Anda di halaman 1dari 2

Pencegahan pneumoconiosis

Usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit
paru akibat debu industri. Berbagai tindakan dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau
mengurangi perkembangan penyakit. Tindakan-tindakan itu dilakukan dengan cara[1]:

1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya.

2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja untuk mengurangi kadar debu
menjadi lebih rendah dari nilai batas ambang.

3. Ventilasi keluar setempat, yaitu untuk mengalirkan bahan berbahaya keluar dari ruang
kerja

4. Melakukan isolasi terhadap proses produksi yang berbahaya.

5. Pemakaian alat pelindung diri.

6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

8. Penyuluhan sebelum bekerja, agar para pekerja mengetahui dan mematuhi aturan-aturan
kerja di perusahaan tersebut dan bekerja lebih hati-hati.

Salah satu cara paling penting untuk mengurangi risiko penyakit akibat kerja yaitu
dengan dengan menggunakan alat pelindung diri yang efektif. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri mendefinisikan alat
pelindung diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. APD yang baik adalah APD yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi
pekerja (safety and acceptation), apabila pekerja memakai APD yang tidak nyaman dan tidak
bermanfaat maka pekerja enggan untuk menggunakannya dan hanya berpura-pura agar masih
diperbolehkan bekerja atau menghindari sanksi perusahaan[2].

Pemilihan APD yang cermat merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar.
Berikut ini merupakan persyaratan yang setidaknya harus dipenuhi APD, antara lain[3]:
a. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau
bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

b. Berat alat hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.

c. Dapat dipakai secara fleksibel.

d. Bentuknya harus cukup menarik.

e. Tahan untuk pemakaian yang lama.

f. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakaianya, yang dikarenakan bentuk


dan bahayanya tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.

g. Harus memenuhi standar yang telah ada.

h. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

i. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

Jenis alat pelindung diri berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri antara lain alat pelindung kepala, alat
pelindung mata, dan muka, alat pelindung pernapasan, alat pelindung tangan, alat pelindung
kaki, dan alat pelindung jatuh perorangan[2].

Sumber:

[1]Darmawan, A. 2013. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja. Bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Vol 1 No1 p68-
83

[2]Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No PER.08/MEN/VII/2010. Alat


Pelindung Diri. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

[3]Budiono, A.M. Sugeng. 2005. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi (HIPERKES)
dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang

Anda mungkin juga menyukai