A. Kompetensi Inti: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
C. Uraian Materi:
1. Irigasi pertanian
Irigasi adalah proses penambahan air untuk memenuhi lengas tanah yang sangat
berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kata memenuhi lengas berarti juga untuk
menambah lengas tanah yang berasal dari alam. Di daerah tropis seperti di Indonesia ini
masukan lengas alami sebagian besar berasal dari hujan, luapan sungai, ataupun gerakan
muka air tanah. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20/2006 tentang Irigasi, yang
merupakan bentuk legal untuk pengaturan tentang irigasi disebutkan bahwa irigasi
diartikan sebagai usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa
dan tambak. Pengertian tentang irigasi tersebut juga mencakup bahwa dalam suatu
daerah irigasi terdiri pula atas adanya fasilitas drainasi yaitu suatu proses pengaturan
apabila telah terjadi kelebihan air.
1
2. Kebutuhan air tanaman
Pengukuran kebutuhan air tanaman secara langsung dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu cara, pertama: pengukuran dengan lysimeter benam dan kedua : lysimeter
timbang.
Pada lysimeter A terjadi kehilangan air hanya dalam bentuk evapotranspirasi (ET),
sedang pada lysimeter B terjadi kehilangan air dalam bentuk evapotranspirasi
(ET)dan perkolasi (P). Besarnya evapotranspirasi (ETc) merupakan kebutuhan air
tanaman, sedangkan besarnya evapotranspirasi (ETc) ditambah Perkolasi (P) dan
rembesan/ bocoran ke samping (S) merupakan kebutuhan air irigasi di petakan.
Kehilangan air dalam bentuk rembesan/bocoran dapat dihitung bila di dalam
petakan yang sama juga dipasang skala duga tinggi muka air di petakan. Jumlah
ETc, P, dan S merupakan kehilangan air total (KAT) di petakan.
2
Gambar. Skematik lysimeter benam dalam petakan sawah
Bila selama pengamatan dalam sehari terjadi hujan sebesar h, tinggi muka air awal
pada pukul 07.00 di lysimeter A sebesar ha1, di lysimeter B sebesar hb1, dan di
petakan sebesar hp1, selanjutnya pada pukul 07.00 hari berikutnya tinggi muka
air akhir di lysimeter A sebesar ha2, di lysimeter B sebesar hb2 dan di petakan
sebesar hp2 maka besarnya KAT, ETc, P dan S dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
S = KAT – (ETc + P)
Dimana :
KAT = kehilangan air total di petakan (mm/hari)
h = curah hujan (mm/hari)
3
hp1 = tinggi muka air di petak sawah pada pencatatan awal (mm)
hp2 = tinggi muka air di petak sawah pada pencatatan akhir 24 jam kemudian
(mm)
ha1 = tinggi muka air di lysimeter A pada pencatatan awal (mm)
ha2 = tinggi muka air di lysimeter A pada pencatatan akhir 24 jam kemudian (mm)
ha1 = tinggi muka air di lysimeter B pada pencatatan awal (mm)
ha2 = tinggi muka air di lysimeter B pada pencatatan akhir 24 jam kemudian (mm)
ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
S = rembesan/bocoran ke samping (mm/jam)
B1 – (B2 + P)
ETc = ------------------
0,1 A
Dimana :
ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
B1 = bobot lysimeter bagian dalam pada awal pengukuran (g)
B2 = bobot lysimeter bagian dalam pada akhir pengukuran dengan selang waktu
pengukuran 24 jam (g)
P = bobot air perkolasi yang keluar dari lysimeter bagian dalam (g)
A = luas penampang lysimeter (cm2)
3. Fungsi irigasi
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu,
ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui
4
berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut
disesuaian degan karakteristik tanaman dan kondisi setempat. Untuk mencapai fungsi
utamanya untuk memberikan suplai air kepada tanaman, irigasi perlu mencapai beberapa
fungsi spesifik yaitu:
a. mengambil air dari sumber (diverting)
b. membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)
c. mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
d. mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring).
Disamping fungsi pokoknya untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, irigasi juga
mempunyai fungsi tambahan seperti:
Sistem irigasi yang ada sangat bervariasi bergantung pada jenis tanaman, kondisi
lahan dan air, cuaca, ekonomi, dan faktor budaya. Macam-macam sistem irigasi dapat
dibedakan sebagai berikut.
5
akuifer yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer, phreatik aquifer) dan aquifer terkekang
(confined aquifer) (lihat Error! Reference source not found.). Pada akuifer bebas terdapat
muka air (water table) yang memisahkan zone aerasi dan zone saturasi. Di muka air
tekanan air sama dengan tekanan atmosfer. Akuifer terkekang terjadi apabila air tanah
terkekang oleh lapisan kedap (impermeable). Airtanah pada akuifer terkekang
mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer sehingga air akan naik bila
dibuat sumur melalui lapisan kedap. Airtanah dalam akuifer dapat muncul ke permukaan
tanah secara alamiah dalam bentuk mata air maupun melalui saluran vertikal dari
permukaan tanah ke akuifer yang disebut sumur.
1) Pengambilan gravitasi
2) Pemompaan
Menurut cara pengaliran airnya:
Air yang dialirkan ke permukaan lahan sebagian akan mengalir ke sisi lahan yang
lain sedangkan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah. Air yang telah mencapai sisi
7
lahan yang lain akan meninggalkan lahan sebagai aliran permukaan (surface run off) atau
akan tersimpan (storage) apabila lahan diberi tanggul. Selanjutnya air terinfiltrasi ke
dalam tanah.
Mek
ek-1
M = Eo + P
K=MT/S
Dimana :
LPIR = kebutuhan air irgasi untuk pengolahan tanah sawah (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
ETc + P + WLR + ER
8,64
9
ETc – ER
8,64
Dimana :
P = perkolasi (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
ER = curah hujan efektif (mm/hari)
Ec
NFR
Ec
Dimana :
10
NFR = kebutuhan air irigasi bersih di sawah (l/dt/ha)
Selanjutnya, faktor kehilangan air terdiri dari faktor kehilangan air di saluran
tersier disebut faktor tersier (C1), di saluran sekunder disebut faktor sekunder
(C2), dan di saluran primer disebut faktor primer (C3), yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Output Input – WL Ec
Dimana :
IRT = C1 NFR At
Dimana :
11
IRT = Kebutuhan air dipintu sadap tersier (l/dt)
Untuk menghitung IRS dan IRP juga dapat menggunakan rumus berikut:
IRS = ---------------------------------------
Ecs
IRP = ------------------------------------
Ecp
Dimana :
2. Bangunan pembawa
Berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber ke lahan. Contoh: saluran,
gorong-gorong, siphon, talang.
3. Bangunan pengatur
Berfungsi untuk mengatur head, kecepatan, atau debit. Contoh: bangunan
bagi, bangunan sadap, terjunan, got miring
4. Bangunan pengukur
Berfungsi untuk mengukur debit air yang dialirkan. Contoh: bangunan ukur
ambang tajam (sekat Thomson, cippoletti), bangunan ukur ambang lebar,
flume (parshal flume, cut throat)
5. Bangunan lain-lain
Secara hidrolis tidak berfungsi tetapi harus ada untuk suatu keperluan.
Contoh: jembatan, tempat minum ternak, tempat cuci.
1. tanah porus
2. solum tanah dangkal
13
3. kemiringan tanah tajam
4. tanah peka erosi
5. air terbagat
6. tanah bergelombang
7. tenaga terampil terbatas
Keuntungan pemakaian irigasi curah:
1. pompa
2. pipa mainline
3. pipa lateral
4. pencurah (sprinkler)
Ukuran tetesan (droplets)
- Ukuran tetesan berpengaruh terhadap daya dispersi ke tanah
- Ukuran tetesan mempengaruh pola distribusi bila ada angin karena ukuran
tetesan kecil lebih peka terhadap angin
14
Pengaturan letak sprinkler yang baik dengan overlap yang baik yaitu pola
bujur sangkar dan segitiga, pola empat persegipanjang overlapping antar
sprinkler kurang bagus.
Pemilihan Sprinkler
Pemilihan sprinkler dilakukan dengan mempertimbangkan biaya, tekanan
operasi, dan kemampuan untuk memenuhi desain dengan keseragaman yang
baik dan tidakmenimbulkan run off.
1. Kapasitas debit
- Sprinkler harus mencukupi DDIR (Design Daily Irrigation Requirement)
dengan mempertimbangkan angin dan kehilangan karena evaporasi setelah
air keluar dari sprinkler sebelumsampai ke permukaan daun dan tanah
2. Tekanan operasi
- Sprinkler harus dioperasikan dengan tekanan minimal dengan
keseragamaan dan efisiensi yang tinggi guna mengurangi konsumsi energi
dan menghemat biaya operasi
- Setiap sprinkler keluaran pabrik sudah dilengkapi dengan informasi kinerja
3. Lain-lain
- Sudut nozzle, ukuran tetesan, jarak lemparan, dan pola aplikasi harus
diketahui dan disesuaikan dengan angin, tanaman, dan sistem yang digunakan
- Sudut nozzle tergantung kecepatan angin dan tinggi tanaman
- Ukuran tetesan kecil cocok untuk tanah terbuka, tetesan besar cocock
untuk daerah berangin.
16
b. Irigasi Tetes (Trickle)
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke
dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter). Irigasi tetes menggunakan debit
kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke
samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya
tergntung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman.
Cocok untuk buah-buahan yang banyak mengandung air sewaktu panen (tomat,
jeruk, anggur, arbeil, dsb.). Tidak praktis dan ekonomis untuk tanaman rapat.
Beberapa metode irigasi tetes:
1. Drip irigation
Air diaplikasikan ke tanah pada satu titik dalam bentuk tetesan-tetesan
melalui emiter point.
2. Subsurface irrigation
Air diaplikasikan di bawah permukaan tanah menggunakan emiter point
maupun line source.
3. Bubbler irrigation
Air diaplikasikan ke permukaan tanah dengan aliran kecil.
4. Spray irrigation
Air diaplikasikan melalui microsprinkler untuk membuat semprotan kecil di
dekat permukan tanah.
Keuntungan trickle:
17
3. Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsur hara, tekanan
rendah sehingga tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas
4. Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur karena air anya
diberikan terbatas pada tanaman pokok
5. Penggaraman/pencucian garam lebih efektif kaena ada isolasi lokasi. Gula
tidak tumbuh tanpa air
6. Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll. Serta
mengurangi run off dan meningkatkan drainasi permukaan.
7. Perencanaan dan konstruksi irigasi tetes murah bila penyumbatan tidak
terjadi dan pemeliharaan emiter minimum.
8. Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik, tidak terpengaruh angin, bisa
diterapkan di daerah bergelombang.
Penentuan kebutuhan air tanaman pada cara irigasi tetes berbeda dengan
cara irigasi permukaan dan sprinkler
evapotranspirasi tanaman (ETc)
ETo = kp Epan
ETc = kc ETo (Cara irigasi permukaan dan sprinkler)
18
ETc = kr kc ETo (Cara irigasi tetes)
Dimana :
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
pan = penguapan air dari panci penguapan (mm/hari)
kp = koefisien panci
kc = koefisien tanaman
kr = faktor pengurang akibat penutupan tajuk tanaman
19
• Dimana :
Dimana :
• Qqr = debit minimum rata-rata dari ¼ jumlah emiter yang diamati (l/jam)
Pemilihan suatu metode irigasi didasarkan pada kelayakan secara teknik dan
ekonomi. Metode irigasi permukaan umumnya merupakan yang termurah
pembuatannya dan apabila kondisi setempat sesuai maka sedikit
pertimbangan untuk memilih metode irigasi lainnya. Beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan suatu metode irigasi, yaitu penyiapan
lahan, keragaman jenis tanah, kuantitas dan kualitas air, iklim, tanaman, dan
pengoperasian.
20