Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PRAKTIKUM KESUBURAN, PEMUPUKAN, DAN KESEHATAN TANAH

MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Disusun oleh :
Nama/NIM : Siti Afni Anisah (14635)
Aminatul Afrokh (14646)
Aminatun Nisa (14647)
Nor Chamidah F. (14668)
Yonita Solihatun N. (14681)
Amalia Putri S. (14843)
Ayu Puspita P. A. (14848)
Golongan/Kelompok : A5/3
Asisten : Muhammad Afif Darmawan

DEPARTEMEN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang berfungsi sebagai penyedia
unsur hara esensial yan dibutuhkan untuk tanaman (Handayanto et al., 2017).
Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman berbeda-beda, hal ini
disebut dengan kesuburan tanah. Kesuburan tanah merupakan salah satu hal sangat
penting dan dapat mendukung meningkatkan produksi pertanian. Kesuburan tanah adalah
kualitas tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh keadaan sifat fisik tanah,
kimia tanah, dan biologi tanah yang sesuai dengan tanaman. Kandungan hara dalam
jumlah yang cukup dan berimbang menjadi suatu yang menentukan petumbuhan
tanaman. Kesuburan tanah dapat diatur dengan suatu manajemen. Manajemen kesuburan
tanah dilakukan untuk menaikkan produktivitas pertanian dengan memaksimalkan
efisiensi agronomi pada input pertanaman (Vanlauwe et al., 2015).
Setiap tanah memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk pada kemampuan
menyediakan unsur hara penting bagi tanaman (Susila, 2013). Mengetahui kesuburan
pada suatu lahan dengan cara mengambil cuplikan tanah akan membantu menganalisis
keadaan lahan dan mengetahui ukuran optimum kesuburan tanah pada lahan tersebut
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal ini diperlukan untuk mendiagnosis semua
permasalahan tanah dan memberikan rekomendasi pemupukan, agar diperoleh tanah yang
subur dengan kandungan hara yang seimbang. Dengan begitu kita dapat
merekomendasikan pemupukan yang sesuai untuk tanah dan tanaman tersebut. Oleh
karena itu, pemahaman tentang kesuburan atau pemupukan sangat penting.
Salah satu usaha manajemen kesuburan tanah adalah mengusahakan efektifitas
penggunaan pupuk. Optimasi pemupukan N, P, dan K penting untuk menjaga
keseimbangan hara dan menghindari penurunan kesuburan lahan, sehingga produktivitas
tanaman yang tinggi dapat dicapai secara berkelanjutan (Manshuri, 2012). Namun,
pemberian pupuk anorganik yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan penggunaan
pupuk organik menyebabkan tanah menjadi keras dan produktivitasnya menurun
(Dharmayanti et al., 2013). Mengingat ketersediaan pupuk anorganik pada saat ini juga
semakin sulit, dan harganya semakin mahal akibat adanya pengurangan subsidi oleh
pemerintah, maka penggunaannya harus seefektif mungkin. Peningkatan efisiensi
pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik. Salah satu sumber bahan
organik yang banyak tersedia disekitar petani adalah pupuk kandang. Pemberian pupuk
kandang dapat menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta meningkatkan serapan
unsur hara oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatan KTK tanah.
Peningkatan KTK tanah akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat K,
sehingga K akan terhindar dari pencucian. Peningkatan asam humik dan asam fulvik yang
tinggi juga akan menyelimuti Fe/Al sehingga mengurangi jerapan P. Akhirnya akibat dari
pemberian pupuk kandang akan meningkatkan P tersedia dan K (Halvin et. al., 1999).
Tanah yang subur adalah tanah yang apabila ditanami dapat menghasilkan panen
yang tinggi sepanjang tahun. Jadi apabila tanah tersebut dapat menghasilkan panen yang
tinggi tetapi hanya dapat ditanami satu kali saja selama satu tahun (misalnya karena tidak
ada air) maka tidak dapat dikategorikan sebagai tanah yang subur. Evaluasi kesuburan
tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi
pada tanaman secara visual, analisa tanaman dan analisa tanah. analisa tanaman meliputi
analisa serapan hara makro primer (N, P, K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat
pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan hara makro
primer dalam tanah (Andrians, 2012).

B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara memelihara kesuburan tanah yang
dilakukan oleh petani di daerah Sleman.
II. PEMBAHASAN

Tanah mempunyai peran penting dalam usaha pertanian untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jika tanah diperhatikan dengan baik maka keinginan dari usaha pertanian
akan terwujud apabila keseimbangan antara pengambilan hasil dan pemeliharan
tanah.Kesuburan tanah memegang peran yang penting dalam meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan hara, air, dan oksigen
dalam keadaan yang seimbang bagi tanaman. Kemampuan ini dipengaruhi oleh sifat kimia,
fisika, dan biologi tanah. Dari sudut kimia, kesuburan tanah diartikan sebagai kemampuan
tanah untukmenyediakan hara yang cukup bagi tanaman. Kesuburan tanah dievaluasi dengan
analisis tanah dan tanaman baik total maupun parsial, yang ditujukan untuk menentukan
manajemen yang diperlukan untuk rekomendasi pemupukan dan meningkatkan kesuburan
suatu tanah (FAO, 1988cit. Supriyadi, 2007).
Penggunaan tanah yang sesuai dengan manajemen kesuburan tanah yang benar
merupakan tindakan yang tepat. Dimana tujuan dari manajemen kesuburan tanah yaitu
mengoptimalkan kesuburan tanah. Tanaman mempunyai persyaratan tumbuh yang berbeda
dan berkembangnya hasil yang dikehendaki berbeda-beda pula. Meskipun jenis tanaman
sama, akan tetapi jenis hasil panennya berbeda. Manajemen kesuburan tanah tidak dapat
disamakan, misalnya penanaman kubis untuk daunnya atau untuk bunganya
(Notohadiprawiro et al., 2006).
Menurut Handayanto et al. (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni faktor alami dan faktor buatan. Faktor
alami terdiri dari faktor-faktor berikut ini.
a. Bahan induk
Secara umum, kesuburan tanah tergantung pada komposisi kimia dari bahan
induknya. Misalnya, tanah aluvial yang berkembnag dari bahan induk aluvial pada
umumnya subur.
b. Topografi
Topografi mempengaruhi kesuburan tanah melalui pengaruhnya terhadap
drainase, limpasan permukaan, erosi tanah, dan iklim mikro, yaitu pemaparan
permukaan tanah ke matahari dan angin. Tanah di lereng atas kurang subur
dibandingkan tanah dilereng yang lebih rendah. Hal ini karena pencucian yang tinggi
dan erosi tanah atas.
c. Umur tanah
Tanah sangat tua sering tidak subur karena digunakan ntuk budidaya tanaman
secara intensif selama bertahun-tahun sehingga mengganggu kemampuan tanah untuk
menyediakan unsur hara. Tanah sangat muda relatif kurang subur dibandingkan dengan
tanah dewasa karena proses pembentukan tanah masih berjalan.
d. Iklim
Faktor iklim sangat mempengaruhi kesuburan tanah. Di daerah dengan curah
hujan tinggi, unsur hara larut ke horizon tanah yang lebih awal sehingga menjadi tidak
tersedia bagi tanaman. Suhu juga mempengaruhi kesuburan tanah. Di daerah beriklim
tropis atau subtropis, dekomposisi bahan organik lebih cepat dan lebih mudah
dibandingkan beriklim sedang.
e. Kedalaman profil tanah
Tanah yang dalam umumnya lebih subur daripada tanah dangkal. Pada tanah yang
dalam, akar tanaman menembus ke lapisan yang lebih dalam dan memanfaatkan lebih
bnayak unsur hara dan air. Pada tanah dangkal, kondisi yang kering tidak mendukung
pertumbuhan tanaman yang baik.
f. Kondisi fisik tanah
Tanah dengan kondisi fisik yang baik memiliki kapasitas memegang air yang
baik. Tekstur tanah dan struktur tanah juga mempengaruhi kesuburan tanah. Tanah
dengan partikel besar memiliki ruang antar pori yang lebih besar. Pada tanah seperti ini
air bergerak turun sangat cepat ke lapisan bawah tanah, misalnya tanah berpasir. Tanah
dengan partikel yang lebih kecil seperti debu atau lempung memiliki kapasitas menahan
air yang lebih baik sehingga sangat subur.
g. Erosi tanah
Pada saat terjadi erosi tanah, permukaan tanah yang subur terlepas dan
dipindahkan dari tempat asalnya dan diendapkan pada beberapa tempat lainnya.
Dengan demikian erosi tanah menyebabkan kehilangan unsur hara tanah.
Sementara itu, faktor buatan meliputi genangan air, sistematau pola tanam, bahan
kimia beracun dan pestisida dalam tanah, reaksi tanah, serta status bahan organik dalam
tanah. Pada tanah yang tergenang air, unsur hara tanaman akan hilang melalui pencucian
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi sangat terhambat. Aplikasi bahan-bahan kimia
serta persistensi pestisida dalam tanah dalam jangka panjang dapat menurunkan
kesuburan tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan organik juga
berperan penting terhadap kesuburan tanah. Tanah mineral yang kaya bahan organik
adalah tanah yang sangat subur dan memberikan kuantitas unsur hara yang seimbang dan
optimal untuk pertumbuhan tanaman (Handayanto et al., 2017).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Umum
1. Hari : Jumat
2. Tanggal : 7 September 2018
3. Waktu : 8.39 WIB
4. Dusun : Bondosari
5. Desa : Harjobinangun
6. Kecamatan : Pakem
7. Kabupaten : Sleman
8. Sketsa lokasi :

9. Altitude : 299 mdpl


10. Kelerengan : 45 – 60 %
11. Fisiografi : pegunungan
12. Topografi : bergunung
13. Kedalaman air tanah : 9 – 10 m
14. Erosi : tinggi
15. Landuse : sawah
16. Irigasi : teknis
17. Cuaca : terang
18. Jeluk mempan : 50 – 100 cm
19. Jenis Tanah : Regosol
b. Petak yang diamati
1. Panjang : 200 m
2. Lebar : 20 m
3. Jarak lahan dari aspal :1m
4. Akses ke jalan besar : bagus
c. Pematang
1. Lebar : 50 cm
2. Tinggi : 30 cm
3. Panjang : 200 m
4. Tanaman di pematang : umbi-umbian, cabai, tomat dan terong
5. Fungsi tanaman : tidak ada fungsi yang spesifik dalam lahan (konsumsi)
d. Keadaan tanah permukaan (top soil)
1. Tekstur (rabaan) : kasar
2. Warna : kelabu
3. Struktur : butir tunggal
4. Kelengasan : kering
e. Keadaan Lahan
1. Varietas : jagung hibrida dan padi
2. Jarak tanam : 100 cm x 20 cm
3. Umur sekarang : sudah panen
4. Umur panen : 3 bulan
5. Pengolahan tanah : cangkul
6. Pupuk
i. Organic : tidak ada
ii. Anorganik : 60 kg campuran urea dan phonska untuk 1000 m 2 pada
21 HST
f. Kenampakkan tanaman
1. Pola tanam
I. Monokultur :-
II. Tumpang sari : Jagung dan umbi-umbian
III. Rotasi : Jagung dan padi

g. Produktivitas
1. MT 1 : jagung, Mei – Agustus, 5 kw/ 1000 m2
2. MT 2 : padi, November – Februari, 4 kw/ 1000 m2
3. MT 3 :-
h. Sisa tanaman
1. Jenis : batang dan daun jagung, jerami
2. Pemanfaatan : dibiarkan di lahan sebagai sumber bahan organic
Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa jenis tanah pada lahan
responden adalah regosol yang berwarna kelabu dan bersturktur butir tunggal. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Rachim dan Suwardi (199) dalam Utami (2009) bahwa tanah
regosol termasuk dalam jenis tanah Entisol yang pada tanah tua sudah mulai terbentuk
horizon Al lemah berwarna kelabu dan mengandung bahan yang belum atau masih baru
mengalami pelapukan. Tanah ini bertekstur kasar dengan konsentrasi lepas sampai gembur
dan pH 6-7. Semakin tua umur tanah, maka struktur dan konsentrasinya akan semakin padat,
bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas terhambat. Tanah regosol
ini belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (tingkat erosi tinggi), cukup
mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum tersedia untuk diserap tanaman dan
kandungan N rendah.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman, responden melakukan
berbagai upaya diantaranya adalah penggunaan bahan organik dan pemupukan. Pada
pemberian bahan organik, responden memberikan sisa-sisa tanaman seperti jerami, dedaunan
dan batang jagung di lahannya tanpa mengolah menjadi pupuk kompos terlebih dahulu
dengan alasan lebih mudah. Pemberian bahan-bahan organic terutama jerami secara langsung
(dibiarkan tanpa dikomposkan terlebih dahulu) kurang tepat, karena penggunaan jerami segar
secara langsung akan menyulitkan pengolahan sawah dan ketersediaan hara yang cukup lama
bagi tanaman (Suhartika dkk., 2001 dalam Juwita, 2014). Lamanya ketersediaan hara bagi
tanaman ini disebabkan oleh rasio C/N dari jerami yang relatif tinggi (> 30) sehingga proses
pengomposan yang terjadi juga berlangsung lama karena bakteri akan memanfaatkan N
terlebih dahulu mengingat N merupakan factor pembatas utama dari tanaman (Roechan dkk.,
1994 dalam Juwita, 2014).
Tanaman yang dibudidayakan oleh responden adalah jagung dan padi. Pada saat
musim hujan, responden menanam padi dan pada saat musim kemarau 1, responden
menanam jagung. Pada saat musim kemarau 2, biasanya responden tidak menanam apapun
pada lahannya (di”bero”kan) karena tidak adanya air. Selain tanaman padi dan jagung,
responden juga menanam umbi-umbian dan sayuran seperti cabai dan terong. Tetapi,
tanaman-tanaman tersebut hanya ditanam di pematang saja (bukan komoditas utama).
Responden menanam tanaman-tanaman tersebut dengan tujuan untuk konsumsi sendiri saja
(tidak ada tujuan khusus yang terkait dengan kesuburan tanah).
Tanah regosol memiliki kandungan hara dan harkat kesuburan yang relatif rendah.
Tanah regosol memiliki kadungan N sebesar 0,05% (sangat rendah), P sebesar 8,65 ppm
(sangat rendah), K sebesar 0,14 me% (sangat rendah), Ca sebesar 6,78 me% (sedang), Mg
sebesar 3,70 me% (tinggi), dan S sebesar 0,007% (sangat rendah). Oleh karena itu,
diperlukan adanya penambahan hara atau pemupukan. Tambahan hara untuk tanaman jagung
hibrida adalah N sebesar 123,46 %; P sebesar 268,4 ppm; K sebesar 75,6 me%; Ca sebesar
4,2 me%; Mg sebesar 15 me%; dan S sebesar 12,6% (Mulyanto dkk., 2015).
Produktivitas jagung hibrida dapat mencapai 9 ton/ha (Pustlitbangtan, 2016). Akan
tetapi, produktivitas jagung yang diperoleh responden hanya 5 kw/1000m 2 atau hanya 5
ton/ha. Hal tersebut terjadi, salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemupukan. Responden
hanya memberikan pupuk berupa campuran dari urea dan NPK sehingga kebutuhan unsur
lain seperti unsur S, Ca, dan Mg belum terpenuhi. Selain itu, responden hanya memberikan
pemupukan sekali saja yaitu pada 21 HST, padahal berdasarkan rekomendasi dari
Puslitbangtan (2016) pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada 7 – 10 HST dan 30 – 35 HST.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan salah seorang
petani di Kabupaten Sleman, dapat disimpulkan bahwa cara memelihara kesuburan
tanah yang dilakukan oleh responden adalah dengan memberikan campuran pupuk urea
dan NPK. Pemupukan dilakukan sebanyak 1 kali selama musim tanam, yaitu pada saat
tanaman berumur 21 HST.

B. Saran
Sebaiknya, petani responden lebih memperhatikan rekomendasi pemupukan yang
disarankan berdasarkan komoditas yang diusahakan agar produktivitas maksimal dapat
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Andrians, D.D. 2012. Manajemen Kesuburan Tanah.


<https://www.scribd.com/doc/110498264/Manajemen-Kesuburan-Tanah>. Diakses
tanggal 23 September 2018.

Dharmayanti, N. K. S., A. A. N. Supadma, dan I. D. M. Arthagama. 2013. Pengaruh


pemberian biourine dan dosis pupuk anorganik (N, P, K) terhadap beberapa sifat
kimia tanah pegok dan hasil tanaman bayam (Amaranthus sp.). E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika 2(3) : 165-174.

Halvin, J.L. , S.M. Tisdale., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1999. Soil Fertility and Fertilizer.
An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Inc. 499 p.

Handayanto, E., A. Fiqri, dan N. Muddarisna. 2017. Pengelolaan Kesuburan Tanah.


Universitas Brawijaya Press, Malang.

Handayanto, E., N. Muddarisna, A. Fiqri. 2017. Manajemen Kesuburan Tanah. UB Press.


Malang.

Juwita, Yuana. 2014. Teknologi pengolahan, manfaat, dan kendala penggunaan kompos
jerami padi. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014. Hal 796—775.

Manshuri, A. G. 2012. Optimasi pemupukan NPK pada kedelai untuk mempertahankan


kesuburan tanah dan hasil tinggi di lahan sawah. Jurnal Iptek Tanaman Pangan 7(1) :
38-46.

Mulyanto, B. S., D. Purnomo., dan Supriyadi. 2015. Analisis tanah untuk rekomendasi
pemupukan pada budidaya jagung, padi, dan ketela pohon. Jurnal of Suistainable
Agriculture. 30(2): 91—96.

Notohadiprawiro, T., S. Soekodarmodjo, dan E. Sukana. 2006. Manajemen kesuburan tanah


dan peningkatan efisiensi pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Puslitbangtan. 2016. Pedoman Umum PTT. Jagung. Puslitbangtan : Bogor.

Supriyadi, S. 2007. Kesuburan tanah di lahan kering Madura. Embryo 4(2): 124-131.

Susila, K. D. 2013. Studi keharaan tanaman dan evaluasi kesuburan tanah di lahan
pertanaman jeruk desa cenggiling, kecamatan kuta selatan. Jurnal Agrotop 3(2) : 13-
20.

Utami, Nur Hikmah. 2009. Kajian Sifat Fisik, SIfata Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska
Tambang Galian pada Tiga Penutup Lahan. Skripsi. Departemen Silvikultur,
Fakultas Kehutanan, ITB : Bogor.

Vanlauwe, B., K. Descheemaeker, K. E. Giller, J. Huising, R. Merckx, G. Nziguheba, J.


Wendt, and S. Zingore. 2015. Integrated soil fertility management in sub-saharan
Africa: unravelling local adaptation. Journal Soil 1(1) : 491-508.

Anda mungkin juga menyukai