Sebelum tau ciri-ciri teman yang kleptomania, coba baca dulu percakapan di bawah ini.
Ade: Eh, lo tau nggak sih, si Andro kayaknya klepto, deh. Kemaren pas gue jalan sama dia ke
BebeMart, gue liat dia ngambil makanan terus di masukin ke tasnya. Terus, besoknya lagi
pas dia main ke rumah gue, dia juga ngambil CD Coldplay gue
Dodi: Hah? Serius? Emang sebenarnya klepto itu penyakinya gimana sih?
Lo punya temen kayak Andro? Nah, sebelum lo bertanya-tanya gimana cara menghadapinya,
mending cari tau dulu nih soal kleptomania.
Kleptomania berasal dari dua kata, klepto dan mania. Klepto berarti mencuri, sedangkan
mania bermakna sebuah kegemaran yang berlebihan. Penderita kleptomania biasanya sering
mencuri di tempat umum. Mencuri biasanya dilakukan di supermarket atau mencuri barang
punya teman sendiri. Kenapa orang bisa jadi kleptomania? Kleptomania bisa disembuhkan
nggak sih? Bagaimana menghadapi teman yang kleptomania?
Orang menjadi kleptomania karena ada dorongan yang tak tertahankan untuk mencuri
walaupun dia sebenarnya nggak membutuhkan barang tersebut. Bahkan kadang barang yang
sudah dicuri nggak terlalu bernilai dan nggak dipakai oleh si kleptomania.
Penderita kleptomania biasanya akan menyangkal dirinya sakit dan mempertahankan diri jika
dia dituduh mencuri alias nggak mau ngaku. Kebanyakan penderitanya justru malu dan takut
untuk mencari perawatan dari gangguan kesehatan mentalnya ini.
Ada empat gambaran dari penderita kleptomania. Cek aja, nih! Siapa tahu ada penderitanya
di sekitar kamu.
Kleptomania
Penderita nggak mampu untuk melakukan impuls (dorongan untuk bertingkah laku) yang
dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. Tingkah laku ini dilakukan secara spontan,
bisa juga direncanakan. Beberapa penderita ada yang berusaha menolak, tapi ada juga yang
setuju dan mengikuti dorongan ini.
Ketika mencuri, penderita merasa senang dan puas. Sama rasanya ketika dorongan
seksualnya terpenuhi.
“Motivasi dari penderita kleptomania ini memang kepuasan. Yang pasti, sifat-sifat yang
nggak biasa dan nggak lazim, karena orang itu merasa puas mengambil milik orang lain,”
kata pakar psikologi, Niken Iriani LNH, M.Psi
Walaupun setelah mencuri timbul rasa takut dan menyesal, tapi dorongan untuk mencuri akan
muncul lagi secara spontan atau saat sedang depresi atau stres, sehingga
perilaku kleptomania terus berulang.
“Kalau dia merasa sukses mengambil barang milik orang lain dan nggak ada yang tau, ini jadi
kebiasaan. Dia juga nggak merasa kapok, apalagi kalau selalu berhasil,” terang pakar
psikologi dan dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta
ini. (Mery/Seruni)
ads
Bohong bisa jadi Dampak Psikologis Media Sosial. Hampir setiap orang, pada suatu saat
pasti pernah berbohong kepada orang tua, guru, teman, pacar, dll. Entah kebutuhannya apa
atau tujuannya apa, Sebenarnya beberapa orang hampir sepanjang waktu berbohong. Psikolog
menyebut orang-orang ini kompulsif atau pendusta psikopat terutama mereka yang bekerja
dengan membutuhkan keprofesionalitasan yang tinggi. Nah berikut ini 17 ciri berbohong
menurut psikologi, diantaranya adalah :
1). Pergerakan Mata
Apakah anda pernah menonton film kartun terbaik Amerika The Simpsons ? dalam kartun
tersebut ekspresi sangat diperlihatkan termasuk ketika tokoh sedang melakukan kebohongan.
Ada banyak alasan mengapa orang menggunakan teknik shifty eyes untuk bisa mengetahui
apakah orang tersebut berbohong atau tidak.
Ada analisis yang menyebutkan bahwa manusia akan sulit melakukan kontak mata dengan
orang-orang yang mereka bohongi, mungkin sebagai sebuah regresi dalam taktik untuk
bertahan hidup.
Dalam biologisnya manusia yang sedang mengalami detak jantung maka akan mulai
berkeringat dari telapak tanga, kemudian bisa menyebar ke yang lain atau sampai berkeringat
di bagian dahi. Selain itu tangan juga bisa dijadikan bagian untuk dideteksi oleh alat
pendeteksi kebohongan yang disebut detektor poligraf.
Contohnya ia mencoba mencari hal kecil untuk mengalihkan perhatiannya layaknya bolpen,
meremas jari atau bagian tubuh lainnya yang sekiranya dianggap bisa mengalihkan
permasalahannya. Teori Kepercayaan Diri ikut membahas masalah ini.
Mengapa hal ini bisa terjadi, dimana kata mengatakan “saya”, “saya”, “milik saya” dan
“milik saya” merupakan cara secara tidak disadari untuk menjauhkan diri secara mental dari
kebohongan yang mereka katakan sendiri.
Metode yang diteliti melalui penelitian psikologis dan hal ini merupakan cara agar orang
dapat secara sadar atau tidak sadar mencoba untuk “memimpin” orang lain dalam
percakapan, sehingga tidak ada kesempatan untuk orang lain mencerna apa yang ia katakan.
Namun anda bisa bertanya kembali untuk menjebak mereka. Ormerod dan koleganya Coral
Dando di University of Wolverhampton mengidentifikasi serangkaian prinsip percakapan
yang dapat meningkatkan peluang Anda mendeteksi kebohongan.
Jika didalami meneliti dengan mikro ekspresi ini sebenarnya sulit tapi juga tidak sesulit yang
dibayangkan. Hanya saja mereka harus teliti dan juga harus bisa menangkap perbedaan ketika
bohong atau memang gerakan mereka yang berbeda. Cara Mengetahui Orang Berbohong
Menurut Psikologi salah satunya dengan ekspresi.
Psikolog telah menyarankan bahwa perilaku ini berasal dari keinginan bawah sadar untuk
menutup informasi jika ternyata mengarah pada kebohongan yang ditemukan, sehingga tanpa
disadari pelaku akan selalu melakukan hal tersebut secara berulang agar bisa mengalihkan
rasa bersalah dan rasa memalukan dalam diri mereka.
Selain itu ada juga masalah lain,anda harus memperhatikan cara bernapas lawan bicara kita.
Apabila dia berbohong, cara bernapas yang dilakukannya akan berubah-ubah karena dia tidak
akan merasa rileks dan takut akan hal yang sebenarnya orang lain pun tidak tahu. Berbeda
apabila dia jujur, napasnya akan biasa saja dan terlihat santai serta rileks.
Demikian penjelasan terkait apa saja cara mengetahui orang berbohong menurut psikologi.
Semoga cara-cara di atas bisa diterapkan apabila anda merasa teman atau kenalan anda
sedang berbohong.