Anda di halaman 1dari 13

1.

Latar Belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain ( Gail W. Stuart, 2007). Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu
yang menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
(Rowlins, 1993 dalam Eka, 2014).Dimana individu yang mempunyai mekanisme
koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan
individu yang mempunyai mekanisme koping maladaptif (skizofrenia), bila tidak
segera mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-
masalah yang lebih banyak dan lebih buruk. (Keliat, 2015) menjelaskan bahwa
untuk peningkatan sosialisasi pada pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
pemberian terapi aktifitas kelompok sosialisasi.
Hasil survey kesehatan Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa
185 orang per 1000 penduduk di Indonesia mengalami skizofrenia (ringan sampai
berat). Berdasarkan survey dirumah sakit jiwa, masalah keperawatan yang paling
banyak ditemukan adalah menarik diri (17,91 %), halusinasi (26,37 %), perilaku
kekerasan (17,41 %), dan harga diri rendah (16,92%).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh menarik diri pada pasien skizofrenia
adalah; 1)kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, 2) Gangguan hubungan
interpersonal, 3) Gangguan interaksi sosial, 4) resiko perubahan persepsi sensori
(halusinasi). Bila pasien menarik diri tidak cepat teratasi maka akan dapat
membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain (Keliat, 2015).
Penatalaksanaan pasien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan salah satunya
dengan pemberian intervensi Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi, yang
merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas
secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian 2 adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan
ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian
besar peserta. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi kemampuan pasien dalam meningkatkan sosialisasi.Dari latar
belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat melaksanakan Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.

1
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus :
1) Pasien mampu memperkenalkan diri
2) Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3) Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
5) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain.
6) Pasien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
7) Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan tentang
TAKS yang telah dilakukan
3. Landasan Teori
a. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau
dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 2008). Terapi aktivitas
kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai terget asuhan
(Kelliat, 2009).
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi yang berupaya
memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
(Purwaningsih& Karlina, 2010: 77-79).
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi memiliki tujuan :

2
1) Tujuan Umum
Terapi ini adalah meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
2) Tujuan Khusus
Penderita mampu menyebutkan identitasnya, menyebutkan identitas penderita
lain, memberi respons terhadap penderita lain, mengikuti aturan main, serta
penderita mampu mengemukakan pendapat dan perasaannya.
b. Jenis – Jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi Aktivitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling
banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut :
1) TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai
pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik).
3) TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori).
4) TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah
mengontrolhalusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada
realita dan sehat secara fisik).
5) TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
6) TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR) .
7) TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat
mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat
berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik).
c. Tahapan – Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh
dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase
prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi
kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).
1) Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok

3
yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah
minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk
mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran
baru.Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi
tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.Sementara Tukman
(1965) dalam Stuart dan Laraia (2008) juga membaginya dalam tiga fase,
yaitu forming, storming, dan norming.
a. Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-
masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak
dengan anggota.
b. Tahap Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan
membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah
perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c. Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan
lebih intim satu sama lain (Keliat, 2015).
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil
dan realistis(Keliat, 2015). Pada akhir fase ini, anggota kelompok
menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai
percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
4) Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-
hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2015).

4
d. Sasaran Terapi Aktivitas Kelompok
1. Kriteria inklusi
a) Klien menarik diri yang pernah diberi terapi aktivitas kelompok
sosialisasi namun hanya sampai sesi pertama atau sesi kedua.
b) Klien menarik diri yang tidak pernah diberi terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
c) Klien yang kurang berminat atau tidak ada inisiatif mengikuti kegiatan
ruangan
d) Klien menarik diri bersedia menjadi peserta
e) Klien menarik diri dengan gangguan dalam berkomunikasi verbal
f) Klien kontak sosial kurang
g) Klien yang tenang dan kooperatif
h) Klien yang mau berinteraksi dan sehat secara fisik
i) Klien menarik diri dalam tahap rehabilitasi.
2. Kriteria eksklusi
a) Klien gangguan jiwa dengan diagnosa lainnya seperti halusinasi,
waham, perilaku kekerasan, harga diri rendah, resiko bunuh diri dan
defisit perawatan diri.
b) Klien menarik diri pada masa akut
c) Klien menarik diri yang tidak bersedia menjadi peserta.
3. Proses seleksi
a) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
b) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
c) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok
e. Aktivitas
Aktivitas TAK Sosialisasi, dimana aktivitas yang dilakukan ada dua sesi berupa
memperkenalkan diri dan menanyakan diri anggota kelompok.

5
Klien yang mempunyai indikasi TAK Sosialisasi adalah klien yang menarik diri
dengan gangguan komunikasi verbal, kontak sosial kurang dan klien yang mau
berinteraksi serta sehat secara fisik.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi terdiri dari 7 sesi yaitu :
1. Sesi I
Tujuan : Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2. Sesi 2
Tujuan :
a. Memperkenalkan diri sendiri,nama panggilan,asal dan hobi.
b. Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap,nama
panggilan.asal dan hobi.
3. Sesi 3
Tujuan :
a. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
b. Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu anggota
kelompok.
c. Klien mampu menjawab tentang kehidupan pribadi sendiri.
4. Sesi 4
Tujuan :
a. Menyampaikan topic yang ingin dibicarakan.
b. Memilih topic yang ingin dibicarakan.
5. Sesi 5
Tujuan :
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan
oranng lain:
a. Menyampaikan masalah pribadi.
b. Memilih satu masalah untuk dibicarakan.
c. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih .

6
6. Sesi 6
Tujuan : Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
a. Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain.
b. Menjawab dan member pada orang lain sesuai dengan permintaan.
7. Sesi 7
Tujuan :
a. Tujuan Umum :Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus : Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan kelompok yang telah dilakukan.
4. Pengorganisasian
a. Leader : Roya Restono
b. Co Leader : Pinarita
c. Observer : Natalono
d. Fasilitator 1 : Ernawati
e. Fasilitator 2 : Veliria Sulistyowati
f. Fasilitator 3 : Retti Dwitria Wilda
g. Operator : Irwansyah
Peran dan Fungsi Terapis :
1. Leader
Tugas :
a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
c. Membuka acara.
d. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
e. Memimpin diskusi kelompok.
f. Menutup acara diskusi.

7
2. Co Leader
Tugas :
a. Mendampingi Leader.
b. Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking.
c. Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
3. Observer
Tugas :
a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia).
b. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.
4. Fasilitator
Tugas :
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya terapi.
5. Operator
Tugas :
a. Mengatur alur permainan (Menghidupkan dan mematikan musik).
b. Timer (Mengatur waktu).
5. Pelaksanaan TAK Sosialisasi Sesi I dan II
a. Hari/Tanggal : Kamis, 15 November 2018
b. Waktu : pkl. 11.00 – 12.00 wita
c. Tempat : Musholla ruang Program Khusus Napza Pria
d. Setting tempat :
L
Ob
CL

K
K

F
K

K
F
K
K F
Op

8
Keterangan Gambar :
L : Leader
CL : Co leader
F : Fasilitator
Ob : Observer
Op : Operator
K : Klien

1. Tata Tertib
Tata Tertib Pelaksanaan TAKS
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAKS sampai dengan selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai.
c. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
d. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAKS berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAKS selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah habis,
sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAKS.
6. Media dan Alat
a. Papan nama sejumlah klien dan terapis dalam TAK
b. Formulir/jadwal kegiatan
c. Lembar observasi

9
7. Langkah Kegiatan

No Kegiatan Alokasi waktu


1 Persiapan : 5 menit
a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai
indikasi
b. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta
duduk melingkar dalam suasana ruang yang
tenang dan nyaman).
2 Orientasi : 5 menit
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Menanyakan perasaan klien hari ini
c. Menjalankan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan awal
sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus
meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Masing-masing menyebutkan jati diri
3 Tahap kerja : 30 menit
a. Jelaskan kegiatan yaitu nyanyi bersama
sebuah lagu. Leader akan menjelaskan
sebuah permainan yaitu mengikuti gerakan
leader jika ada anggota kelompok yang tidak
fokus maka memperkenalkan diri dan
berkenalan.
b. Mulai menyanyi bersama dan permainan
dimulai
c. Pada saat leader memulai permainan,

10
anggota kelompok yang tidak fokus dalam
permainan mendapat giliran untuk
menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan, hoby, dan asal di mulai dari
terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas atau papan
nama dan tempel
e. Ulangi sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan dan
hadiah.

4 Tahap terminasi : 5 menit


a. Evaluasi :
1) Terapis menanyakan perasaan pasien
setelah mengikuti TAK
2) Terapi memberi pujian atas pencapaian
kelompok
b. Rencana tindak lanjut :
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok
melatih memperkenalkan diri kepada
orang lain di kehidupan sehari-hari.
2) Masukkan kegiatan memperkenalkan diri
pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang :
1) Menyepakati kegiatan berikut yaitu
berkenalan dengan anggota kelompok.
2) Menyiapkan waktu dan tempat

Total Waktu pelaksanaan :


45 menit

11
8. Antisipasi Masalah
Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
1. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
a) Memanggil pasien.
b) Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau pasien yang lain.
2. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
a) Panggil nama pasien.
b) Tanya alasan pasien meninggalkan permainan.
c) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien
boleh kembali lagi.
3. Bila ada pasien lain ingin ikut
a) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang telah
dipilih.
b) Katakana pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh pasien tersebut.
c) Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut.
9. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a) Tim berjumlah 7 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader/operator, 3
fasilitator, 1 observer, 1 operator.
b) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
c) Klien, tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik klien untuk melakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
2. Evaluasi Proses
a) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
b) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien.
c) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannya permainan.

12
d) Tidak ada anggota peserta yang meninggalkan proses TAK
e) Peserta mengikuti tata tertib TAK
3. Evaluasi Hasil
a) Keaktifan klien mengikuti TAK 95 %
b) Peserta mau berkenalan dan memperkenalkan diri
c) Peserta mengingat nama peserta lainnya.

13

Anda mungkin juga menyukai