipisahkan dari bagian lateral
atas ginjal kiri oleh lapisan peritoneum. Biasanya dijumpai perluasan peritoneum
yang menghubungkan fasia perirenal yang menutupi pool atas ginjal kiri dengan
kapsul ginjal inferior, yang disebut ligamentum splenorenal atau lienorenal.
Regangan yang berlebihan pada saat operasi pada ligamentum ini dapat
menyebabkan robekan limpa.
Arteri renalis merupakan cabang aorta abdominalis. Percabangan tersebut
terletak setinggi vertebra lumbal II, di bawah pangkal a. mesenterika superior.
Jumlah arteri renalis umumnya satu pada masing-masing sisi dan memasuki ginjal
pada daerah hilum dan diapit oleh vena renalis di anterior dan pelvis renis di
posterior. Pada beberapa variasi normal, arteri renalis ditemukan bercabang dua
atau lebih sebelum mencapai ginjal. Pada kasus duplikasi pelvis dan ureter, sering
ditemukan masing-masing segmen mendapat suplai arteri sendiri-sendiri. Arteri
renalis kanan mempunyai pangkal di aorta lebih tinggi dari yang kiri, dan karena
letak ginjalkanan yang lebih rendah, lebih panjang dibandingkan arteri renalis kiri.
Arteri renalis mempunyai cabang anterior dan posterior. Cabang posterior
memperdarahi segmen tengah permukaan posterior ginjal. Cabang anterior terdiri
dari empat segmen, yaitu apikal, superior, medial, dan inferior. Cabang anterior
mensuplai segmen atas dan bawah posterior ginjal serta seluruh segmen
permukaan anterior ginjal, sedangkan cabang posterior memperdarahi sisanya.
Semua arteri-arteri pada ginjal adalah end artery, tanpa anastomosis atau sirkulasi
kolateral, sehingga oklusi pada salah satu segmen atau arteri utama akan
6
menyebabkan iskemia dan infark pada parenkim ginjal yang mendapat suplai
darah. Hal ini memberikan implikasi klinis dalam melakukan insisi pada daerah
ginjal. Insisi pada daerah yang relatif avaskuler, seperti insisi vertikal pada 1 cm
posterior dari sisi konveks lateral ginjal (garis Brödel) atau insisi transversal di
antara segmen posterior dan pool atas atau pool bawah ginjal, merupakan insisi
yang lazim dilakukan dalam operasi untuk mendapat akses ke sistem
pengumpulan urin atau kaliks ginjal tanpa menyebabkan cedera arteri yang
membahayakan.
2.2 Fisiologi
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proksimal sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan
terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar 7.
2.3 Definisi
Nefrolitiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di
dalam pelvis atau calyces dari ginjal atau di dalam saluran ureter. Pembentukan
batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya
terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (renal
pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi
asam urat yang biasanya larut di dalam urin. Batu ginjal bervariasi ukurannya,
dapat bersifat tunggal atau ganda. Batu-batu tinggal dalam pasu ginjal atau dapat
masuk ke dalam ureter dan dapat merusak jaringan ginjal. Batu yang besar akan
merusak jaringan dengan tekanan atau mengakibatkan obstruksi, sehingga terjadi
aliran kembali cairan. Kebanyakan batu ginjal dapat terjadi berulang-ulang 3.
2.5 Epidemiologi
Batu ginjal adalah salah satu penyakit tertua. Nefrolitiasis adalah
masalah global mempengaruhi semua wilayah geografis seluruh dunia. perkiraan
prevalensi 3-5% dan kehidupan perkiraan waktu prevalensi 15-25%. Nefrolitiasis
cenderung berulang di sebagian besar pasien batu ginjal. Tingkat kekambuhan
batu ginjal adalah kira-kira 10% , 50% selama 5-10 tahun dan 75% selama 20
tahun. Tingkat kejadian dari nefrolitiasis bervariasi dengan wilayah geografis
negara individu. Insiden perbandingan batu ginjal pada orang dewasa lebih tinggi
di wilayah barat dibandingkan dengan wilayah timur dari dunia. Risiko tingkat
prevalensi seperti yang dilaporkan di seluruh dunia adalah Arab Saudi 20.1%,
11
USA 13-15%, Kanada 12% dan Europe 5-9% 14, 15. Sekarang ini batu ginjal juga
terjadi pada semua kelompok usia termasuk anak-anak Asia Timur terutama
Makau, Taiwan, Hong Kong dan Cina karena penggunaan berbagai jenis susu dan
produk susu , seperti susu bubuk, susu tercemar melamin, kue yang mengandung
susu, permen dan coklat. Pada tahun 2008 perkiraan 2.9 lakhs kasus didiagnosis
dengan batu ginjal, termasuk anak-anak di bawah usia 3 tahun. Tingkat insiden
tinggi dilaporkan di Timur Tengah (20-25%) karena iklim panas dengan
meningkatkan kemungkinan dehidrasi.
Negara dengan tingkat kejadian dari nefrolitiasis yang
mengkhawatirkan adalah negara-negara pulau Inggris, Eropa Tengah, Utara
Australia, Skandinavia, dan Mediterania. Batu yang membentuk sabuk dunia
dikenalpasti sebagai Mesir, Sudan, Arab Saudi, Iran, UEA, Filipina, India,
Pakistan, Thailand, Myanmar dan Indonesia dengan kasus ginjal batu dalam
semua kelompok usia termasuk anak di bawah 1 tahun usia dan orang dewasa
lebih dari 70 tahun dengan rasio seorang laki-laki dibandingkan perempuan 2:1.
Batu kemih juga terdapat di India Selatan karena asupan tinggi asam dalam diet
biasa 9. Di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 499.800 penduduk Indonesia
menderita penyakit gagal ginjal dan sebanyak 1.499.400 penduduk menderita batu
ginjal 4.
2.6 Patogenesis
a. Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
b. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terdapat dalam urin. Kristal-kristal ini tetap dalam
keadaan metastable / tetap telarut dalam urin jika tidak ada keadaan–keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
12
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hiperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun
anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang
saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian
akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada
epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan,
adanya koloid di dalam urin, laju aliran urin di dalam saluran kemih, atau adanya
benda asing di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu 10.
Nyeri kolik pada area ginjal adalah gejala yang paling umum pada
gejala nefrolitiasis. Lokalisasi dari rasa sakit cenderung berkorelasi dengan posisi
batu di sepanjang saluran kemih dan dapat menyebar ke buah zakar atau labia.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.
Gejala lainnya yang didapatkan ialah nyeri ketok pada costovertebral angle, dan
hematuria mikroskopis dapat ditemukan. Batu struvit (amonium fosfat) umumnya
dikaitkan dengan infeksi proteus, pseudomonas, klebsiella, dan stafilokokus. Batu
ini bahkan disebut infection stone. Batu kalsium fosfat adalah batu lain yang
16
dikaitkan dengan infeksi. Semua batu dapat dihubungkan dengan infeksi akibat
obstruksi dan stasis di proksimal batu. Demam terkait obstruksi saluran kemih
umumnya menunjukkan butuhnya dekompresi. Hal ini dapat dicapat dengan
pemasangan kateter retrograde (mis: double-J kateter). Jika manipulasi
retrograde gagal, pemasangan nefrostomi perkutaneus dibutuhkan. Obstruksi
traktus proksimal umumnya dikaitkan dengan mual dan muntah. Dapat
dibutuhkan cairan intravena untuk mengembalikan keadaan euvolemik. Namun,
cairan intravena tidak boleh digunakan untuk meningkatkan diuresis sebagai
usaha untuk mendorong batu ureter turun ke distal. Diperlukan riwayat yang tepat
dari pasien. Nyeri harus dievaluasi, termasuk onset, karakter, radiasi, dan aktivitas
yang dapat memperberat atau memperingan nyeri, mual dan muntah, hematuri,
dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Pasien dengan riwayat batu sebelumnya
umumnya mengalami nyeri yang sama dengan sebelumnya, namun hal ini tidak
selalu terjadi 8
langsung dari batu yang lewat. Dengan ultrasonografi, itu harus dipertimbangkan
batu-batu kecil ( 5 mm) dan batu distal lebih mungkin untuk dilewatkan 9.
laboratorium darah dapat diperiksa kreatinin darah untuk menilai fungsi ginjal.
Dapat juga diperiksa :
Natrium (pemasukan normal: 100 mEq per hari) dan klorida (pemasukan normal
100 mEq per hari)
Kalium (pemasukan normal 40 – 60 mEq per hari)
Kalsium (pemasukan normal <= 250 – 300 mg per hari)
Magnesium (pemasukan normal 30 – 120 mg per hari)
Oksalat (pemasukan normal < 45 mg per hari). Ditemukan pada malabsorpsi
lemak di usus dan setelah operasi bariatrik. Nilai > 100 mg/hari mengindikasikan
adanya hiperoksaluria primer
Asam urat (pemasukan normal 600 – 800 mg per hari). Ditemukan pada diet
tinggi purin seperti daging, hewan ternak dan ikan
Sulfat (pemasukan normal <=25 – 30 mmol). Sebagai penanda diet kaya asam
2.9 Penatalaksanaan
a. Farmakologis 13
Diuretik tiazid.
Kalium sitrat.
Sitrat dapat mengurangi risiko kekambuhan batu terutama batu kalsium. Dari
catatan, dalam 4 percobaan, pasien diberikan peningkatan asupan cairan, dan
19
Pengobatan kolik ginjal akut atau saluran termasuk terapi konservatif, seperti
hidrasi, analgesia dan antiemetics.
Investigasi dalam skala yang lebih besar sebelum penggunaannya lebih luas
diperlukan dan sedang berlangsung.
atau sangat proksimal di lokasi dan juga tidak responsif terhadap terapi medis
memerlukan intervensi bedah atau lebih tepatnya, pemindahan batu aktif .
Non Farmakologis 14 15
Gelombang kejut yang dibuat di luar tubuh dan masuk melalui jaringan kulit dan
tubuh sampai mereka berhenti pada batu yang lebih padat. Batu-batu tersebut
terurai menjadi partikel kecil yang keluar dengan mudah lewat saluran kemih
dalam urin. ESWL biasanya dilakukan secara rawat jalan. Waktu pemulihan yang
relatif singkat, dan kebanyakan orang dapat melanjutkan kegiatan normal dalam
beberapa hari kemudian. Namun banyak orang akan melihat ada darah dalam urin
mereka selama beberapa hari setelah perawatanomplikasi dapat terjadi dengan
prosedur ESWL. Terdapatnya memar dan sedikit ketidaknyamanan di daerah
punggung atau perut akibat gelombang kejut. Untuk mengurangi risiko
komplikasi, pasien biasanya diberitahu untuk menghindari aspirin dan obat-obatan
lainnya yang mempengaruhi pembekuan darah selama beberapa minggu sebelum
pengobatan. Kadang partikel batu yang hancur menyebabkan penyumbatan kecil
dari saluran kemih yang memerlukan penempatan stent (sebuah tabung kecil jala
yang digunakan untuk mengobati arteri sempit atau lemah) ke dalam ureter untuk
membantu keluarnya potongan-potongan kecil tersebut. Jika batu ginjal tidak
sepenuhnya hancur dengan satu pengobatan, pengobatan lanjutan sejenis mungkin
diperlukan.
23
PCNL sering digunakan ketika ukuran batu cukup besar atau di lokasi yang tidak
memungkinkan untuk penggunaan efektif ESWL. Dalam prosedur ini, ahli bedah
membuat sayatan kecil di bagian belakang tubuh yang menghasilkan sebuah
terowongan langsung ke ginjal. Dokter bedah menggunakan suatu nephroscope
(instrumen dimasukkan ke dalam sayatan di dalam panggul ginjal untuk melihat
bagian dalam ginjal) untuk menemukan dan mengeluarkan batu. Sebuah tabung
kecil yang disebut tabung nephrostomy akan ditinggal dalam ginjal selama
beberapa hari. Keuntungan dari prosedur percutaneous nephrolithotomy adalah
bahwa beberapa potongan kecil batu ginjal dapat dikeluarkan secara langsung,
bukan semata-mata mengandalkan cara keluar alami mereka dari ginjal.
24
Nefroskopi
(prosedur yang melibatkan penggunaan perangkat kecil yang fleksibel atau kaku
yang disebut nefroskopi untuk melihat dan mengeluarkan batu ginjal) mungkin
diperlukan untuk batu-batu ureter bagian tengah dan bawah. Dokter bedah
menggunakan nefroskopi, suatu instrumen serat optik kecil, melalui uretra dan
kandung kemih ke ureter untuk mencari dan memotong batu dengan energi laser
dan mengeluarkannya dengan suatu keranjang mirip kurungan. Sebuah stent kecil
dapat dibiarkan dalam ureter selama beberapa minggu untuk memperlancar aliran
urin.
25
Aneurisma Nyeri tiba-tiba yang menyebar ke belakang dan bisa sampai pingsan
aorta
abdominalis USG menunjukkan dilatasi aorta abdominalis (>5 cm)
Keputihan
USG dapat menunjukkan massa adneksa
Mialgia pada
punggung Nyeri dapat berubah pada palpasi
2.11 Komplikasi
2.12 Pencegahan
Makanan berisiko tinggi: Risiko batu ginjal meningkat dengan
peningkatan konsumsi natrium harian. Diet tinggi sodium dapat memicu batu
ginjal karena meningkatkan jumlah kalsium dalam urin karena natrium ekstra
menyebabkan kehilangan lebih banyak kalsium dalam urin. Diet rendah sodium
dianjurkan untuk kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat. Alih-alih mengurangi
asupan kalsium, fokus pada pembatasan natrium yang dipasangkan dengan
makanan kaya kalsium dan kaya oksalat akan bermanfaat. Pedoman saat ini
menyarankan membatasi total asupan sodium harian menjadi 2.300 mg. Pasien
dengan kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat harus membatasi asupan natrium
mereka ke tingkat RDA AS, bersama dengan obat-obatan. Makanan olahan
kalengan atau komersial serta makanan siap saji dan cepat saji adalah sumber
natrium "Tersembunyi". Terlalu sedikit kalsium diet juga dapat menyebabkan
kadar oksalat meningkat dalam darah. Untuk mencegah hal ini, jumlah kalsium
harus sesuai dengan kelompok usia. Lebih dari 50 tahun lebih tua orang harus
mengkonsumsi 1.000 mg kalsium hari G1, bersama dengan 800-1.000 IU vitamin
D untuk membantu tubuh menyerap kalsium.
Protein hewani, seperti daging merah, unggas, telur dan makanan laut
memiliki konsentrasi purin yang tinggi. Asupan purin tinggi mengarah ke
produksi asam urat yang lebih tinggi yang bisa terakumulasi sebagai kristal di
sendi, atau sebagai batu di ginjal.
29
Batu ginjal kalsium oksalat adalah jenis batu ginjal yang terkemuka.
Oksalat secara alami ditemukan dalam banyak makanan, termasuk buah-buahan
dan sayuran seperti bit, coklat, bayam, teh dan kebanyakan kacang kaya akan
oksalat dan soda kaya akan fosfat, yang keduanya dapat berkontribusi pada batu
ginjal. Orang-orang yang rentan menderita batu disarankan untuk menghindari
makanan ini atau untuk mengkonsumsi dalam jumlah yang lebih kecil. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa membatasi makanan oksalat tinggi dapat
membantu mengurangi kemungkinan terbentuknya batu oksalat lebih lanjut.
Makan dan minum makanan yang kaya kalsium dan oksalat bersama selama
makan adalah pendekatan yang lebih baik daripada membatasi oksalat sepenuhnya
karena oksalat dan kalsium lebih mungkin untuk mengikat di perut dan usus
sebelum ginjal mulai diproses sehingga semakin kecil kemungkinan batu ginjal
akan terbentuk. .
lain seperti minuman jeruk juga membantu mencegah batu ginjal. Beberapa
penelitian menunjukkan minuman jeruk seperti limun dan jus jeruk melindungi
terhadap batu ginjal karena mengandung sitrat, yang menghentikan kristal dari
tumbuh menjadi batu. Sitrat dalam urin dapat mencegah kalsium dari mengikat
dengan konstituen lain yang mengarah ke batu. Dalam cuaca yang lebih panas,
pasien diminta untuk minum lebih banyak air untuk mengganti cairan yang keluar
dari keringat. Untuk populasi normal, makanan dan minuman tertentu tidak
mungkin memicu batu ginjal kecuali dikonsumsi dalam jumlah yang sangat
tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C dalam
jumlah besar dalam bentuk suplemen berisiko lebih rendah pada batu ginjal
karena tubuh mengubah vitamin C menjadi oksalat. Perhatian harus dilakukan
dengan konsumsi vitamin C, vitamin D, minyak hati ikan atau suplemen mineral
yang mengandung kalsium karena suplemen ini dapat meningkatkan
kemungkinan pembentukan batu pada beberapa orang. B6 sebenarnya dapat
membantu orang dengan oksalat tinggi urin 16
2.13 Prognosis
Prognosisnya: batu ginjal sering menimbulkan gejala rasa sakit yang
hebat, tapi biasanya setelah dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan permanen.
Memang sering terjadi kambuh lagi, terutama bila tidak diketahui penyebabnya
dan tidak mendapatkan pengobatan 17.
31
DAFTAR PUSTAKA
1 Purnomo, Basuki. 2011. Dasar – dasar Urologi edisi ketiga. Jakarta: Sagung
Seto.
2 Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.
6 Scanlon, V., Sanders, T. 2007. Essential of anatomy and physiology 5th ed. US:
FA Davis Company.
7 Guyton, A. dan Hall, J. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
8 Stoller, ML. 2008. Urinary stone disease. In: Tanagho EA, McAninch JW,
editors. Smith’s general urology. 17th Edition. New York: McGraw-Hill
Medical.
17 Tan, Judy Ann.,E. Lerma. 2015. Nefrolitiasis for primary care physician.
Artikel. Elsevier.