Resume Jurnal “New anticancer drug candidates sulfonamides as selective hCA IX or hCA
XII inhibitors”
Oleh :
Kelompok 1
Eva Zahroul Wafiyah 162210101022
Dana Febri Nuriyanto 162210101028
Regita Ardhia Ayu A. 162210101031
Amirun Nisaul M. 162210101104
Kiki Qurnia Rukmania 162210101119
Rohma Dwi Nintyas 162210101120
Dosen:
Dwi Koko Pratoko,S.Farm., M.Sc, Apt.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya pembelahan sel dan
proliferasi yang abnormal. Pengobatan kanker bisa dilakukan dengan melakukan kemoterapi.
Obat-obatan yang tersedia di pasar memiliki beberapa efek samping seperti selektifitas yang
rendah, toksisitas dan resistensi, maka dari itu dibutuhkan pengembangan obat antikanker
yang selektif. Meskipun ada banyak target yang tersedia untuk mengembangkan obat
antikanker, karbonat anhidrase (Cas, EC 4.2.1.1) adalah topik yang menarik untuk dibahas.
2.2 Sitotoksisitas
` Sulfonamides (19-36) diskrining efek sitotoksik secara in vitro terhadap sel karsinoma
jaringan epitel skuamosa pada mulut manusia (OSCC) [gusi (Ca9-22) dan lidah (HSC-2)] dan
jaringan mesenkimal normal pada mulut manusia [jaringan fibroblast gusi (HGF), dan
jaringan fibroblas ligamen periodontal manusia (HPLF)] melalui tes MTT menurut literatur
pada (Tabel 1).
Hasil pada Tabel 1 mengungkapkan bahwa nilai-nilai CC50 dari senyawa berada di
kisaran 6,3–42,6 μM terhadap OSCC. Senyawa tersebut memiliki sitotoksisitas dalam kisaran
6,3-24,7 μM terhadap sel Ca9-22 sementara senyawa memiliki sitotoksisitas dalam kisaran
7,3-42,6 μM terhadap sel HSC-2. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa semua
sulfonamida dalam serangkaian proses memiliki potensi antineoplastik.
Untuk mengkuantifikasi sitotoksisitas yang lebih besar untuk sel maligna
dibandingkan sel nonmaligna , dihitung indeks selektivitas (SI). Jika nilai SI rata-rata
senyawa lebih tinggi dari 1, senyawa tersebut dapat dianggap sebagai senyawa sitotoksik
selektif. Berdasarkan Tabel 1 kecuali senyawa 20, 26 dan 29, semua senyawa memiliki nilai
SI rata-rata di atas nilai 1 (SI = 1,1-9,6), senyawa 34 (SI = 9.6) dan 36 (SI = 9) selektivitas
tertinggi di antara senyawa yang disintesis. Selektivitas Tumor (TS) senyawa 34 (TS = 9.5)
dan 36 (TS = 8.9) memiliki nilai TS tertinggi di antara yang lainnya. Senyawa 34 (PSE =
141) dan 36 (PSE = 54,5) memiliki PSE tertinggi.
Sitotoksisitas dari senyawa dapat berubah bergantung pada beberapa faktor seperti
struktur kimia dari senyawa diuji, sifat fisikokimia dari senyawa, pengujian
metode sitotoksik, sifat sel yang digunakan dan mekanisme aksi senyawa yang diuji. Ketika
cincin fenil itu diganti dengan cincin thiophen bioisoster, SI dan nilai PSE dari senyawa
umumnya meningkat. Ketika 2,3,4-trimetoksi dan 3,4,5-golongan trimetoksi disubstitusi pada
cincin fenil, SI dan PSE dari senyawa umumnya meningkat. Selain itu, efek dari golongan
halogen pada nilai SI dan PSE, senyawa dengan cincin 2,3,4-trimetoksifenil dan F atau Cl
atau Br tersubstitusi sebagai bagian aril memiliki nilai SI dan PSE tertinggi.
2.3. Penghambatan karbonat anhidrase I, II, IX dan XII
Ikatan selektif untuk hCA IX dan hCA XII adalah masalah penting dalam penargetan
hipoksia tumor karena inhibitor CA klasik tidak memuaskan karena selektivitas kurang.
Menurut nilai Ki, senyawa 34 yang memiliki cincin thiophen dan cincin 2,3,4-
trimethoxyphenyl ditemukan inhibitor yang paling kuat terhadap isoenzim HCA I, II, IX dan
XII dengan nilai Ki terendah masing-masing 0,23 μM, 0,089 μM, 0,044 μM, 0,009 μM,.
Subtitusi cincin fenil oleh thiophen bioisosternya dalam senyawa 34 meningkatkan potensi
CA terhadap hCA I (2,7 kali lipat), hCA II (3,4 kali lipat), hCA IX (10 kali lipat) dan
isoenzim hCA XII (41 kali lipat).
Salah satu tantangan yang menargetkan hCA IX untuk terapi tumor adalah kesamaan
struktural hCA IX dengan hCA II. Bahkan, sebagian besar isoform CA hanya memiliki
sedikit perbedaan dalam situs aktif enzim sehingga sulit untuk merancang inhibitor yang
spesifik terhadap satu isoform. Pengikatan non-spesifik dari inhibitor CA menyebabkan
berbagai efek samping seperti iritasi mata, penyiraman, penglihatan kabur, perubahan rasa,
konstipasi, dan diare.
Senyawa 24 (161 kali lipat), 33 (38 kali lipat), 35 (85 kali lipat) ditemukan lebih
selektif terhadap hCA IX dibandingkan hCA I sementara senyawa 24 (177 kali lipat), 33
(12,1 kali lipat), 35 (12,1 kali lipat) lebih selektif terhadap hCA IX dibandingkan hCA II. Di
sisi lain, senyawa 23 (44,7 kali lipat), 28 (44,8 kali lipat), 33 (443,3 kali lipat), 35 (96,3-
lipat) dan 36 (<1250 kali lipat) lebih selektif terhadap hCA XII dibandingkan dengan hCA I
dan senyawa 20 (14,7 kali lipat), 33 (136,7 kali lipat) 36 (223,8 kali lipat) lebih selektif
terhadap hCA XII dibandingkan isozenzyme hCA II.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut memiliki selektivitas hCA
XII lebih baik dari selektivitas hCA IX. Berdasarkan pada rasio selektivitas, senyawa 36
dengan cincin thiophen dan 3,4,5-trimethoxyphenyl merupakan inhibitor dengan rasio
selektivitas tertinggi (hCA I / hCA XII = 1250 dan hCA II / hCA XII = 223.8) terhadap
isoenzim hCA XII sementara senyawa 24 dengan cincin 4-fluorophenyl dan cincin 3,4,5-
trimethoxyphenyl adalah inhibitor hCA IX yang paling selektif berdasarkan parameter rasio
selektivitas.
Perbedaan potensi inhibitor dapat dikaitkan dengan perbedaan residu protein yang
terletak di pintu masuk enzim yang menyebabkan interaksi hidrofilik atau hidrofobik yang
berbeda dengan obat atau senyawa yang lain berlokasi di sisi aktif enzim memiliki residu
protein yang sama.
3. Kesimpulan
4. Bagian eksperimental
4.4 Studi penghambatan isoenzim karbonik anhidrase I, II, IX, dan XII
Instrumen Photophysics stopped-flow digunakan untuk menguji reaksi hidrasi
CO2 yang dikatalisis oleh CA. Fenol merah (pada konsentrasi 0,2 mM) digunakan
sebagai indikator. Konsentrasi CO2 berkisar antara 1,7 hingga 17 mM untuk
penentuan parameter kinetik dan konstanta inhibisi. Inhibitor dan larutan enzim
diinkubasi bersama-sama selama 15 menit pada suhu kamar sebelum uji, untuk
memungkinkan pembentukan E-I kompleks. Persentase penghambatan diperoleh
dengan menggunakan PRISM 3.