Anda di halaman 1dari 21

DED

Aerasi dan Koagulasi


Unit Aerasi
• Unit aerasi digunakan untuk meningkatkan konsentrasi DO di
air yang diolah.
• Peningkatan kandungan oksigen ini dapat dilakukan dengan
cara pneumatis dan hidrolis
• Pneumatis  menggunakan diffuser. Untuk suplai udara
dengan pneumatis lebih sering digunakan karena lebih
fleksibel untuk debit air yang berfluktuasi
• Hidrolis  menggunakan beda ketinggian untuk mensuplai
oksigen dalam air. Metode ini lebih sederhana dan murah,
tetapi kurang fleksibel. Karena perencanaan ketinggian
hidrolis untuk debit tertentu dan peningkatan DO tertentu
Tahapan perencanaan Diffused
Aeration
• Pencarian data konsentrasi DO air yang diolah untuk kondisi
paling minimum DO
• Data suhu air yang diolah
• Data lokasi wilayah perencanaan  untuk mengetahui lokasi
diffused aeration diatas muka laut
• Menghitung kecepatan udara (N)  Perlu dicari vol. air yang
diolah serta konsentrasi oksigen jenuh (Cs) di air berdasarkan
beda tekanan atmosfer
• Suhu yang digunakan jadi acuan perencanaan adalah 20oC
(karena persamaan kecepatan udara dibuat untuk suhu acuan
20oC  Reynold dan Richard, 1996)dan tekanan atmosfer
pada ketinggian +0.00 diatas muka laut 760 mmHg (Reynolds
dan Richard, 1996)
Penentuan waktu detensi (td)
• Perencanaan aerasi dengan difusi ini berdasarkan data dari
penelitian yang pernah dilakukan. Penelitian ini menjadi
acuan untuk meningkatkan DO air baku saat kondisi terburuk
yaitu 1 mg/L menjadi >5 mg/L. Suhu airnya adalah 25oC.
• Aerasi yang direncanakan menggunakan difuser, sehingga
dipilih referensi untuk meningkatkan DO dengan difuser. Salah
satunya Kossay (2006) menyatakan dalam waktu 1 jam, DO
dapat meningkat diatas 5 mg/L
Penentuan Volume (V)
• V = Q . td
Penentuan tekanan atmosfer untuk
ketinggian lokasi Difused aeration
• Elevasi diffused aeration sama
seperti elevasi kota Surabaya dari
muka air laut = … m 
• Qperencanaan = L/dt
• Dari table tekanan atmosfer
(Reynold & Richards, 1996) untuk Interpolasi
berbagai elevasi diketahui
tekanan atmosfernya ….mmHg.
Lakukan interpolasi jika elevasi
yang diinginkan tidak ada di Tabel

• Misal tekanan atmosfer untuk


elevasi 8,5 m adalah 759,56
mmHg
Penentuan nilai Cs (Kandungan oksigen jenuh)
• Dari data kualitas air
diketahui bahwa kualitas
kadar air khlorida adalah 0
mg/L dan suhu air yang
akan diolah 28oC sehingga
kejenuhan oksigen
terlarut = 7,92 mg/L
Penentuan nilai Cs (Kandungan oksigen jenuh)
• sehingga konsentrasi okesigen jenuh untuk 759.56 mmHg dan suhu air
28 oC adalah : PP
Cs  DO5 '  DO5
760  P
759,56  25 734,566
Cs  DO5 '  7,92  7,92  7,91
760  25 735

Suhu (oC) Tekanan uap (mmHg)


0 4,5
Misal nilai tekanan uap untuk 5 6,5
28oC = 25 mmHg (untuk nilai 10 9,2
sesungguhnya silahkan dicari)
15 12,8
20 17,5
25 23,8
30 31,8
Sumber: Benefield & Randall (1982) dalam
Masduqi dan Assomadi (2012)
Penentuan kecepatan udara (N),
Penentuan kecepatan udara diketahui dari hasil analisis lab
untuk mendapatkan nilai Kla

misal jika nilai KLa = 0,035 / menit = 2,1 / jam


dM
 N  K La .V .(Cs  Ct )
dt
N  2,1 / jam.100 L / dt.1 jam.(7,91  1mg / L)
N  1.451mg / dt  0,001451kg / dt
Penentuan Jumlah Udara yang
dibutuhkan
• Suhu udara kota surabaya (misal 38oC) harus dirubah dalam
satuan Farenheit sehingga :
 9
( o F )  38o Cx   32  100o F
 5
• Untuk suhu 100oF pada elevasi 8,5 m= 27.8871 ft, maka dapat
diketaui densitas udara ( udara) dari grafik “Density or
Specific Weight of Air 36% relative humidity” yaitu 0.069 lb/ft
 udara = 0.069 lb/ft3 = 1.106 kg/m3, sehingga :
N 0,001451
Jumlah _ udara    0,00131
 _ udara 1,106
Density of specific weight
(Reynold & Richards, 1996)
Perhitungan kebutuhan udara
berdasarkan rasio oksigen di udara
• Jika diudara terdiri 21% oksigen dan 79 %
nitrogen. Asumsi 100 mol dari udara terbagi
dua, 21 mol oksigen dan 79 mol nitrogen,
Diasumsikan 8% ditransfer maka debit udara
yang dibutuhkan adalah :
• (21)(1 – 0.08) = 19.32 mol oksigen
• Prosentase oksigen pada gas diluar adalah :
19 .32
 19 .65 %
(19 .32  79 )100

100
Q _ udara  xJumlah _ udara
19.65
Perencanaan bak aerasi
• Debit = untuk 2 bak
• Waktu detensi = 60 menit
• Volume
• Dimensi; H direncanakan di kisaran 0,5 – 2,7 m
(Kossay, 2006)
1
• Cek kecepatan manning v _ manning 2/3

n
R S
1/ 2

• Cek Headloss  n V 
2

Hf   2   Lsal
 R 3 
Perencanaan Blower
(pipa utama dan pipa cabang)
Misal diameter pipa blower direncanakan 1 “
Q _ udara
kecepa tan_ pipa _ blower 
A _ pipa _ blower
Cek kecepatan pipa blower = 0,3 – 2,5 m/dt

Kehilangan tekanan di pipa BLOWER 


untuk menentukan spesifikasi blower

1268 xtxQ_ udara1.85


P 6
10 x 1 xd _ pipa _ blower 4.973
t  F (udara )  459,6
 1  (0,5 x udara )  14,7
Pemilihan blower
• Pemilihan blower berdasarkan akumulasi
kehilangan tekanan + head statis
Detail pipa blower
1.0656 m
• Jarak antar pipa cabang
n= jumlah pipa cabang Pipa Cabang
3.8 m
lebar bak 3.8  0.4  (4 x0.0508 )
  1.0656 m Dasar
(n  1) 3 Pipa
Bak
• A cabang (Luas pipa cabang): Utama
Blowe
r
A cabang = Q cabang / v cabang
• A lubang difuser = ¼ π( d lubang )2 .
• Jumlah lubang = A cabang / A lubang
• Jarak antar lubang =
(P cabang – (Jml lubang x d lubang) / (jumlah lubang + 1 )
Perencanaan KFS
• Unit Pelarut koagulan
• Unit Pembubuh koagulan
• Unit Koagulasi
• Unit Flokulasi
• Unit Sedimentasi
Unit Pelarut Koagulan
• Dosis koagulan: 30 mg/L
• Kelarutan tawas: 872 kg/m3 (Masduqi dan Assomadi, 2012)
• Berat jenis tawas: 1,0291 g/cm3 H bak (misal) = 0,7 + fb = 1,0 m
Perbandingan panjang
• Debit yang diolah 100 L/dt dan lebar dari bak ini = p:l=1:1
• Jumlah bak koagulasi: 2 A = p x l; A = p2; p = (A)1/2
• Debit tiap bak koagulasi: (100 L/dt )/ 2 =50 L/dt

Keb. Alum  (dosis _ alum ) x(Q _ bak _ koagulasi)  30mg / L.100 L / dt  10,8kg / jam
Kebutuhan _ Alum 10,8
Kebutuhan _ Alum _ Tiap _ Jam _(kg / jam)    216 Kg / jam
Kadar _ Alum 0,05

Kebutuhan _ alum _ tiap _ periode _ tertentu  216kg / jam _ x _ 6 jam  1296kg / 6 jam
Kebutuhan _ Alum _ Tiap _ Jam _(kg / jam) xperiode _ pelaru tan_( jam)

Kebutuhan _ Alum _ Tiap _ Periode _ Tertentu 216kg / jam


Vol.Tawas   
Berat _ jenis _ tawas 1,03kg / L
Vol.tawas  209,71L / jam  0,209m3 / jam  1,254m3 / 6 jam Vol.bak  Vol.tawas  Vol.air
Kebutuhan _ alum _ tiap _ periode _ tertentu 216kg / jam
Vol.air    0,248m3 / jam  1,488m3 / 6 jam
kelaru tan_ tawas 872kg / m3
Unit Pembubuh Koagulan
• Direncanakan sama dengan bak pelarut koagulan
• Perencanaan pompa dosing, dilakukan sesuai jumlah kebutuhan alum.
• Perencanaan pompa dosing  juga dihitung head yang diperlukan
KOAGULASI
• Rencanakan bak koagulasi jika td = 7-10 detik
• Kecepatan: rpm
• Pengadukan mekanis tanpa sekat
• Rencanakan diameter impeller; dimensi bak
 lihat buku Reynold dan Richards (1996)
Flokulasi
• Flokulasi yang digunakan adalah flokulasi
mekanis
• Terdiri dari 3 kompartemen
• Gradien kecepatan turun secara bertahap.
Tiap tahapan tersebut terbagi dari beberapa
kompartemen
• Lihat buku Reynold dan Richard (1996)

Anda mungkin juga menyukai