Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki Konsep Zonasi Pelayanan

Transportasi Laut di Jawa Timur. Konsep tersebut dibuat dengan tujuan agar

bongkar muat kapal tidak lagi terpusat di Surabaya, menekan biaya transportasi,

menumbuhkan pusat ekonomi baru, dan secara umum akan menaikkan daya saing

Jawa Timur. Dalam konsep zonasi tersebut, transportasi laut Jawa Timur dibagi

menjadi beberapa zonasi. Zonasi Jawa Timur bagian utara (Lamongan, Tuban,

Bojonegoro, dan sekitarnya) dilayani oleh Pelabuhan Brondong, Paciran, dan

Lamongan Integrated Shorebase. Wilayah Surabaya, Gresik dan sekitarnya

dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Perak, Gresik, Java Integrated Industrial and

Port Estate (JIIPE), dan Pelabuhan Teluk Lamong. Kemudian wilayah

Situbondo, Jember, Lumajang, Banyuwangi dan sekitarnya dilayani oleh

Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pelabuhan Boom di Banyuwangi. Wilayah

Madura dan kepulauannya dilayani oleh pelabuhan di wilayah kepulauan dan

Pelabuhan Kalianget. Wilayah Selatan Jawa Timur direncanakan pembangunan

Pelabuhan Pacitan, Pelabuhan Prigi dan Pelabuhan Sendang Biru. Wilayah

Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan sekitarnya akan dilayani oleh Pelabuhan

Probolinggo.

Pada awalnya, Pelabuhan Probolinggo dibangun dan dikembangkan

dengan tujuan sebagai cadangan sistem transportasi akibat terputusnya jalur Pantai

Utara Jawa Timur akibat bencana lumpur Sidoarjo (Lapindo). Namun dalam

1
2

perkembangannya, pelabuhan tersebut mampu berperan lebih besar dan menjadi

salah satu motor penggerak ekonomi. Hal itu dibuktikan dengan perkembangan

arus bongkar muat barang di Pelabuhan Probolinggo yang cukup signifikan dan

terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat rata-rata kunjungan kapal pada

Tahun 2016 sebanyak 25 kapal per bulan, pada Juli 2017 jumlah itu meningkat

menjadi 36 kapal per bulan atau naik 44 persen. Sedangkan rata-rata volume

bongkar muat per bulan pada Tahun 2016 sebesar 36.048 ton per meter kubik.

Kemudian pada Juli 2017 jumlah itu meningkat 137,70 persen menjadi 85.686 ton

per meter kubik. Keberadaan Pelabuhan Probolinggo diperkirakan telah menekan

ongkos transportasi sampai 32 persen. Hal tersebut menguntungkan perusahaan-

perusahaan yang berada di Probolinggo dan sekitarnya karena kegiatan bongkar

muat tidak lagi dilakukan di Surabaya.

Pelabuhan Probolinggo yang terletak di Kelurahan Mayangan,

Kecamatan Mayangan, sejak Tahun 2015 diserahkan pengelolaannya dari PT

Pelindo III kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini

dioperasionalkan oleh PT Delta Artha Bahari Nusantara yang merupakan

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Penyerahan pengelolaan ini dilakukan untuk optimalisasi penyediaan,

pengembangan, dan pengelolaan infrastruktur Pelabuhan Probolinggo.

Seiring dengan meningkatnya hasil dari daerah di sekitar

Probolinggo, serta letak Pelabuhan Probolinggo yang berada di daerah tapal

kuda industri -industri besar, Pemerintah Provinsi Jawa Timur merencanakan

pengembangan Pelabuhan Probolinggo yang akan sangat berperan dalam


3

pertumbuhan pusat ekonomi baru di Jawa Timur. Rencana pengembangan

Pelabuhan Probolinggo didukung oleh Peraturan Daerah Kota Probolinggo

Nomor 2 Tahun 2010

Berdasarkan hasil Penyusunan Kajian Teknis Pembangunan

Dermaga 3 Pelabuhan Probolinggo diketahui bahwa rencana pembangunan

Dermaga 3 Pelabuhan Probolinggo terdiri dari kegiatan pembangunan trestle

dengan panjang 783 meter dan lebar 9,6 meter; pembangunan jetty 3 dengan

panjang 290 meter dan lebar 41 meter; serta pembangunan tugboat jetty

dengan panjang 30 meter dan lebar 4,75 meter. Struktur dermaga

direncanakan memiliki sistem deck on piles, yaitu balok dan pelat lantai

menumpu pada tiang pancang. Pondasi menggunakan tiang pancang baja

dengan diameter 812 mm tebal 14 mm untuk jetty dan diameter 711 mm tebal

14 mm untuk trestle. Berdasarkan Lampiran I Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup, khususnya bidang perhubungan, tentang

pembangunan pelabuhan dengan fasilitas dermaga dengan bentuk konstruksi

sheet pile atau open pile panjang ≥ 200 m atau luas ≥ 6.000 m2, maka rencana

Pembangunan Dermaga 3 Pelabuhan Probolinggo ini wajib dilengkapi dengan

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27

Tahun 2012. Tentang Izin Lingkungan Pasal 8 ayat (2), disebutkan bahwa

bila Pemrakarsa merencanakan untuk melakukan 1 (satu) jenis Usaha dan/atau


4

Kegiatan yang kewenangan pembinaan dan/ atau pengawasannya berada di

bawah 1 (satu) kementerian, lembaga pemerintah non- kementerian, satuan

kerja pemerintah provinsi, atau satuan kerja pemerintah kabupaten/ kota, maka

dalam menyusun dokumen AMDAL Pemrakarsa menggunakan pendekatan

studi AMDAL Tunggal. Studi AMDAL ini hanya akan mengkaji rencana

kegiatan pembangunan Dermaga 3. Pelabuhan Probolinggo yang wewenang

pembinaannya ada pada Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur. Oleh

karena itu akan digunakan pendekatan studi AMDAL Tunggal.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah:

1. Apa dampak penting hipotetik (DPH) pada penurunan kinerja jalan dalam

Pembangunan Dermaga 3 Kabupaten Probolinggo ?

2. Parameter apa saja yang di uji pada saat analisis dampak penting hipotetik

penurunan kinerja jalan pada pembangunan Dermaga 3 Kabupaten

Probolinggo ?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah:

1. Mengetahui dampak penting hipotetik (DPH) pada penurunan kinerja jalan

dalam Pembangunan Dermaga 3 Kabupaten Probolinggo.


5

2. Mengetahuni parameter apa saja yang di uji pada saat analisis dampak

penting hipotetik penurunan kinerja jalan pada pembangunan Dermaga 3

Kabupaten Probolinggo.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Penting Dermaga

Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat

mendasar yang diakibatkan oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Dampak yang di

timbulkan akibat pembangunan dermaga 3 probolinggo antara lain :

a. Pencemaran laut

b. Kebisingan

c. Pencematan tanah

d. Perubahan tata guna lahan

e. Privatisasi lahan

2.2 Kondisi Rona Awal Dermaga 3 Probolinggo

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dari pembangunan

dermaga 3 pelabuhan probolinggo meliputi komponen geo-fisik-kimia, kompnen

biologi, komponen sosio-ekonomi-buadaya, serta komponen kesehatan masyarakat

yang masing masig akan di jelaskan sebagai berikut

1. Komponen Geo-Fisik-Kimia

A. Geografi

Rencana Pembangunan Dermaga 3 Pelabuhan probolinggo terletak di

dalam kompleks pengembangan Pelabuhan Probolinggo di jalan Tanjung

6
7

Tembaha, Kelrahan Mayan, Kecamatan Mayan, Kota Probolinggo, Jawa

timur. Luas kota Probolinggo adalah berupa daratan seluas 56.667 km2.

Bedasar posisi geografisnya, Kota Probolinggo memiliki batas-batas :

 Utara : Selat madura

 Selatan : Kabupaten Probolinggo Barat

 Barat : Kabupaten Probolinggo Timur

 Timur : Kabupaten Probolinggo

Kota Probolinggo membawahi 5 (lima ) kecamatan, yaitu :

 Kecamatan Kademangan

 Kecamatan Kadopok

 Kecamatan Wonasih

 Kecamatan Kanigaran

Lokasi Kompleks Pembangunan Pelabuhan Probolinggo terletak di

wilayah kecamatan Mayangan. Secara geografis, Kecamatan

Mayangan memiliki batas-batas :

 Utara : Selat Madura

 Selatan : Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo

 Barat : Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

 Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo


8

B. Klimatologi

1. Curah Hujan

Sepanjang tahun 2015 curah hujan tertinggi kota

probolinggo adalah 1.804 mm terjadi pada bulan April, dengan

jumlah hari hujan 15 hari. Hasil tersebut di dapat oleh empat

stasiun hujan yang ada di Kota Probolinggo. Memasukin bulan

Juni 2015, merupakan bulan dengan curah hujan terendah yaitu 4

mm. Pada tahun 2015, hujan mulai turun pada bulan November

sebanyak 2 hari dengan curah hujan 34 mm sebagai pertanda

datangnya musim hujan. Antara bulan Juli sampai Oktober, terjadi

musim kemarau, dimana selama hampir empat bulan tidak turun

hujan di Kota Probolinggo.

Jumlah Curah Hujan Menurut Stasiun Pengamatan dan Bulan


di Kota Probolinggo ,2015

Bulan Curah Hujan Hari Hujan


Januari 151 10
Februari 137 7
Maret 298 11
April 545 15
Mei 65 3
Juni 2 1
Juli - -
Agustus - -
September - -
Oktober - -
9

November - -
Desember 96 7
Sumber Kecamatan mayangan Dalam angka 2016

Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan di Stasiun


Hujan Probolinggo Tahun 2015

Bulan Curah hujan Curah hujan Curah Curah


Menurut Menurut hujan hujan
stasiun stasiun Menurut Menurut
pengamatan pengamatan stasiun stasiun
(mm) (mm) pengamatan pengamatan
(mm) (mm)
Triwung Kademangan Pakistaji Probolinggo
Kidul
Januari - 280 249 151
Februari 223 221 289 137
Maret 205 218 236 298

Masing-masing periode memiliki karateristik tertentu yang akan

mempengaruhi arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang, suhu, dan

kelembaban udara. Berdasar data dari buku Informasi Pelabuhan Indonesia,

pembagian iklim di pelabuhan Probolonggo menunjukkan bahwa angin barat pada

bulan Desember, Januari,dan Februari. Sedangkan angin timur pada bulan Juli,

Agustus, dan September


10

2. Suhu Udara

Data suhu udara diambil dari stasiun pengamat terdekat

yaitu di stasiun Tanjung Perak Surabaya. Data yang di ambil

merupakan rata-rata pengamatan harian antara bulan Januari 2012

hingga Juni 2017 dari jam 7.00 WIB- 19.00 WIB . Hasil

pengukuran suhu udara di sajikan pada Tabel di bawah.

Suhu Udara Rata Rata Januari 2012 - Juli 2017 di


Stasiun Pengamatan Tanjung Perak

Bulan Suhu rata-rata (oC)


Januari 29
Februari 29
Maret 30
April 30

3. Angin

Data hasil analisis data angin didapatkan melalui kajian

yang sudah ada yang tertera pada dokumen Adendum ANDAL dan

RKL-RPL nPengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga Jangka

Menengah. Dalam kajian tersebut, data angin di peroleh dari hasil

akuisisi data grib WMO untuk daerah penelitian koordinat

113.28860 E ; 7.574619. Akuisisi data dengan menggunakan

perangkat lunak WINDWAVE, Meliputi tahun 2008 sampai

dengan 2012. Data angin di catat dengan interval waktu satu jam.
11

4. Arus Laut

Arus dan kecepatan arus di daerah penelitian di pengaruhi

oleh konfigurasi morfologi daerah tersebut. Selain itu juga di

pengaruhi oleh morfologi dasar permukaan lautnya. Data sekunder

arus di peroleh dari kajian sebelumnya yaitu adendum ANDAL,

RKL-RPL Pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga Jangka

Menengah Tahun 2013. Pengukuran dilakukan untuk memperoleh

data arus dan kecepatan arus menggunakan three point mothod

dengan kedalaman 0,3 d; 0,7d; dan 0,9 d dengan nilai d adalah

kedalaman air laut. Hasil Penguuran arah dan kecepatan laut

sebagai berikut.

- Arus permukaan ( 0,3 d )

Kecepatan arus maksumim 0,325 m/s dengan arah 170o

sedangkan arus minimum adalag 0,032 m/s dengan arah

326,67o

- Arus kedalaman 0,7 d

Kecepatan arus maksumim 0,295 m/s dengan arah 313,33o

sedangkan arus minimum adalag 0,027 m/s dengan arah 130o


-
Arus Kedalaman 0,9 d
-
Kecepatan arus maksumim 0,215 m/s dengan arah 266,67o

sedangkan arus minimum adalag 0,025 m/s dengan arah

302,33o
12

C. Kualitas Udara Ambien

Pemantauan kualitas udara ambien pada Kota Probolinggo tahun

2016 dilaksanakan 2 kali dalam setahun di lima titik lokasi yaitu

pemikiman DOK mayangan, Jalan Brantas, Terminal Banyuangga,

Perumahan Sumber Taman Indah,dan depan TPA kota Probolinggo

dengan lama pengukuran 1 jam.

Parameter yang di pantau berjumlah 9, yaitu SO2, CO, O3, HC,

NO2, PM20, PM2.5, Pb dan Dustfall. Hasil uji kualitas udara ambien

menunjukan kualitas udara di kota Probolinggo sangat baik dan tidak

ada parameter yang melebihi baku mutu.

D. Morfologi

Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai

kurang dari 50 meter dia atas permukaan air laut. Apabila ketinggian

tersebut dikelompokkan atas; ketinggian 0 -10 meter, ketinggian 10 -

25 meter, ketinggian 25 -50 meter. Semakin ke wilayah selatan,

ketinggian dari permukaan laut semakin besar. Namun seluruh wilayah

Kota Probolinggo relatif berlereng (0 – 2%). Kecamatan mayangan

dan lokasi kegiatan Pengembangan Pelabuhan Probolinggo memiliki

ketinggian 0-20 m.
13

E. Geologi

Wilayah Kota Probolinggo dibentuk dari bahan induk batuan

volkanik dan zaman quarter muda (young quarternary volcanic

product) dan batuan endapan (alluvium). Bahan induk tersebut

terbentuk dengan fisiografi yang relatif datar. Bahan induk alluvium

terdapat pada wilayah bagian utara dan tenggara, sedangkan bahan

induk volcanic product terdapat pada bagian lainnya. Geologi jenis

young quarternary volcanic tersebar merata di kecamatan Kota

Probolinggo sekitar 68% dari luas wilayah, jenis batuan aluvium

tersebar di kecamatan Kademangan, Wonoasih, Mayangan dan

Kanigaran.

1. Jenis tanah

Jenis tanah penting diketahui terutama dalam usaha

pengembangan pertanian. Jenis tanah di wilayah Kota

Probolinggo terdiri dari Alluvial, Mediteran, dan Regosol. Jenis

tanah alluvial regosol terdapat pada daerah paling utara yaitu

daerah pantai. Alluvial kelabu tua pada bagian tengah ke utara.

Jenis tanah yang terluas di wilayah Kota Probolinggo adalah

alluvial coklat keabuan, yaitu dari bagian tengah hingga selatan

kota. Jenis tanah regosol coklat terdapat sebagian kecil di

bagian timur kota, sedangkan kompleks grumosol hitam dan

litosol pada bagian barat daya.


14

2. Kemampuan tanah

Kemampuan tanah suatu wilayah perlu ditinjau mengenai

kedalaman efektif tanah, tesktur tanah, drainase, dan faktor

pembatasnya.

a) Kedalaman efektif

Kedalaman efektif merupakan kedalaman tanah

dimana perakaran tanaman masih bisa tumbuh denga baik.

Kedalaman tanah di wilayah Kota Probolinggo adalah

lebih dari 90 cm.

b) . Tekstur Tanah

Tesktur tanah adalah perbandingan partikel liat,

debu dan pasir yang terdapat pada suatu gumpalan tanah.

Data mengenai tekstur tanah yang diperoleh adalah

tekstur tanah pada kedalaman 20 centimeter.Tekstur

tanah secara umum diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu

halus, sedang dan kasar. Tekstur tanah di Kota

Probolinggo terdiri dari tekstur halus dan sedang. Tanah

bertekstur halus terdapat di wilayah bagian Utara,

sedangkan tanah bertekstur sedang terdapat di bagian

wilayah lainnya. Luas tanah bertekstur halus ialah 3.816

Ha (67,35% dari luas wilayah), sedang tanah bertekstur

sedang ialah 1.849,93 Ha (32,65% luas wilayah). Tanah


15

pertanian, tanah bertekstur sedang merupakan tanah yang

paling mudah pengolahannya.

c) Drainase

Drainase yang dimaksud adalah kemampuan

permukaan tanah untuk merembeskan air secara alami.

Keadaan drainase tanah dikelompokkan atas 3 kelas,

yaitu drainase baik/tidak pernah tergenang, tergenang

periodik, dan drainase tergenang terus-menerus.

Sebagian besar wilayah Kota Probolinggo berdrainse

cukup baik/tidak pernah tergenang. Drainase tergenang

periodik terdapat di dekat pantai dan beberapa kawasan

di daerah tengah..

Luas wilayah berdasar kondisi drainase, hanya 52,5 Ha

tanah berdrainase tergenang periodik dan terus-menerus.

Tanah tergenang periodik tersebut diakibatkan oleh

keadaan pasang surut air laut. Keadaan tanah yang

sebagian besar berdrainase baik, tentunya

menguntungkan dalam pengembangan fisik kota.

Luas Wilayah Kondisi Drainase

No Drainase Luas (ha) Luas (%)


1 Baik 5,557 98,06
2 Periodik 53 0,93
3 Tergenang terus menerus 58 1,01
16

Jumlah 5,667 100

F. Hidrologi

Kondisi hidrologi dapat menunjukkan kondisi sumber daya air

yang berada di wilayah perencanaan. Kota Probolinggo mempunyai

potensi sumber air yang cukup banyak, pada umumnya sungai-sungai

yang ada mempunyai aliran yang cukup. Wilayah Probolinggo di aliri

oleh 6 (enam) sungai, antara lain sungai Kadunggaleng, Umbul,

Banger, Legundi, Kasbah, dan Pacur.

No Nama sungai Panjang (km) Pemanfaatan


1 Kedunggaleng 3,097 Irigasi
2 Umbul 5,138 Irigasi&Drainase
3 Banger 2,865 Irigasi&Drainase
4 Legundi 5,439 Irigasi&Drainase
5 Sukabumi 2,037 Irigasi&Drainase
6 Pancor 4,235 Irigasi&Drainase

G. Kualitas Perairan Laut

Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut, perlu di lakukan

upaya pengendalian terhadap kegiatan kegiatan yang dapat merusak

dan mencemari laut.

Data pengujian air laut di dasarkan pada data sekunder yang

diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo yang secara

berkala memeriksa kualitas air laut. Hasil pengujian kualitas air laut

menunjukkan bahwa pada lokasi depan gerbang (kedalaman 1 m).

Depan gerbang dermaga (kedalaman 5 m), dan magrove pariwisata, di


17

ketahui bahwa parameter sulfida, amonia, kekeruhan, dan pH masih

memenuhi baku mutu. Namun, pada hasil uji parameter DO dan BOD5

pada lokasi pengambilan sampel di magrove kota probolinggo

melebihi baku mutu yg di tetapkan. Selain itu, untuk nilai konsentrasi

TSS, NO3, dan PO4 di tiga titik lokasi pengambilan sampel hasilnya

melebihi baku mutukualitas air laut.

No Nama Warna Bau Keke


Lokasi Ruhan
(NTU)

1 Depan - Tidak -
Gerbang Berbau
Dermaga
(Kedala
man 1m)
2 Depan - Tidak 0,85
dermaga Berbau
(kedala
man5m)
3 Mangrov <0,258 Tidak 4,95
e Berbau
Pariwisa
ta
Probolin
ggo

Tss Tem pH DO BOD5 Amonia


perat
ur
18

27,6 23,4 8,2 0,1

33,8 23,2 7,9 5,2 14,95 0,059

35,6 23,4 8,1 3,8 24,55 0,012

H. Penggunaan Lahan

Struktur penggunaan tanah secara umum di Kota Probolinggo

adalah permukiman, perdagangan, industri, tanah pertanian. Secara

keseluruhan penggunaan tanah di Kota Probolinggo didominasi oleh

tanah permukiman dan pertanian.

Secara umum penggunaan tanah di Kota Probolinggo tahun 2007

didominasi oleh lahan pertanian dengan luas 2593,64 Ha atau 45,77%

dari luas keseluruhan Kota Probolinggo dengan lahan pertanian paling

luas berada di Kecamatan Kedopok sebesar 860,98 Ha, kemudian

berikutnya adalah Kecamatan Kademangan dengan luas lahan

pertanian sebesar 667,21 Ha dan Kecamatan Wonoasih dengan luas

lahan pertanian sebesar 514,48 Ha.

Penggunaan lahan paling dominan berikutnya setelah lahan

pertanian adalah lahan permukiman, yaitu sebesar 2.090,04 Ha atau

36,88% dari luas Kota Probolinggo. Persebaran permukiman di Kota

Probolinggo cukup merata di seluruh kecamatan, hal ini dpat dilihat


19

berdasarkan selisih luas lahan permukiman pada setiap kecamatan

yang tidak terlalu mencolok. Luas lahan permukiman paling besar

berada di Kecamatan Kanigaran yaitu sebesar 474,29 Ha, kemudian

berikutnya adalah Kecamatan Wonoasih sebesar 412,24 Ha.

Penggunaan tanah lainnya seperti fasilitas pendidikan, perkantoran,

perdagangan maupun industri menjadi terlihat tidak signifikan jika

dibandingkan dengan luas lahan pertanian ataupun permukiman. Luas

fasilitas permukiman, perkantoran, perdagangan dan industri di Kota

Probolinggo berturut-turut adalah sebesar 132,50 Ha (2,34% luas

wilayah Kota probolinggo), 108,91 Ha (1,92%), 20,64 Ha (0,36%),

dan 90,08 Ha (1,59%).

2. Komponen Biologi

A. Flora

Kawasan Mangrove Kota Probolinggo di tumbuhi oleh 8 spesies

tumbuhan mangrove yakni Acanthus Illicifolius, Avecinna alba,

Avecinna marina, Bruquira gymnorhiza, Rhizopora Mucronata,

Sonneratia alba dan Soneratia caseolari. Ekosistem mangrove di kota

probolinggo di dominasi oleh Avecinna alba, dan Sonneratia alba.

Dengan jumlah vegetasi sekitar 7.162 vegetasi/ha dan 1.877

vegetasi/ha
20

B. Fauna

Pengamatan langsung jenis fauna atau satwa yang di temui masih

pada kondisi rona awal tidak mengalamai perubahan. Data jenis

selengkapnya mengenai fauna yang di tenui di lokasi proyek

Pengembangan Pelabuhan Tanjung tembaga pada umumnya

merupakan fauna yang menggunakan habitat hidup berupa tempat

yang relatif aman dari keberadaan proyek seperti jenis : Aves; Ayam

kampung; Burung madu; Kuntul; Prenjak; Burung gereja; Badak

jawa; Burung walet; dan jenis mamalia : tikus, kucing, dan kambing.

Salah satu satwa yang menarik warga probolinggo adalah Hiu paus.

a. Hiu Paus

Perairan Indonesia yang terletak di wilayah tropis merupakan

salah satu jalur migrasi dan habitat hiu paus. Terbukti dari sering

munculnya ikan ini hampir di sepanjang tahun maupun menetap

secara musiman di perairan tertentu (WWF 2013). Salah satunya di

perairan sekitar Probolinggo tepatnya di kawasan pesisir

Kabupaten Probolinggo. Kemunculan hiu paus bersifat musiman

yaitu antara bulan Desember hingga Maret setiap tahunnya.

Kemunculan ikan ini di duga terkait karakteristik lingkungan

perairan di sekitar pesisir Kabupaten Probolinggo. Upaya

pengelolaan terhadap spesies ikan dilindungi ini membutuhkan data

dan informasi yang akurat dan terkini. Adapun data dan informasi

yang dibutuhkan antara lain mengenai karakteristik h abitat hiu


21

paus di kawasan pesisir Kabupaten Probolinggo belum memadai.

Hal tersebut mendorong penulis melakukan penelitian mengenai

karakteristik habitat hiu paus, Rhincodon typus, Smith 1828

(Elasmobranchii: Rhincodontidae) di Pesisir Kabupaten

Probolinggo, Jawa Timur.

C. Plankton dan Bentos

Planton adalah organisme perairan yang bersifat mikroskopis,

bebas melayang atau hanyut dalam air, daya renangnya sangat lemah

sehingga gerakannya sangat di pengaruhi oleh arus. Pengambilan sampling

bertujuan untuk memperoleh inventarisasi jenis di kompleks Pelabuhan

Probolinggo dan lokasi kegiatan Pembangunan Dermaga 3 Pelabuhan

Probolinggo. Pada hasil analisis terhadap iventarisasi biota laut baik

plankton maupun benthos, menunjukkan adanya pencemaran ringan

dengan indeks 2,20 dan 1,87. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan reklamasi

di sekitar perairan tersebut.

D. Terumbu Karang

Terumbu karang adalah ekosistem yang mempunyai produktivitas

organik dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara ekologis terumbu

karang berfungsi sebagai habitat, penyedia makanan, tempat berlindung

serta tempat berkembang biak. Selain itu secara fisik, terumbu karang

melindungi pantai dari abrasi. Luas Terumbu karang yang tertanam di


22

Kecamatan kademangan kota Probolinggo adalah 0,015 ha pada tahun

2014 dan meingkat pada titik 0,0184 ha. Hal ini di akrenakan kegiatan

budi daya terumbu karang yang semakin meluas dan di gencarkan oleh

pihak setempat.

Luas Tutupan Dan Kondisi Terumbu Kadang Di Kota


Probolinggo Tahun 2016

No Kecamatan Luas Sangat baik sedang Rusak


(ha) baik
1 Mayangan 0 0 0 0 0
2 Kademangan 0,01 0 25 20 55
84
3 Wonoasih 0 0 0 0 0
4 Kedopok 0 0 0 0 0
5 Kanigaran 0 0 0 0 0

3. Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya

A. Demografi

Penduduk Kecamatan Mayangan berdasar hasil Proyeksi

Perhitungan Penduduk yang di laksanakan oleh Badan Pusat Statistik

kota Probolinggo keadaan pertengahan tahun 2015 tercatat sebesar

62.162 Jiwa yang terdiri atas laki laki sebanyak 30.507 Jiwa dan

perempuan Sebanyak 31,655 jiwa yang tersebar di lima kelurahan.

Kepadatan Penduduk kecamatan Mayangan sebesar 7.182 jiwa per

km2, artinya setiap satu kilo meter persegi wilayah di huni sebanyak

7.82.
23

B. Sosial Ekonomi

Kondisi Sosial Ekonomi yang mata pencaharian penduduk, kondisi

hayati, dan kondisi sosial ekonomi di wilayah tersebut di uraikan sebagai

berikut :

a). Mata Pencaharian

Berdasar data dari badan Pusat statistik Kota Probolinggo

Tahun 2016, Lapangan pekerjaan utama penduduk di dominasi

oleh perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel yaitu

sebanyak 32.129 jiwa. Kemidian yang selanjutnya adalah bidang

kemasyarakatan, sosial, dan perorangan.

b). Kondisi sumber daya Alam Hayati

Penduduk yang memanfaatkan kekayaan alam sebagai

sumber mata pencaharian. Sebagai contoh pertanian, peternakan,

perikanan, dan industri.

C. Sosial Budaya

Salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan adalah

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas

ini tentunya harus melewati pendidikan formal atau informalyang baik.

Di kecamatan Mayangan ketersediaan sarana dan prasarana sekolah

dimana menunjang program 12 tahun sekolah sudah cukup baik.

Jumlah sekolah menurut Tingkat Pendidikan


24

Tingkat Pendidikan Jumlah Jumlah Jumlah Rasio


Sekolah Murid Guru
TK 29 2.337 207 11,3
SD/MI 33 7.128 390 18,3
SLTP/MTs 7 1.998 138 14,5
SLTA/MA/SMK 4 828 88 9,4

4. Komponen Kesehatan Masyarakat


Komponen kesehatan masyarakat yang di kaji dalam studi

AMDAL ini meliputi status kesehatan lingkungan dan kesehatan

masyarakat di wilayah studi. Salah satu indikatornya adalah fasilitas

kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di wilayan kecamatan Mayangan

dapat di lihat di tabel berikut :

Jumlah Fasilitas Kesehatan di kecamatan Mayangan Tahun

2005

No Fasilitas kesehatan Jumlah


1 Rumah sakit 2
2 Rumah bersalin 1
3 Puskesmas 2
4 Puskesmas Pembantu 4
5 Posyandu 55
6 Klinik 8

7 Lainnya -
Jumlah 72
25

Fasilitas Kesejateraan Ibu dan anak di kecamatan Mayangan


Tahun 2015

No Jenis Fasilitas Jumlah

1 BKIA 1
2 Bidan BKIA 5
3 Pembantu Bidan -
4 Dukun dalam Daerah 6
5 Dukun yang terlatih 6
6 Unit Bersalin 11
7 Pengunjung Rumah -
8 Posyandu 55

Jumlah Tenaha Medis di kecamatan Mayangan Tahun 2015

No Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Tenaga Medis 11
2 Tenaga Keperawatan 12
3 Tenaga Kebidanan 16
4 Tenaga Kefarmasian 3
5 Tenaga Kesehatan lainnya -
Jumlah 42

Berdasar data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota


Probolinggo, dapat kita ketahui bahwa penyakit yang di derita masyarakat
kota probolinggo adalah penyakit common cold atau influenza. Selain itu
ada juga beberapa kasus yang di derita masnyarakat kota probolinggo
antara lain:
26

No Jenis Kasus Jumlah


1 Common Cold 21.419
2 Infeksi akut pernafasan 17.021
3 Nyeri Kepala 8.861
4 Penyakit pada sistem otot 8.039
5 Hypertensi 7.574
6 Penyakit kulit infeksi 7.395
7 Demam tidak di ketahui penyebabnya 7.268
8 Myagla 7.249
9 Penyakit Alergi Kulit 7.166
10 Gastritis 7.056
Sumber : Kecamatan Mayangan dalam Angka 2010

5. Komponen Transportasi

Dalam sistem transportasi, Kecamatan Mayangan memiliki dua

moda transportasi, yaitu transportasi darat dan transportasi laut.

Keberadaan transportasi tersebut dapat meningkatkan aksesbilitas dalam

wilayah maupun antar wilayah. Dengan dukungan sistem transportasi yang

ada tersebut maka dapat mendukung peran Kota Probolinggo sebagai

pusat pengembangan khususnya lingkup SWP Probolinggo-Lumajang

maupun regional jawa timur.

A. Transportasi Darat

a. Sistem Transportasi Jalan Raya

1. Jaringan Jalan

Jalan merupakan prasarana yang sangat panting untuk

mendukung berfungsinya sistem transportasi, selain sistem sarana

kendaraan dan pengangkutan. Dengan adanya jalan orang dapat


27

melakukan pergerakan dengan mudah. Fungsi jaringan jalan sebagai

salah satu kamponen prsarana transportasi sudah saatnya diletakkan

pada posisi yang setara da\am perencanaan transportasi secara

global. Untuk itu diperlukan keterpaduan dalam perencanaan

pembangunan sarana dan prasarana transportasl dalam konteks

sistem transportasi intermoda. Hal penting untuk mencapai tujuan ini

adalah menghilangkan arogansi sektoral maupun wiiayah, sehingga

mampu memberikan pelayanan yang proporsional dan efisien. Jalan

raya di Kecamatan Mayangan berfungsi sebagai prasarana untuk

menghubungkan dan menampung pergerakan di wilayah Kota

Probolinggo bagian utara.

Jalan raya di wilayah Kota Probolinggo keseluruhan mencapai

paniang 200,17 km, terdiri atas jalan aspal. Berdasarkan

kewenangan jalan tersebut terdiri atas jalan negara 22.04 km, jalan

propinsi 0 km dan jalan Kota 200,17 km. Berdasar kondisinya

maka tercatat seratus persen sudah di aspal. Untuk wilayah

kecamatan Mayangan sebagian besar kondisi jalan yang ada berupa

jalan aspal.

2. Dimensi Jalan

Sistem jaringan jalan di kecamatan mayangan dilayani oleh

jaringan arteri hingga lingkungan. Dimensi jaringan jalan dan GSB

Kecamatan Mayangan sebagai berikut.


28

Golongan I Jalan Arteri Sekunder

Lebar remija 11-25 m GSB = 6 m

- Jl. Panglim sudirman

- -Jl. Soekarno Hatta

Golongan II Jalan Kolektor Sekunder

Lebar Remija 9-15 GSB= 4 m

Golongan III Jalan Lokal

Lebar Remija 7,5-11 GSB = 2 m

Golongan IV Jalan Lingkungan

Lebar Remija kurang dari 6,5 GSB = 2 m

Golongan V Daerah Perdagangan atau Kawasan Perdagangan

Lama

3. Pola Pergerakan

Pola Pegerakan yang terjadi di Kecamatan Mayangan

sangat di pengaruhi oleh tata guna lahan terutama pusat pusat

aktivitas masyarakat. Volume pergerakan mengalami peningkatan

signifikan terutama pada jam jam tertentu seoerti di waktu

memulai aktivitas (07.00 WIB) dan berakhir kegiatan (16.00

WIB). Pola pergerakan masyarakat di Kecamatan Wayangan juga

di pengaruhi oleh jaringan jalan. Artinya wilayah – wilayah yang

memiliki jalan yang memadai, akan menumbulkan kepadatan

lalulintas dan akuntabilitas yang baik.


29

4. Angkutan Kota

Kecamatan Mayangan terletak di utara kota Probolinggo

dan cukup strategis karena merupakan jalur menuju Pelabuhan

Probolinggo. Berdasar data yang di terbitkan Dinas Perhubungan

Kota Probolinggo, transportasi umum ada 3 jenis yaitu mobil

penumpang umum, mobil barang dan bis,

5. Sistem Terminal

Untuk mendukung sistem pergerakan orang maupun barang

di dukung oleh prasarana transportasi berupa terminal sebagai

tempat pergantian moda. Terminal yang ada di Kecamatan

Mayangan adalah Terminal Barang dan Terminal orang.

6. Kondisi Parkiran

Kondisi Parkiran di wilayah Mayangan pada umumnya

menggunakan parkir di sisi jalan (on street parking) , parkir di

luar jalan (off street parking) di lakukan hanya pada perumahan

yang mempunyai halaman luas dan perkantoran pemerintah.

Berdasarkan pada letaknya terhadap badan jalan, di kenal sebagai

parkir di jalan dan di luar jalan. Ruang parkir untuk ruang jalan

perlu di kembangkan, terutama di jalan utama untuk menghindari

pengurangan kapasistas jalan akibat parkir di tepi jadwal.


30

7. Kondisi Rambu Lalu Lintas

Rambu-rambu dan marka jalan memiliki arti visual yang

menginformasikan kepada pengendara tentang jalan yang di lalui

atau yang perlu di iikuti agar pemakai jalan menjadi lebih efesien

dan menjamin keselamatan pemakainya. Penetapan rambu rambu

dan marka jalan yang di tentukan secara hati hati akan menunjang

efesiensi operasi jaringan transportasi dan keselamatan pengendara.

Ada tiga macam dasar perabuan dan marka jalan, yaitu :

- Rambu informasi yang memberikan informasi tentang rute, tempat

fasilitas penting dan menarik bagi pengguna jalan.

- Rambu pengaturan lalu lintas yang berkaitan dengan pengurangan

kecepatan, larangan belok dan waktu tunggu

- Marka jalan yang biasanya berwarna putih, guna menyampaikan

peringatan instruksi dan informasi untuk membantu pengendara

dalam hal penggunaan perkerasan jalan

b. Jaringan Kereta Api

Jaringan prasarana transportasi kereta api terdiri dari

simpul yang berwujud stasiun dan ruang lalu lintas kereta.

Prasarana kereta apik yang merupakan transportasi untuk

menghubungkan wilayah Jawa Timur bagian Timur (Surabaya –

Probolinggo – Jember – Banyuwangi )


31

Lokasi Stastiun Probolinggo terletak di kelurangan

Mayangan. Adanya transportasi kereta api akan menunjang

kegiatan pergudangan, pengiriman borkar muat dan perjalanan

penumpan, yang pad akhirnya menjurus pada perkembangan

wilayah.

B. Trasportasi Laut

Sebagai wilayah di pantai utara , maka kecamatan Mayangan

memiliki prasarana transportasi laut berupa pelabuhan. Terdapat dua

pelabuhan yang ada yaitu Pelabuhan Probolinggo dan Pelabuhan

Perikanan Mayangan.

Rencana pengembangan jaringan prasarana transportasi laut

meliputi pengembangan pelabuhan umum ( barang dan penumpang ),

pelabuhan perikanan pantai (PPP), pelabuhan khusus dan terminal

petikemas :

1. Rencana pengembangan pelabuhan umu, pelabuhan perikanan

pantau (PPP) meliputi :

a. Pelabuhan umum (barang ) di sebelah barat pelabuhan

tanjung tembaga di kecamatan Mayangan

b. Pelabuhan umum (penumpang) di sebelah barang

Pelabuhan Perikanan Pantai di kecamatan Mayangan ;dan


32

c. Pelabuhan Perikanan Pantau ke arah barat berbatasan

dengan PT. KTI (Kulai Timber Indonesia) seluas kurang

lebih 20 ha di kecamatan Mayangan.

2. Rencana pengembangan pelabuhan khusus di laksanakan

sesuai dengan kebutuhan dengan mengikuti rencana tata

ruang.

3. Rencana pengembangan terminal kayu kemas di Kawasan

Industri Pelabuhan, Kecamatan Mayangan.

B.1 Pelabuhan Probolinggo / Tanjung Tembaga

Berdasarkan KP.414 tahun 2013 tentang RIPN bahwa Pelabuhan

Probolinggo/ Tanjung Tembaga termasuk nomor 20 sebagai

Pelabuhan Utama membawahi Piton dengan nomor 21.

Di pelabuhan Probolinggo tersedia kolam pelabuhan seluas 5,86 ha

dengan kedalaman rata rata 15 m. Pelayaran di Pelabuhan Probolinggo

Menggunakan Trayek tidak tetap dan tidak teratur. Pelabuhan

Probolinggo di samping melayani kegiatan bongkar muat dalam negri

juga melayani kegiatan luar negri

6. Komponen Hindrooseanografi

A. Identifikasi Kondisi Perariran Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan

Lokasi rencana Pembangunan Dermaga 3 Pelabuhan Probolinggo

berada di pesisir utara Kota Probolinggo tepatnya pada koordinat


33

7o42’53,30’’ LS – 7o42’31,45’’ dan 113o12’56,16’’BT – 113o13’6,45’’

BT serta di rencanakan pada kedalaman -13,5 meter dan umur 40

tahun

B. Analisa Citra Satelit Perairan Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan

Berdasar analisa citra satelit dengan membandingkan seri foto udara

yang bersumber dari google earth dari tahun 2012 hingga 2017,

menunjukkan adanya reklamasi yang telah di akukan untuk kebutuhan

pengembangan pelabuhan Orobolinggi di lokasi sekitar rencana

kegiatan. Dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu antara 2012 hingga 2017,

di lokasi pengmatan telah terjadi reklamasi untuk kebutuhan

pengembangan pelabuhan Probolinggo. Pada tahun 2012 sudah

terdapat jetty 1, jetty 2 dan di lakukan perencanaan untuk jetty 3.

C. Kondisi Arus di perairan sekitar lokasi rencana kegiatan

Arah dan kecepatan arus di daerah penelitian di pengaruhi oleh

konfigurasi morfologi di daerah tersebut. Data sekunder di peroleh dari

PT. Persero Pelindo III.

Hasil Penguuran arah dan kecepatan laut sebagai berikut. :

- Arus permukaan ( 0,3 d )

Kecepatan arus maksumim 0,325 m/s dengan arah 170o

sedangkan arus minimum adalag 0,032 m/s dengan arah

326,67o
34

- Arus kedalaman 0,7 d

Kecepatan arus maksumim 0,295 m/s dengan arah 313,33o

sedangkan arus minimum adalag 0,027 m/s dengan arah 130o

-
Arus Kedalaman 0,9 d
-
Kecepatan arus maksumim 0,215 m/s dengan arah 266,67o

sedangkan arus minimum adalag 0,025 m/s dengan arah

302,33o

D. Kondisi Pasang Surut

Pasang surut merupakan naik turunnya muka air laut akibat adanya

gaya tarik benda benda di langit terutama matahari dan bulan terhadap

massa air laut di bumi. Kecepatan pasang surut di daerah Probolinggo

yaitu 8 cm/jam. Perbedaan vertikan antara pasang tinggi dan pasang

rendah di pengaruhi pasang surut. Sedangkan periode pasang suruh

bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Tipe pasang

surut di probolinggo termasuk pasang surut semi diurnal yaitu 2 kali

pasang dan 2 kali surut dengan periode yang tidak sama. Analisa pasang

surut di lakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi

perencanaan fasilitas laut, untuk mengetahui tipe pasang surut yang terjadi

dan meramalkan fluktuasi air laut.


35

E. Kondisi Gelombang di Perairan Sekitar Rencana Kegiatan

Gelombang di laut di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu

Gelombangh angin, gelombang pasang surut, gelombang tsunami,

gelombang kecil. Dalam perambatannya gelombang mengalami refraksi –

difraksi yang pemodelanya di pengaruhi oleh data berikut :

- Ditinjau dr tinggi gelombang yang berada di lokasi, maka

gelombang dari arah timur laut memiliki tinggi yang paling

besar, yaitu 2,2 meter. Dari arah barat laut setinggi 1,4 meter

dan dari arah utara setiinggi 1,85 meter.

- Arah datang gelombang dari timur laut menghasilkan tinggi

gelombang tertinggi di bandingkan dengan yang datang dari

barat laut dan utara.

7. Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi

Kompleks Pelabuhna Tanjang Tembaga terdapat beberapa kegiatan lain di

anataranya adalah pergudangan dan industri, oelabuhan serta pelelangan

ikan. Uraiaan dari masing masing kegiatan sebagai berikut :

- Pergudangan dan Industri

Kegiatan industri dan pergudangan terdapat di sebelah timur

pelabuhan, tepatnya pada Tanjung Tembaga eksisting.


36

Beberapa industri dan pergudangan di sekitar lokasi proyek

adalah PT. Kutai Timber Indonesia, PT Air Mas Lestari, PT.

Samudera indonesia dan lain lain. Sedangkan untuk

perkantoran yang lokasinya terletak di sekitar kegiatan terminal

adalah pelabuhan III cabang probolingo.

- Pelabuhan Perikanan Pantai

Pada sebeah timur lokasi proyek juga di gunakan sebagai

pelabuhan yang di fungsikan sebagai pelabuhan perikanan

pantai ( PPP). Di daerah tersebut juga terdapat fasilitas

pelelalangan ikan yang berupa bangunan permanen.

- Pemukiman

Di bagian selatan dari pelabuhan atau tepatnya pada akses

masuk dan keluar dari rencana kegiatan Dermaga 3 Pelabuhan

ini terdapat wilayah pemukiman.

8. Hasil Pelibatan Masyarakat

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun

2012 Tentang izin Lingkungan, Masyarakat di beri ruang untuk dapat

berperan serta dalam perlindungan lingkungan hidup, khususnya izin

lingkungan.
37

Kegiatan Konsultasi Publik yang di laksanakan di Kantor Kelurahan

Mayangan pada hari Kamis tanggal 31 Agustus 2017 pukul 13.00-15.00 di

hadiri kurang lebih 103 orang yang berasal dari masyarakat lokal. Pada acara

tersebut di lakukan beberapa agenda yaitu:

A. Masyarakat yang Diikutsertakan dalam Komisi Penilai Amdal

Masyarakat yang terlibat adalah masyarakat terkena dampak

pembangunan Dermaga Probolinggo 3 Pelabuhan Probolinggo, Masyarakat

pemerhati lingkugan dan juga seluruh masyarakat yang terpengaruh atas

segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL. Berdasar pembahasan dalam

Konsultasi Publik, maka unsur masyarakat yang akan mewakili pada komisi

penilai AMDAL sejumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari tokoh masyarakat

Kelurangan Mayangan, Kelurahan sukabumi dan Kelurangan

Mangunrahardjo.

B. Pengumuman Pelaksanaan Studi Amdal Rencana Pembangunan Dermaga

3 Pelabuhan Probolinggo

Pengumuman rencama pembangunan dermaga 3 disampaikan

kepada masyarakat yang terlibat dalam proses AMDAL berupa iklan di surat

kabar. Pengumuman Rencana Pembangunan Dermaga 3 Plebuhan

Probolinggo di lakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawatimur di media

cetak Hari Pagi ‘Surya’ edisi kamis,31 agustus 2015 dengan jangkauan

distribusi Provinsi Jawa Timur.


38

C. Pelaksanaan Konsultasi Pubik

Pelaksanaan konsultasi publik untuk rencana kegiatan kegiatan ini

dilakukan dengan sebagai berikut.

a. Tahap persiapan , meliputi : melakukan koordinasi dengan dinas

lingkungan hidup Probolinggo, dilanjut dengan berkoordinasi dengan

kecamatan Mayangan.

b. Tahap Pelaksanaan, meliputi :

- Pengumuman di harian pagi ‘surya’ edisi kamis, 31 Agustus 2017

- Pemasangan poster dan banner di kantor Kelurangan Mayangan

- Paparan materikonsultasi publik

- Diskusi Interaktif

- Penerimaan tanggapan peserta

- Pengumpulan saran, tanggapan, pendapat dari masyarakat yang

selanjurnya di dokumentasi

c. Tahap evaluasi dan penulisan laporan, meliputi :

- Evaluasi terhadap hasil diskusi dan pengolahan data hasil kuesioner serta

melengkapi data sebagai bahan penyusunan laporan.

- Penulisan laporan akhir sebagai masukan bagi pemrakarsa.


39
BAB III

METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan kegiatan studi lapangan dalam bidang

penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilaksanakan pada

Juni – Agustus 2018

3.1.1 Tempat

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Dermaga 3 Kabupaten Probolinggo ,


Jawatimur

Gambar 3.1 Lokasi Dermaga 3 Probolinggo


(Anonim, 2018)
3.1.2 Waktu

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan kurang lebih 3 bulan yaitu bulan Juni – Agustus

tahun 2018 pada hari Senin-Jumat dengan mengikuti jam kerja perusahaan. Pelaksanaan

dimulai dari pengenalan perusahaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan pelaporan hasil

Praktek Kerja Lapangan. Laporan akhir yang telah selesai dikerjakan diberikan kepada

perusahaan sebagai laporan pertanggung jawaban, serta dosen pembimbing sebagai bukti

telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

40
41

3.2 Cara Kerja

Cara kerja dari praktek kerja lapangan disajikan dalam bentuk bagan pada Gambar 3.2

Ide Praktek Kerja Lapangan:

Kajian AMDAL di Dermaga 3 Kabupaten Probolinggo

Survey Pendahuluan :
Survey Relevansi identifikasi resiko di lapangan

Studi Literatur

Pengumpulan data yang sesuai:


1. Volume Jalan
2. Geometri Luas Jalan

Menganalisis data :

1. Kapasitas Ruas Jalan


2. Kinerja Ruas Jalan
3. Simpang Tak bersinyal
4. Kinerja Simpang Tak Bersinyal

Analisis Dampak

Gambar 3.2 Bagan Cara Kerja Praktik Lapangan

3.2.1 Ide Praktek Kerja Lapangan

Ide praktek kerja lapangan ini adalah mengenai Kajian AMDAL di Dermaga 3 Kabupaten

Probolinggo.
42

3.2.2 Studi Literatur

Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari informasi yang mendukung dari Praktek Kerja

Lapangan ini

3.2.3 Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan dengan mengumpulakan data. Data yang di ambil selama Praktek

Kerja Lapangan ( PKL) adalah data volume lalu lintas dan ruas jalan.

A. Volume Arus Lalu Lintas

Metoda pengambilan data volume arus lalu lintas dilakukan dengan pencacahan

arus lalu lintas tiap jenis kendaraan (traffic counting) pada ruas jalan, dengan perlengkapan

form isian dan alat hitung. Pencacahan dilakukan dengan interval waktu 15 (lima belas)

menit yang mencakup periode jam sibuk. Prakiraan jam sibuk didasarkan pada kondisi tata

guna lahan di sekitar jalan/simpang yang akan diamati. Dari hasil pengamatan ditentukan

periode jam pencacahan adalah pukul 06.00 – 17.00. Klasifikasi kendaraan yang disurvai

adalah :

- Light Vehicle (LV) : Kendaraan ringan, meliputi mobil pribadi, pickup, dan

angkutan kota

- Heavy Vehicle (HV) : Kendaraan berat, meliputi bus sedang, bus besar, truk 2 As,

truk 3 As atau lebih

- Motor Cycle (MC) : Kendaran bermotor roda dua/sepeda motor

- Unmotorized (UM) : Kendaraan tidak bermotor, seperti sepeda

B. Geometri Luas Jalan

Data geometri ruas diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan maupun

data sekunder dari instansi berwenang, untuk mendapatkan data berupa :

- Lebar lajur

- Lebar perkerasan total,

- Lebar bahu jalan


43

Data lain yang diperlukan meliputi fasilitas kelengkapan jalan, yaitu meliputi

rambu dan marka jalan.

3.2.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data dilakukan analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk

komponen kinerja jalan dengan parameter kunci diuraikan sebagai berikut:

A. Kapasitas Ruas Jalan


Kapasitas ruas jalan dapat diketahui dengan mengacu pedoman dari Manual
Kapasitas Ruas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 berikut :

C = 𝐶𝑜 𝑥 𝐹𝐶𝑤 𝑥 𝐹𝐶𝑠𝑝 𝑥 𝐹𝐶𝑠𝑓 𝑥 𝐹𝐶𝑐𝑠............................................. (1)

Dengan : C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)


Co : Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp : Faktor penyesuaian distribusi arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota

B. Kinerja Ruas Jalan

Penilaian kinerja ruas jalan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tingkat

pelayanan yang ada saat ini dan kondisi setelah ada perubahan kondisi arus lalulintas

berdasarkan perbandingan antara volume kendaraan yang lewat (V) dibandingkan

kapasitas ruas jalan (C).

𝑉
DS = ....................................................................(2)
𝐶

Dengan : DS : Degree of Saturation (derajat kejenuhan)


V : Volume (smp/jam)
C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
44

C. Simpang Tidak Bersinyal


Berdasarkan pedoman dari Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)

1997, kapasitas persimpangan untuk simpang tidak bersinyal dihitung

berdasarkan rumus sebagai berikut:

𝐶 = 𝐶𝑜 𝑥 𝐹𝑤 𝑥 𝐹𝑀 𝑥 𝐹𝐶𝑆 𝑥 𝐹𝑅𝑆𝑈 𝑥 𝐹𝐿𝑇 𝑥 𝐹𝑅𝑇 𝑥 𝐹𝑀𝐼 ............ (3)

Dengan : C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

Fw = Faktor penyesuaian lebar masuk

FM = Faktor penyesuaian median jalan utama

FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan


samping dan kendaraan tak bermotor

FRT = Faktor penyesuaian belok kanan

FLT = Faktor penyesuaian belok kiri

FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

D. Kinerja Simpang Tak bersinyal

Kinerja simpang tidak bersinyal ditentukan berdasarkan nilai tundaan lalulintas

yang terjadi (DT) terjadi sebagai berikut :

- Tundaan Lalulintas ( DT )

𝐷𝑇 = 𝑐 𝑥 𝐴 + (𝑁𝑄1 𝑥 3600)/𝑐 ...................................... (4)

Keterangan : DT = Tundaan lalu lintas rata-rata (detik/smp)

A = 0,5 x (1- GR)2 / (1-GR x DS)


45

- Tundaan Geometri (DG)

𝐷𝐺𝑗 = (1 − 𝑃𝑠𝑣) 𝑥 𝑃𝑡 𝑥 6 (𝑃𝑠𝑣 𝑥 4) ............................... (5)

Keterangan :

DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat – j (detik/smp)

Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat


Pt = Rasio kendaraan berbelok pada sutau pendekat.

- Tundaan rata-rata (D)


𝐷 = 𝐷𝑇 + 𝐷𝐺 ................................................................... (6)
Keterangan :
DT = Tundaan lalulintas rata-rata (detik/smp)
DG = Tundaan geometri rata-rata pendekat –j (detik /smp)
Jumlah Dan Lokasi Sampling :
Satu titik di rencana pintu masuk Dermaga 3 Pelabuhan Tanjung
Tembaga
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pengumpulan dan analisis data yang disampaikan dalam hal ini

adalah metode-metode yang berkaitan langsung dengan Dampak Penting

Hipotetis yang ditetapkan. Sehingga data-data yang dikumpulkan pun merupakan

data yang relevan dan representatif dengan Dampak Penting Hipotetik (DPH)

yang akan dianalisis. Dalam Tabel 4.1 berikut ini adalah pengelompokan DPH

yang telah ditetapkan dalam proses pelingkupan.

Tabel 4.1. Pengelompokan DPH Berdasarkan Komponen Kegiatan

No DPH Komponen Kegiatan


TAHAP KONSTRUKSI
1 Peningkatan kebisingan Mobilisasi material

2 Penurunan kinerja jalan Mobilisasi material

3 Peningkatan kebisingan Pekerjaan Konstruksi Bawah

4 Penurunan kualitas air laut Pekerjaan Konstruksi Bawah

5 Penurunan kualitas air laut Pekerjaan Konstruksi Atas

TAHAP OPERASI
1 Peluang kerja Pemenuhan Tenaga Kerja

2 Persepsi negatif masyarakat Pemenuhan Tenaga Kerja

3 Penurunan kualitas udara Operasional Pelabuhan

4 Peningkatan kebisingan Operasional Pelabuhan

46
47

5 Peningkatan mobilitas masyarakat Operasional Pelabuhan

6 Persepsi negatif masyarakat Operasional Pelabuhan

7 Perubahan pola arus dan gelombang Operasional Pelabuhan

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Pengumpulan data adalah suatu cara mendapatkan beberapa data dari

parameter-parameter komponen lingkungan kemudian dilakukan analisa. Data-

data tersebut digunakan sebagai masukan dalam memprakirakan besaran dan sifat

penting dampak yang mana memiliki tujuan-tujuan berikut :

 Menelaah, mengamati, dan mengukur rona lingkungan awal yang

diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek.

 Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang

diperkirakan akan memberi dampak besar dan penting pada lingkungan

hidupsekitarnya.

Jenis data yang diperlukan untuk studi AMDAL ini berupa data primer

dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui pengukuran, pengamatan,

wawancara/ kuisioner atau sampling (analisis di laboratorium) secara langsung di

lapangan. Data sekunder didapatkan dari data penelitian orang lain (pendekatan

kajian pustaka) atau instansi (pendekatan institusional) yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berikut ini penjelasan masing-masing

pengambilan data.

a) Pendekatan Survei Lapangan


48

Data-data yang diperlukan secara langsung didapatkan

dengan melakukan penelitian di lokasi-lokasi yang berkaitan

dengan rencana kegiatan. Metode yang dilakukan untuk melakukan

penelitian antara lain:

 Metode Pengukuran dan Pengamatan Langsung

Metode ini adalah dengan melakukan pengukuran dan

pengamatan komponen lingkungan secara langsung sesuai

dengan kondisi yang ada di lapangan pada saat pengamatan,

misalnya: pengamatan flora dan fauna, pengamatan sistem

drainase dan lainnya.

 Metode Sampling Sesaat atau Periodik

Metode ini adalah dengan cara pengambilan sampel

komponen lingkungan pada saat yang telah ditentukan

sebelumnya secara berkala atau periodik untuk kemudian

dilakukan analisis sampelnya di laboratorium, misalnya:

pengambilan sampel kualitas air, kualitas udara ambien, dan

lainnya.

 Metode Wawancara dengan Kuesioner

Metode wawancara dengan kuesioner ini pada dasarnya

adalah melakukan tanya jawab secara langsung kepada obyek

manusia untuk mendapatkan tanggapan dan persepsinya

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan yang akan

dilaksanakan. Oleh karena itu metode ini umumnya


49

digunakan untuk pengamatan komponen sosial ekonomi dan

budaya.

b) Pendekatan Kajian Pustaka

Pendekatan kajian pustaka adalah pendekatan dengan cara

menelaah beberapa sumber tertulis. Sumber tertulis tersebut harus

dapat dipertanggungjawabkan validitasnya. Sumber tertulis tersebut

meliputi buku, jurnal ilmiah, atau publikasi umum lainnya serta

dokumen lain. Termasuk dalam hal ini adalah memperhatikan studi

yang pernah dilaksanakan oleh pihak lain. Penyusunan dapat

menggunakan data dari studi ilmiah tersebut selama data tersebut

masih relevan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan komponen

lingkungannya.

c) Pendekatan Instansional

Pendekatan instansional merupakan pendekatan langsung kepada

instansi terkait. Data-data yang dibutuhkan didapatkan dari instansi

terkait. Instansi-instansi tersebut misalnya Dinas Kesehatan, Dinas

Perhubungan, Badan Lingkungan Hidup, Bappeda dan lain-lain.

Pengumpulan data primer, ditekankan pada komponen

lingkungan yang akan terkena dampak besar dan penting oleh kegiatan

sesuai dampak penting hipotetis secara langsung di lapangan, yang


50

meliputi: Komponen Fisik-Kimia, Komponen Sosial, Ekonomi dan

Budaya, dan Komponen Hidrooseanografi.

Cara pengumpulan data primer ini minimal dilakukan dengan

cara pengamatan visual di lapangan untuk merekam kondisi fisik.

Pengambilan sampel atau contoh kualitas lingkungan untuk mengetahui

kandungan unsur-unsur tertentu (fisika, kimia dan biologi) dan dilakukan

analisis di laboratorium yang dilakukan oleh petugas yang telah terlatih

atau diakui keabsahannya oleh Pemerintah.

Penelitian sosial, ekonomi dan budaya dilakukan dengan cara

mengadakan wawancara dengan menggunakan instrumen terstruktur dan

dilaksanakan terhadap responden/ warga yang dipilih dari sampel yang

representatif untuk mendapatkan hasil yang obyektif.

Berikut ini diuraikan metode pengumpulan dan analisis data

yang akan digunakan pada Studi ANDAL berdasarkan Dampak Penting

Hipotetik yang ditetapkan.

4.1.1 Komponen Fisik-Kimia

A. Kualitas Udara Ambien

Metode pengumpulan dan analisis data kualitas udara ambien digunakan

untuk DPHNo. 3 pada Tahap Operasi (Tabel 4.1).

A.1. Metode Pengumpulan Data


51

Metode pengumpulan data kualitas udara ambien adalah uji

sampling dengan peralatan Air Sampler Impinger. Pelaksanaan sampling

(sesuai SNI 19-7119.3-2005) akan dilakukan oleh institusi Laboratorium

Lingkungan terakreditasi dan teregistrasi berdasarkan Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2009 tentang Laboratorium

Lingkungan. Data yang dikumpulkan terutama untuk parameter TSP/ debu.

Metode pengambilan sampel udara ambien dan kebisingan yang dilakukan

mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Timur No 10 Tahun 2009 Tentang

Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak Di Jawa

Timur. Jumlah dan lokasi titik sampel adalah:

1. Satu titik di rencana pintu masuk pelabuhan baru

2. Satu titik di dalam area pelabuhan eksisting

3. Satu titik di daerah permukiman sekitar lokasi rencana kegiatan

A.2. Metode Analisis Data

Metode analisis dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan

kualitatif. Untuk parameter debu (TSP) yang dilakukan adalah menggunakan

metode dalam SNI 19-7119.3-2005 (Udara ambien - Bagian 3: Cara uji

partikel tersuspensi total menggunakan peralatan high volume air sampler/

HVAS dengan metode gravimetri). Parameter tersebut selanjutnya akan

dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara menurut Peraturan Gubernur


52

Jawa Timur No 10 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Udara Ambien Dan

Emisi Sumber Tidak Bergerak Di Jawa Timur dan dilakukan perhitungan

matematis.

B. Kebisingan

Metode pengumpulan dan analisis data kebisingan digunakan untuk DPH

No. 1 dan 3 Tahap Konstruksi, dan DPH No. 4 Tahap Operasi (Tabel 4.1).

B.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data kebisingan adalah uji sampling dengan

peralatan Sound Level Meter. Pelaksanaan sampling akan dilakukan oleh

institusi Laboratorium Lingkungan terakreditasi dan teregistrasi berdasarkan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 6 Tahun 2009 tentang

Laboratorium Lingkungan. Data yang dikumpulkan adalah tingkat

kebisingan.

Jumlah titik sampling yang direncanakan adalah 3 (dua) titik, yaitu :

a. Satu titik di rencana pintu masuk pelabuhan baru

b. Satu titik di dalam area pelabuhan eksisting

c. Satu titik di daerah permukiman sekitar lokasi rencana kegiatan

B.2. Metode Analisis Data

Metode analisis data untuk parameter kebisingan berupa

perbandingan dengan baku mutu tingkat kebisingan menurut Keputusan


53

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat

Kebisingan untuk kawasan pelabuhan dan Baku Tingkat Kebisingan untuk

kawasan permukiman .

C. Kualitas Air Laut

Metode pengumpulan dan analisis data kualitas air laut digunakan

untuk DPH No. 4 dan 5 Tahap Konstruksi (Tabel 4.1).

C.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah

pengambilan sampel air dii laut pada 3 (dua) titik, yaitu :

1. Satu titik terletak pada lokasi rencana jetty

2. Satu titik terletak pada titik awal lokasi rencana trestle

3. Satu titik terletak pada perairan sebagai alur pelayaran

C.2. Metode Analisis Data

Metode analisis data kualitas air adalah dengan metode pengukuran

dan peralatan yang digunakan dalam menelaah kualitas air permukaan dapat

dilihat pada Tabel 3.2. yang kemudian hasil analisa disajikan dalam bentuk

tabulasi dan dilakukan perbandingan dengan baku mutu dalam Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku

Mutu Air Laut khususnya Baku Mutu Air Laut Untuk Perairan Pelabuhan

(Lampiran I).
54

Tabel 4.2. Metode Pengumpulan dan Analisis Kualitas Air

( Lampiran )

4.1.2. KOMPONEN BIOLOGI


A. Flora dan Fauna Darat
A.1. Metode Pengumpulan Data
A.1.1 Flora Darat

Metode pengumpulan data primer untuk flora darat berupa vegetasi

mangrove dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan di 2

(dua) lokasi:

1. Satu titik di daerah mangrove di Kelurahan Sukabumi

2. Satu titik di daerah mangrove di Kelurahan Mangunharjo

Pengumpulan data mangrove dengtan menggunakan line transect

dan quadrat method. Adapun prosedur analisa vegetasi sebagi berikut :

 Membuat transek dengan minimal 3 buah kuadrat. Ukuran minimum

kuadrat adalah 10 m x 10 m untuk semua kategori tegakan.

 Untuk setiap kuadrat dilakukan identifikasi spesies kemudian pengukuran

keliling batang setinggi dada (Girth at Breast Height) dengan menggunakan

meteran jahit untuk pohon (diameter >4 cm), sapling (diameter < 4 cm,

tinggi 1 m), dan seedling (tinggi < 1 m).

 Untuk sub-kuadrat tiap tegakan, antara lain pohon (10 m x 10 m), sapling

(5 m x 5 m), dan seedling (2 m x 2m).

Dilakukan identifikasi dan perhitungan jumlah individu spesies per sub-

kuadrat
55

A.1.2 Fauna Darat

Metode pengumpulan data primer untuk fauna darat

dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan di 2 (dua)

lokasi:

1. Satu titik di daerah mangrove di Kelurahan Sukabumi

2. Satu titik di daerah mangrove di Kelurahan Mangunharjo

Komponen fauna darat yang diamati dan diinventarisasi adalah satwa liar

yang

mungkin ada maupun satwa budidaya, baik dari jenis mammalia, jenis-jenis

burung (aves), vertebrata dan invertebrata umumnya. Metode yang digunakan

yaitu pengamatan langsung dengan parameter keanekaragaman jenis dan

kelimpahan.

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan jenis, jumlah, dan

karakteristik fauna darat tersebut, serta potensinya sebagai komponen

ekosistem daratan dan kategori kelangkaannya. Pengumpulan data

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan penetapan pembuatan

plot-plot cuplikan dan wawancara langsung pada masyarakat di wilayah

sekitar rencana kegiatan.

A.2. Metode Analisis Data

Metode analisa analisis vegetasi darat alami dengan cara

menghitung nilai kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi

relatif, dominansi, dominansi relatif, dan indeks nilai penting. Selain

itu, dilakukan perhitungan Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner


56

dan dicocokkan dengan daftar flora dan fauna yang dilindungi

undang-undang di Indonesia mengacu pada Peraturan Pemerintan No

7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa .

Sedangkan, untuk metode analisis fauna dengan menghitung

banyaknya kelimpahan pada setiap spesies, Indeks Keanekaragaman

Shanon –Wienner, dan Indeks Dominansi. Kemudian dilakukan

analisis terkait jenis fauna yang ditemukan di sekitar lokasi rencana

kegiatan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintan No 7 Tahun

1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa .

B. Flora Fauna Laut (Plankton dan

Benthos )

B.1. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara sampling langsung di

lapangan. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring air

dari badan perairan menggunakan plankton net. Titik lokasi sampling

plankton dan bentos ada sama dengan lokasi pengambilan sampel kualitas air

laut . Pengoperasian plankton net adalah dengan cara ditarik pada sisi

samping atau belakang perahu dengan kecepatan rendah, sekitar 2 knot (3.8

km/jam) selama beberapa menit. Volume air tersaring dapat dicari melalui

persamaan berikut;

𝑉 =𝐴𝑥𝑑

Dimana : V = Volume air tersaring (m3)


57

A = Luas mulut plankton net (π x r2) (m2)


d = Jarak penarikan plankton net (m)

Sampel plankton yang tersaring selanjutnya dimasukkan kedalam

botol sampel dan diawetkan dalam buffered-formalin 4%. Sampel

fitoplankton dapat langsung diidentifikasi tanpa proses sorting terlebih

dahulu. Sebanyak 1 ml sampel diteteskan kedalam sedgwick rafter dan

diamati dibawah mikroskop compound. Selanjutnya fitoplankton

diidentifikasi dan dihitung jumlahnya pada tiap kategori takson.

Khusus untuk pengamatan zooplankton, sampel dituang kedalam

Petri dish dan diamati dibawah mikroskop stereo. Selanjutnya zooplankton

diidentifikasi dan dihitung jumlahnya pada tiap kategori takson.

Sampel bentos (makroinvertebrata bentik/makrozoobentos) diambil

dengan menggunakan bantuan untuk mengambil sampel sedimen beserta

bentosnya dari dasar perairan, yaitu dengan bantuan alat van Veen grab atau

Peterson grab. Setelah pengambilan sampel yang kemudian dilakukan

adalah penyaringan dari sampel. Pada dasarnya sampel yang diperoleh saat

pengambilan menggunakan grab masih bercampur dengan materi–materi

lainnnya. Dalam hal ini dibutuhkan saringan (sieve) bertingkat. Untuk

ukuran mata saringan terkecil yang biasa digunakan adalah 0.5 mm (English

et al. 1994; Ferianita-Fachrul 2005). Sampel diletakkan di atas saringan dan

kemudian dialiri air hingga materi lain selain benda berukuran diatas 0.5

mm akan tertahan.
58

Makrofauna bentik yang tertahan pada masing-masing saringan

selanjutnya dimasukkan kedalam wadah (container) dan diawetkan dalam

larutan buffered-formalin 4% untuk selanjutnya dipilah (sorting) dan

diidentifikasi hingga taksa genus atau spesies dan dihitung kelimpahannya.

B.2 Metode Analisis Data


Analisis data untuk plankton dan benthos menggunakan
persamaan matematis untuk menghitung nilai keanekaragamannya
(H’), terkait dengan salah satu fungsi plankton sebagai bioindikator
kualitas perairan. Nilai Indeks Keanekaragaman (Diversity Index)
berdasarkan formulasi Shannon-Wiener berikut :

Dimana : H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wiener


ni = Jumlah individu species i
N = Jumlah total individu semua species

Selanjutnya dari nilai Indeks Diversitas dapat diketahui kualitas

suatu perairan berdasarkan tabel kualitas perairan berdasarkan indeks

diversitas biota perairan.

Tabel Kualitas Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Biota

Plankton dan Bentho

Indeks
Keanekaragaman Kondisi struktur komunitas Kategori
> 2.41 Sangat stabil Sangat baik

1.81 – 2.4 Lebih stabil Baik


1.21 – 1.8 Stabil Sedang
0.61 – 1.2 Cukup stabil Buruk
59

< 0.6 Tidak stabil Sangat buruk


(Sumber: Wibisono, 2005)

4.2 Titik Koordinat Pengambilan Sampel

Jumlah dan lokasi pengambilan sampel secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut.

Tabel Jumlah dan Lokasi Pengambilan Sampel Uji Kualitas Lingkungan


Lokasi
Komponen Pengambilan Titik
No Lingkungan Sampel Koordinat

Kualitas Udara 1. Area dalam pelabuhan


1. ambien aksisting 7°44'3.08" S
113°12'59.20" T
2. Rencana pintu masuk
pelabuhan 7°44'12.10"S
baru 113°12'52.10"T
3. Permukiman sekitar
lokasi rencana 7°44,15.12" S
kegiatan 113°12'50.04" T
1. Area dalam
2. Kebisingan pelabuhan aksisting 7°44'3.08" S
113°12'59.20" T
2. Rencana pintu masuk
pelabuhan 7°44'12.10"S
baru 113°12'52.10"T

3. Permukiman sekitar
lokasi rencana 7°44,15.12" S
kegiatan 113°12'50.04" T
Satu titik
terletak pada
3 Kualitas Air Laut 1. lokasi 7°42'29.84" S
rencana jetty 113°13'2.01"T
Satu titik terletak
2. pada titik awal 7°42'53.27"S
lokasi rencana
trestle 113°12'50.16"T
Satu titik terletak
3. pada rencana 7°42'13.63"S
alur kapal 113°13'2.23"T
Satu titik di
daerah mangrove
5. Flora Fauna Darat 1. di 7°44'20.11"S
60

Kelurahan
Sukabumi 113°12'27.71"T
Satu titik di
daerah mangrove
2. di 7°44'21.36"S
Kelurahan
Mangunharjo 113°13'50.68"T
Satu titik
Plankton dan terletak pada
6. Benthos 1. lokasi 7°42'29.84" S
rencana jetty 113°13'2.01"T
Satu titik terletak
2. pada titik awal 7°42'53.27"S
lokasi rencana
trestle 113°12'50.16"T
Satu titik terletak
3. pada rencana 7°42'13.63"S

4.3 Metode Prakiraan Dampak

Metode prakiraan dampak penting yang dipaparkan meliputi

metode prakiraan besaran dampak dan metode penentuan sifat penting

dampak dalam kegiatan studi AMDAL. Metode prakiraan yang digunakan

untuk masing-masing dampak penting hipotetik sebagaimana paparan

selanjutnya dan penentuan sifat penting dampak. Metode yang digunakan

dapat berupa metode formal maupun metode non formal. Metode formal

digunakan berdasarkan ketersediaan model perhitungan bagi dampak yang

timbul, yang telah diakui secara nasional dan/ atau internasional. Termasuk

dalam metode formal adalah rumus matematis dan eksperimen. Sedangkan

metode informal digunakan jika terdapat keterbatasan model perhitungan,

sehingga asumsi prakiraan dampak disertai dengan argumentasi/ alasan yang

menjadi dasar. Termasuk dalam metode ini adalah pembobotan, analogi, dan

penilaian pakar.
61

4.3.1. Metode Prakiraan Besaran Dampak

Prakiraan besaran dampak merupakan perbedaan antara kondisi

lingkungan sebelum adanya kegiatan dan yang diperkirakan akan ada setelah

kegiatan. Kondisi besarnya perubahan lingkungan yang dianalisis meliputi

keseluruhan komponen lingkungan, antara lain: komponen fisik kimia,

biologi, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat. Dalam penilaian

besaran dampak perlu dilakukan identifikasi dampak dan analisis secara

detail dengan mennggunakan beberapa pendekatan.

Dalam menilai besaran dampak lingkungan dipergunakan 3 pendekatan, yaitu :

a. Metode Pendekatan Model Matematis

Pendekatan menggunakan persamaan matematis akan

diperoleh nilai atau besaran parameter lingkungan. Pendekatan ini

digunakan untuk memprakirakan besar dampak yang akan terjadi.

b. Metode Pendekatan Berdasarkan Analogi

Pendekatan bedasarkan analogi adalah mengkaji dampak

yang timbul akibat kegiatan proyek yang sejenis pada daerah tertentu

dan memiliki kesamaan dengan proyek yang akan dibangun ini

sehingga akan diperoleh prakiraan masalah-masalah lingkungan

yang akan timbul dari rencana kegiatan ini.

c. Metode Pendekatan dengan Penggunaan Baku Mutu Lingkungan


62

Pendekatan dengan penggunaan baku mutu dapat

memperkirakan dampak yang terjadi dibandingkan dengan kriteria

baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan pada

peraturan perundangan yang berlaku, baik yang berskala nasional,

sektoral maupun regional.

d. Metode Penilaian Para Ahli (Professional Judgement)


Penilaian besarnya dampak ditetapkan berdasarkan pengetahuan

dan pengalaman para tim ahli sesuai dengan keahlian dari masing-

masing. Komponen lingkungan yang prakirakan dampaknya berdasarkan

penilaian (judgement) adalah: flora dan fauna, kesehatan masyarakat,

konflik sosial/ ketidakpuasan, sanitasi lingkungan, serta persepsi dan

sikap masyarakat.

Berikut dipaparkan metode prakiraan besaran dampak setiap komponen

lingkungan.

1. Kualitas Udara Ambien

Digunakan untuk memprakirakan besaran dampak pada DPH

No. 3 pada Tahap Operasi (Tabel 4.1). Metode prakiraan yang

digunakan adalah metode formal dalam hal ini Box Model (Rau dan

Wooten, 1980). Dasar teoritis penggunaan model tersebut adalah:

 Naiknya kolom udara menyebabkan pengadukan secara vertikal

dan menghasilkan turbulensi berskala besar di atmosfir. Turbulensi


63

ini berlangsung dalam arah 3 dimensi sehingga juga menghasilkan

pengadukan horizontal.

 Pencemar yang dilepaskan diatas permukaan tanah akan teraduk

hampir uniform sampai ketinggian mixing height (batas atas

dispersi pencemar di atmosfir).

 Mixing height dipengaruhi temperatur udara diberbagai

ketinggian. Puncak awan merupakan indikasi tingginya mixing

height. Besaran Mixing height yang umum digunakan berkisar

antara 200 - 4.000 m diatas permukaan tanah, batas fisik yang

dibuat acuan adalah keberadaan awan.

Persamaan untuk Box Model adalah sebagai berikut :

Dimana :
C = Konsentrasi partikulat, µg/m3

Q = Berat pencemar yang diemisikan, µg/dt *


x = Lebar box (ditetapkan 100 m)
y = Tinggi box (ditetapkan 200 m)
z = Kecepatan angin (12,5 knots = 6,43 m/detik)

Nilai Q (berat pencemar yang diemisikan) mengacu pada

standar emisi EPA (AP-42) untuk jenis peralatan pada kegiatan

konstruksi dan operasi.


64

2. Kebisingan
Digunakan untuk memprakirakan besaran dampak pada DPH No. 1

dan 3 tahap konstruksi dan DPH No. 4 tahap operasi (Tabel 4.1).

Metode prakiraan besaran dampak yang digunakan adalah metode

formal matematis.

4.4 Metode Prakiraan Sifat Penting Dampak

Besaran dampak diprakirakan berdasarkan konsep Munn dalam Otto

Soemarwoto (1988)1 yang mengatakan bahwa dampak suatu kegiatan

pembangunan terhadap lingkungan ialah perbedaan antara kondisi yang

diperkirakan akan ada tanpa adanya kegiatan pembangunan dan yang diperkirakan

akan ada dengan adanya kegiatan pembangunan tersebut, pada tataran waktu yang

sama. Munn berpendapat bahwa sifat kondisi lingkungan tidak stabil di waktu

mendatang meski tidak ada kegiatan pembangunan, karena sebagian besar sifat

lingkungan memang tidak statis, melainkan dinamis. Dengan demikian besaran

dampak diformulasikan sebagai :

Dimana :
KL2 = Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang dengan
adanya rencana kegiatan
KL1 = Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang tanpa
adanya rencana kegiatan.

Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter

lingkungan yang ditinjau. Sebagai titik acuan digunakan nilai parameter lingkungan
65

dalam rona awal lingkungan (KL0). Dengan demikian secara praktek bisa

dikatakan bahwa KL1 adalah KL0 yang diproyeksikan dengan nilai pertumbuhan

alami pada suatu jangka waktu tertentu dari suatu parameter lingkungan hidup.

Sedangkan KL2 adalah KL0 yang diproyeksikan dengan nilai pertumbuhan yang

diakibatkan suatu rencana kegiatan pada suatu jangka waktu tertentu dari suatu

parameter lingkungan hidup.

Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting dapat dilakukan

dengan metode formal ataupun non-formal. Penggunaan data runtun waktu (time

series) yang tersedia akan menunjukkan perubahan kualitas lingkungan dari waktu

ke waktu untuk mendukung telaahan. Dilakukan pula analisis perbedaan kondisi

kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya rencana kegiatan dan

tanpa adanya rencana kegiatan.

Penentuan sifat penting dampak mempertimbangkan beberapa kriteria yang

mengacu pada pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu:

1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana kegiatan

2. Luas wilayah penyebaran dampak;

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena

dampak;

5. Sifat kumulatif dampak;

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/ tidaknya

dampak, maka

dilakukan keputusan akhir untuk menentukan tingkat kepentingan dampak rencana

kegiatan terhadap lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat


66

kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P) dan Dampak

Tidak Penting (TP). Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai

berikut :

1) Jika kriteria nomor 1 (jumlah penduduk yang terkena dampak) masuk

dalam kriteria penting, maka prakiraan dampaknya adalah Penting (P).

2) Jika jumlah kriteria P (Penting) ≥ 3 maka prakiraan dampaknya adalah

Penting (P).

3) Jika jumlah P ≤ 2 maka prakiraan dampaknya adalah Tidak Penting (TP).

Sebagai panduan dasar untuk menentukan sifat kepentingan dampak

berdasarkan

kriteria pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 ditunjukkan pada

tabel dibawah ini. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat pertimbangan lain

disesuaikan prakiraan dampak yang dievaluasi.

Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika :

1) Melebihi baku mutu lingkungan

2) Tidak melebihi baku mutu lingkungan tetapi:

Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi

maksimum Laju emisi dan beban pencemaran

mencapai kondisi maksimum

3) Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran

Khusus untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya, sifat penting atau tidak

penting

dan positif atau negatif dampak ditetapkan sebagai berikut :

1) Dampak penting menunjuk perubahan, dalam konteks lingkungan, yang

berupa ketidak-seimbangan baik sumber daya alam, infrastruktur, institusi-


67

institusi sosial (pola hidup, mata pencarian, pendapatan, pendidikan, dan

kesehatan), sistem nilai (kepercayaan, pengetahuan, ilmu pengetahuan,

ideologi, dan adat istiadat), hubungan sosial (kolektivitas, harmoni dan

disharmoni atau konflik) akibat dari intervensi dan/ atau eksploitasi

terhadap sistem lingkungan hidup.

2) Dampak penting positif menunjuk pada ketidakseimbangan, akan tetapi

apabila difasilitasi akan terjadi keseimbangan baru dalam lingkungan hidup

sebab unsur sarana dan prasarananya masih tersedia, meski telah terjadi

intervensi dan eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup. Jika fasilitasi

dilakukan maka reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan

gejolak.

3) Dampak penting negatif menunjuk pada ketidakseimbangan sistem

lingkungan hidup dimana diperlukan adanya sarana dan prasarana baru

untuk terciptanya keseimbangan. baru dalam sistem lingkungan hidup. Jika

dilakukan proses fasilitasi namun tanpa penyediaan sarana dan prasarana

baru yang menjadi kebutuhan masyarakat, maka akan sulit terjadi

terwujudnya keseimbangan baru. Jika hal ini dilakukan akan mengundang

reaksi besar dari masyarakat

4) Dampak tidak penting menunjuk pada tidak terjadinya perubahan yang berarti

dalam sistem lingkungan hidup meskipun terjadi intervensi dan eksploitasi

lingkungan hidup. Pada tingkat ini tingkat reaksi masyarakat sangat kecil dan

tidak berarti.

4.4 Metode Evaluasi Holistik


68

Evaluasi holistik terhadap dampak lingkungan dimaksudkan

sebagai penelaahan dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan

secara menyeluruh. Hasil evaluasi selanjutnya menjadi masukan bagi

lembaga yang berwenang untuk memutuskan kelayakan lingkungan dari

rencana kegiatan.

Dalam mengevaluasi dampak penting akan dilakukan dengan

pendekatan secara holistik antara berbagai komponen lingkungan yang

terkena dampak. Berbagai dampak positif maupun negatif akan ditelaah

sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga

diketahui sampai sejauh mana perimbangan antara resiko dan manfaat yang

akan diterima. Dampak penting yang dihasilkan dari evaluasi adalah

dampak-dampak yang akan dikelola dalam Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) dan dipantau dalam Rencana Pemantauan Lingkungan

(RPL). Dalam evaluasi dampak akan dilakukan analisis dengan pendekatan:

1. Sebab akibat dampak dengan bantuan bagan alir.

2. Sifat dan karakteristik dampak, misalnya positif atau negatif,

sinergik atau antagonistik atau saling menetralisir.

3. Hasil analisis di atas akan memberikan tiga pendekatan yang dapat

dilakukan yaitu : menemukan alternatif kegiatan yang dapat

dilakukan, meminimalkan penyebab dampak, atau gabungan kedua

tindakan tersebut.

Metode yang digunakan dalam evaluasi dampak penting adalah

Metode Bagan Alir Keterkaitan Dampak dan Metode Matrik karena


69

dianggap dapat memperlihatkan keterpaduan, interaksi antar dampak, dan

aliran dampak, sehingga bisa diketahui dimana dan kapan upaya pengelolaan

dan pemantauan dilakukan. Evaluasi penilaian sifat penting dampak

berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan. Evaluasi dampak ini bertujuan untuk:

1. Memberikan informasi tentang komponen apa saja yang terkena

dampak dan seberapa besar dampak itu terjadi.

2. Memberi bahan untuk mengambil keputusan terutama komponen

apa saja yang terkena dampak. Sementara itu dengan informasi ini

akan dapat diputuskan macam dan jenis mitigasinya. Lebih jauh

dapat diketahui seluruh komponen yang terkena dampak serta

kepastian apakah ilmu pengetahuan dan teknologi mampu

mencegah dan menanggulangi dampak negatif yang timbul.

Bagian akhir dari evaluasi holistik yang dilakukan adalah

menyimpulkan atau memberikan pernyataan kelayakan lingkungan hidup

atas rencana kegiatan yang dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria

kelayakan antara lain sebagai berikut :

a. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

c. Kepentingan pertahanan keamanan.


70

d. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting

dampak dari aspek bio-geo-fisik-kimia, sosial, ekonomi, budaya,

tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi,

konstruksi, dan operasi rencana kegiatan.

e. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting

sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling

mempengaruhi sehingga diketahui perimbangan dampak penting

yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.

f. Kemampuan pemrakarsa dan/ atau pihak terkait yang bertanggung

jawab dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan

ditimbulkan dari kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan

teknologi, sosial, dan kelembagaan.

g. Rencana kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau

pandangan masyarakat (emic view).

h. Rencana kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/ atau mengganggu

entitas ekologis yang merupakan :

1) entitas dan/ atau spesies kunci (key species);

2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);

3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);

dan/atau

4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).

i. Rencana kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap kegiatan

yang telah berada di sekitar lokasi rencana kegiatan.


71

j. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari

lokasi rencana kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan

daya tampung lingkungan dimaksud

BAB V

SIMPULAN

Simpulan pada Kajian Dampak Penting Hipotetik ( DPH) Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) di Dermaga 3 Probolinggo Praktek Kerja

Lapangan ini adalah:

1. Dampak penting hipotetik pada pembangunan Dermaga 3 probolinggo adalah:

a. Peningkatan kebisingan

b. Penurunan kinerja jalan

c. Peningkatan kebisingan

d. Penurunan kualitas air laut

e. Peluang kerja

f. Persepsi masnyarakat

g. Penurunan kualitas udara

h. Peningkatan mobilitas masyarakat

i. Perubahan pola arus dan gelombang

2. Parameter yang di uji pada saat kerja praktek lapangan adalah :

a. Kebisingan

b. Kualitas udara
72

c. Kualitas Air laut

d. Biologis ( flora fauna )

Daftar Pustaka

Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo. 2016. Dokumen Informasi Kinerja


Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Kota Probolinggo
Tahun 2016. Probolinggo : BLH Kota Probolinggo

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo. 2016. Revisi Rencana


Detail Tata Ruang Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Probolinggo :
Bappeda - Kota Probolinggo

BPS. 2016. Kota Probolinggo Dalam Angka Tahun 2016. Probolinggo : Badan
Pusat Statistik

BPS. 2016. Kecamatan Mayangan Dalam Angka Tahun 2016. Probolinggo : Badan
Pusat Statistik

Champion, Dean J. 1981. Basic Statistic for Social Research. New York :
Macmillan Publisher. Co. Inc.

Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur. 2013.
Laporan Akhir Penyusunan Addendum AMDAL Pelabuhan Laut Tanjung
Tembaga Probolinggo.

Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur. 2016.
Laporan Akhir Penyusunan Kajian Teknis Pembangunan Dermaga III
Pelabuhan Probolinggo.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan
73

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Getaran

US FTA. Transit Noise & Vibration Impact Assessment. Wahington DC : United


State Departement of Transportation Federal Transit Administration

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai