Abstract
are often not typical child . Enforcement of pulmonary TB diagnosis can be made by history,
physical examination , and investigations . Enforcement of diagnosis and management quick and
could endanger the lives. However, prolonged treatment of TB often causes patients to disobey
the treatment, that will cause resistance to anti-tuberculosis drugs.which are divided into three
Resistance(TDR)
Abstrak
diagnosa TB paru dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang. Penegakan diagnosa serta penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat penting dalam
kasus TB paru, terutama untuk mencegah timbulnya komplikasi yang dapat membahayakan.
Namun pengobatan TB yang lama sering kali membuat penderita TB tidak patuh dalam
pengobatan, sehingga akan menimbulkan resistensi terhadap obat anti tuberculosis. Yang
dibedakan dalam tiga kategori yaitu Multi-Drug Resistance (MDR), Extensive-Drug Resistance
Page 1 of 22
Kata Kunci: Tuberkulosis, resisten TB
Pendahuluan
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberkulosis, sebagian besar menyerang paru karena bakteri tersebut bersifat
aerob dan penularannya yang bersifat inhalasi, sehingga disebut Tuberkulosis paru. Selain
menyerang paru, tuberkulosis juga dapat menyerang organ selain paru seperti tulang, kulit,
Terapi untuk tuberkulosis sudah ditemukan dan digunakan dengan cara kombinasi untuk
menghindari resistensi oba. Karena tuberkulosis merupakan penyakit kronik maka waktu
pengobatan bersifat jangka lama dan rutin. Karena beberapa faktor seperti pasien yang lalai,
pengobatan yang tidak sesuai dosis dan yang lainnya semasa pengobatan dapat menyebabkan
resistensi obat. Selain itu jangka waktu yang lama juga sering membuat pasien berhenti
mengkonsumsi obat (putus obat) sewaktu menjalani pengobatan sehingga terjadi kegagalan
pengobatan.
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dan pasien atau keluarganya/orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan
dengan penyakitnya. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau
pada pasien dibawah umur atau pasien yang tidak kompeten untuk menjawab pertanyaan dari
- Identitas pasien
- Keluhan utama
Page 2 of 22
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat pribadi
Hasil anamnesis : pernah mengkonsumsi OAT selama 2bulan (putus obat), sekarang dalam
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Pernapasan : 22x/menit paru kanan rh +/-, wheezing rh -/-, cor 1-2 murni regular,
Pemeriksaan Penunjang
HT : 30%
Page 3 of 22
Trombosit : 160.000
Leukosit : 9900
LED : 70ml/jam
Pada kasus ini karena sudah diketahui sebelumnya pasien menderita TB maka dilakukan
Pemeriksaan darah tidak spesifik. Pada tuberkulosis baru didapatkan jumlah leukosit
sedikit meningkat, hitung jenis pergeseran ke kiri dan LED yang mulai meningkat
Pemeriksaan serologi
Kurang meyakinkan untuk diagnosis tunggal TB. Uji ini untuk melihat ada
dilekatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir ini dimasukkan kedalam
serum pasien. Jika terdapat antibodi spesifik LAM maka terdapat perubahan
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting untuk menemukan kuman BTA, yang merupakan
diagnosis TB pasti. Selain untuk diagnosis pemeriksaan sputum bisa digunakan untuk
evaluasi pengobatan. Pada pemeriksaan ini dianjurkan 1 hari sebelum pemeriksaan pasien
disuruh agar minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan reflex batuk. BTA sputum juga
bisa didapat dari bilasan lambung. Kriteria sputum positif apabila sekurang-kurangnya
Page 4 of 22
ditemukan 3 batang kuman tahan asam pada satu sediaan. Pewarnaan yang dianjurkan
dengan Tan Tiam Hok (TTH) yang merupakan modifikasi dari Kinyoun dan Gabbet.
Tes Tuberkulin
diagnosis pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux dengan cara
berkekuatan 5. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah
Dasar tes ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberculin disuntikkan
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit yang
merupakan reaksi pesenyawaan antara antibodi selular dengan antigen tuberculin. Banyak
sedikitnya reaksi dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin besar pengaruh antibodi
humoral maka makin kecil indurasi yang timbul. Hasil tes Mantoux: 1. Indurasi 015mm
Mantoux positif, 4. Indurasi lebih dari 15mm Mantoux positif kuat. Kelemahan tes ini
bisa memberikan positif palsu pada pemberian vaksin BCG atau terinfeksi
Mycobacterium lainnya. Dan lebih banyak didapatkan negatif palsu karena pasien baru 2-
10minggu terpapar tuberkulosis, usia tua, malnutrisi, penyakit keganasan, HIV dan lain
lain.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini merupakan cara praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi
biasanya pada apeks paru, atau jika didaerah hilus dapat menyerupai tumor. Gambaran
radiologi awal berupa bercak-bercak seperti awan, dengan batas yang tidak jelas. Bila lesi
Page 5 of 22
sudah diikuti jaringan ikat, maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas.
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu infeksi kronik yang ada pada manusia yang hampir
dapat menyerang seluruh organ manusia, namun paling banyak menyerang pada paru paru.
Pertama kali Robert Koch mengidentifikasi basil tahan asam (BTA) Mycobacterium tuberkulosis
sebagai bakteri penyebab TB ini. M.tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um, sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak
(membuat bakteri lebih tahan terhadap asam), peptidoglikan dan arabinomannan. M. tuberculosis
bersifat aerob (dalam hal ini tekanan oksigen pada apical paru-paru lebih tinggi dari bagian lain
sehingga bagian ini menjadi tempat predileksi penyakit TB), tahan gangguan kimia, fisis, tahan
hidup pada udara kering dan dingin (pada lemari es dapat bertahan bertahun-tahun) dan bersifat
dormant (bisa bangkit kembali menjadi aktif lagi). Penularan TB sebagian besar melalui droplet
yang mengandung BTA dari pasien TB yang batuk berdahak atau berdarah melalui inhalasi.
Sedangkan pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung.2
Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Penularan TB paru terjadi karena kuman dikeluarkan saat penderita batuk atau bersin menjadi
droplet nuclei dalam udara sekitar yang dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembabannya. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhasi-hari sampai berbulan-bulan. Bila
Page 6 of 22
partikel ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru.
Partikel lalu masuk ke alveolar bila ukuran kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan bertemu
neutrofil lalu makrofag, kebanayakn kuman akan mati atau dibersihkan oleh makrofag, yang
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama dengan gerakan sekretnya. Namun bila kuman
tidak mati, maka kuman menetap dijaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghan. Sarang
primer ini dapat berada di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura maka
terjadilah efusi pleura. Kuman juga dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring, dan kulit. Selanjutnya terjadi limfadenopati regional, kemudian kuman masuk ke
dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk arteri
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer limfangitis lokal + limfadenitis regional membentuk komplek primer (ranke). Semua
proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini bisa menjadi :2
hilus, keadaan ini dapat terjadi pada lesi yang luasnya diatas 5mm dan 10% diantaranya
bronkogen pada pagu yang bersangkutan maupun paru disebelahnya, tertelan bersama
Page 7 of 22
sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen dan hematogen (ke organ
tubuh lainnya)
Tuberkulosis Sekunder
Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai
90%. TB sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti pada malnutrisi, alcohol,
keganasan, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal. TB sekunder dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di regio atas paru (apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah
Sarang dini mulai-mula membentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu
menjadi tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel datia
langhans (sel besar banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan
ikat.2
TB sekunder juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua.
Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien. Sarang dini dapat menjadi:2
2. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera sembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.
Ada yang membungkus menjadi keras dan menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang
meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar dan bagian
tengah menjgalami nekrosis, menjadi lembek dan membentuk jaringan keju yang jika
dibatukkan keluar akan menjadi kavitas. Kavitas mula-mula berdinding tipis. Lama-lama
menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, menjadi kavitas
sklerotik (kronik). Bisa terjadi karena hidrolisis dari protein lipid dan asam nukleat oleh
Page 8 of 22
ensim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan dari sitokin dengan
TNF-nya.
1. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas masuk ke
arteri makan akan terjadi TB milier. Dapat juga masuk keparu sebelahnya atau tertelah
masuk ke lambung dan menjadi TB usus. Bila rupture pleura maka bisa terjadi TB
2. Memadat dan membungkus menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi
3. Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh
membungkus diri menjadi kecil, menciut, dan seperti bintang disebut stellate shaped.
3. Sarang yang berada pada aktif dan sembuh. Sarang ini dapat sembuh spontan, tetapi
karena dapat eksaserbasi kembali maka diberi pengobatan yang sempurna juga.
Perjalanan Penyakit
Basil tuberculosis masuk ke dalam tubuh yang belum mempunyai kekebalan. Selanjutnya
tubuh mengalami perlawanan dengan cara yang umum yaitu melalui infiltrasi sel-sel radang ke
jaringan tubuh yang mengandung basil tuberculosis. Ini disebut reaksi non spesific dan
berlangsung kurang lebih 3-7 minggu. Setelah reaksi non spesific dilampaui reaksi tubuh
Page 9 of 22
memasuki tahap alergis pada saat itu tubuh sudah menunjukan gejala yang khas yaitu tanda-
Terjadi pada 43,3% dari kasus TBC, secara radiologis tidak tampak kelainan, uji
Kelainan radiologis terdapat pada parenkim paru dan pleura,didapatkan pada 37,5%
kasus.
Gejala Klinis
serangan demam bersifat hilang timbul, sehingga pasien merasa tidak pernah lepas dari
serangan demam. Keadaan ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dengan berat
Batuk/ batuk darah gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk radang keluar. Mungkin batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah beberapa
minggu atau beberapa bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(nonproduktif) menjadi batuk darah karena pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
Page 10 of 22
dari batuk berdarah terjadi pada kavitas tetapi juga dapat terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
Sesak napas pada TB ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas
pastu ditemukan pada TB lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-
paru.
Nyeri dada gejala yang agak jarang ditemukan. Namun bisa timbul akibat infiltrasi
malaise yang berupa anoreksia, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan hilang timbul tidak
beraturan.
Epidemiologi
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-4 di dunia setelah India,
Cina, dan Afrika Selatan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,7% dari total
jumlah pasien TB dunia, dengan setiap tahun didapatkan 450.000 kasus baru dan 65.000
kematian. Prevalens TB resisten OAT ganda (multidrug resistance= MDR) di antara kasus TB
baru adalah sebesar 2%, dan di antara kasus pengobatan ulang adalah sebesar 12%, sesuai
Klasifikasi TB
Berdasarkan lokasi:6
Page 11 of 22
TB ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim paru seperti
Tuberkulosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrate non kavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
Moderately advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4cm.
jumlah infiltra bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar
Far advanced tuberculosis, terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan pada
Kategori 0 : tidak pernah terpajang dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes
tuberculin negatif.
Kategori I : terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Riwayat kontak
Kategori II : terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologi
Indonesia)2
Tuberkulosis paru
Page 12 of 22
o TB paru tersangka yang diobati sputum BTA negatif tetapi tanda-tanda lain
positif
o TB paru tersangka yang tidak diobati sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain
juga meragukan.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka sudah harus dipastikan apakah TB aktif atau bekas TB. Dalam
1. Status bakteriologi
Kategori I
Kategori II
o Kasus kambuh
Kategori III
Kategori IV TB kronik
Page 13 of 22
Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan TB sebelumnya atau
Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang pernah mendapatkan
Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan dan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan telah selesai dan ditegakkan diagnosis
TB rekuren
Kasus putus obat adalah pasien yang pernah mendapatkan pengobatan 1bulan atau lebih
dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2bulan atau tidak dapat dilacak pada akhir
pengobatan.
Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang tidak
Kasus TB dengan HIV positif adalah kasus TB konfirmasi bakteriologis atau klinis yang
memiliki hasil positif untuk tes HIV atau saat ditegakkan diagnosis TB pasien memiliki
Kasus TB dengan HIV negatif adalah kasus TB konfirmasi bakteriologis atau klinis
Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus TB yang tidak memiliki hasil
tes HIV.
Page 14 of 22
Tuberkulosis resisten obat
Kasus TB diklasifikasikan dalam kategori berdasarkan uji resistensi obat dari isolat klinis
Monoresisten: isolat M. tuberculosis kebal terhadap salah satu OAT lini pertama.
Poliresisten: isolat M.tuberculosis kebal dua atau lebih OAT lini pertama selain
isolat M. tuberculosis resisten minimal terhadap isoniazid and rifampisin yaitu OAT yang
paling kuat dengan atau tanpa disertai resisten terhadap OAT lainnya.
resisten obat ganda yang disertai resisten terhadap salah satu fluorokuinolon dan salah
satu dari tiga obat injeksi lini kedua (amikasin, kapreomisin atau kanamisin).
fenotipik dan genotipik, dengan atau tanpa resisten terhadap OAT lain. Apapun dengan
resisten rifampisin termasuk dalam kategori ini, baik monoresisten, poliresisten, resisten
1. Kasus kronik atau pasien gagal pengobatan dengan OAT kategori II.
2. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan ketiga dengan OAT
kategori II.
Page 15 of 22
3. Pasien yang pernah diobati TB secara substandar di fasyankes tanpa DOTS, termasuk
5. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan OAT kategori
I.
6. Kasus TB kambuh.
7. Pasien yang kembali setelah lalai pada pengobatan kategori I dan / atau kategori II,
8. Pasien suspek TB dengan keluhan yang tinggal dekat pasien TB resisten obat ganda
konfirmasi termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB resisten obat ganda,
9. Pasien koinfeksi TB-HIV, yang tidak memberikan respons klinis terhadap pengobatan
TB dengan OAT lini pertama. Diagnosis TB resisten obat ganda dipastikan berdasarkan
hasil uji resistensi dari laboratorium dengan jaminan mutu eksternal. Semua suspek TB
resisten obat ganda diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan
dan uji resistensi. Jika hasil uji kepekaaan terdapat M. tuberculosis yang resisten minimal
terhadap rifampisin dan isoniazid maka dapat ditegakkan diagnosis TB resisten obat
ganda.
Mencegah kekambuhan TB
Page 16 of 22
WHO merekomendasikan obat kombinasi dosis tetap (KDT) untuk mengurangi risiko terjadinya
TB resisten obat akibat monoterapi. Dengan KDT pasien tidak dapat memilih obat yang
diminum, jumlah butir obat yang harus diminum lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan
ketaatan pasien dan kesalahan resep oleh dokter juga diperkecil karena berdasarkan berat
badan.2,8Dosis harian KDT di Indonesia distandarisasi menjadi empat kelompok berat badan 30-
Dosis rekomendasi
*pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700mg perhari, beberapa
pedoman merekomendasikan dosis 10mg/kgBB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan
BB dibawah 50kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750mg perhari.
WHO merekomendasikan paduan 2RHZE/4RH (kategori atau lini pertama) yaitu 2 bulan
rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol dan dilanjutkan 4 bulan rifampisin, isoniazid yang
diberikan secara intermiten 3 kali seminggu pada pasien dengan TB paru kasus baru dengan
alternatif paduan 2RHZE/4R3H3 yaitu 2 bulan rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol dan
Page 17 of 22
dilanjutkan 4 bulan rifampisin, isoniazid yang harus disertai pengawasan ketat secara langsung
Penderita relaps
o Pada TB paru kasus relaps mengunakan 5 macam OAT pada fase intensif selama
3 bulan. Lama pengobatan fase lanjutan 5bulan atau lebih. Paduan obat yang
5R3H3E3)
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat pasien akan dimulai
pengobatan dihentikan
paru lainnya.
Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat
Page 18 of 22
Bila BTA positif, pengobatn dimulai dari awal sesuai paduan obat yang
diteruskan.
Paduan obat standar TB resisten obat ganda di Indonesia adalah minimal 6 bulan fase
sikloserin dan dilanjutkan 18 bulan fase lanjutan dengan paduan obat pirazinamid, etambutol,
dan pirazinamid dapat diberikan namun tidak termasuk obat paduan standar, bila telah terbukti
Pengobatan TB resisten obat ganda dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif dan lanjutan.
Lama fase intensif paduan standar Indonesia adalah berdasarkan konversi biakan. Obat suntik
(kanimisin, amikasin, kapreomisin yang bersifat bakterisidal) diberikan selama fase intensif
diteruskan sekurang-kurangnya 6 bulan atau minimal 4 bulan setelah konversi biakan. Namun
rekomendasi WHO tahun 2011 menyebutkan fase intensif yang direkomendasikan paling sedikit
8 bulan. Pendekatan individual termasuk hasil biakan, apusan dahak BTA, foto toraks dan
keadaan klinis pasien juga dapat membantu memutuskan menghentikan pemakaian obat suntik.
Sedangkan total lamanya pengobatan paduan standar yang berdasarkan konversi biakan adalah
meneruskan pengobatan minimal 18 bulan setelah konversi biakan. Namun WHO tahun 2011
Semua pasien harus dipantau untuk menilai respons terapi. Pemantauan yang regular
akan memfasilitasi pengobatan lengkap, identifikasi dan tata laksana reaksi obat yang tidak
Page 19 of 22
diinginkan. Semua pasien, PMO dan tenaga kesehatan sebaiknya diminta untuk melaporkan
gejala TB yang menetap atau muncul kembali, gejala efek samping OAT atau terhentinya
pengobatan. Berat badan pasien harus dipantau setiap bulan dan dosis OAT disesuaikan dengan
perubahan berat badan. Respons pengobatan TB paru dipantau dengan apusan dahak BTA.Perlu
dibuat rekam medis tertulis yang berisi seluruh obat yang diberikan, respons bakteriologis,
resistensi obat dan reaksi tidak diinginkan untuk setiap pasien pada Kartu Berobat TB. WHO
merekomendasi pemeriksaan apusan dahak BTA pada akhir fase intensif pengobatan untuk
pasien yang diobati dengan OAT lini pertama baik kasus baru dan pengobatan ulang. Apusan
dahak BTA dilakukan pada akhir bulan kedua (2RHZE/4RH) untuk kasus baru dan akhir bulan
ketiga (2RHZES/1RHZE/5RHE) untuk kasus pengobatan ulang. Rekomendasi ini juga berlaku
Apusan dahak BTA positif pada akhir fase intensif mengindikasikan beberapa hal
berikut ini:6
Resolusi lambat karena pasien memiliki kavitas besar dan jumlah kuman yang banyak.
Pencegahan
Page 20 of 22
Vaksin BCG adalah strain M. bovis yang dilemahkan. Dosis yang diberikan 0,1mg dalam
0,1 ml secara intradermal yang dapat menimbulkan reaksi kulit dalam 2-3minggu.
Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain
Ventilasi ruangan. Kuman TBC menyebar lebih mudah dalam ruang tertutup kecil di
mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, membuka jendela dan
Tutup mulut menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja
Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditanganin dengan benar akan menimbulkan komplikasi dini dan
lanjut, komplikasi dini yaitu pleuritis, efusi pleuira, empiema, dan lainnya. Komplikasi lanjut
yaitu obstruksi jalan napas (SOPT Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), karsinoma paru, dan
lainnya.2
Kesimpulan
didiagnosa TB putus obat dan diduga resistant pada beberapa obat anti TB dikarenakan pasien
sempat berhenti mengkonsumsi OAT yang merupakan faktor terjadinya resistant terhadap OAT
Daftar Pustaka
Page 21 of 22
1. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2010.h.182
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Syam AF dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
7. Surya A, Bassri C, Kamso S, ed. Pedoman Nasional Pengendalian TB. Edisi 2. Jakarta:
Page 22 of 22